Anda di halaman 1dari 21

PEMBAHASAN (dextromethorphan 1&2)

Dextromethorphan adalah termasuk obat yang sering disalahgunakan, dengan fungsi


utamanya yaitu untuk menekan batuk (antitusif) akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas
bronchial, dan memiliki efek halusinasi dan pusing (Rusmawati, 2007). Berdasarkan uji yang
telah dilakukan, dimana sampel yang ditambah dengan larutan H2SO4 pekat (sebagai katalis
yang tidak ikut bereaksi), selanjutnya ditambahkan dengan pereaksi difenilamin. Hasil
menunjukkan bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro karena menghasilkan reaksi
spesifik yaitu berwarna biru.
Reaksi:

H2S
O4(p)
NH + H- NO2 N-NO2

(difenilamin) (nitro)
(Berwarna Biru)
_>

Pada pengujian selanjutnya yaitu sampel ditambahkan dengan Zn (sebagai reduktor)


dan HCl (sebagai pemberi suasana asam) setelah itu dilakukan pemanasan dipenangas air,
senyawa nitro yang direduksi dalam suasana asam akan menjadi senyawa amin primer, yang
selanjutnya ketika ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi DAB HCl terbentuk warna merah
jingga, hasil menunjukkan bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro yang terbentuk
karena reaksi reduksi-oksidasi.
Reaksi:

(Reduksi dalam suasana asam menjadi amin primer)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS


UJI ANALISIS KELOMPOK SENYAWA NITROGEN

(AMINA, AMIDA, NITRODAN SULFON)


Disusun oleh:

KELOMPOK 4

Ferselina Anita Murafer 201FF04003


Linda Ardillah 201FF04005
Nazarul Mastura 201FF04010
Yuni Purnamasari 201FF04020
Anisa Faradifa Rumi 201FF04022
Nurinnisa Septy Harnida 201FF04030
Siti Raeyuni Maulidia Belina 201FF04035
Putri Nurfinywulan 201FF04038
Dian Eka Fakhira 201FF04040
Ilham Nurfadillah 201FF04043
Mei Yola Geofani 201FF04045
Fatimah Ayu Putri Pambudi 201FF04050
MODUL 3

UJI ANALISIS KELOMPOK SENYAWA NITROGEN (AMINA, AMIDA, NITRO DAN


SULFON)

I. TUJUAN
1. Mengetahui metode identifikasi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi
2. Memahami identifikasi secara kimia senyawa golongan amina, amida, nitro, dan
sulfon

II. PRINSIP
Mengidentifikasi gugus fungsi dan menentukan golongan senyawa tersebut
berdasarkan gugus fungsinya. Penentuan gugus fungsi amina, amida, nitro dan sulfon
dengan mencampurkan perekasi yang selektif sehingga menimbulkan perubahan warna,
terbentuk endapan, menghasilkan bau/aroma khas sehingga membentuk karakteristik dari
salah salah satu golongan senyawa tesebut.
(Linda Ardillah, 201FF04005)

III. PENDAHULUAN
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada
suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas pada senyawa. Semua senyawa
organik yang mempunyai gugus fungsional yang sama akan ditempatkan pada deret
homolog yang sama. Berdasarkan gugus fungsi, dapat dibuat klasifikasi senyawa organik
yang memudahkan kimia organik untuk dipelajari (Akhmad, 2013).
Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada
suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas pada senyawa. Semua
senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional yang sama akan ditempatkan
pada deret homolog yang sama. Berdasarkan gugus fungsi, dapat dibuat klasifikasi
senyawa organik yang memudahkan kimia organik untuk dipelajari (Akhmad, 2013). Tes
karakteristik senyawa kimia untuk mendeteksi senyawa. Gugus fungsi adalah suatu
atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan
sifat yang khas pada senyawa. Semua senyawa organik yang mempunyai gugus
fungsional yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama. Berdasarkan
gugus fungsi, dapat dibuat klasifikasi senyawa organik yang memudahkan kimia organik
untuk dipelajari (Akhmad, 2013).
Amina adalah suatu senyawa yang mengandung gugusan amino yaitu gugus fungsi
yang mengandung nitrogen terikat kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan
gugusan karbonil) dan sejumlah atom hidrogen (tidak ada, satu atau dua). Apabila salah
satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbon karbonil, senyawanya adalah
amida, bukan amina. Amina digolongkan menjadi amina primer (RNH2), sekunder
1
(R2NH), atau tersier (R3N), tergantung kepada jumlah atom karbon yang terikat pada
atom nitrogen (bukan pada atom karbon, seperti pada alkohol) (Achmadi, 2005)
.

