Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat Kristal

tak berwarna yang memiliki bau khas.rumus kimianya adalah

C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH)yang

berikatan dengan cincin fenil.kata fenol juga menunjukan pada

beberapa zat yang berikatan dengan gugus hidroksil mempunyai

hidroksil ,dan mempunyai cincin aromatikdengan satu atau lebih

gugus hidroksil,sering bergabung dengan glukosida dan biasanya

terdapat dalam rongga sel.beberapa golongan polimer penting

seperti lignihmel anin,dan tennin,adalah polfenol.

Senyawa-senyawa anorganik pada umumnya merupakan

senyawa ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan

tertentu,sedangkan senyawa organik umunya terikat pada ikatan

kovalen,dan hingga sekarang belum ada suatu skema dan bagan

yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi suatu senyawa.

Fenol merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan fenil

dengan gugus hidroksil fenol mempunyai struktur yang serupa.

Fenol banyak digunakan untuk pembuatan bisfenol-A dengan

mereaksikanya dengan aseton. Selain itu, fenol juga berpotensi


sebagai desinfektan dalam bidang farmasi. Fenol banyak

digunakan untuk membuat berapa jenis obat, diantaranya obat

faringitis.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ini adalah,memahami dan

mengetahui cara menguji kelarutan, menguji golongan,dan

menguji penegasan dari sampel paracetamol, nipagin dan

nipasol.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah,yaitu untuk

menentukan kelarutan,golongan,dan warna dari masing-

masing sampel yaitu paracetamol,nipagin,dan nipazol.

I.3 Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah,uji

kelarutan,dicampurkan sampel (paracetamol, nipagin, nipazol)

dengan air mendidih,etanol, sedangkan uji golongan ditambahkan

FeCl3, pada uji penegasan dicampur dengan pereaksi diazo, millon,

tollens, H2SO4 encer,NH4OH dan CuSO4 dan dicampurkan dengan

K2CrO7.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Fenol merupakan sekelompok senyawa dengan rumus

umum ArOH, yang mana Ar adalah suatu fenil,berdistribusi,atau

gugus aril yang lain misal naftil. Fenol berbeda dari alkohol karena

fenol mempunyai –OH yang terkait langsung pada cincin aromatis.

Hidroksil benzena, kelompok fenol yang paling sederhana, pada

umumnya dirujuk sebagai fenol. (Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi.

Hal:103)

Penggabungan alkali suatu sulfanoat dapat disiapkan dari

asam sulfanoat yang berkesesuaian, melalui penggabungan alkali.

NaOH

Benzene misalnya asam hidroksil. Penomoran sering digunakan

untuk menandai posisi-posisi substituent pada kerangka-kerangka

fenol misalnya 2,4-denitrofenol. (Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi

halaman 184)
Karena gugus OH merupakan gugus aktivitasi, maka

kecepatan reaksi substitusi elektrofilik fenol. (Satyajit D.saker

2010:189)

Beberapa aglikon dari glokosida alami mempunyai

kandungan bercirikan senyawa fenol. Arbutin yang terkandung

dalam uva USSI dan tanaman ericaceae lain menghasilkan

hidrokuinan sebagai aglikonnya. Herperidin dalam buah jeruk juga

dapat digolongkan sebagai glikasida fenol. (Didik Gunawan

2002:101)

Uva USSI adalah daun kering dari Arctostaphglos uva

ursi,tanaman ini merupakan semak yang selalu hijau merupakan

tanaman asli dari eropa, asia, dan kanada. (Didik Gunawan

2002:101)

Fenol paling sederhana merupakan cairan atau padatan

yang meleleh pada temperatur rendah, karena ikatan hidrogen,

senyawa fenol mempunyai titik didih tinggi fenol dalam air (99 per

100 gram), tetapi sebagian besar turunan fenol tidak larut dalam

air. (Riswayanto 2009:345)

