Anda di halaman 1dari 4

IX.

Analisis dan pembahasan


Percobaan Pertama
Bahan uji adalah rimpang temulawak yang di diiris-iris tipis dan dikeringkan tanpa

terkena cahaya matahari. Setelah itu dihaluskan sehingga diperoleh serbuk kering yang
berwarna jingga pekat. Serbuk rimpang temulawak ditimbang 5 gram dan dimasukkan ke
dalam gelas kimia, ditambah dengan 30 mL metanol 60-80% menghasilkan larutan berwarna
kuning kecoklatan, lalu dipanaskan dengan penangas air untuk mempercepat proses ekstraksi.
Kemudian disaring dengan menggunakan corong. Diperoleh filtrat yang berwarna kuning
kecoklatan dan residu yang berwarna kuning kecoklatan. Filtrat yang diperoleh dipekatkan
dengan cara dimasukkan kedalam penangas air untuk menghasilkan ekstrak rimpang
temulawak kental. Ekstrak inilah yang digunakan sebagai sampel yang kemudian diuji
fitokimia.
Percobaan Kedua
Langkah pertama sampel sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambah 1 mL kloroform dan 1 mL ammonia menghasilkan larutan atas berwarna
jingga lapisan bawah berwarna merah kecoklatan, setelah itu dipanaskan dalam penangas air.
penambahan kloroform bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid
yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus
hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan putusnya ikatan ini alkaloid akan bebas,
sedangkan asam tannin akan terikat oleh kloroform. Larutan selanjutnya ini disaring dan
Filtrat yang diperoleh dimasukkan kedalam tiga tabung reaksi kemudian ditambahkan 3
tetes asam sulfat 2 N dikocok kuat-kuat setelah itu didiamkan hingga terpisah. Penambahan
asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali alkaloid menjadi garam alkaloid agar
bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat yaitu spesifik untuk alkaloid yang
menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut sehingga terpisah dengan
metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N mengakibatkan larutan terbentuk
menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat kepolaran antara fase aqueous yang polar
dan kloroform yang relative kurang polar. Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas,
sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling bawah karena memiliki massa jenis
yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat bertujuan untuk melarutkan senyawasenyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan sempurna. Lapisan yang terpisah diambil
lapisan atas untuk diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner dan Dragendorf.
Pada tabung pertama diuji dengan peraksi Meyer larutan menghasilkan warna jingga
yang menandakan bahwa sampel positif mengandung alkaloid. Karena pereaksi Meyer

bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui
ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan Hg pereaksi Meyer sehingga menghasilkan
senyawa kompleks merkuri yang nonpolar mengendap berwarna putih. Reaksi pada uji
alkaloid ini dengan pereaksi Meyer adalah :

K2[HgI4]

NK+

K2[HgI4]

Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga membentuk


senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.
Pada pengujian dengan reagen Wagner diperoleh larutan berwarna kuning jernih dan
endapan berwarna coklat yang menandakan bahwa sampel positif megandung alkaloid.

+ KI + I2

NK+

+ I3-

Sedangkan pada pengujian dengan reagen Dragendorf larutan berwarna kuning jernih
yang menandakan bahwa sampel negatif alkoloid. Karena sampel dinyatakan poditif jika diuji
dengan reagen Dragendorf menghasilkan endapan berwarna putih.
Dragendorf

+ K[BiI4]

NK+

+ K[BiI4]-

Sehingga pada uji alkaloid yang kami lakukan hanya positif saat diuji dengan reagen
mayer dan wagner karena sampel dikatakan positif mengandung alkaloid jika menunjukkan
hasil positif saat uji meyer, wegner, dragendorff.
Percobaan Ketiga
1 mL sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian dicampur dengan 3 mL
etanol 70% kemudian dikocok dan dipanaskan diatas penangas air setelah itu disaring untuk
memisahkan filtrat dan residunya. Filtrat berwarna jingga, dan residu berwarna kuning. Filtrat
ditambah logam Mg 0,1 gr dan ditambah 2 tetes HCl pekat menghasilkan endapan kuning.
Penambahan logam Mg dan HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid dimana
flavanoid akan bereaksi dengan Mg, setelah penambahan asam klorida pekat terjadi
perubahan warna jingga sebab flavanoid mengalami perubahan serapan cahaya ke arah
panjang gelombang yang lebih besar akibat adanya reaksi reduksi oleh HCl. Warna jingga
pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid pada sampel.