Amina dapat dianggap sebagai turunan ammonia, dengan mengganti satu, dua atau
tiga hidrogen dari ammonia dengan gugus organik. Seperti ammonia, amina bersifat basa.
Pada kenyataannya, amina dalah jenis basa organik penting di alam. Amina sederhana
diberi nama dengan menambahkan nama gugus alkil yang melekat pada nitrogen dan
akhiran amina. Gugus NH2 atau amino kadang dianggap sebagai subsituen. Senyawa
dengan gugus amino melekat ada cincin aromatic diberi nama sebagai turunan anilin atau
sistem cincin aromatiknya (Hart, 1983)

Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat
adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen
namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat
antara molekulnya. Amina tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi
ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya.konsekuensinya
titik didihnya lebih rendah dibanding amina primer atau sekunder. Salah satu sifat yang
paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah aromanya yang tidak
menyenangkan. Amine volatile ini menguap secara cepat dan tercium seperti campuran
ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ yang
mengandung protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang mati,
rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina
(Stoker, 1991). Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu
dapat berguna sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi dan
pengemulsi (Billenstein,1984).
Amida adalah senyawa yang diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti
gugus OH menjadi gugus NH2. Amida sangat polar dan mudah membentuk ikatan
hidrogen. Titik didihnya tinggi dibandingakan senyawa lain dengan bobot molekul yang
sama namun substitusi aktif pada nitrogen cenderung menurunkan titik didih dan titik
lelehnya karena menurunnya kemampuan membentuk ikatan hidrogen. Artinya amida
yang mengandung gugusan N-H mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih tinggi
daripada amida yang mengandung NR. Amida dengan kelompok NH 2 bisa didehidrasi
dengan sebuah nitril. Dengan demikian rumus umum untuk amida adalah: R-CO-NH2.
Kelarutan dari amida dan ester secara kasar sebanding. Biasanya amida kurang larut
dibandingkan amina dan asam karboksilat yang sebanding karena senyawa ini dapat
dengan baik menyumbangkan dan menerima ikatan hidrogen (Rahayu, 2005).
Amida adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak reaktif karena itu, golongan
senyawa ini banyak terdapat di alam. Amida yang terpenting adalah protein. Amida diberi
nama dengan mengganti akhiran asam at atau oat dengan akhiran amida. Amida
mempunyai geometri datar. Sekalipun ikatan karbon-nitrogen biasanya ditulis sebagai
ikatan tunggal, rotasi pada ikata ini sangat terbatas. Alasannya ialah karena adanya
resonansi yang sangat penting pada amida. Penyumbang resonasi yang mempunyai dua
kutub inilah yang menyebabkan ikatan karbon-nitrogen bersifat lebih banyak sebagai
ikatan ganda dua (Fessenden, 1986).
Amida primer adalah amida yang dua atom hydrogen terikat pada atom nitrogen
amida. Amida sekunder adalah amida yang atom nitrogennya tersubstitusi sebuah gugus
alkil/aril. Amida tersier adalah amida yang atom nitrogennya tersubstitusi dua gugus
alkil/aril (Ramadhan,2012).
Suatu amida diberi nama dari nama asam karboksilat induknya dengan mengubah
imbuhan asam (-oat atau -at) menjadi amida. Di dalam gugus fungsi amida, atom nitrogen
terikat pada gugus karbonil jika dua ikatan bebas atom nitrogen mengikat amida, maka
senyawa itu disebut amida sederhana. Jika salah satu atau kedua ikatan bebas atom
nitrogen mengikat gugus alkil atau gugus aril, senyawa yang demikian disebut amida
tersubstitusi. Gugus karbonil dan ikatan nitrogen dihubungkan sebagai ikatan amida.
Ikatan ini sangat stabil, dan ditemukan unit perulangan molekul protein dan produk
produk polimer lainnya. (Lubis, 2010)

