Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Pada pratikum kali ini yaitu mengnalisis serbuk simplisia dari bagian rimpang (Rhizoma )
secara makroskopik, miskoskopik, dan kimiawi.Sampel yang digunakan pada pratikum ini yaitu,
serbuk rimpang temulawak dan rimpang lengkuas yang dimana semuanya diamati secara
makroskopik dengan organoleptisnya, mikroskopik dengan menggambarkan fragmen-fragmen
khas atau pengenal yang terlihat dalam mikroskop dan secara kimiawi dengan penabahan
preagen reaksi yang diaati perubahan warna yang terjadi.

A. Rimpang Temulawak ( Curcumae Rhizoma )


Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia serbuk rimpang
temulawak keeping tipis bentuk bundar, ringan, keras, dan rapuh. Dengan warna coklat
kuning sampai coklat dan bentuk permukaan luar berkerut. Dalam pengamatan secara
mikroskopik pada serbuk rimpang temulawak dengan menggunakan pelarut aquades
kemudian diamati pada mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen
pengenalnya yaitu warna serbuk kuning kecoklatan yang dimana terlihat butir pati,
fragmen parenkim dengan sel minyak, fragmen berkas pembuluh, dan warna kuning yang
intensif.
Identifikasi kimiawi serbuk rimpang temulawak yang telah dilakukan yaitu, pada
saat 2 mg serbuk rimpang temulawak ditambahkan preagen KOH P 5 % dan ammonia P
25 % menjukan hasil yang positif yaitu perubahan warna menjadi merah kecoklatan.
Pada penambahan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna menjadi ungu kecoklatan.
Hal ini sesuai dengan literatur dimana bila sampel positif mengandung senyawa
triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna jingga,ungu dan cincin kecoklatan.
Prinsip reaksi dalam mekanisme reaksi uji triterpenoid merupakan kondensasi atau
pelepasan H2O dan penggabungan dengan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses
asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil yang
merupakan gugus pergi yang baik akan lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap.
Selanjutnya terjadi pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya, mengakibatkan ikatan
rangkap berpindah. Senyawa ini mengalami resonansi yang bertindak sebagai
karbokation sehingga serangan karbokation dapat menyebabkan adisi elektrofilik diikuti
pelepasan hidrogen. Kemudian gugus hidrogen beserta elektronnya dilepas, akibatnya
senyawa mengalami perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan dengan munculnya
cincin kecoklatan (Nugrahani, Andayani, & Hakim, 2016). Selanjutnya penambahan
preagen HCL pekat membentuk perubahan warna ungu kecoklatan Menunjuka adanya
senyawa flavonoid ekstrak rimpang temulawak positif mengandung flavonoid dengan
terbentuknya warna ungu kecoklatn akibat dari adanya reduksi dengan HCl pekat.
Kemudian pada penambahan NaOH P 5% teradi perubahan warna merah kecoklat. Hal
ini sesuai dengan literatur dan menujukan hasil postif adanya senyawa flavonoid ditandai
dengan terbentuknya warna jingga kemerahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
etanol rimpang temulawak mengandung flavonoid. Karena sampel + NaOH akan
membentuk asetofenon yang berwarna kemerahan. Flavonoid termasuk dalam golongan
senyawa fenol yang memiliki banyak gugus –OH sehingga sifatnya polar. Golongan
senyawa ini mudah terekstrak dalam pelarut etanol yang juga memiliki sifat polar
Karena adanya gugus hidroksil, sehingga dapat terbentuk ikatan hidrogen (Ikalinus,
Widyastuti,& Setiasih, 2015). Penambahan larutan KI P 6% juga menunjukan hasil sesuai
literature yaitu terbentuk warna hijau. Dan terakhir penambahan FeCl3 P 5% mengalami
perubahan warna menjadi warna coklat menunjukan hasil potif mengandung tannin
karena terbentuknya warna coklat yang disebabkan karena adanya reaksi antara FeCl3
dengan salah satu gugus hidroksil aromatis (Sangi et al.,2008).Dapat diketahui juga
bahwa rimpang temulawak memiliki kandungan minyak atsiri mengandung siklo isoren,
kamfer, P tolil metilkarbinol, zat warna kurkumin sebagai menambah pengeluaran
empedu.

B. Rimpang Lengkuas ( Galangae Rhizoma )


Dalam pengamatan secara makroskopik dilihat dari simplisia serbuk rimpang
lengkuas kadang terlihat bercabang, ujung bengkok dengan warna permukaan coklat
kemerahan dan parut daun yang jelas seta bentuk permukaan luar terdapat berkas patahan
berserat pendek, butir-butir kasar, bewarna coklat. Dalam pengamatan secara
mikroskopik pada serbuk rimpang lengkuas dengan menggunakan pelarut aquades
kemudian diamati pada mikroskroskop dengan hasil pengamatan menemukan fragmen
pengenalnya yaitu amilum seperti buah alpukat dan gumpalan sekresi coklat.
Identifikasi kimiawi serbuk rimpang temulawak yang telah dilakukan
yaitu,sebanyak 2 mg serbuk rimpang legkuas ditambahkan asam sulfat tebentuk warna
coklat ungu yang menunjukan hasil yang postif. Pada penambahan HCL pekat terbentuk
warna coklat yang dimana menunjukan postif terkandung senyawa saponin yang bila
dikocok selama 10 detik. Jika terbentuk buih menunjukkan adanya saponin (Indah, 2006).
Selanjutnya penambahan NaOH P 5% hasil sesuai literature yaitu perubahan warna
coklat merah dan ammonia P 25% menunjukan hasil negatif yang tidak sesuai literature
yaitu warna coklat kemudaan. Yang seharusnya bewarna coklat merah hal ini mungkin
disebabkan beberapa senyawa terlarut dalam pelarut yang sifatnya tidak sesuai, hal ini
dapat terjadi akibat proses partisi yang kurang optimal karena pelarut yang digunakan
adalah pelarut redestilasi yang kemungkinan masih mengandung matriks (pengotor)
sehingga hasilnya kurang akurat atau reaksi pada saat penapisan kimia tidak
sempurna.Dari pengujian tersebut dapat diketahui rimpang lengkuas (Galange Rhizoma)
memiliki kandungan minyak atsiri mengandung kamfer, sincol, dan asam metil sinamat
yang digunakan sebagai karminatif dan antifungi.

Anda mungkin juga menyukai