Anda di halaman 1dari 8

Pada praktikum analisis fisikokimia kali ini dilakukan

identifikasi senyawa-senyawa golongan alkohol, fenol dan asam


karboksilat. Pengamatan ini dilakukan secara kualitatif yaitu dengan
melihat secara organoleptis dari segi warna, bentuk, dan bau. Alkohol
merupakan suatu senyawa yang memiliki setidaknya satu gugus OH.
Fenol mempunyai struktur yang hampir mirip dengan alkohol tetapi
gugus fungsinya melekat langsung pada cincin aromatik. Sedangkan
Asam karboksilat merupakan senyawa karbon yang mengandung gugus
fungsi karboksil COOH yang terikat ke suatu gugus alkil R.
Analisis fisikokimia adalah suatu analisis yang berhubungan
dengan identifikasi suatu zat atau senyawa atau pun campuran zat atau
senyawa yang tidak diketahui. Analisis fisikokimia meliputi analisis
dua hal yaitu dari sifat fisika dan juga sifat kimia, untuk melihat sifat
fisika yaitu percobaan yang dilakukan tidak akan merusak dari senyawa
aslinya sehingga senyawa dapat digunakan kembali untuk melakukan
uji tes yang lainnya. Berbeda dengan uji sifat kimia yang harus
menggunakan cara-cara kimia yang kemungkinan besar dapat merusak
zat.
Pada identifikasi senyawa golongan Alkohol, yang pertama
diuji yaitu etanol. Etanol sebanyak 1mL dimasukan kedalam tabung
reaksi, kemudian ditambah asam benzoat dan H2SO4 melalui dinding
tabung. Ditutup dengan kapas dan dipanaskan diatas penangas air. Hasil
yang didapatkan yaitu larutan tetap berwarna bening namun ketika
dipanaskan diatas penangas air larutan memberikan aroma pisang. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi esterifikasi yang berarti terbentuknya gugus ester
saat

adanya

alkohol

yang

ditambahkan

dengan

asam

benzoat.

Terbentuknya ester dapat diketahui dari aroma yang tercium. Fungsi


H2SO4 dalam reaksi ini adalah untuk mencegah terjadinya reaksi yang
berjalan ke kiri dikarenakan reaksi esterifikasi ini adalah reaksi reversibel
yang lebih ke kanan. H2SO4 juga diteteskan secara perlahan dari dinding
tabung reaksi karena untuk mencegah terjadinya diledakan. Reaksi
esterifikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu yang dapat
mempengaruhi harga konstanta kecepatan reaksi, perbandingan zat

pereaksi dimana salah satu pereaktan harus dibuat berlebih agar reaksi
tidak balik dan berjalan optimal, pencampuran dapat dilakukan dengan
pengadukan sehingga molekul-molekul pereaktan dapat mengalami
tumbukan yang lebih sering sehingga reaksi dapat berjalan secara optimal,
katalis yang dapat mempercepat jalannya reaksi, dan waktu reaksi yang
semakin lama maka kesempatan molekul-molekul pertumbukan semakin
sering. Uji etanol berikutnya yaitu dengan panambahan larutan jenuh
K2Cr2O7 dalam H2SO4. Ketika etanol ditambahkan K 2Cr2O7 larutan
berubah menjadi berwarna orange dan ketika ditambah H 2SO4 larutan
berubah menjadi hijau yang awalnya banyak mengandung ion-ion
dikromat(VI) menjadi larutan

yang

banyak

mengandung

ion-ion

kromium(III). Hal tersebut terjadi karena adanya reaksi oksidasi etanol


sebagai alkohol sekunder menjadi aldehid. Zat yang menjadi pengoksidasi
dalam reaksi ini adalah H2SO4 50 %.