Amida mempunyai sifat fisik yaitu berbentuk padat kecuali formamida


yang berbentuk cair, tidak berwarna dan larut dalam pelarut (pelarut organik). Amida
dapat dibuat dengan mereaksikan ester dengan amoniak cair, tetapi reaksi ini berjalan
dengan lambat dibandingkan dengan reaksi antara halida asam atau anhidrida dan
ammonia. Kepolaran molekul senyawa turunan asam karboksilat yang disebabkan oleh
adanya gugus karbonil (C), sangat berpengaruh terhadap sifat sifat fisiknya (titik didih,
titik lebur dan kelarutan) diketahui bahwa titik didih halida asam, anhidrida asam
karboksilat dan ester hampir sama dengan titk didih aldehid dan keton yang berat
molekulnya sebanding. Khusus untuk senyawa amida, harga titik didihnya cukup tinggi,
hal ini disebabkan karena adanya ikatan hidrogen antar molekulnya (Kevin, A dan
Boudreaux, 2010)
Nitro merupakan gugus fungsi yang mengandung memiliki atom nitrogen yang terikat
pada dua atom oksigen. Senyawa nitro mengandung satu atau lebih kelompok nitro (NO 2)
adalah kelas senyawa organik RNO2 senyawa rumus (dimana R adalah gugus hidrokarbon
alifatik atau gugus hidrokarbon). Senyawa nitro dapat dilihat sebagai molekul hidroksil satu
atau lebih atom hidrogen adalah kelompok nitro (-NO2) derivative diganti dihasilkan oleh
kelompok hidroksil dapat dibagi menjadi senyawa nitro alifatik (R-NO 2) dan aromatik
keluarga senyawa Nitro (aR-NO2), dibandingkan dengan senyawa nitro alifatik, senyawa
nitro aromatik digunakan secara luas (Oxtoby, 2001). Senyawa sulfon adalah senyawa yang
mengandung gugus fungsi sulfonil yaitu gugus fungsi yang memiliki atom sulfur (-SO3H).
( Nazarul Mastura, 201FF04010 & Ferselina Anita Murafer, 201FF04003)

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas kimia
3. Pipet tetes
4. Penangas air
5. Batang pengaduk
6. Spatula
7. Plat tetes
8. Penjepit kayu

b. Bahan
1. NaOH 1M
2. HCl Pekat
3. CHCl3
4. NH4OH
5. NaOCl
6. Fenol
7. H2SO4
8. CuSO4
9. Difenilamin
10. Reagen erlich
11. Zn
12. Etanol
13. H2O2 3%
14. FeCl3 0,5 N
15. HNO3
16. BaCl2 0,5N
17. Kertas lakmus
(Linda Ardillah, 201FF04005)
V. PROSEDUR KERJA
a. Analisis Gugus Fungsi Amina
1. Uji pelepasan NH3
 Sampel dalam tabung reaksi ditambahkan 1-3 tetes NaOH, lalu dipanaskan.
Hasil positif amina akan menimbulkan bau ammonia
 Lalu ditambahkan HCl. Hasil positif akan terbentuk kabut NH4Cl
 Dicelupkan kertas lakmus kedalam tabung reaksi. Hasil positif akan merubah
kertas lakmus menjadi warna biru
2. Uji Korek Api
 Sampel dilarutkan dalam HCl pekat pada plat tetes
 Dicelupkan batang korek api
 Hasil positif akan menimbulkan warna kuning sampai jingga pada batang korek
api
3. Reaksi Isonitril
 Sampel dalam tabung reaksi ditambahkan dengan CHCl3
 Kemudian ditambahkan dengan NaOH
 Sampel dipanaskan. Hasil positif menimbulkan bau isonitril (bau busuk)
4. Reaksi Indofenol
 Sampel dalam tabung reaksi ditambahkan dengan air, lalu dipanaskan hingga
mendidih
 Ditambahkan NaOH atau NH4OH
 Ditambahkan NaOCl
 Ditambahkan Fenol. Menghasilkan warna yang berbeda-beda
 Kemudian sampel dikocok dengan eter. Lapisan eter umumnya berwarna
merah
5. Reaksi dengan CuSO4
 Sampel dalam tabung reaksi ditambahkan dengan air dan NaOH
 Kemudian dipanaskan hingga mendidih, lalu didinginkan
 Ditambah dengan CuSO4
 Ditambah dengan HCl encer hingga netral. Hasil positif akan menimbulkan
endapan berwarna
6. Reaksi Erlich
 Sampel dalam tabung reaksi ditetesi dengan 1-3 tetes reagen erlich
 Hasil positif akan menghasilkan perubahan warna menjadi kuning, jingga
sampai merah
7. Uji untuk membedakan amina primer, sekunder dan tersier
 Sampel dalam tabung reaksi diberi aquadest
 Ditambahkan aseton
 Kemudian ditambahkan Na-Nitroprusid
 Hasil positif akan menimbulkan perubahan warna
Amina primer : merah violet
Amina sekunder : kuning
Amina tersier : kuning
b. Analisis Gugus Fungsi Amida
Reaksi Biuret
1. Sampel dalam tabung reaksi ditetesi 1-3 tetes NaOH dan CuSO4
2. Hasil positif akan menimbulkan perubahan warna menjadi biru atau violet