Fenol merupakan senyawa yang bersifat agak asam. Sifat ini

berbeda dengan air. Larutan basa hidroksida akan mengubah fenol

menjadi garamnya, sedangkan larutan asam mineral dapat

mengubah garamnya menjadi fenol kembali. Penguapan suatu


senyawa tergantung pada tekanan uapnya rendah tekanan uap

isomer maka dan para-nitrofenol disebabkan oleh adanya ikatan

hidrogen intermoskuler. Sehingga menghalangi terjadinya

penguapan saat destilasi posisi kedua gugus –OH dan No2 pada

orto-nitrofenol, sangat ideal untuk terbentuknya ikatan hidrogen

didalam molekulya sendiri. Ikatan ini dikenal dengan nama ikatan

intramuskuler adanya ikatan intramuskeler ini yang menyebabkan

isomer orto tidak dapat diberikan dengan air atau dengan molekul

fenol yang lain. Sehingga isomer arto mempunyai titik didih dan

kelarutan yang kecil dalam air.

Fenol umumnya dinamai dengan sebagai turunan anggota

kelompok ini yang paling sederhana, secara tiba fenol, dinamai

sebagai senyawa hidroksi benzena pada umumnya fenol sendiri

bukanlah suatu senyawa yang berwarna. Meskipun demikian fenol

mudah teroksidasi membentuk senyawa bewarna. Fenol secara

alami bersifat asam dan kebanyakan fenol mempunyai nilai pka-10-


10
. (Satyajit D.Saker 2010:185)

Fenol mempunyai reaksi subsitusi elektrolit dalam fenol

subtitusi terjadi pada orto dan pra. Fenol bersifat asam bereaksi

dengan NaoH (basa) membentuk garam natrium fenoat.memiliki

rantai C tertutup, tidak bereaksi dengan logam Na atau Pc7, tidak

bereaksi dengan RCOOH namun bereaksi dengan asil halida

(RCOX) membentuk ester. (Fasenden Js.2003:87)


Fenol merupakan sekelompok senyawa organik yang gugus

hidroksilnya (OH) langsung melekat pada karbon cicin benzena.

Aktifator buat dalam reaksi subsitusi aromatik elektrofilik, terkait

pada gugus OHnya. Karena ikatannya karbon Sp2 lebih kuat dari

ikatan karbon Sp3 maka ikatan CO dalam fenol tidak mudah

dipulihkan, fenol sendiri bertahan terhadap beberapa oksidasi

karena pembentukan 1 gugus karbonil mengakibatkan karbonya

puatabilan aromatik. (Fesenden Js.2003:88)

Fenol umumnya diberi nama berdasarkan senyawa

induknya, kimiawi, fenol telah diketahui lama sebelum pengetahuan

kimia organik, sehingga banyak fenol mempunyai nama-nama

umum. Fenol merupakan senyawa yang terbenruk dari ikatan fenil

dan gugus hidroksida memiliki titik didih yang lebih tinggi dan

memiliki ikatan hidrogen Semakin banyak gugus hidroksil maka

semakin tinggi didihnya, sehingga fenol monovalen lebih mudah

destilata dari pada fenol polivalen, dapat dalam air dengan

perbandigan 9 gram fenol dalam 100 gram air. Fenol lainya sukar

larut, mudah larut dalam etanol dan eter, fenol yang tidak larut

dalam basa kuat (larutan alkali hidroksida). (Fesenden Js.2003:88)

Fenol dibagi dalam dua golongan, golongan fenol

monovalen yakni fenol yang hanya mengikat satu gugus

hidroksil.contoh fenol, O-OH arephenol, merosol p.hidrocy benzoic

acid. Yang kedua fenol polivalen adalah fenol yang memiliki


banyak gugus hidroksil yang terkait pada etiafenol, contoh:

catechui, hydrogronen, dan resercind. Fenol sangat banyak

manfaatnya dalam kehidupan sehingga dismetesis besar-besaran

di industri dan diekstrasi dari tumbuhan alam. (Fesenden

Js.2003:89)

