Anda di halaman 1dari 28

Tugas Makalah Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika

“ Formulasi Shampo Antiketombe ”

Kelas : L

Nama Kelompok : 2

Tri Aprilia ( 14334008 )

Nurul Adha Damayanti ( 14334009 )

Aprilia Aryani ( 14334015 )

Abdulloh Kholid Almaisah ( 14334017 )

Dosen :

Rahmi Hutabarat, S.Si. M.Si. Apt

Prograg Studi Farmasi

Fakultas Farmasi

Institut Sain Dan Teknologi Nasional

2017

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 1


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Alhamdulillahi robill alamin segala puji bagi Allah swt, karena berkat rahmat, karunia
dan inayah nya kami selaku penyusun makalah ini yaitu mahasiswa/mahasiswi ISTN,
Fakultas Farmasi, Program Studi Farmasi dapat menyelesaikan makalah “ Formulasi Shampo
Antiketombe” dalam waktu yang telah di tetapkan dan dapat di kerjakan dengan sebaik
mungkin dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kosmetiologoi Dan
Teknologi Kosmetika yang di bimibing oleh dosen

Selain rasa syukur kehadirat tuhan yang maha esa ( Allah swt), kami para penulis ingin
mengucapkan rasa banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelasaikan atau menyusun makalah ini, bantuan yang mereka berikan banyak
dalam berbagai hal baik dari segi materi, support, tenaga, bahkan hanya menemani kami
mengerjakan tugas ini, mereka yang di maksud adalah :

1. Orang tua kami ( Ibu, Bapak, Umi, Abi, Ayah, Bunda) yang selalu mensupport
2. Teman-teman kami yang sulit untuk kami sebutkan
3. Para Adek Angkatan yang menemani kami dalam mengerjakan

Ucapan terima kasih telah kami sebutkan, tetapi kami sadar tugas yang kami kerjakan ini
masih banyak kesalahan dalam cara penulisan, kata-kata yang kurang baku tidak sesuai
KBBI, ataupun kurang detail dalam beberapa bagian terutam di dalam materi yang kami
susun, maka dari itu kami selaku penulis mengarapkan keritikan yang membangun sehingga
kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi dari yang saat ini, dan kami juga
mengharapkan saran yang membantu, terima kasih.

Jakarta, 27 November 2017

Hormat Kami,

Penulis

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 2


Daftar Isi

Cover

Kata Pengantar ……………………………………………………................ 2

Daftar Isi ……………………………………………………………… 3

BAB I : Pendahuluan

 Latar Belakang ……………………………………………………………… 4


 Permasalahan ……………………………………………………………… 5
 Tujuan ……………………………………………………………… 5

BAB II : Tinjauan pustaka

 Anatomi Rambut ……………………………………………………… 6


 Ketombe ……………………………………………………………… 8
 Teori ……………………………………………………………… 10
 Praformulasi ……………………………………………………………… 14
 Metode Pembuatan ……………………………………………………… 16
 Evaluasi ……………………………………………………………… 17

BAB III : Metodelogi Penelitian

 Formula 1 ……………………………………………………………… 20
 Formula 2 ……………………………………………………………… 20
 Formula 3 ……………………………………………………………… 21
 Formula 4 ……………………………………………………………… 23
 Formula Baru ……………………………………………………………… 24

BAB IV : Pembahasan ……………………………………………………… 26

BAB V : Kesimpulan

 Kesimpulan ……………………………………………………………… 27
 Saran ……………………………………………………………… 27

Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 28

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 3


BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Ketombe (dandruff, pityriasis capitis) berwujud sebagai pengelupasan sel kulit kepala
yang berlebih, ketika proses keratinisasi sel kulit kepala belum sempurna. Gejala kelainan
yang timbul dapat bervariasi dalam antar individu. Pada umumnya ketombe seringkali
menjadi masalah karena dapat mengganggu penampilan seseorang karena timbulnya sisik
putih dan serpihan yang berjatuhan di baju dan menyebabkan kulit kepala menjadi kotor serta
lepek dan berbau. Selain itu ketombe menyebabkan keresahan karena rasa gatal yang berlebih
yang memungkinkan penderita menggaruk kulit kepala hingga lecet dan berdarah, akibat
yang paling parah dari ketombe adalah kerontokan rambut pada tingkat yang meresahkan
ditambah dengakondisi rambut yang menjadi berbau kurang sedap.1
Ketombe sering di alami oleh berbagai orang yang sudah mengalami atau pasca
mengalami pubertas di mana setidaknya 50%, terkena atau mengalaminya dari berbagai jenis
kelamin. Dari pustaka lain di katakana bahwa sekitar 60% orang mengalami terkena penyakit
ketombe, di mana 6 dari 10 pria, dan 5 dari 10 wanita terkena penyakit ini.

Penyakit ketombe ini dapat menurunkan kepercayaan diri seseoran yang terkenanya,
bahkan sampai ketaraf depresi karena di jauhkan oleh teman-temannnya, maka dari itu
penyakit ini wajib di obatai apabila sudah terkenanya dan lebih baik di cegah apabila belum
terkena. Cara pengobatan dan perawatan seseorang dari ketombe dengan cara
membersihhkan rambut atau ber-shampoo minimal sehari sekali.

Dan yang di maksud shampo adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat
mungkin menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau. Dan merupakan produk perawatan
rambut yang digunakan untuk menghilangkan minyak, debu, serpihan kulit, dan kotoran lain
dari rambut..

Dalam bahasa Inggris, istilah Shampoo digunakan pada tahun 1762 yang berarti
"memijat," dari bahasa Anglo-Indian shampoo, dari bahasa Hindichampo, bentuk imperatif
dari champna yang berarti "menekan, meremas otot". Sampo yang kemudian diartikan
sebagai "mencuci rambut" pertama dicatat pada tahun 1860, dan di tahun 1866 pertama kali
tercatat sebagai kegiatan "membersihkan dengan menggunakan sampo".