c. Analisis Gugus Fungsi Nitro


1. Sampel dalam tabung reaksi ditetesi oleh 1-3 H2SO4 pekat. Kemudian ditambahkan
dengan difenilamin. Hasil positif akan menimbulkan warna biru.
2. Sampel dalam tabung reaksi ditambah dengan Zn dan HCl, kemudian dipanaskan
yang akan membentuk amin aromatic primer. Selanjutnya ditetesi oleh 1-3 tetes
reagen erlich. Hasil positif akan menimbulkan warna kuning, jingga atau merah.
3. Sampel dalam tabung reaksi ditetesi NaOH 1-3 tetes. Hasil positif menimbulkan
warna kuning (nitro alifatis).
4. Sampel dalam tabung reaksi ditetesi 1-3 tetes etanol/ aseton. Kemudian
ditambahkan NaOH. Hasil positif akan menibulkan warna merah violet (nitro
aromatis yang mengandung 2 atau lebih gugus nitro).

d. Analisis Gugus Fungsi Sulfon


Reaksi Redoks
1. Sampel dalam tabung reaksi ditetesi oleh 1-3 tetes H2O2 3%
2. Lalu ditambahkan 1-3 tetes FeCl3 0,5N
3. Kemudian ditetesi 1-3 tetes HNO3
4. Selanjutnya ditetesi 1-3 tetes BaCl2 0,5N
5. Hasil positif menghasilkan endapan putih BaSO4

(Fatimah Ayu Putri P, 201FF04050)

VI. DATA PENGAMATAN

Hasil Amina Amina Amina


Sampel Prosedur Amina Amida Nitro Sulfon
Pengamatan Primer Sekunder Tersier
+ NaOH
dipanaskan
(bau
ammonia),
+ HCl
Efedrin Warna biru +
(kabut
NH4Cl) +
dicelupkan
kertas
lakmus
+ larutkan
Efedrin dalam HCl Jingga +
pekat +
batang
korek api
+ CHCl3 +
Efedrin NaOH Bau busuk +
dipanaskan
+ air lalu
didihkan +
NaOH +
Efedrin NaOCl + Warna merah +
Fenol +
kocok
dengan eter
+ air +
NaOH +
didihkan +
dinginkan + Endapan warna
Efedrin +
CuSO4 + merah
HCl encer
sampai
netral
+ reagen
Efedrin Merah +
erlich
+ aquadest
+ aseton +
Anilin Merah +
Na.
Nitroprusid
+ aquadest
+ aseton +
Dimetil Na.
Kuning +
amina Nitroprusid

+ aquadest
Trimetil + aseton +
Kuning +
amina Na.
Nitroprusid
Sulfa + NaOH +
CuSO4 Violet +
diazine
Dextromet + H2SO4 P +
difenilamin Biru +
horphan
+ Zn + HCl
Dextromet + panaskan
Merah
horphan + reagen +
erlich
Dextromet + NaOH
Kuning +
horphan
Dextromet + etanol +
Merah violet +
horphan NaOH
+ H2O2 3%
Sulface + FeCl 0.5
Endapan putih +
Tamid N + HNO3 +
BaCl2 0,5N