Sifat – sifat fenol meliputi fenol yang murni berupa hablur

tidak berwarna, sedikit larut dalam air sedangkan larutannya dalam

air bersifat lemak, karena mengalami oksidasi, sebanyak fenol ini

hanya seperti halnya alkohol dapat dijadikan senyawa eter maupun

ester, dalam senyawa fenol terdapat gugus OH yang terikat pada

atom C, yang berikatan rangkap, atom H dan inti benzen lebih

mudah diganti (distribusi) dengan atom gugus lain, dari pada atom

H dalam inti benzen saja. Oleh karena itu, larutan fenol dengan

brom langsung akan memberikan senyawa tri-bom fenol.

(Fesenden Js.2003:89)

Paracetamol agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, aseton larut dalam larutan alkali hidroksida. Bereaksi positif

sebagai fenol dengan ion besi (III) berwarna violet, hidrolisis

paracetamol dengan Pe+ ditambahkan HCL, dipanaskan dan

didefenisikan dengan pembentuk garam diazonium (jingga).

(Satyajit D.Saker.2010:186)
(Satyajit D.Saker.2010:186)

Nipasol atau prophylparaben sangat sukar larut dalam air,

mudah larut dalam etanol, kloroform dan larutan alkali, bereaksi

positif sebagai fenol. Larutannya dalam etanol ditambahkan ion Hg

(II) terbentuk cairan diatasnya berwarna merah.

(Satyajit D.Saker.2010:185)

Senyawa fenol jika direaksikan beberapa reaksi akan

menghasilakan reaksi yang berbeda. Asam hidroksi benzoat

dengan ion besi (III) berwarna violet, asam-ion-hidroksi benzoat

dengan besi (III) membentuk endapan kuning. (Fesenden

Js.2003:90)
II.2 URAIAN BAHAN

a. Aquadest (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, Aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

Tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Amonia (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 86)

Nama Resmi : AMMONIA

Nama lain : Amonia

RM/BM : NH₄OH/35,05

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas

menusuk kuat.

Kelarutan : Mudah larut dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat di tempat yang

sejuk

Kegunaan : Sebagai pereaksi

c. Asam sulfat (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 58)

Nama Resmi : ACIDUM SULFARICUM

Nama lain : Asam sulfat

RM/BM : H₂SO₄/98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif tidak

berwarna, jika ditambahkan ke dalam air

menimbulkan rasa panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

d. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 65)

Nama Resmi : AETANOLUM

Nama lain : Etanol, alcohol, etil alcohol

RM/BM : C₂H₆O/46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas

rasa

panas,mudah terbakar dengan memberikan

nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

e. Natrium hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXIDUM

Nama lain : Natrium hidroksida


RM/BM : NaOH/40,00

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping, kering, keras, rapuh dan

menunjukkan

susunan hablur, putih, mudah meleleh basah,

sangat alkalis dan korosif, segera menyerap

karbondioksida.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam

Etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

f. Besi (III) Klorida (Farmakope Indonesia Edisi III hal.659)

Nama Lain : Feri klorida

RM/BM : FeCl3/162,2

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur berwarna hitam

kehijauan; oleh pengaruh lembab udara

berubah menjadi jingga.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,

Kegunaan : Sebagai pereaksi

g. Asam Klorida (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 53)

Nama Resmi : ACIDUM HIDROCHIORIDUM

Nama lain : Asam Klorida, Asam Garam

RM/BM : HCl/36,5
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap dan bau

merangsang jika diencerkan dua bagian air

asap dan bau hilang.

penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

h. Asam Nitrat (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 650)

Nama resmi : ACIDUM NATRICUM

Nama lain : Asam Nitrat

RM/BM : HNO3/63,01

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, rasa

agak tajam.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol dan

gliserol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : sebagai pereaksi.

i. Metil Paraben (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 378 )

Nama resmi : METHYLIS PARABENUM

Nama lain : Metil paraben, Nipagin M

RM/BM : C8H8O3/152,15

Rumus Struktur :
Pemerian : Serbuk hablur putih, halus, hampir tidak

berbau, tidak mempunyai rasa, agak

membakar diikuti rasa membakar.

Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air

mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) p

dan 3 bagian kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai Sampel

j. Propil Paraben (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 535)

Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM

Nama lain : Propil paraben, Nipasol

RM/BM : C10H13O3/180,21

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak

berasa.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut

Dalam larutan alkali hidroksida.  

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

k. Parasetamol (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 37)


Nama resmi : ACETAMINOPHEN

Nama Lain : Paracetamol

RM/BM : C8H9NO2/151,16

Rumus Struktur :

Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa

pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit

rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian

Etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P,

dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9

bagian propilenglikol P; larut dalam larutan

alkalihidroksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai sampel

l. Perak Nitrat (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 97)

Nama resmi : ARGENTII NITRAS

Nama lain : Perak Nitrat

RM/BM : AgNo3/ 169,87

Pemerian : Transparan atau serbuk hablur berwarna


putih; tidak berbau;menjadi gelap jika kena

cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Sebagai pereaksi

m. Tembaga (II) Sulfat (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 731)

Nama Resmi : Tembaga (II) Sulfat

Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat Hidrat

RM/BM : CuSO4/-

Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur;biru.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian

gliserol p. sangat sukar larut dalam etanol

(95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

n. Kalium Kromat (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 690)

Nama Resmi : KALIUM KROMAT

Nama Lain : Kalium kromat

RM/BM : K2Cr2O4/-

Pemerian : Massa Hablur; kuning

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan jernih.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan : Sebagai pereaksi
BAB III

METODELOGI PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini

adalah cawan petri, lap halus, lap kasar, lampu spritus, pipet

tetes, rak tabung reaksi, sendok tanduk dan tabung reaksi.

III.1.2 Bahan Percobaan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini

adalah air suling (aqua destilata), amoniak (amoniak), asam

klorida (acidum Hidrochiarium), Asam nitrat (Acidum

Natrium). Asam sulfat (Acidium sulfarium), Etanol (Aethalum)

kalium dikromat (kalium dikromat), Natrium hidroksida

(Natrium Hydroxydium). Nipagin (Memethylis parabenum),

Nipasoi (propylis parebenum), parasetomol

(Acetonophenum), perak nitrat (arganti nitras), tembaga II

sulfat (tembaga (II) sulfat) dan tissue.

III.2 Cara Kerja

a. Uji Organoleptik
1. Disiapkan semua sampel (parasetamol, nipagen, nipasol)

sebanyak 50 mg.

2. Pada uji bentuk ini dapat memegang sampel dan mengamati

bentuknya, (paracetomol, nipagin, nipasol).

3. Pada bau, digunakan indra pencium menemukan bau dan

sampel (parecetamol, nipagin, dan nipasol)

4. Pada warna sampel (parasetamol, nipagen, nipasol)

digunakan indra penglihatan untuk melihat warnanya.

b. Uji Kelarutan

1. Disimpan 9 tabung reaksi yang bersih dan kerang

2. Diambil 3 tabung reaksi kemudian dimasukkan sampai

(paresetamol,nipasol,nipagen) sebanayak 1 mg atau

secukupnya.

3. Dimasukkan air dingin ini kedalam masng-masing tabung

reaksi dikocok, kemudian di amati terkarutnya.

4. Di ambil lagi 3 lubang reaksi lalu masukkan semua sampel

(paracetamol,nipason, nipagen) kedalam masing-masing

tabung reaksi secukupnya.

5. Dimasukkan air panas kedalam masing-masing tabungreaksi

sebanyak 1 ml, dikocok kemudian di amati perubahan akan

kelarutannya.

6. Di ambil 3 tabung reaksi, sisanya dimasukkan semua

sampel
(parasetamol, nipagen, nipasol) ke dalam masing-masing

tabung reaksi secukupnya.