Identifikasi gliserin. Gliserin merupakan alkohol primer yang


dapat menjalani reaksi oksidasi menjadi aldehid dan selanjutnya
menjadi asam karboksilat. Dari hasil uji organoleptis di dapatkan bahwa
gliserin adalah zat yang lengket dan tidak berwarna. Larutan gliserin
dicampurkan dengan 1 tetes reagensia CuSO 4 dalam tabung reaksi,
CuSO4 berwarna biru sehingga akan terjadi perubahan warna gliserin
menjadi biru muda. CuSO4 disini berfungsi sebagai oksidator.
Kemudian larutan dibasakan dengan NaOH yang berfungsi sebagai
katalis yang menjadikan zat akan berubah warna menjadi biru tua lebih
cepat, hal ini disebabkan karena tembaga sulfat mengalami proses
reduksi. Uji gliserin selanjutnya yaitu gliserin dipanaskan diatas
penangas air. Hasilnya yaitu gliserin yang semula larutan kental
berubah menjadi lebih encer yang mendakan bahwa terjadi penurunan
viskositas pada gliserin namun jumlah volume gliserin tidak terlihat
mengurang atau tidak terjadi penguapan. Hal ini disebabkan karena
gliserin adalah senyawa yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga
sukar untuk menguapkannya.
Uji alkohol selanjutnya yaitu mentol. Secara organoleptis

mentol merupakan senyawa berbentuk kristal dengan aroma yang khas


yaitu berbau papermint. Kemudian mentol direaksikan dengan H 2SO4
dan vanilin. Ketika ditambahkan H2SO4 mentol berwarna orange. Hal
ini terjadi karena sulfat berikatan pada gugus hidroksil pada mentol.
Kemudian ditambahkan vanilin berubah warna menjadi ungu. Dimana
terjadi reaksi antara gugus hidroksida dengan gugus rangkap yang
terdapat pada vanilin. Mentol yang bermuatan - selanjutnya akan
berikatan dengan vanilin yang memiliki muatan + menghasilkan
muatan netral. Setalah mereka berikatan maka sulfat akan lepas dan
akan terbentuk kompleks vanilin-mentol yang berwarna ungu
kehitaman.
Setelah uji alkohol, dilakukan uji senyawa-senyawa golongan
fenol. Fenol ditambahkan dengan larutan FeCl3 di pelat tetes. Fenol
yang semula berwarna merah muda berubah menjadi berwarna hitam
dan terdapat endapan hitam. Hal ini terjadi karena atom H pada OH
fenol akan disubstitusi oleh Fe

3+

yang merupakan golongan transisi.

Ikatan antara golongan transisi dengan fenol dapat menyebabkan


perubahan warna tersebut. Selanjutnya dibuat larutan fenol dalam air.
Ditambahkan pereaksi p-DAB (Para Dimetil Amino Benzaldehid),
pereaksi ini dapat dibuat dengan cara menimbang 4-Dimetil Amino
Benzaldehida sebanyak 2,00 gram, larutkan dalam 90 ml HCl 6N
tambah aquadest hingga 100 ml larutan. Hasilnya fenol menjadi
berwarna orange. Hal ini terjadi karena adanya reaksi penyerangan dari
gugus dimetil amino benzaldehid kepada gugus OH pada fenol
sehingga terjadi perubahan struktur pada fenol yang mengakibatkan
terjadinya perubahan warna. Kemudian uji ketiga, fenol direaksikan
dengan K2Cr2O7. kalium dikromat merupakan oksidator kuat yang
dapat mengoksidasi alkohol primer ataupun sekunder tang dapat
menyebabkan perubahan warna, namun jika mengoksidasi alkohol
tersier tidak akan terjadi perubahan warna. Perubahan warna yang
terjadi pada reaksi ini yaitu larutan menjadi merah kecoklatan. Reaksi
oksidasi yang terjadi pada alkohol menghasilkan alkanal atau aldehid