(Fatimah Ayu Putri P, 201FF04050)


VII. PEMBAHASAN
Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen
pada nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat
mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Amina bisa diklasifikasikan
sebagai primer, sekunder dan tersier. Amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus
nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991).
Efedrin adalah tanaman alkaloid yang dapat digunakan sebagai stimulant sirkulasi,
diaforetik, antipiretik, sedative untuk pengobatan batuk. Dari stuktur kimianya, efedrin
merupakan suatu senyawa amina yang mengandung stuktur mirip dengan turunan
metamfetami dan amfetamin. Efedrin adalah suatu amfetamin yang tersubstitusi dan
merupakan analaog stukturan metamfetamin perbedaannya dengan metamfetamin hanya
adalah adanya stuktur hidroksil (OH).

Stuktur Efedrin

Pada pengujian kali ini dialakukan dengan uji pelepasan NH 3 dimana sampel efedrin
diberikan NaOH lalu dipanaskan dan menghasilkan bau ammonia selanjutnya ditambahkan
HCl dan terbentuk kabut NH4Cl. NH4Cl adalah garam terhidrolisis yang terbentuk dari asam
kuat HCl dan basa lemah NH4OH. Dominasi asam kuat menyebabkan NH4Cl bersifat asam.
NH4Cl terhidrolisis parsial atau sebagian karena hanya kation amonium (dari basa lemah)
yang akan terhidrolisis yaitu dapat bereaksi dengan air, sedangkan anion klorida (dari asam
kuat) tidak akan terhidrolisis bila direaksikan dengan air. Selanjutnya dicelupkan pada kertas
lakmus dan larutan akan bersifat asam (pH < 7) sehingga larutan akan memerahkan kertas
lakmus biru dan tidak akan membirukan kertas lakmus merah.

Reaksi hidrolisis dari NH₄Cl

Pada pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji korek api yang dilakukan dengan
sampel efedrin dilarutkan dalam HCl pekat lalu dicelup dengan batang korek api sehingga
batang bewarna jingga. Digunakan batang korek api karena pada batangnya mengandung
lignin yang akan bereaksi dengan amina dalam keadaan asam. Lignin bereaksi dengan sampel
yang dilarutkan dalam HCl pekat kemudian akan menghasilkan warna jingga yang
menandakan bahwa sampel efedrin mengandung positif amina.
(Mei Yola Geofani, 201FF04045)
Pengamatan yang selanjutnya dilakukan, yaitu masih tetap pada sampel efedrin.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan reaksi isonitril. Efedrin direaksikan
dengan kloroform (CHCl3) dan NaOH yang kemudian dipanaskan, setelah itu dihasilkan
bau busuk. Reaksi yang terjadi pada pengujian ini, yaitu R–NH2 + CHCl3 + NaOH
→ R–C≡N + NaCl
+ H2O. Bau busuk tersebut merupakan bau isonitril yang bersifat racun kuat. Bau busuknya
tersebut dihasilkan dari reaksi gugus fungsi amina dengan reagen membentuk alkil isosianida
dan senyawa inilah yang menghasilkan bau. Maka, berdasarkan pengujian ini dapat diketahui
bahwa efedrin benar mengandung gugus fungsi amina.
Pengujian terhadap efedrin selanjutnya adalah menggunakan pereaksi indofenol.
Pereaksi ini terdiri dari larutan campuran alkali dan larutan hipoklorida sehingga sebagai
larutan oksidator dimana komponennya terdiri dari NaOH (alkali), NaOCl (hipoklorida), dan
Fenol. Ketika sampel efedrin direaksikan terlebih dahulu dengan air kemudian dipanaskan
dan ditambahkan ketiga komponen pereaksi indofenol serta dikocok dengan eter
menghasilkan larutan yang berwarna merah. Penambahan fenol pada reaksi ini berfungsi
supaya pereaksi yang dapat membentuk suatu kompleks berwarna biru yang disebut
indophenol-blue. Kemudian, hasil tersebut ketika dilakukan pengocokan dengan eter
menghasilkan larutan berwarna merah. Hal ini terjadi karena senyawa indophenol-blue ketika
ditambahkan eter. Maka dari itu, berdasarkan hasil pengujian ini membuktikan bahwa efedrin
memiliki gugus fungsi amina.
(Siti Raeyuni Maulidia Belina, 201FF04035)

Pada uji dengan CuSO4, sampel setelah di tambahkan air dan NaOH dipanaskan
sampai mendidih lalu didinginkan, setelah dingin ditambah dengan CuSO 4 dan HCl encer ,
lalu dari hasil pengamatan didapatkan bahwa terdapat endapan warna merah.