7. Di masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

dengan

etanol, dikocok kemudian di amati kelarutannya.

c. Uji Golongan

1. Menggunakan Pelarut Air

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan sampel parasetamol, Nipagin, Nipasol

kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan air

suling, 1 ml.

c. Di tambahkan FeCl3 beberapa tetes, kemudian

dipanaskan

d. Dilihat dan diamati perabuhannya

2. Menggunakan pelarut Etanol

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan sampel (parasetamol Nipagin, Nipasol)

kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan

etanol 1 ml.

c. Di tambahkan FeCl3 beberapa tetes, kemudian

dipanaskan

d. Dilihat dan diamati perubahannya

e. Uji Penegasan
1. Reaksi dengan pereaksi diezo

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi semua sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol) secukupnya

c. Ditambahkan etanol kedalam masing-masing tabung

reaksi

d. Di tambahkan Fecl3 beberapa tetes, kemudian

dipanaskan

e. Diamati perubahan warna dari masing-masing sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol).

2. Reaksi dengan pereaksi Millon

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi semua sampel

(parasetamol Nipagin, Nipasol) secukupnya

c. Ditambahkan etanol kedalam masing-masing tabung

reaksi

d. Ditambahkan Fecl3 beberapa tetes, kemudian

dipanaskan

e. Diamati perubahan warna dari masing-masing sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol).

3. Reaksi dengan H₂SO4 encer

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering


b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi semua sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol) secukupnya

c. Di larutkan dalam H2SO4 kedalam masing-masing tabung

reaksi, lalu di panaskan selama 5 menit.

d. Diamati perubahan yang terjadi.

4. Reaksi dengan HNO3 encer

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi semua sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol) sebanyak 50 mg,

kedalam masing-masing reaksi

c. Ditambahkan 2 ml HNO3 kedalam masing-masing

tabung reaksi, lalu di panaskan beberapa menit.

d. Diamati perubahan yang terjadi.

5. Reaksi dengan NaOH, NH₄OH, Dan CUSO₄

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan kedalam tabung reaksi semua sampel

(parasetamol, Nipagin, Nipasol) sebanyak 50 mg,

kedalam masing-masing reaksi

c. Di larutkan dengan NaOH 2 Nsebanyak 3 ml, dikocok

kuat lalu di asamkan dengan HCL di tambahkan NH₄OH

berlebih

d. Dipanaskan di penangas teteskan dengan CUSO₄.

e. Diamati perubahan yang terjadi.


6. Reaksi dengan Tollens

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan sampel parasetamol Nipagin, Nipasol

kedalam masing-masing tabung reaksi ditambahkan

air suling, 1 ml.

c. Ditambahkan pereaksi tollens, (ditambahkan 1 ml,

AgNOȝ di tambahkan beberapa tetes NaOH, sehingga

endapan larut).

d. Diamati perubahannya

7. Reaksi dengan K₂ Cr₂ O₇

a. Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering

b. Dimasukkan sampel parasetamol, Nipagin, Nipasol

sebanyak 50 mg. Kemudian di larutkan dengan Hcl₂N

sebanyak 2 ml, didihkan beberapa saat, encerkan

dengan 5 ml air.

c. Dinginkan kemudian tambahkan 1 tetes K₂ Cr₂ O₇.

d. Diamati perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.I Hasil Percobaan

1. Uji Organoleptik

a. Paracetamol

Rumus Molekul Rumus Struktur

C8H9NO2

Warna : Putih

Bau : Tidak berbau

Bentuk : Hablur

Rasa : -

b. Nipagin (Metil Paraben)

Rumus Molekul Rumus Struktur

C8H9NO2

Warna : Putih
Bau : Tidak berbau

Bentuk : Serbuk Hablur

Rasa : -

c. Nipasol ( Propil Paraben )