yang selanjutnya akan menghasilkan asam karboksilat atau asam


alkanoat.
Identifikasi nipagin. Nipagin dilarutkan dalam air kemudian
dipanaskan diatas penangas air. Tujuan pemanasan ini yaitu untuk
memudahkan nipagin agar larut dalam air. Setelah itu ditambahkan
reagen FeCl3. Penambahan FeCl3 akan menghasilkan warna ungu
dikarenakan reaksi dari FeCl3 pada gugus OH bertindak sebagai gugus
nukleofilik lalu gugus H akan bermuatan positif dan cenderung
menyerang gugus Cl yang bermuatan negatif, HCl yang telah berikatan
untuk menstabilkan muatan akan cenderung untuk melepaskan
ikatannya dengan FeCl2, kemudian HCl akan terlepas dan gugus
nipagin yang telah berikatan dengan FeCl2 akan membentuk kompleks
berwarna ungu karena pengaruh dari gugus besi yang berwarna ungu
setelah bertemu dengan gugus pada senyawa nipagin. Uji yang kedua
yaitu nipagin direaksikan dengan HNO3 pekat. Hasilnya berupa larutan
berwarna orange.
Selanjutnya uji hidrokuinon. Hidrokuinon dilarutkan dengan air
kemudian ditambah larutan Ag(NH3)NO3. Larutan yang semula bening
berubah menjadi kehitaman. Selanjutnya, hidrokuinon ditambah larutan
FeCl3 menghasilkan warna hitam keabu-abuan. Penambahan ini akan
mengakibatkan perubahan warna menjadi warna hitam yang terjadi
akibat reaksi FeCl3 yang menyerang OH sebagai nukleofilik, gugus H
kemudian akan bermuatan positif dan akan menyerang Cl yang lebih
bermuatan negatif. Selanjutnya akan terbentuk HCl yang lebih akan
melepaskan ikatan dengan FeCl2 untuk menstabilkan muatan. FeCl2
yang terlepas akan membentuk kompleks dengan hidrokuinon yang
berwarna hijau keabu-abuan. Uji Hidrokuinon selanjutnya dengan
menggunakan

reagensia

(Pb(CH3COO)2)

dan

NH4OH

sebagai

katalisator. (Pb(CH3COO)2) akan bereaksi dengan hidrokuinon dan


menghasilkan warna larutan coklat kemerahan yang dihasilkan dari

senyawa timbal yang memberikan warna coklat dan hidrokuinon sendiri


akan memberikan warna kuning kemerahan diakhir reaksi. Uji yang
eempat adalah dengan penambahan NaOH. NaOH pada reaksi ini akan
bertindak sebagai gugus nukleofil dan menyerang gugus OH pada
hidrokuinon. Setelah terjadinya ikatan H akan bermuatan positif dan
akan berikatan dengnan OH yang bermuatan negatif, ikatan yang
dihasilkan tidak stabil dan H2O melepaskan ikatannya agar muatan
menjadi netral. Sehingga akan terjadi ikatan antara hidrokuinon dengan
natrium yang menyebabkan warna larutan menjadi coklat tua.
Identifikasi resorsinol.

Resorsinol

dilarutkan dalam air

kemudian ditambahkan dengan reagensia p-DAB. Larutan yang semula


berwarna kuning jernih berubah menjadi berwarna merah muda. Uji
yang kedua, resorsinol direaksikan dengan FeCl3. Pada reaksi ini akan
terbentuk kompleks berwarna antara Fe

3+

yang mensubstitusi atom H

pada OH resorsinol. Kompleks warna yang terbentuk adalah ungu


kehitaman. Uji resorsinol selanjutnya yaitu dengan mereaksikan
resorsinol dengan Ag(NH3)NO3 yang menghasilkan larutan berubah
warna dari kuning jernih menjadi hitam.
Uji selanjutnya yaitu uji asam tartrat sebagai golongan senyawa
asam karboksilat. Asam tartrat merupakan zat berupa serbuk kristalin
tidak berwarna, tidak berbau dan berasa asam. Asam tartrat direaksikan
dengan CuSO4 dan dibasakan dengan NaOH. Saat pemberian CuSO 4
warna larutan menjadi biru muda yang dihasilkan dari warna CuSO4
namun setelah ditambahkan NaOH, warna larutan menjadi biru tua.
NaOH berfungsi sebagai katalisator yang akan membuat reaksi akan
berjalan lebih cepat, sehingga reaksi lambat yang menghasilkan warna
biru muda akan cepat berubah warna menjadi biru tua.
Selanjutnya yaitu dilakukan uji terhadap asetosal. Asetosal
direaksikan dengan reaksi marquis menghasilkan larutan bening yang
mengandung kristal berwarna putih. Reaksi ini dilakukan untuk
mengetahui adanya gugus enol pada asetosal. Kemudian asetosal