CuSO4 + NaOH + HCl NaCL + H2SO4 + Cu(OH)2

Larutan sampel ditambahkan NaOH, CuSO4 dan HCl membentuk endapan karena
hasil reaksi Cu(OH)2 memeiliki konstanta kelarutan yang rendah dan berwarna merah karena
CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi CuO atau kupri tereduksi menjadi Cu 2O yang
berwana merah (endapan). Dan juga adanya reaksi Oksidasi- Reduksi, sehingga terbentuk
senyawa kompleks. Ion kompleks Cu²+ akan berikatan dengan pasangan elektron bebas,
sehingga terjadi pemakaian electron secara bersama atau ikatan kovalen koordinasi.
Pada uji erlich ini mampu mendeteksi gugus amina aromatik, dimana perekasi erlich
ini berisi 0,5 – 2 gram p-dimethylaminobenzaldehyde (DMAB) dalam 50 mL 95% ethanol
dan 50 mL HCl pekat. Ketika lrutan sampel direaksikan dengan pereaksi erlich menghasilkan
warna merah (positif amina aromatik).
(Nurinnisa Septy Harninda, 201FF04030)
Anilin adalah senyawa organik aromatik yang memiliki rumus kimia C6H5NH2. Ini
memiliki cincin benzena (gugus fenil) yang melekat pada gugus amina (-NH2). Ini adalah
amina aromatik paling sederhana karena tidak ada komponen selain kelompok amina dan
cincin aromatik. Pada pengujian ini digunakan sampel anilin. Anilin merupakan senyawa
turunan benzene yang dihasilkan dari reduksi nitrobenzene. Anilin memiliki rumus molekul
C6H5NH2. Anilin merupakan cairan minyak tak berwarna yang mudah menjadi coklat karena
oksidasi atau terkena cahaya, bau dan cita rasa khas, basa organik penting karena merupakan
dasar bagi banyak zat warna dan obat toksik bila terkena, terhirup, atau terserap kulit.
Senyawa ini merupakan dasar untuk pembuatan zat warna diazo. Anilin dapat diubah menjadi
garam diazoinum dengan bantuan asam nitrit dan asam klorida.

Anilin

Pada pengujian ini digunakan sampel anilin untuk melihat anilin termasuk amina
primer, sekunder atau tersier. Pada percobaan ini anilin direaksikan dengan aseton dan Na-
Nitroprusid menghasilkan warna merah yang menandakan bahwa anilin positif amina primer.
Amina primer adalah amina yang memiliki satu gugus alkil terikat pada atom nitrogen.
Amina primer ada jika salah satu dari tiga atom Hidrogen dalam Amonia digantikan oleh
gugus alkil atau aril. Contohnya : metilamina dan etanolamin. Amina sekunder adalah amina
yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen. Amina sekunder jika ada dua dari
tiga atom Hidrogen dalam Amonia digantikan oleh gugus alkil atau aril. Contohnya :
dimetilamin dan metiletanolamina. Amina Tersier adalah amina yang memiliki tiga gugus
alkil terikat pada atom nitrogen. Amina Tersier ada jika tiga atom Hidrogen dalam Amonia
digantikan oleh gugus alkil atau aril. Contohnya : trimetilamina (Wilbraham, 1992).

Dietilamina
Amina sekunder memiliki gugus – R2NH. Amina sekunder dapat dibentuk dari reaksi
asam basa reversible antara dietilamonium bromida dengan amonia berlebih. Amonia akan
mengambil satu atom hidrogen dari ion dietilamonium, sehingga terbentuk amina sekunder,
yaitu dietilamina.
(Anisa Faradifa Rumi, 201FF04022)

Trimetilamina adalah senyawa organic dengan rumus N(CH3)3. Senyawa ini tak
berwarna, higroskopik, dan mudah terbakar dimana amina tersier memiliki bau “kuat amis”
rendah konsentrasi dan ammonia seperti bau pada konsentrasi yang lebih tinggi.