Rumus Molekul Rumus Struktur

C8H9NO2

Bentuk : Serbuk Hablur

Warna : Putih

Bau : tidak berbau

Rasa : -

2. Uji Kelarutan

Pelarut
No Zat Uji
Air Dingin Air Panas Etanol

1 Paracetamol Tidak Larut Tidak Larut Larut

2 Nipagin Tidak Larut Tidak Larut Larut

3 Nipasol Tidak LArut Tidak Larut Larut

3. Uji Golongan

a. Menggunakan Pelarut Air

Pereaksi /
Zat uji Pengamatan
Perilaku
Paracetamo Larutan zat
Putih kekurangan endapan
l dalam pelarut

air + beberapa
Nipagin Coklat ada endapan
jenis tetes

larutan FeCl3
Nipasol (Panaskan Jika Coklat ada endapan

Perlu)

b. Menggunakan Pelarut Etanol

No Zat uji Pengamatan

1 Paracetamol Putih endapan coklat

2 Nipagin Hitam kehijauan

3 Nipasol Hitam kehijauan

4. Uji Penegasan

a. reaksi kimia

1. Reaksi dengan pereaksi diazo

No Zat uji pengamatan

1 Paracetamol Coklat
2 Nipagin Hitam pekat

3 Nipasol Hitam pekat

2. Reaksi dengan pereaksi millon

N
Zat uji pengamatan
o

1 Paracetamol Jingga

2 Nipagin Hitam pekat

3 Nipasol Hitam larut pekat

3. Reaksi dengan H2SO4

N
Zat uji Pengamatan
o

1 Paracetamol Bening

2 Nipagin Putih larut

3 Nipasol Putih larut

Perhitungan pengenceran H2SO4 2 N dalam 100 ml


Diketahui : BJ = 1,84

BM = 98

% = 98 %

N1 =2N

V2 = 100 ml

Ditanya : V1 =……. ?

H2SO4 H 2+ + So42-

e=2

BE : BM / e = 98/ 2 = 49

Penyelesaian:

% × 1000× BJ
N =
BE

98 2 10 00× 1,84
= 100 x 49

= 2 x 10 x 1,84

= 3,68 N

V1 . N2 = V2 . N2

100× 2
V1 . 36,8 =
36,8

V1 = 5,434 ml

Jadi, volume yang diambil adalah 5,434 ml, kemudian

dicukupkan dengan aquadest 100 ml.

4. Reaksi dengan HNO3


N
Zat uji Pengamatan
o

1 Paracetamol Bening kekuningan

2 Nipagin Terdapat butiran bening

3 Nipasol Terdapat butiran bening

Perhitungan pengenceran HNO3 2N dalam 100 ml.

Diketahui: BJ = 1,41

BM = 63,01

% = 69%

V2 = 100

N2 = 2N

Ditanya: V1 =…..?
HNO3 H+ + NO3-
e=1

BE = BM/e = 63,01/1 = 63,01

Penyelesaian:

% × 1000× BJ
N =
BE

69 10 00× 1,41
= 100 x 63,01

69× 10 ×1,41
= 63,01

972,9
= 63,01
= 15,44 N

V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 15,44 = 100 . 2

200
V1 =
15,44

V1 = 12,95 Ω 15 ml

Jadi, yang dipipet kedalam labu ukur adalah 12,95 Ω 15 ml

lalu dicukupkan dengan aquadest 100 ml.

5. Reaksi dengan Tollens

N
Zat uji Pengamatan
o

1 Paracetamol Bening endapan

2 Nipagin Bening larut

3 Nipasol Bening larut

6. Reaksi dengan K2Cr2O7 (pereaksi HCl 2N)

N
Zat uji Pengamatan
o

1 Paracetamol Kuning, terdapat endapan


2 Nipagin Jingga larut

3 Nipasol Ungu larut

Perhitungan pengenceran HCl 2N dalam 100 ml

Diketahui: BJ = 1,18

BM = 36,46

% = 65%

V2 = 100 ml

N2 =2N

Ditanya: V1 = ……?