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 4


Kemudian di tahun 1954 artinya diperluas pada penggunaan karpet, perabotan, dan lain
sebagainya. Semula bahan-bahan yang sering digunakan untuk sampo adalah berbagai bahan
dari alam seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, sari abu merang (sekam padi). Dewasa ini
yang digunakan adalah detergen (zat sabun sintetik).

Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa,
pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada
rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan
mudah ditata. Shampoo banyak jenis dan typenya, formulanya dan klasifikasi preparat seperti
liquid, krim, pasta, shampoo anti dandruff, shampoo untuk anak-anak dan sebagainya.
Preparat shmapo harus meninggalkan kesan harum pada rambut, lembut dan mudah diatur,
memiliki performance yang baik (warna dan viskositas yang baik) harga yang terjangkau.

2. Permasalahan
 Ketombe adalah penyakit yang sering terjadi hampir 50% orang pasca pubertas
 Shampoo sering dapat mengiritasi kulit pada rambut
 Shampoo sering memebrikan efek samping yang berlebih

3. Tujuan
 Mahasiswa mampu membuat suatu formula shampoo baru untuk anti ketombe
 Mahasiswa mampu mengetahui evaluasi sediaan shampoo.
 Mahasiswa mampu mengetahui waktu stabilitas dari sahampoo sehingga tidak
merubah karakteristik.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 5


BAB II

Tinjauan Pustaka

Menurut PERMENKES RI No. 445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut:


Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi
supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Shampoo adalah suatu zat yang terdiri dari surfaktan, pelembut, pembentuk busa,
pengental dan sebagainya yang berguna untuk membersihkan kotoran yang melekat pada
rambut seperti sebum, keringat, sehingga rambut akan kelihatan lebih bersih, indah dan
mudah ditata. Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan
dermis dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit. Rambut merupakan sesuatu yang
keluar dari dalam kulit berbentuk seperti benang tipis.
1. Anatomi Rambut
Bagian atau susunan dari rambut terdiri dari beberapa bagian diantaranya ujung
rambut, batang rambut dan akar rambut.
1.1.1. Ujung Rambut
Ujung rambut adalah bagian rambut yang berbentuk runcing terdapat pada
rambut yang baru tumbuh dan belum pernah dipotong.
1.1.2. Batang Rambut
Batang rambut merupakan bagian rambut yang berada di luar kulit, berupa
benang-benang halus terdiri dari keratin atau sel-sel tanduk. Batang rambut
mempunyai 3 lapisan, yaitu :

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 6


 Cuticula/Kulit Ari
Merupakan lapisan-lapisan luar, terdiri dari sel-sel tanduk yang
pipih/gepeng dan bening (tembus cahaya) dan tersusun, bagian bawah
menutupi bagian diatasnya. Karena cuticula bening dan tembus cahaya maka
terlihatlah warna dari rambut tersebut. Susunan rambut yang saling
menutupi memungkinkan hasil yang diinginkan dalam penyasakan dan
memudahkan cairan lebih mudah masuk dalam rambut.
 Cortex/Kulit Rambut
Merupakan bagian yang berada di tengah (antara cuticula dan medulla)
disusun oleh kumpulan semacam benang-benang sangat halus sekali (tidak
dapat dilihat oleh mata hanya dengan mikroskop benda). Benang yang
sangat halus disebut fibril. Fibril terbentuk oleh molekul, molekul fibril
mengandung butiran pigmen melanin. Sel tanduk yang membentuk fibril
mengandung suatu zat belerang/sulfur mempunyai pengaruh reaksi terhadap
obat keriting/cold wave dan obat cat rambut. Molekul-molekul keratin
berada dalam bentuk spiral terdapat ikatan-ikatan yang mempertahankan
bentuk rambut secara tetap (pengeritingan).
 Medula/ Sumsum
RambutMerupakan berupa bagian tengah rambut yang dibentuk oleh zat
tanduk yang berwujud anyaman dengan rongga-rongga yang berisikan
udara. Penampang melintang rambut lurus berbentuk bundar/lonjong
berombak menebal disatu sisi. Rambut keriting penampang melintangnya
tidak menentu (kadang berbentuk ginjal).
1.1.3. Akar Rambut
Merupakan bagian rambut yang berada di dalam kulit dan tertahan di dalam
folikel/kantong rambut. Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam atau
ber-ada didalam kulit jangat. Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai
berikut:

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 7


 Folikel Rambut
Adalah suatau saluran yang menyerupai kantong dan melindungi
tunas rambut serta tertanam di dalam dermis (lapisan dalam kulit).
Folikel ini terdiri dari sel-sel tanduk yang pipih dan bening.
 Umbi Rambut
Adalah bagian bawah folikel/kantong rambut yang punya mulut
seperti corong memanjang keatas dari lapisan dermis dan berakhir pada
lapisan epidermis. Gunanya untuk menghisap atau menyerap udara serta
penim-bunan kotoran dan sebum.
 Papil Rambut
Adalah tempat membuat sel-sel tunas rambut dan tempat membuat
sel-sel pigmen melanin (zat warna pada rambut).
 Pembuluh Darah
Adalah saluran yang untuk merembeskan cairan yang berisi zat
makanan untuk keperluan sel-sel lapisan epidermis.
 Kelenjar Minyak
Adalah suatu saluran yang berguna untuk memberikan kelembutan
rambut. Kelenjar minyak berfungsi menghasilkan minyak untuk
mencegah kekeringan kulit dan rambut dan melindungi kulit dari bakteri.
 Zat Warna Rambut
Adalah tempat untuk membuat warna pada rambut atau disebut
sebagai sel melanin.