Trimetilamina

Pengujian yang telah dilakukan dimana sampel (trimetilamina) direaksiakan dengan


penambahan aquades, aseton dan Na-nitropusida. Hasil menunjukkan bahwa trimetilamina
adalah amina tersier dengan menghasilkan warna kuning.
Pada pengujian selanjutnya yaitu uji biuret menggunakan sampel sulfadiazin, sampel
ditambahkan dengan NaOH kemudian ditambahkan CuSO4 encer. Hasil menunjukkan bahwa
sulfodiazin positif gugus fungsi amida dengan menghasilkan reaksi warna violet.
Pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida dalam
suasana basa. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus
amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif
yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet (Hidayatullah, 2012).

Sulfadiazin

(Ilham Nurfadillah, 201FF04043)

Berdasarkan uji yang telah dilakukan, dimana sampel yang ditambah dengan larutan
H2SO4 pekat (sebagai katalis yang tidak ikut bereaksi), selanjutnya ditambahkan dengan
pereaksi difenilamin. Hasil menunjukkan bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro
karena menghasilkan reaksi spesifik yaitu berwarna biru.
Reaksi :

Pada pengujian selanjutnya yaitu sampel ditambahkan dengan Zn (sebagai reduktor)


dan HCl (sebagai pemberi suasana asam) setelah itu dilakukan pemanasan dipenangas air,
senyawa nitro yang direduksi dalam suasana asam akan menjadi senyawa amin primer, yang
selanjutnya ketika ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi DAB HCl terbentuk warna merah
jingga, hasil menunjukkan bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro yang terbentuk
karena reaksi reduksi-oksidasi.

Reaksi:

(Reduksi dalam suasana asam menjadi amin primer)

(Dian Eka Fakhira, 201FF04040)


+ + Merah Jingga

(amin primer) (p DAB HCl)

Pada uji identifikasi gugus nitro, senyawa nitro mengandung satu atau lebih kelompok
nitro (NO2) adalah kelas senyawa organik RNO2, dimana R adalah gugus hidrokarbon alifatik
atau hidrokarbon. Senyawa nitro dapat dilihat sebagai molekul hidroksil atau lebih atom
hidrogen adalah kelompok nitro (-NO2) derivat diganti dihasilkan oleh kelompok hidroksil
dapat dibagi menjadi senyawa nitro alifatik (R-NO 2) dan aromatik sehingga uji identifikasi
dilakukan dengan dua acara yaitu untuk mengidentifikasi gugus nitro alifatik dan untuk
mengidentifikasi nitro aromatik. Pertama yaitu dilakukan identifikasi gugus nitro alifatik
dengan cara mencampurkan larutan NaOH kedalam sampel. Penambahan basa NaOH akan
bereaksi dengan sampel hingga terjadi dehidrasi, yaitu pelepasan gugus H 2O dan juga hasil
menunjukkan bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro karena menghasilkan
warna kuning. Bila diasamkan dengan larutan asam yang bersifat peka, senyawa nitro akan
terbentuk kembali. Kedua yaitu dilakukan identifikasi gugus nitro aromatik. Sampel yang
digunakan dilarutkan dalam etanol kemudian direaksikan dengan NaOH, hasil menunjukkan
bahwa dextromethorphan positif gugus fungsi nitro karena menghasilkan warna merah
(Oxtoby, 2001).
(Putri Nurfinywulan, 201FF04038)

Sulfacetamide adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi mata karena
bakteri (seperti konjungtivitis). Obat ini termasuk dalam kelas obta yang dikenal sebagai
antibiotic sulfa. Sulfacetamide bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri. Pada
pengujian kali ini, dilakukan uji gugus fungsi sulfon pada Sulfacetamide. Pengujian
dilakukan dengan reaksi redoks, dimana sampel Sulfacetamide diberi H 2O2 3% kemudian
diberi FeCl 0,5N, HNO3 dan BaCl2 0,5 N. Hasil menunjukkan bahwa Sulfacetamide positif
gugus fungsi sulfon karena menghasilkan endapan putih. Endapan putih tersebut merupakan
endapan BaSO4 dari reaksi oksidasi senyawa sulfonamide, dimana gugus sulfonat pada
Sulfacetamide yang terpisah akan diendapkan Barium dan membentuk Barium Sulfat
(BaSO4).