HCl H+ + Cl-

e=1

BE = BM/e = 36,46/1 = 36,46

Penyelesaian:

% × 1000× BJ
N =
BE

65 10 00× 1,18
= 100 x 36,46

65× 10 ×1,18
=
36,46

= 21,03 N

V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 21,03 = 100 . 2
200
V1 =
21,03

V1 = 9,51 Ω 10 ml

Jadi, yang didapat 9,5 atau 10 ml kemudian ditambahkan

air suling 100 ml.

7. Reaksi dengan NaOH, NH4OH, dan CuSO4

N
Zat uji Pengamatan
o

1 Paracetamol Tidak larut, berwarna hijau

2 Nipagin Menggumpal, hijau muda

3 Nipasol Endapan biru muda


IV.2 Pembahasan

Pada percobaan pertama yaitu pada uji organoleptik dimana

pada parasetamol menghasilkan bentuk halus, tidak berbau,

berwarna putih kekuningan, hasil ini sedikit berbeda dengan

Farmakope yaitu warna putih. Hal ini disebabkan oleh karena

bahan yang terlalu lama. Pada nipagin berbentuk serbuk, halus,

tidak berbau, berwarna putih. Hal ini sesuai dengan Farmakope

Indonesia, sedangkan pada nipasol berbentuk serbuk halus,

berwarna putih, tidak berbau. Hal ini sesuai dengan literature yaitu

Farmakope Indonesia.

Pada uji kelarutan, pada parasetamol, nipagin, dan nipasol

baik dalam air dingin maupun air panas hasil semuanya tidak larut,

hal inii disebabkan oleh adanya kesalahan dalam praktikum

dimana, tidak panasnya air dan air dingin tidak terlalu dingin

sehingga berbeda dengan literatur, sedangkan pada pelarut etanol,

paracetamol, nipagin dan nipasol larut didalamnya. Hasil ini sesuai

dengan literatur yaitu Farmakope Indonesia Edisi III.

Pada uji golongan, menggunakan pelarut air dan pelarut

etanol, dimana pada air berwarna putih kekuningan endapan,

dimana hasil ini menunjukkan berada dalam golongan monovalen,

sedangkan pada nipagin dan nipasol menghasilkan coklat ada

endapan, hasil ini menunjukan bahwa seharusnya golongan


privalen namun hasil ini tidak sesuai dengan literatur di karenakan

adanya endapan pada larutan sehingga tidak dapat hasil maksimal

sedangkan pada pelarut etanol parasetamol menghasilkan warna

putih endapan coklat, hal ini tidak sesuai dengan literature di

karenakan adanya kesalahan pada larutan zat yang tidak larut

sedangkan pada nipagin dan nipasol menghasilkan warna hitam

kehijauan. Hal ini tidak dapat di ketahui golongannya di karenakan

adanya kesalahan pada praktikum yaitu tidak sesuainya bahan

dengan larutan atau tidak bersihnya pada tabung reaksi.

Pada uji penegasan,pada reaksi diazo di mana parasetamol

menghsilkan warna coklat yang dalam artian yang negatif terhadap

reaksi diazo,hasil ini tidak sesuai dengan literature karena tidak

bersihnya tabung reaksi,sedangkan pada nipagin dan nipasol

menghasilkan warna hitam pekat di mana hasil ini negatif terhadap

preaksi diazo di mana hasil yang di hasilkan dengan literatur hasil

ini di sebabkan oleh tabung reaksi yang kurang kering.

Pada pereaksi millon pada parasetamol menghasilkan warna

jingga. Hasil ini berarti bersifat positif terhadap pereaksi millon.

Hasil ini sesuai dengan liiteratur nipagin dan nipasol menghasilkan

warna hitam yang menandakan negatif terhadap pereaksi millon

dan hasil ini tidak sesuai dengan literatur, di karenakan tabung

reaksi yang tidak bersih.