2. Ketombe
Pengelupasan kulit kepala yang berlebihan dengan bentuk besar-besar seperti
sisik-sisik, disertai dengan adanya kotoran-kotoran berlemak, rasa gatal, dan
kerontokan rambut dikenal sebagai ketombe (dandruff). Ketombe termasuk penyakit
kulit yang disebut dengan dermatitis seboroik (seborrheic dermatitis) dengan tanda-
tanda inflamasi atau peradangan kulit pada daerah seborea (kulit kepala, alis mata,
bibir, telinga, dan lipat paha), yang disebabkan karena keaktifan dari kelenjar keringat
yang berlebihan (Harahap, 1990). Berdasarkan jenisnya secara umum dikenal dua
macam ketombe, yaitu:

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 8


 Seborrhea sicca
Ketombe jenis ini ditandai dengan kulit kepala yang kering dan bersisik. Pada
keadaan normal, lapisan kulit terluar selalu menghasilkan sel keratin mati yang
terus menerus dalam bentuk keping-keping kecil (sisik). Biasanya pengelupasan
ini seimbang dengan produksi jaringan sel baru oleh lapisan di bawahnya. Jika
keseimbangan ini terganggu akan terjadi pengelupasan sel keratin yang
berlebihan. Dan sel-sel yang terlepas dengan adanya air atau keringat akan
melekat satu sama lain menjadi sisik-sisik besar yang tertimbun pada kulit kepala.
 Seborrhea oleosa
Seborrhea oleosa adalah jenis ketombe yang disebabkan karena adanya
produksi lemak yang berlebihan, sehingga kulit kepala menjadi sangat berlemak
dan sisik-sisik akan menggumpal dalam massa lemak. Kulit kepala yang berlemak
juga merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, termasuk
mikroorganisme penyebab ketombe. Penyakit ketombe ditandai oleh gejala-gejala
fisik, seperti berikut:
 Timbulnya sisik-sisik (kering atau basah) dikulit kepala.
 Adanya bintik-bintik merah seperti bisul kecil, disertai rasa nyeri, gatal dan
dapat diikuti demam.
 Kulit kepala lecet, basah, bergetah, dan bau.
 Terjadi kerontokan rambut
 Penyebab Penyakit Ketombe
Penyebab utama dari seboroik dermatitis dan ketombe yang sering disebut
adalah jamur Malassezia furfur yang dikombinasikan dengan beberapa faktor
eksternal dari penderita. Diantaranya yaitu kecenderungan genetik dan emosi.
Gejala klinik penyakit ini diderita di daerah sekitar kulit kepala yang kaya dengan
kelenjar sebaceous. Luka yang disebabkan jamur ini berwarna kemerahan dan
tertutup oleh kulit kepala yang berminyak dan terasa sangat gatal (Ajello, 1997).
Secara garis besar ketombe dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:
 Faktor internal
Meliputi keseimbangan hormonal terganggu, proses metabolisme sel tidak
sempurna, stres, emosi, dan genetik.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 9


 Faktor eksternal,
Meliputi perubahan biokimia pada lapisan epidermis kulit kepala,
peningkatan jumlah dan kerja jamur dan bakteri, serta reaksi kulit terhadap
penggunaan obat-obatan dan kosmetik tertentu yang disebabkan oleh
penggunaan kosmetik dan obat-obatan topikal.
Selain faktor-faktor di atas, ketombe juga disebabkan oleh faktor iklim. Pada
daerah yang iklimnya dingin didapati kasus ketombe yang meningkat (Harahap,
1990).

3. Teori
Sampo merupakan sediaan surfaktan dalam bentuk padat, krim, larutan atau
bentuk lain yang jika dipakai pada rambut dapat menghilangkan kotoran-kotoran
tanpa menimbulkan efek yang jelek bagi si pemakai, Syarat – syarat yang harus
dipenuhi oleh suatu sampo adalah :
 Dapat membersihkan rambut dan kulit kepala dari kotoran – kotoran.
 Mudah dihilangkan dari rambut dan kulit kepala setelah dibilas dengan air.
 Tidak menimbulkan iritasi.
 Tidak menghilangkan terlalu banyak lemak yang berasal dari kulit kepala.
 Dapat menghasilkan busa yang banyak.
 Rambut yang telah dicuci dengan diharapkan menjadi halus, mengkilat, harum
dan mudah
Sampo memiliki formula utama. Sebagai bahan utama yang sering digunakan
adalah sabun atau detergen, minyak-minyak lemak tersulfonasi atau detergen sintetis.
Bahan utama adalah merupakan basis dari sampo yang biasanya dapat membentuk
busa dan bersifat membersihkan. Kebersihan dari hasil pencucian rambut sangat
tergantung pada jenis detergen yang digunakan, suhu, cara pencucian, cara
pembilasan dan jenis air yang digunakan.
Sabun merupakan suatu hasil penyabunan dari minyak alam, baik hewan atau
tumbuhan dengan suatu basa. Karena kelemahan dari penggunaan sabun, maka
detergen sintetik banyak digunakan. Dalam formulanya sampo tidak hanya terdiri dari
detergen saja tetapi ada zat – zat tambahan yang masing – masing mempunyai fungsi
dalam pemeliharaan rambut dan dalam memberi bentuk sampo yang baik dan sesuai.
Bahan – bahan yang sering ditambahkan diantaranya :2

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 10


A. Karakteriatik Shampoo Yang Baik
 Shampo harus dapat membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan
cepat, lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
 Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,
karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
 Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada didalam
komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks
yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetik.
 Tidak mengiritasi kulit kepala dan juga mata.
 Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi
keruh dalam penyimpanan. Viskosita dan pHnya juga harus tetap konstan,
shampo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya ataupun jasadrenik dan dapat
mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
B. Jenis-jenis Shampoo
 Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan zat pengencer
biasanya digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium
seskuikarbonat, dinatrium fosfat, atau boraks.
 Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu
kental. Tergantung dari jenis zat tambahan yang digunakan, shampo ini
diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur, shampo
protein, shampo brendi, shampo lemon, shampo susu atau bahkan shampo
strawberry.
 Shampo krim atau pasta
Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai
sedang yang dapat memberikan konsistensi kuat. Untuk membuat shampo pasta
dapat digunakan malam seperti setilalkohol sebagai pengental. Dan sebagai
pemantap busa dapat digunakan dietanolamida minyak kelapa atau
isopropanolamida laurat.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 11


 Shampo larutan
Merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi
shampo ini meliputi viskosita, warna keharuman, pembentukan dan stabilitas
busa, dan pemgawetan.
C. Komponen Shampoo
Pada umumnya suatu shampo terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:
a. Bahan Utama
Bahan utama yang sering digunakan adalah deterjen, yang biasanya dapat
membentuk busa, dan bersifat membersihkan. Deterjen dapat dibagi menjadi :
 Deterjen anionik : Deterjen yang paling banyak digunakan dalam shampo
modern. Deterjen ini mempunyai daya pencuci yang besar, memberikan busa
yang banyak, serta efek iritasi yang relatif rendah. Deterjen ini mempunyai
kelemahan yaitu kelarutannya dalam air agak kecil serta harganya relatif
mahal. Sebagai contoh yang sering digunakan adalah Natrium lauril sulfat.
 Deterjen kationik : Deterjen ini tidak banyak digunakan pada pembuatan
shampo karena efeknya yang kurang baik untuk rambut dan kulit kepala dan
dapat menyebabkan terjadinya hemolisis. Contoh deterjen kationik : garam
alkil trimetil ammonium, garam alkil dimetil benzil ammonium, dan garam
alkil pirimidin.
 Deterjen nonionik : Sifat dari deterjen ini adalah mempunyai kelarutan yang
cukup besar dalam air karena adanya rantai oksietilen yang panjang. Deterjen
ini tahan terhadap air sadah maupun air laut dan efektif dalam suasana asam
maupun basa. Deterjen ini mempunyai kelemahan yaitu daya pembusanya
hanya sedikit. Sebagai contoh misalnya derivat polietilenglikol.
b. Bahan Tambahan
Penambahan zat - zat ini dimaksudkan untuk mempertinggi daya kerja
shampoo supaya dapat bekerja secara aman pada kulit kepala, tidak menimbulkan
kerontokan, memiliki viskositas yang baik, busa yang cukup, pH yang stabil dan
dapat mengoptimalkan kerja deterjen dalam membersihkan kotoran, sehingga
menjadi sediaan shampo yang aman dalam penggunaanya dan sesuai dengan
keinginan konsumen.
Bahan - bahan tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan shampo
diantaranya :

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 12


 Opacifying Agent : Zat yang dapat menimbulkan kekeruhan dan penting pada
pembuatan shampo krim atau shampo krim cair. Biasanya merupakan ester
alcohol tinggi dan asam lemak tinggi beserta garam - garamnya. Contoh : setil
alkohol, stearil alkohol, glikol mono dan distearat, magnesium stearat.
 Clarifying Agent : Zat yang digunakan untuk mencegah kekeruhan pada
shampo terutama untuk shampo yang dibuat dengan sabun. Sangat diperlukan
pada pembuatan shampo cair atau shampo cair jernih. Contoh: butil alkohol,
isopropil alkohol, etil alkohol, metilen glikol, dan EDTA.
 Finishing Agent : Zat yang berguna untuk melindungi kekurangan minyak
yang hilang pada waktu pencucian rambut, sehingga rambut tidak menjadi
kering dan rapuh. Contoh : lanolin, minyak mineral.
 Conditioning agent : Merupakan zat-zat berlemak yang berguna agar rambut
mudah disisir. Contoh : lanolin, minyak mineral, telur dan polipeptida.
 Zat pendispersi : Zat yang berguna untuk mendispersikan sabun Ca dan Mg
yang terbentuk dari air sadah. Contoh : tween 80.
 Zat pengental :Merupakan zat yang perlu ditambah terutama pada shampo cair
jernih dan shampoo krim cair supaya sediaan shampo dapat dituang dengan
baik. Penggunaanya dalam rentang 2– 4%, contoh: gom, tragakan, metil
selulosa, dan karboksi metil selulosa (CMC).
 Zat pembusa : Digunakan untuk membentuk busa yang cukup banyak,
walaupun busa bukan merupakan suatu ukuran dari shampo, namun adanya
busa akan membuat sediaan shampo menjadi menarik dan sangat disukai oleh
para konsumen. Persyaratan tinggi busa pada umumnya yaitu berkisar antara
1,3–22 cm. Contoh: dietanolamin, monoisopropanol amin.
 Zat Pengawet : Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari
pengaruh mikroba yang dapat menyebabkan rusaknya sediaan, seperti
misalnya hilangnya warna, timbul kekeruhan, atau timbulnya bau. Digunakan
dalam rentang 1–2 %, contoh: formaldehida, hidroksi benzoat, metyl paraben,
propil paraben.
 Zat aktif : Untuk shampo dengan fungsi tertentu atau zat yang ditambahkan ke
dalam shampo dengan maksud untuk membunuh bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Contoh: Heksaklorofen, Asam salisilat.
 Zat pewangi : Berfungsi untuk memberi keharuman pada sediaan shampoo
supaya mempunyai bau yang menarik. Digunakan dengan kadar 1–2%,

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 13


contoh: Minyak jeruk, minyak mawar, dan minyak lavender, minyak bunga
tanjung.
 Zat pewarna : Zat pewarna digunakan untuk memberikan warna yang menarik
pada sediaan shampo. Digunakan dengan kadar 1-2%, contoh : untuk pewarna
hijau biasanya digunakan senyawa klorofil atau ultra marin hijau.
 Zat tambahan lain : Merupakan zat pada formula shampo yang mempunyai
fungsi atau maksud tertentu, seperti shampo anti ketombe, shampoo bayi,
shampoo antikerontokan, dan sebagainya. Zat tambahan dapat berupa zat aktif
antiketombe, ekstrak tumbuhan, vitamin, protein, dan lain-lain (Garianto W,
2007)

4. Praformulasi
 Ketoconazole
Pemerian Warna putih atau hampir serbuk putih
Kelarutan Peraktis tidak larut dalam air, dapat larut dalam alcohol, larut
dalam diklorometan dan larut dalam metil alcohol
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya
Khasiat Antifungi

 Natrium Lauri Sulfat ( Handbook Pharmaceutical Hal : 448 )


Pemerian Serbuk atau hablur, Warna (putih atau kuning pucat), Bau
(lemah dan khas)
Kelarutan Larut dalam air, peraktis tidak larut dalam eter dan kloroform
Penyimpanan Simpan Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat Surfaktan Anionik, emulsifying agen (0.5-2.5%), detergen pada
shampoo

 Nipagin atau methyl paraben ( Handbook Pharmaceutical Hal : 551 )


Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai rasa sedikit terbakar
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam carbon tetra
klorida, mudah Larut dalam etanol dan dalam eter
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Khasiat Zat tambahan dan zat pengawet

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 14


 Oleum Citri
Pemerian Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa
pedas, dan agak pahit
Kelarutan Larut dalam 12 bagian etanol 95 %
Penyimpanan Dalam wadah terisi penuhdan tertutup rapat
Khasiat Corigen odoris

 Na-CMC ( Handbook Of Pharmaceutical Exipent Hal : 97 – 99 )


Pemerian Warna (putih sampai krem), rasa (hampir tidak berasa), Bau
(hampir tidak berbau), bentuk (serbuk atau granul)
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membetuk larutan koloid, tidak
larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organic lain
Stabilitas  Higroskopik dan dapat menyerap air pada kelembapan tinggi
 Stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH, viskositas
berkurang pada pH > 10
 Sterilisasi secara Kering pada suhu 160℃ selama 1 jam, akan
mengurangi viskositas dalam larutan
 Perlu penambahan antimikroba dalam larutan
Khasiat Emulgator, Suspensi Agent, Surfaktan

 Menthol / Mentholum ( Farmakope Indonesia edisi III Hal : 362 )


Pemerian Hablur berbentuk jarum atau prisma tidak berwarna, bau tajam
seperti minyak permen rasa panas dan aromatic diikuti rasa
dingin
Kelarutan Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol(95%),
dalam klorofrom(p) dan dalam eter(p), mudah larut dalam paraffin
cair(p) dan dalam minyak atsiri
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik ( ditempat sejuk )
Khasiat Antiiritan

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 15


 NaOH
Pemerian Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan etanol
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Khasiat Alkalizing agent, buffering agent, pengatur pH pada emulsi

 Cetil Alcohol
Sinonim Cetil Alcohol
Rumus Molekul 𝐶16 𝐻34 𝑂
Berat Molekul 242.44
Fungsi Coating agent, emulsifying agent
OTT Zat pengoksidasi kulit

 Aqua ( Farmakope Indonesia Ed III Hal : 96 )


Pemerian Cairan Jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan Dapat tercampur dengan pelarut polar
pH 5.0 – 7.0
OTT Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient yang
mudah terhidrolisis
Indikasi Pelarut pembawa
Wadah & Dalam wadah tertutup rapat
Penyimpana

5. Metode Pembuatan
1) Shampo Krim dan Pasta
 Detergen dipanaskan dengan air pada suhu lebih kurang 80℃ dalam panci dinding
rangkap, sambil terus di aduk.
 Zat malam ditambahkan , dan diaduk terus kurang lebih 15 menit.
 Biarkan campuran ini pada suhu 40 − 50℃
 Parfum ditambahkan, dan di aduk terus hingga homogen
 Pengadukan di lanjutkan untuk mengehilangkan udara, selagi panas

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 16


2) Shampo Larutan
 Jika digunakan alkilolamida, mula-mula zat ini di larutkan dalam setengah bagian
detergen yang di gunakan dengan pemanasan hati-hati
 Detergen sisa ditambhakan sedikit-demi sedikit, sambil terus di aduk
 Zat warna yang telah di larutkan dengan air secukupnya ditambahkan kedalam
campuran.
 Jika masih tersisa airtambahkan sedikit-demi sedikit, sambil terus diaduk untuk
mencegah terjadinya busa.
6. Evaluasi
1) Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk,
bau, dan warna sediaan sampo. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 8
minggu penyimpanan (Mita, 2009).
2) pH
pH sampo sangat penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
rambut, meminimalkan iritasi pada mata dan menstabilkan keseimbangan ekologis
kulit kepala. Uji pH sampo dapat dilakukan menggunakan pH meter maupun kertas
pH (Kumar, 2010).
Pengukuran pH sediaan sampo dilakukan dengan menggunakan pH meter
digital,dengan cara terlebih dahulu diencerkan dengan air suling dengan
perbandingan 1 : 10. Elektroda pada pH meter digital dicelupkan ke dalam larutan
sampai menunjukkan angka yang stabil. Pengukuran dilakukan seminggu sekali
selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009).
3) Viskositas
Uji viskositas sampo dilakukan menggunakan viskosimeter Brookfield.
Viskositas sampo akan berpengaruh pada saat filling ke wadah, proses
pencampuran, dan pada saat pemakaian (Kumar, 2010).
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Brookfield. Caranya
adalah dengan menempatkan sediaan sampo yang akan diperiksa dalam gelas piala
(±200 mL), kemudian diletakkan di bawah alat viskometer Brookfield model LV
dengan tongkat pemutar (spindel) yang sesuai.Spindel dimasukkan ke dalam
sediaan sampai terendam. Pengukuran dilakukan setiap minggu selama 8 minggu
penyimpanan (Mita, 2009).

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 17


4) Kemapuan dan stabilitas busa
Uji kemampuan dan stabilitas busa dari sampo dilakukan denga metode cylinder
shake. Caranya yaitu dengan memasukkan 50 ml sampo 1% ke dalam tabung reaksi
250 ml kemudian dikocok kuat selama 10 kali. Total volume dari isi busa diukur
dan diamati penurunan dan stabilitas busanya (Kumar, 2010).
5) Pengukuran Tinggi Busa
Sediaan sampo antiketombe yang mengandung berbagai konsentrasi ekstrak
kubis dibuat larutannya 1% dalam air. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur
bertutup, dan dikocok selama 20 detik dengan cara membalikkan gelas ukur secara
beraturan. Kemudian diukur tinggi busa yang terbentuk. Pengukuran dilakukan
setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009).
6) Pengukuran Tegangan Permukaan
Pengukuran Tegangan Permukaan sediaan sampo dengan berbagai
konsentrasi dilakukan dengan menggunakan alat Stalagnometer (metode berat
tetes), sebagai berikut :
 Menentukan kerapatan air (sebagai standar) dan kerapatan
sediaan menggunakan Piknometer.
 Memasukkan air ke dalam Stalagnometer.
 Memasukkan Stalagnometer ke dalam termostat pada temperatur sebesar 25° C
 Menghitung jumlah tetesan yang jatuh dari Stalagnometer.Pengukuran
dilakukan setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan (Mita, 2009).
7) Uji Tempel (Patch Test)
Uji keamanan sediaan sampo dilakukan dengan cara mengoleskan
sediaan sampo pada kulit punggung kelinci, bulu dilokasi tersebut dikerok seluas
lebih kurang 25 cm. Sediaan sampo yang akan diuji dibuat menjadi larutan 2%
dalam air, kemudian baru dioleskan ke lokasi lekatan. Lokasi lekatan dibiarkan
terbuka selama 24 jam,dan reaksi kulit yang terjadi diamati. Pengamatan dilakukan
setiap hari selama 3hari berturut-turut (Mita, 2009).
8) Uji Iritasi terhadap Mata
Sebagai binatang percobaan digunakan mata kelinci, dan sebagai sediaan uji
adalah larutan sediaan sampo 10% dalam air. Sebanyak 0,1 mL sediaan yang telah
diencerkan, diteteskan ke dalam salah satu kelopak mata kelinci dan kelopak mata
yang satunya lagi digunakan sebagai kontrol.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 18


Pengamatan dilakukan dengan pertolongan lampu senter selama 1 – 7 hari
setelah penetesan, meliputi reaksi-reaksi yang terjadi pada kornea, iris, dan
konjungtiva mata.Reaksi yang terjadi pada kornea, terlihat dengan adanya
kekeruhan pada iris dan berubahnya ukuran pupil atau bahkan adanya pendarahan
pada iris.Sedangkan reaksi yang terjadi pada konjungtiva adalah timbulnya
kemerahan, pembengkakan, dan penutupan kelopak mata (Mita, 2009).

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 19


BAB III

Metodelogi Penelitian

1. Formula 1(3)
Nama Bahan Fungsi Kadar
Ekstrak daun Allamanda cathartica Zat Aktif 30%
Natrium Lauril Sulfat Surfaktan / Detergen 10%
Cocamide DEA 4%
CMC Zat Pengental 3%
Metil Paraben Pengawet 0,15%
Menthol 0,5%
Aquades ad Pelarut ad 50 mL

 Cara Pembuatan
 Candida albicans dalam media agar miring disuspensikan dengan NaCl
sebanyak 3 mL.
 Kemudian diambil secukupnya dan dimasukan kedalam media pembenihan.
 Lalu dicampur dan diatur kekeruhannya sama dengan larutan Mc.Farland
(Carter dan Cole, 1990).
 Dilakukan pengujian aktivitas antijamur.
 Evaluasi
 Organolaptis
 pH
 Tinggi Busa
 Kadar Air
 Uji Aktivitas Antijamur
2. Formula 2(4)
Nama Bahan Fungsi Kadar
Ekstrak seledri Zat Aktif 10%
Sodium Lauryl Sulfate Detergen 10%
Cocamide DEA 4%
CMC Zat Pengental 3%
Propil paraben Pengawet 0,2%
Asam sitrat Cleating Agent Qs

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 20


Menthol Pengaroma 0,25
Aqua Pelarut ad 100 ml
 Pembuatan Ekstrak
 Serbuk simplisia sebanyak 200 gram
 Ditambahkan etanol 50% sebanyak 2 liter
 dilakaukan pengadukan konstan selama 30 menit agar simpilisia tersari dengan
sempurna.
 Maserat yang didapat dipekatkan dengan penguap vakum hingga diperoleh
ekstrak kental.
 Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat (BPOM, 2004).
 Evaluasi
 Pengamatan Organolaptis
 Pengukuran pH
 Pengukuran Tinggi Busa
 Pengukuran Viskositas
 Uji Aktivitas Antiketombe
 Uji Mikroniologi
 Kultur Pityrosporum ovale
 Perhitungan khamir Pityrosporum ovale
 Uji daya hambat dan pelepasan zat aktif
3. Formula 3(1)
Nama Bahan Fungsi Kadar
Ekstrak kangkung (Ipomoea Aquatica Forssk Zat Aktif
Etanol 70%, Pelarut maserasi
Sodium Lauryl Sulfate Detergen 10%
Cocamide DEA 4%,
Na-CMC Zat Pengental
Propel Paraben Pengawet 0,2%,
Asam Sitrat Cleating Agent
Menthol Pengaroma 0,25%
Aquadest Pelarut Ad 100ml

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 21


 Alat
 Mortir dan stemper  Timbangan analitis
 Penangas air  Becker glass
 Kompor dan tabung gas  Kertas perkamen
 Lap  Kaca arloji
 Erlenmeyer  Pipet tetes
 Batang pengaduk  Blender
 Sudip  Indikator pH
 Cara Pembuatan
 Pembuatan Ekstrak Kangkung
 Pengumpulan simplisia
 Pemerikasaan organoleptis yang meliputi pemeriksaan penampilan, warna,
dan bau dari daun
 Sortasi basah,
 Pengecilan ukuran
 Pengeringan
 Ekstraksi Daun Kangkung
 Masukan 200 gram serbuk simplisia kedalam maserator,
 Ditambahkan pelarut etanol 70% (pembasah) secukupnya hingga seluruh
simplisia terendam, dan dibiarkan selama 10 menit
 Tambahkan kembali etanol 70% sebanyak 2x volume etanol 70%
sebelumnya (pembasah).
 Diamkan selama 48 jam sambil diaduk-aduk pada waktu tertentu.
 Saring ekstrak cair yang diperoleh ke dalam penampung.
 Uapkan cairan ekstrak yang telah disaring hingga diperoleh ekstrak kental.
 Optimasi Konsentrasi Basis Gel
 Formulasi Shampoo Jelly
 Pembuatan Sediaan Shampoo Jelly
 Menaburkan Na CMC serbuk yang telah ditimbang diatas air panas, biarkan
beberapa menit sampai mengembang dan diaduk perlahan sampai terbentuk
massa gel(1)
 Air yang dipanaskan pada suhu 600 C ±20 ml dimasukkan kedalam beaker
glass Tambahkan Sodium Lauryl Sulfate, aduk sampai larut(2)

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 22


 Larutkan menthol dengan etanol 70% secukupnya, aduk sampai larut
kemudian tambahkan Propil Paraben dan Asam sitrat aduk sampai
homogeny(3)
 Larutan Sodium Lauryl Sulfate (2) dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam
masa gel (1) sambil diaduk perlahan sampai homogeny
 Tambahkan Cocamide DEA sedikit demi sedikit, aduk sampai homogeny.
 Masukan ekstrak kangkung, aduk sampai homogeny(4)
 Masukan larutan campuran (3) kedalam campuran (4), aduk perlahan sampai
homogeny
 Tambahkan air panas sampai batas kalibrasi botol 100ml, dan masukan ke
dalam botol 100ml
 Evaluasi
 Pengamatan Organoleptis
 Pengukuran pH
 Uji Stabilitas Fisik Penyimpanan
 Uji Hedonik
4. Formula 4(5)
Nama bahan Fungsi Kadar ( w / w )
Sodium laureth Sulfat 70% Detergen 7.7
Cocamidopropyl Betain 30% 2
Tetrasodium EDTA 0.10
Preservatif Q.s
Parfum Q.s
Colour Q.s
Citric Acid Cleating Agent To pH 6
Sodium Chloride Q.s
Water Ad 100 ml
 Cara Pembuatan

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 23


 Evaluasi
 Organolaptis
 pH
 Viskositas
 Kemampuan Dan Stabilitas busa
5. Formula Baru
Nama Bahan Fungsi Kadar (w/v)
Ketoconazole Zat Aktif 1%
Natrium Lauri Sulfat Detergen 10 %
Nipagin Pengawet 2%
Oleum Citri Pengaroma Q.s
Na-CMC Pengental 3%
Menthol Anti iritan 0.5 %
NaOH Cleating Agent Q.s
Cetil Alcohol Opacifiying Agent 5%
Etanol 70% Pelarut Q.s
Aqua Pelarut Ad 100 ml

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 24


 Cara Pembuatan
 Na-CMC serbuk yang telah ditimbang diatas air panas, biarkan beberapa menit
sampai mengembang dan diaduk perlahan sampai terbentuk massa gel(1)
 Air dipanaskan pada suhu 600 C ±20 ml dimasukkan kedalam beaker glass
Tambahkan Sodium Lauryl Sulfate, aduk sampai larut(2)
 Larutkan menthol dengan etanol 70% secukupnya, aduk sampai larut kemudian
tambahkan nipagin aduk sampai homogen(3)
 Larutan Sodium Lauryl Sulfate (2) dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam
masa gel (1) sambil diaduk perlahan sampai homogen
 Tambahkan NaOH sedikit demi sedikit, aduk sampai homogeny.
 Masukan ketoconazole dan cetil alcohol, aduk sampai homogeny(4)
 asukan larutan campuran (3) kedalam campuran (4), aduk perlahan sampai
homogeny tambahkan oleum citri
 Tambahkan air panas sampai batas kalibrasi botol 100ml, dan masukan ke
dalam botol 100ml
 Evaluasi
 Uji Organoleptis
 pH
 Viskositas
 Kemapuan dan stabilitas busa
 Pengukuran Tinggi Busa
 Pengukuran Tegangan Permukaan
 Uji Tempel (Patch Test)
 Uji Iritasi terhadap Mata

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 25


BAB IV

Pembahasan

Pada makalah ini kami sekelompok membuat sebuh formula shampoo anti ketombe, di
mana kami menggunakan zat aktif berupa ketoconazole sebesar , kami memilih ketoconazole
dikarenakan zat ini memiliki fungsi anti jamur dengan spectrum luas yang bisa jadi bekerja
jangka lama yang mana saat shampoo dari zat aktif lain sudah tidak dapat bekerja.

Aat ini juga sedikit memiliki efek samping tidak seperti zat lain seperti Ter yang memiliki
efek samping memperlambat keratian dan pongelupasan kulit. Asam salisilat yang dapat
menyebabkan kulit menjadi kering, dan menurut penelitian dari daftar pustaka nomor 6 dapat
dikatakan bahwa ketoconazole memiliki efek yang lebih baik di bandingkan dengan Zinc
Pyrithione dengan kadar yang sama.

Dari formula yang telah kami susun kami mendapatkan karakteristik dari sediaan ini
berupa shampoo dengan warna putih beraroma citrus atau jeruk, memiliki ph yang sama
dengan pH kulit yaitu sekitar 6.0 – 7.0, sehingga formula ini tidak atau kurang dapat
mengiritasi kulit sehingga aman di gunakan pada kulit.

Viskositas dari formula ini memiliki kekentalan kecil hingga sedang sehingga sediaan
dapat mudah digunakan atau dikeluarkan dari wadah tetapi tidak terlalu encer karena apabila
sediaan dalam bentuk atau kelarutan encer maka dapat dengan mudah keluar dari wadah
sehingga menyebabkan sediaan tumpah.

Busa yang di hasilkan dari formula baru yang di buat memiliki tinggi busa 2 cm, dan
dapat setabil dalam waktu 8 menit, sehingga zat aktif dapat bekerja untuk membersihkan kulit
kepala atau menghilangkan ketombe ttanpa menurunkan kadar minyak di dalam kulit kepala
sehingga tidak membunuh sel karetonin.

Hasil dari uji formula baru ini pada uji tempel didapatkan tidak adanya efek samping
iritasai pada kulit kepala, dan pada uji iritasai pada mata sama seperti uji tempel tidak terjadi
efek samping yang tidak di inginkan pada bagian mata terutama pada konjungtiva yaitu
kemerahan dan pembengkakan dan penutupan kelopak mata.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 26


BAB V

Penutup

1. Kesimpulan
 Formula yang baru menggunakan zat aktif ketoconazole sebesar yang dapat
menghilangkan jamur dan bekerja pada spectrum luas.
 Pada uji evaluasi sediaan baru yang di lakukan di dapatkan sebagai berikut :
 Uji Organoleptis : Warna ( putih ), aroma ( Jeruk ), pemerian ( cairan kental )
 pH : 6.0 – 7.0
 Viskositas : cairan kental ( sedang )
 Kemapuan dan stabilitas busa, Pengukuran Tinggi Busa : tinggi busa yang di
dapat 2 cm, setabil busa selama 8 menit
 Uji Tempel (Patch Test) dan Uji Iritasi terhadap Mata : Tidak terjadi efek samping
yang timbul
 Hasil evaluasi di uji kesetabilannya selama 8 hari dan tidak terjadi perubahan atau
hasil yang didapatkan sama seperti pengujian di awal
 Keunggulan dari Formula yang baru kami buat
 Sediaan dapat bertahan atau memiliki kesetabilan dalam waktu jangka lama
 Zat aktif dapat bekerja maksimum untuk membunuh jamur yang menyebabkan
ketombe
 Memiliki aroma yang menyegarkan yaitu aroma citrus
 Tidak memiliki efek samping apabila di gunakan sesuai aturan
2. Saran
Sampho yang berbahan dasar ketoconazole harus di gunakan setiap hari sampai
ketombe dapat dikendalikan, kemudain menjadi 2-3 kali seminggu, saat penggunaan
shamposetidaknya didiamkan sekurang-kurangnya 5 menit di kepala agar kandungan
shampoo dapat bekerja maksimum, baru di bilas.

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 27


Daftar Pustaka

1. Imas Maesaroh. 2016. “FORMULASI SEDIAAN SAMPO JELLY ANTI KETOMBE


DARI EKSTRAK KANGKUNG (IPOMOEA AQUATICA FORSSK)”. Jurnal Ilmiah
Candida albicans KORPRI Kopertis Wilayah IV Vol 1, No. 1,Kuningan.: Akademi
Farmasi Muhammadiyah Kuningan
2. Ikrar Trisnaning H.U, Dan Candrani Khoirinaya. 2010. Laporan Praktikum Sediaan
Farmasi dan Terapi Umum ” Sediaan Kosmetok: Shampoo”. Bogor : Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Kedokteran Hewan
3. Mardinda Bellia Sitompul, Paulina V.Y YamLean, Novel S. Kojong. 2016. Formulasi
Dan Uji Aktivitas Sediaan Sampo Antiketombe Ekstrak Etanol Daun Alamanda (
Allamanda cathartica L) Terhadap Pertumbuhan Jamur Secara In Vitro “Jurnal Ilmiah
Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 – 2493”. Manado :
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT
4. Nimas Mahataranti, Ika Yuni AStuti, Binar Asriningdhiani. 2012. Formulasi Shampo
Antiketombe Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L) Dan Aktivitasnya
Terhadap Jamur Pityrosporum ovale “Pharmacy, Vol.09 No. 02 Agustus 2012, ISSN
1693-3591 “ Puwokerto : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto
5. Apriana Rohman S. 2011. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Shampoo. Yogyakarta :
Universitas Ahmad Dahlan, Fakultas Farmasi
6. A. Enggar Sawitri P. 2011. Uji banding Efektivitas Ketoconazole 1% Dengan Zinc
Pyrithione 1% Secara In Vitro Terhadap Pertumbuhan Pityrosporum ovale. Surakarta
: Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah

Kosmetiologi Dan Teknologi Kosmetika Page 28

Anda mungkin juga menyukai