Percobaan Keempat
1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 mL air dan di
panaskan didalam penangas air. Kemudian dikocok sampai menghasilkan busa. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya saponin. Karena saponin memiliki sifat sejenis glikosid yang
mempunyai ciri-ciri berbuih apabila larutan dikocok-kocokkan. Saponin merupakan
komponen lipida polar yang bersifat ampifilik (memiliki gugus hidrofilik dan gugus
hidrofobik). Di dalam sistem cair, lipida cair secara spontan terdispersi membentuk misel
dengan ekor filik yang bersinggungan dengan medium cair. Lipida cair membentuk suatu
lapisan dengan ketebalan satu molekul yaitu lapisan tunggal. Pada sistem tersebut, ekor
hidrokarbon terbuka sehingga terhindar dari air dan lapisan hidrofilik memanjang ke air yang
bersifat polar, sistem inilah yang disebut dengan busa.
Percobaan Kelima
1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 3 mL
etanol 70 % kemudian ditambahkan dengan 2 mL H 2SO4 pekat dan 2 mL asam asetat
anhidrat lalu dikocok, larutan berwarna jingga kecoklatan. Fungsi asam asetat adalah untuk
membentuk turunan asetil dari steroid. Sedangkan fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi
asetil. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya steroid, tetapi pada
percobaan yang kami lakukan terbentuk warna jingga kecoklatan. Hal ini menunjukkan
bahwa percobaan kelima negatif adanya steroid.
Percobaan Keenam
1 ml sampel dimasukkan tabung reaksi kemudian ditambahkan dengan 2 mL
kloroform menghasilkan larutan berwarna merah kecoklatan kemudian ditambah 3 mL H2SO4
pekat larutan berubah menjadi larutan berwarna merah kecoklatan. Fungsi penambahan
kloroform adalah untuk untuk melarutkan triterpenoid yang mudah larut dalam pelarut
organik. Fungsi H2SO4 adalah untuk mereduksi tripenoid. Warna merah kecoklatan saat
penambahan H2SO4 pekat menunjukkan bahwa positif adanya triterpenoid.
Percobaan Ketujuh
1 ml sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan dengan 20 mL air
larutan berwarna kuning kemudian

dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih.

Kemudian campuran disaring dan menghasilkan filtrat berwarna kuning dan residu berwarna
kuning. Kemudian filtrat ditambahkan larutan FeCl3 fungsi penambahan FeCl3 adalah untuk
mengetahui adanya gugus fenol. Campuran tersebut menghasilkan warna coklat kehijauan
yang menandakan adanya tannin. Karena tannin akan membentuk senyawa kompleks dengan
FeCl3 .

FeCl3

Fe3++3Cl-

HO
OH

+Fe(OH)3

OH
3+

+Fe
OH

HO
OH

HO
OH

X.

OH

hitam

Kesimpulan

Dari percobaan Uji Fitokimia pada Ekstrak Rimpang Temulawak dapat disimpulkan bahwa:
1.

Temulawak negatif mengandung alkaloid yang karena ketika uji Meyer terdapat
endapan jingga, tapi tidak terbentuk endapan coklat pada uji Wagner dan endapan putih

2.

pada uji Grangendrof.


Temulawak positif mengandung flavonoid yang ditandai dengan terbentuknya warna

3.
4.

jingga.
Temulawak positif mengandung saponin yang ditandai dengan terbentuknya busa.
Temulawak negatif mengandung steroid yang ditandai dengan larutan berwarna jingga

5.

kecoklatan .
Temulawak positif mengandung triterpenoid yang ditandai dengan terbentuknya warna

6.

merah kecoklatan.
Temulawak positif mengandung tanin yang ditandai adanya warna merah kecoklatan.

Anda mungkin juga menyukai