Pada reaksi asam sulfat diman parasetamol menghasilkan

warna bening hasil negatif terhadap pereaksi asam sulfat hal ini

tidak sesuai dengan literature dikarenakan bahan yang tidak terlalu

lama. Sedangkan pada pereaksi nipagin dan nipasol berwarna

putih larut. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan literature

dikarenakan terdapat larutan yang tidak bersih dalam larutan.

Pada reaksi HNO3 eter atau asam nitrat pada parasetamol

menghasilkan warna bening kekuningan. Hal ini menunjukkan tidak

negative terhadap peraksi HNO3. Sedangkan pada hasil pereaksi

nipagin dan nipasol tidak dapat perbedaan yaitu terdapat larutan

bening di HNO3. Sedangkan pada hasil nipagin dan nipasol tidak

dapat perbedaan yaitu terdapat butiran bening dimana hasil ini

sesuai dengan literature dikarenakan tabung reaksi dan larutan

yang sudah lama serta tabung reaksi yang basah dan tidak kering.

Pada peraksi dengan NaOH, NH4OH, CUSO4, pada

parasetamol menghasilkan warna hijau muda, dan tidak larut, hal

ini menunjukkan positif terhadap pereaksi-pereaksi tersebut dan hal

ini sesuai dengan literature. Sedangkan pada nipagin dan nipasol

menghasilkan warna hijau terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan

literature yang ada.

Pada pereaksi Tollens, parasetamol menghasilkan warna

bening endapan, sedangkan pada nipasol dan nipagin


menghasilkan warna bening, semua hasil dari sampel negative

terhadap pereaksi dan larutan tidak ditambahnya AgNO 3 pada saat

praktikum.

Pada pereaksi K2Cr2O7 pada parasetamol menghasilkan

bening terdapat endapan, sedangkan pada nipagin berwarna

jingga, sedangkan pada nipasol warna ungu, hasil pada

parasetamol negative seharusnya membentuk endapan ungu,

sedangkan pada nipazol dan nipagin hasil positif, hasil ini sesuai

denganliteratur yang ada.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pada hasil percobaan dapat disimpulkan pada organoleptik

yang berbeda-beda baik uji dari segi bau, bentuk, dan warna.

Pada percobaan kelarutan pada pereaksi air dingin dan air

panas menghasilkan pada parasetamol, nipagin dan nipazol tidak

larut, sedangkan pada etanol menghasilkan larut pada nipagin,

nipazol dan parasetamol.

Pada uji golongan, pada air dan etanol menghasilkan

golongan monovalen, sedangkan pada nipagin dan nipazol, coklat

endapan dan hitam kehijauan.

Pada uji pereksi diazo,pada paracetamol mengahasilkan

warna coklat dan nipagin,nipzol hitam kehijauan.

Pada uji H2SO4 paracetamol menghasilkan warna bening

sedangkan pada nipagin dan nipazol menghasilkan putih larut.

Pada uji HNO3 menghasilkan warna bening kekuningan,

pada nipagin dan nipazol, terdapat butiran bening.

Pada reaksi tollens,paracetamol menghasilkan warna bening

endapan,nipagin dan nipazol meghasilkan warna bening larut.


Pada reaksi K2Cr2O7 paracetamol menghasilkan warna

bening endapan,nipagin dan nipazol menghasilkan warna jingga

dan ungu.

Pada reaksi NaOH,NH4OH,dan CuSO4 paracetamol

menghasilkan warna hijau, sedangkan nipagin dan nipazol warna

hijau dan biru.

V.2 Saran

Adapun saran saya yaitu, sekiranya bahan-bahan di

laboratorium agar dilengkapi lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

Ditjen, POM. 1995. Farmakope Indonesia EDisi IV. Depkes RI : Jakarta.

Fesenden, J.S. 2003.Kimia Orgaik Edisi III. Erlangga : Jakarta.

Gunawan, Didik. 2002. Biokimia Dasar. Erlangga : Jakarta.

Riswayanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga :Jakarta.

Saker D. Satyajit. 2010. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Pelajar

: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai