Anda di halaman 1dari 5

Proses Sintesa Pembuatan Shampo

Pada proses pembuatan shampo akan digunakan bahan utama yaitu sodium lauryl ether sulfonat,
dimana bahan ini dibuat menggunakan lauryl ether (C12) dan oleum. Jika senyawa lauryl digunakan
dalam shampo, senyawa ini akan menghasilkan busa dan meningkatkan busa, kestabilannya,
meningkatkan pencucian, menstabilkan kekentalan, dan yang paling penting adalah senyawa ini
merupakan senyawa yang paling baik untuk membuat surfaktan dibandingkan yang lain. Penggunaan
oleum pada persenyawaan ini hanya untuk membantu dalam pembuatan sodium lauryl sulfate yaitu pada
proses sulfanosi. Proses pembuatan shampo diawali dengan proses pembuatan sodium lauryl ether
sulfonat, pertama lauryl ether dicampurkan dengan oleum 20% di sulfonator yang dilengkapi dengan
jaket danalat pendingin yang dipanaskan dengan suhu 46 C dengan tekanan 1 atm waktu tinggal 4 jam,
dengan reaksi :
C12H25OC24OH + SO3 + H2SO4 C12H25OC2H4OSO3H+ H2SO4
(lauryl ether + Oleum 20% lauryl ether sulfonat + As.sulfat)
Dalam rekasi ini asam sulfat tidak ikut bereaksi. Hasil keluaran dari
sulfonator berupa laury ether sulfonat, ether, asam sulfat dan lauryl ether .
Kemudian hasil keluran ini dimasukkan kedalam mixer dimana air ditambahkan
sampai konsentrasi asam sulfat dari 99% menjadi 78%. Lalu dicampurkan dari mixer
ke dekanter. Didalam dekanter inilah terjadi pemisahan lauryl ether, ether dan asam
sulfat karena memiliki perbedaan densitas yang tinggi. Selain perbedaan densitas
yang tinggi pemisahan asam sulfat dan lauryl ether sulfonat karena kedua zat ini
tidak saling terlarut. Kemudian lauryl ether sulfonat

ini dinetralisai dengan

menggunakan NaOH 20% didalam netralizer dengan temperatur operasi 51 C


dengan reaksi:
C12H25OC2H4OSO3H + NaOH12 H25OC2H4OSO3Na + H2O
(lauryl ether sulfonat Sodium lauryl ether sulfonat)

Shampo merupakan suatu produk yang dibuat dengan cara pencampuran bahan baku seperti air
deionisasi, NaCl, larutan sodium lauret sulfat , gelatin, dan lain- lain. Proses pertama pembuatan shampo
adalah dengan pengadukan 2% NaCl dengan 10% air deionisasi. Air deionisasi adalah air
yang tidak mengandung garam dan mineral-mineral. Air deionisasi dibuat dengan cara mengambil

air yang masih mengandung mineral dan garam-garam, lalu dimasukkan ke sebuah mesin bermuatan
listrik yang dapat menarik garam-garam dan mineral tersebut. Sehingga nantinya pada air hanya
mengandung molekul H2O, bakteri, dan virus. Natrium Klorida dikenal juga sebagai garam, garam dapur,
garam meja. Merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. NaCl adalah garam yang paling bertanggung
jawab atas salinitas dari laut dan dari cairan extrakulikuler dari multiser banyak organisme sebagai bahan
utama dalam garam yang dapat dimakan ini, biasanya digunakan sebagai bumbu makan dan makanan
pengawet. Dalam pembuatan sabun cair /shampo fungsinya sebagai pengental sabun yang masih berupa
air. Selain pengadukan 2 bahan tersebut dilakukan juga pengadukan larutan 2 % sodium lauret sulfat.
Pemasukkan SLS ke dalam larutan harus hati-hati karena bila teralu panas akibatnya akan terbentuk
banyak buih, apalagi bila dengan pengadukan yang cepat maka akan terjadi buih yang sangat banyak.
Pengadukan dilakukan pelan sampai SLS homogen dalam larutan tersebut. Sodium lauret sulfat adalah
surfaktan pada shampo atau produk lainnya yang yang bersifat sebagai pengemulsidan pembersih.
Sodium lauret sulfat adalah surfaktan anion yang biasa terdapat dalam produk-produk pembersih. Garam
kimia ini adalah organo sulfur anion yang mengandung 12ekor karbon terikat kegugus sulfat, membuat
zat kimia ini mempunyai sifat ambifilik yang merupakan syarat sebagai deterjen. SLS adalah jenis
surfaktan yang sangat kuat dan umum digunakan dalam produk-produk pembersih noda minyak dan
kotoran. Sebagai contoh, SLS ini banyak ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada produk-produk
industri seperti pembersih mesin (engine degreaser), pembersih lantai, dan shampo mobil. SLS digunakan
dalam kadar rendah di dalam pasta gigi, shampo dan busa pencukur. Zat kimia ini merupakan bahan
utama di dalam formulasi kimia untuk mandi busa karena efek pengentalnya dan kemampuan untuk
menghasilkan busa. Sodium lauret sulfat inilah yang nantinya akan menghasilkan busa pada shampo.
Penggunaan larutan ini sangat dibatasi karna bersifat karsinogen dan dapat menyebabkan iritasi maka
dalam pembuatan shampo hanya digunakan 2% .Setelah itu, dilakukan pencampuran 2 % sodium lauret
sulfat dengan 2% NaCl dengan 10% air deionisasi. Dari hasil pencampuran ini didapat sediaan satu yang
nantinya dicampur kembali dengan gelatin dan 5 % cocoamidopropil betain. Gelatin berasal dari
pencampuran dengan air deionisasi yang dipanaskan pada suhu 65-70 C. Penggunaan gelatin
pada shampo akan berpengaruh pada bentuk kekentalan shampo dan membuuat shampo berkilaun seperti
mutiara. Berfungsi sebagai surfactant singkatan dari surface acting agent. Cocoamidopropil betain
seperti Sodium Lauryl Etner Sulfate, zat ini memiliki kegunaan yang hampir sama sebagai pembersih atau
pembuang kotoran yang menempel. Cocoamidopropil betain ini juga akan menguatkan fungsi gabungan
SLS sehingga daya surfaktannya kan menjadi sangat kuat. Sifatnya yang juga sebagai surfaktan ini adalah
untuk membuat shampo menjadi tidak mengiritasi mata sehingga dapat digunakan oleh anak-anak.
Setelah homogen kemudian ditambahkan juga asam sitrat dan bronidoxl. Fungsi asam sitrat adalah untuk
menyeimbangkan pH agar dapat menetralisir reaksi basa yang yang terjadi dalam penyampoan rambut.

Setelah ditunggu dingin kemudian ditambahkan bahan pewangi. Ditambahkan saat dingin karena minyak
atsiri tidak stabil oleh pemanasan. Kemudian yang terakhir adalah pengecekan pH agar tetap di range
netral yakni 6-7. Pewangi dan Pewarna berfungsi sebagai bahan tambahan (addictive) dan tidak akan
mengurangi kualitas dari shampo. Jadi penambahan parfum dan pewarna dapat mempengaruhi perhatian
konsumen terhadap produk yang dihasilkan, jadi akan cepat terjual bila akan dijual. Biasanya di gunakan
warna kuning dan aroma jeruk agar lebih dapat menghilangkan bau kotoran yang akan di bersihkan
(Asegaf Dayyus, 2011).
KLASIFIKASI SHAMPOO
Macam-Macam Sampo
1. Shampo untuk rambut diwarnai dan dikeriting
Shampo ada yang dibuat khusus untuk rambut yang dicat atau diberi warna atau dikeriting karena
rambut cukup menderita dengan masuknya cairan kimia hingga keakar rambut dan hal ini bisa
memengaruhi kondisi kesehatan rambut. Shampo jenis ini lebih lembut sehingga cocok untuk rambut
yang telah melalui proses kimiawi.
2. Shampo untuk membersihkan secara menyeluruh
Shampo

untuk

membersihkan

mengandung acid atau asam yang

secara

didapat

menyeluruh

(clarifying

dari apel, lemon atau

cuka yang

shampoo)
berfungsi

biasanya
untuk

menghilangkan residu atau sisa produk perawatan semacam creambath, busa untuk rambut
(foam), hairspray, lilin rambut (wax), jelly rambut (gel), dan produk lainnya yang tertinggal di kulit
kepala. Jenis shampo ini sangat cocok digunakan saat rambut akan melalui proses kimiawi agar rambut
dan kulit kepala benar-benar bersih dengan tujuan proses kimiawi yang digunakan pada pengeritingan
atau pewarnaan dapat diserap dengan baik. Karena unsur asam mengurangi minyak maka jenis shampo
ini dapat membuat rambut menjadi kering jika digunakan terlalu sering dan disarankan untuk
menggunakannya paling banyak dalam jangka waktu satu kali seminggu.
3. Shampo penambah volume
Jenis sampo ini mengandung protein yang membuat rambut terlihat lebih berisi atau tebal. Bila dipakai
terlalu sering maka akan terjadi penumpukan residu atau sisa sampo sehingga mengakibatkan rambut
terlihat tidak bersih. Jika rambut termasuk jenis rambut yang halus, lepek atau tidak mengembang, tipis
maka bisa digunakan jenis sampo ini. Tetapi sebaiknya dihindari penggunaan yang terlalu sering.

Syarat Shampo yang Baik


1. Shampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat, lembut dan mudah
dihilangkan dengan membilas dengan air.
2. Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan, karena jika tidak
kulit kepala menjadi kering.
3. Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat mengganti lemak
natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam komposisi shampo. Kotoran rambut
yang dimaksud tentunya sangat kompleks yaitu sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran
yang disebabkan oleh lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi keruh dalam
penyimpanan. Viskosita dan pH-nya juga harus tetap konstan, shampo harus tidak terpengaruh
oleh wadahnya ataupun jasad renik dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke
dalamnya.
Bentuk-Bentuk Sampo
Shampo disajikan dalam bebagai bentuk, meliputi bubuk, emulsi, krim atau pasta, dan larutan.
1. Shampo bubuk
Sebagai dasar shampo digunakan sabun bubuk, sedangkan sebagai zat pengencer biasanya
digunakan natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium seskuikarbonat, dinatrium fosfat atau boraks.
Shampo jenis ini dapat dikombinasikan dengan zat warna alam hena atau kamomil, sehingga dapat
memberikan sedikit efek pewarnaan pada rambut. Agar dalam air sadah dapat berbusa, biasanya bubuk
sabun diganti dengan natrium laurilsulfat.
2. Shampo emulsi
Shampo ini mudah dituang, karena konsistensinya tidak begitu kental. Tergantung dari jenis zat tambahan
yang digunakan, shampo ini diedarkan dengan berbagai nama seperti shampo lanolin, shampo telur,
shampo protein, shampo brendi, shampo susu, shampo lemon atau bahkan shampo strawberry.

3. Shampo krim atau pasta


Sebagai bahan dasar digunakan natrium alkilsulfat dari jenis alkohol rantai sedang yang dapat
memberikan konsistensi kental. Untuk membuat shampo pasta dapat digunakan malam seperti setil
alkohol sebaaii pengental. Dan sebagai pemantap busa digunakan dietanolamida minyak kelapa atau
isopropano lamida laurat.
4. Sampo larutan
Shampo larutan merupakan larutan jernih. Faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi shampo ini
meliputi viskositas, warna, keharuman, pembentukan dan stabilitas busa dan pengawetan. Zat pengawet
yang lazim digunakan meliputi 0,2% larutan formaldehida dan 40% garam fenilraksa. Kedua zat ini
sangat beracun sehingga perlu memperhatikan batas kadar yang ditetapkan pemerintah. Parfum yang
digunakan sebanyak 0,3%-1,0%, tetapi umumnya berkadar 0,5%.

Asegaf Dayyus. 2011. Pembuatan Shampo . https://www.scribd.com/doc/110474526/pembuatanshampo diakses: 9 April 2015

Anda mungkin juga menyukai