ditambahkan dengan FeCl3 menghasilkan kristal dan larutan berwarna


ungu. Warna ini terbentuk karena adanya kompleks warna yang terjadi
antara pereaksi FeCl3 dengan cincin aromatik yang terdapat pada
asetosal.
Uji selanjutnya yaitu senyawa asam benzoat. Asam benzoat
dipanaskan diatas penangas air dengan H2SO4 dalam tabung reaksi.
Reaksi ini merupakan reaksi sublimasi yang menghasilkan kristal
berwarna putih. Sublimasi adalah proses pemisahan campuran yang
dapat digunakan untuk memisahkan komponen yang dapat menyublim
dari campurannya yang tidak dapat menyublim. Uji asam benzoat
berikutnya yaitu asam benzoat dinetralkan dengan penambahan NaOH
menghasilkan larutan yang berwarna orange muda (peach), kemudian
ditambahkan larutan FeCl3 menghasilkan warna coklat mengendap.
Identifikasi senyawa-senyawa golongan alkohol, fenol dan
asam karboksilat telah dilakukan. Namun masih terjadi perbedaan hasil
praktikum dengan literatur. Hal ini disebabkan karena adanya
kontaminan pada alat, kontaminan pada zat, praktikan yang kurang teliti
dan pemberian reagen yang kurang sehingga menghasilkan warna yang
samar.

VIII. Kesimpulan
1. Reaksi pendahuluan untuk alkohol seperti etanol dapat dilakukan
dengan mereaksikan etanol dengan asam benzoat dan H2SO4 yang

menghasilkan larutan bening beraroma pisang. Dengan larutan


jenuh K2Cr2O7 dalam H2SO4 mengahasilkan warna dari orange ke
hijau. Untuk gliserin direaksikan dengan CuSO4 menghasilkan

warna biru muda dan dengan pemanasan gliserin menjadi lebih

encer. Sedangkan untuk mentol yang memiliki bentuk kristal dan


beraoma khas papermint dapat dilakukan dengan mereaksikan
mentol dengan H2SO4 dan vanilin menghasilkan warna orange-

ungu.
2. Reaksi untuk fenol dapat dilakukan dengan mereaksikan fenol
dengan FeCl3 menghasilkan endapan berwarna hitam, direaksikan

dengan air menghasilkan larutan merah muda endapan, dan dengan


K2Cr2O7 menghasilkan warna merah kecoklatan. Untuk nipagin,
nipagin yang direaksikan dengan FeCl3 menghasilkan larutan
berwarna ungu dan dengan HNO3 berwarna orange. Sedangkan

untuk hidrokuinon yang direaksikan dengan air dan penambahan


Ag(NH3)NO3 menghasilkan larutan berwarna hitam, dengan FeCl 3
berwarna hitam keabu-abuan dan dengan Pb(CH3COO)2

menghasilkan warna coklat kemerahan. Kemudian untuk resorsinol


yang diraksikan dengan p-DAB menghasilkan warna merah muda,
dengan FeCl3 berwarna ungu kehitaman dan dengan Ag(NH3)NO3

menghasilkan warna hitam pekat.


3. Reaksi untuk asam karboksilat seperti asam tartrat dilakukan dengan
mereaksikan tartrat dengan CuSO4 dan dibasakan dengan

NaOH menghasilkan warna biru. Untuk uji asetosal direaksikan

dengan pereaksi marquis menghasilkan kristal putih, jika ditambah dengan FeCl 3 terbentuk
kristal berwarna ungu. Untuk asam benzoat dilakukan dengan memanaskan asam benzoat dengan
H2SO4 didalam tabung yang menghasilkan kristal. Kemudian asam benzoat dinetralkan dengan
NaOH dengan penambahan FeCl3 menghasilkan endapan berwarna coklat.

Anda mungkin juga menyukai