Struktur Sulfacetamide

Struktur Barium Sulfat (BaSO4)


(Fatimah Ayu Putri P, 201FF04050)

+ + Merah Jingga

(amin primer) + (p DAB+HCl) Merah Jingga

(amin primer) (p DAB HCl)

+ + Merah Jingga

(amin primer) (p DAB HCl)


VIII. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan :
1. Amina merupakan senyawa organik dan gugus fungsional yang isinya terdiri dari
senyawa nitrogen dan pasangan sendiri. Amina bisa diklasifikasikan sebagai
primer, sekunder dan tersier berdasarkan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat
langsung pada atom nitrogen. Setelah dilakukan uji analisis gugus fungsi amina
diperoleh bahwa sampel yang positif mengandung gugus fungsi amina adalah
efedrin. Selanjutnya dilakukan uji spesifik diperoleh bahwa sampel yang positif
mengandung gugus fungsi amina primer adalah anilin, amina sekunder adalah
dimetil amina dan amina tersier adalah trimetil amina.
2. Amida adalah senyawa yang diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti
gugus OH menjadi gugus NH2. Setelah dilakukan uji analisis gugus fungsi amida
diperoleh bahwa sampel yang positif mengandung gugus fungsi amida adalah
sulfadiazine.
3. Nitro merupakan gugus fungsi yang mengandung memiliki atom nitrogen yang
terikat pada dua atom oksigen. Setelah dilakukan uji analisis gugus fungsi nitro
diperoleh bahwa sampel yang positif mengandung gugus fungsi nitro adalah
dextrometorphan.
4. Sulfon adalah senyawa yang mengandung gugus fungsi sulfonil yaitu gugus fungsi
yang memiliki atom sulfur (-SO3H). Setelah dilakukan uji analisis gugus fungsi
sulfon diperoleh bahwa sampel yang positif mengandung gugus fungsi sulfon
adalah sulfacetamide.
(Yuni Purnamasari, 201FF04020)

IX. DAFTAR PUSTAKA


Achmadi, Suminar. 2005. Kimia Untuk Pemula Edisi Ketiga. Terjemahan dari Chemistry
For Beginners Thirth Edition oleh Golberg. Jakarta : Erlangga

Akhmad, J. 2006. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Billenstein, S dan Blaschke, G. 1984. Industrial Production of Fatty Amines and Their
Derivatives. J. Am. Oil Chem Soc. Vol. 61 (2) : 353-356
Fesenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik, Diterjemahkan oleh Suminar Achmadi. Jakarta :
Erlangga
Hidayatullah. 2012. Analisa Asam Amino Pada Buah Pepaya Dengan Spektrofotometer.

Universitas Dipenogoro : Semarang


Kevin, A dan Boudreaux. 2010. Fundamentals of Organic Chemistry Chem 2353, Organic and
Biochemistry for Today. Angelo State University : Texas

Lubis, A. P. 2010. Amidasi Asam Palmitat Menjadi Palmitamida Menggunakan Katalis


Nikel. Universitas Sumatera Utara : Medan
Oxtoby, D.W. 2001. Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi ke-4. Jilid 1. Jakarta :
Erlangga

Rahayu, Dwi. 2005. Kimia Organik. Jakarta: Penerbit Erlangga


Ramadhan, A.N, dkk. 2010. Sintesis Asetanilida dan Anilin dan
Asama Asetat Glasial Menggunakan Metode Refluks. Jurnal
Sains dan Teknologi Vol (8) : 1

Stoker, H. S dan E. B Walker. 1991. Fundamental of Chemistry


General, Organic and Biological Second Edition. United
States : Allyn and Bacon

Sweetman, S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference. Edisi Ke-36.
New York: Pharmaceutical Press

Wilbraham, C., dan Michael, B, Matta. (1992). Pengantar Kimia Organik dan
Hayati.

Bandung: Penerbit ITB

(Yuni Purnamasari,
201FF04020)

+ + Merah Jingga

(amin primer) (p DAB HCl)

(Dian Eka Fakhira_201FF04040)

Anda mungkin juga menyukai