SEMISOLIDA
2020-11-14
Sediaan semisolida bersifat
dapat melekat pada permukaan
tempat pemakaian dalam waktu
yang cukup lama sebelum
sediaan dicuci.
2020-11-14
Yang perlu diperhatikan dalam
formulasi sediaan topikal
1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif
yang meliputi:
- kelarutan
- koefisien partisi zat aktif,
Perbandingan kelarutan obat dalam lipid
dibandingkan kelarutannya dalam air,
untuk sediaan topikal
Bahan dalam sediaan harus dapat
berpenetrasi ke dalam kulit, perlu
diperhatikan sifat (lipofilisitas kulit)
- titik leleh, sebaiknya kurang dari 200°C
2020-11-14
2. Karakteristik fisik bahan aktif
- warna, bau, rasa
- ukuran molekul (bobot molekul) dan
distribusi ukuran partikel
- densitas
- viskositas
3. Stabilitas kimia, fisika, dan
mikrobiologi
4. Toksisitas zat aktif
5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi,
metabolisme, bioavailability, waktu
paruh eliminasi)
6. Sifat bahan tambahan
2020-11-14
Perlu diperhatikan :
1. jumlah zat aktif yang ada dalam
formula,
semakin banyak akan semakin banyak
pula yang dapat mencapai stratum
korneum, sampai diperoleh konsentrasi
jenuh
2. Polaritas formulasi relatif terhadap
stratum korneum,
yang diharapkan yaitu zat aktif dalam
salep lebih mudah larut dalam stratum
korneum dibandingkan di dalam
formulanya
2020-11-14
Krim (cream) adalah bentuk sediaan setengah
padat berupa emulsi, mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi.
Kelebihan krim dibanding salep: mudah dicuci dan
tidak lengket (tipe o/w)
Krim biasanya ditujukan untuk lesi yang basah
atau berair karena krim dapat menyerap cairan
lesi.
Terdapat dua tipe krim, yaitu tipe minyak dalam
air (O/W) dan tipe air dalam minyak (W/O).
CREAM (KRIM)
Bahan pembantu sesedikit mungkin → incompatibilitas
Pemilihan basis disesuaikan dengan zat aktif
Pembuatan krim membutuhkan pengawet karena mengandung air
Karena krim mengandung lemak perlu ditambahkan antioksidan
Penggunaan emulgator disesuaikan dengan jenis krim dan
kompatibilitas dengan bahan aktif
Sediaan krim untuk luka terbuka dan parah harus steril
Jika dikemas dengan tube aluminium tidak menggunakan pengawet
golongan raksa organik
Tube yang mudah berkarat harus dilapisi
Wadah tertutup rapat sehingga mencegah penguapan dan
kontaminasi isinya, tahan terhadap absorbsi dan difusi isinya
BASIS KRIM
Faktor Yang Perlu Diperhatikan dalam
Pembuatan Basis :
Kualitas dan kuantitas bahan
Cara pencampuran, kecepatan dan tipe
pencampuran
Suhu pembuatan
Jenis emulgator
Dengan konsentrasi kecil sudah dapat
membentuk emulsi stabil dengan tipe yang
dikehendaki (o/w atau w/o)
BASIS KRIM
BASIS KRIM
TIPE W/O (water in oil) TIPE O/W (oil in water)
Emolien Mudah dicuci dengan
Oklusif air
Mengandung air Tidak berminyak
Dapat mengasorbsi Dapat diencerkan
air dalam jumlah dengan air
tertentu
Berminyak Tidak oklusif
PEMBUATAN KRIM
Krim dibuat dengan metode beaker.
Fase minyak dan fase air dipanaskan
terpisah hingga suhu 60oC – 70oC.
Fase internal dimasukkan ke dalam
fase eksternal. Selanjutnya diaduk
dengan hingga dingin.
Bahan obat yang tidak larut
ditambahkan ke dalam krim
menggunakan mortir dan stamper.
Sebaiknya menggunakan bahan
pembasah (levigating agent) seperti
gliserin, propilenglikol, tween 80,
castor oil.
Contoh formula
Vanishing Cream Cold Cream
R/ Stearic Acid 142 R/ Cetyl esthers wax 125
Glycerol 100 White wax 120
Borax 2 Mineral oil 560
Triethanolamine 10
Sodium borate 5
Water 750
Water 190
2020-11-14
HUMEKTAN
Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari
sediaan, mencegah kekeringan, meningkatkan penerimaan
pada produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan
konsistensi secara umum.
Pemilihan didasarkan pada sifatnya yang menahan air dan
efeknya terhadap viskositas dan konsistensi sediaan.
Bahan-bahan yang sering digunakan: sorbitol, propilenglikol,
gliserol, makrogol dengan BM rendah
PENDAPAR
Penggunaan dapar untuk menstabilkan zat aktif,
meningkatkan bioavailabilitas.
Komposisi KRIM
Komposisi krim terdiri atas lilin, minyak,
air, emulgator, humektan, pengawet,
pendapar, anti oksidan.
ANTIOKSIDAN
Faktor yang perlu diperhatikan:
◦ Warna, bau
◦ Potensi
◦ Sifat iritan
Komposisi KRIM
◦ Toksisitas
◦ Stabilitas
◦ Kompatibilitas
Jenis Antioksidan :
◦ Antioksidan sejati: tokoferol, alkil galat, BHA,BHT
◦ Antioksidan sebagai agent pereduksi:
garam Na dan K dari asam sulfit
◦ Antioksidan sinergis:
EDTA dengan sitrat, maleat, tartrat atau fosfat
untuk pengkelat
PENGAWET (PRESERVATIVES)
KRITERIA PENGAWET IDEAL:
Tidak toksik dan mensensitisasi pada konsentrasi yang
digunakan
Lebih mempunyai daya bakterisida daripada bakteriostatik
Efektif pada konsentrasi rendah
Stabil pada penyimpanan
Tidak berbau dan tdk berasa
Tidak mempengaruhi bahan lain dalam formula dan
wadah
Larut dalam konsentrasi yang digunakan
Tidak mahal
Komposisi KRIM
Contoh Preservatif Komposisi KRIM
Ester parahidroksibenzoic acid
Metil, etil, propil, dan butil ester dari parahidroksi benzoic
acid dan garam sodiumnya popular sebagai preservatif
Sifatnya stabil, inert, non toksik, tidak berbau, tidak berasa,
meskipun menimbulkan mati rasa pada mulut.
Aktif terhadap jamur, bakteri dalam jumlah sedikit dan efektif
pada pH 7-9
Aktivitas meningkat tapi solubilitas menurun meningkatnya
panjang rantai gugus alkil
Aktivitas ester berkurang dengan adanya emulsifier nonionik
→ Tween 80 dan Tween 20 mengikat paraben
Konsentrasi propil paraben untuk topikal 0.01-0.6%
Metil paraben untuk penggunaan topikal 0.02-0.3%
Penggunaan kombinasi dengan paraben lain atau
propilenglikol 2-5% meningkatkan efikasi
Penggunaan kombinasi propil paraben 0.02% dengan metil
paraben 0.18%
Contoh Preservatif
Komposisi KRIM
Fenoksietanol
Efektif untuk Pseudomonas aeruginosa tapi kurang efektif
untuk bakteri gram negatif yang lain dan gram positif, untuk
itu dikombinasi dengan preservatif lain.
Kombinasi dengan ester parahidroksibenzoic acid
digunakan untuk mengawetkan krim dan losion
Klorokresol
Merupakan bakterisid kuat, digunakan dengan kadar 0,1%
untuk mengawetkan krim dan sediaan topikal lain.
Aktivitasnya turun dalam kondisi alkali dan dalam produk
yang mengandung minyak/lemak yang berasal dari
tanaman.
Contoh Preservatif
Amonium kuartener
Komposisi KRIM
Konsentrasi 0.002-0.01 % untuk produk emulsi topikal.
Bersifat bakterisid terhadap bentuk bakteri Gram positif,
kurang efektif untuk Gram negatif terutama Pseudomonas
aeruginosa, inaktif terhadap spora bakteri.
Aktivitasnya berkurang oleh keberadaan sabun dan
komponen anionik
inkompatibel dengan sufartan nonionik
Amonium kuartener diinaktivasi senyawa ionik, nonionik,
dan protein
Senyawa Merkuri Organik
Fenilmerkuri nitrat dan asetat konsentrasi 0.004-0.01%
untuk emulsi yang mengandung surfaktan nonionik.
Dapat terjadi defisiensi preservatif, dikombinasi dengan
pengawet lain seperti pada cetomacrogol cream
Senyawa merkuri organik bersifat toksik dan mensensitisasi
kulit → dibatasi untuk pemakaian dekat mata
Emulsifier,
emulsifying agent, emulgator
EMULGATOR YANG IDEAL
Stabil
Inert
Bebas dari bahan yang toksik dan iritan
Sebaiknya tdk berbau, tdk berasa dan tdk berwarna
Menghasilkan emulsi yang stabil pada tipe yang
diinginkan
FAKTOR PEMILIHAN EMULGATOR
Berdasar harga HLB
Sifat ionik emulgator
Tipe kimia emulgator.
Perbedaan komponen lipofilik emulgator
mempengaruhi stabilitas emulsi
Tujuan pemakaian topikal
2020-11-14
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
Wool Fat = Anhidrous Lanolin
Lemak yang dimurnikan dari lemak bulu domba
Dapat mengasorbsi air 50% dari beratnya
Mengandung kolesterol dan oksikolesterol
Tidak larut air tapi larut dalam alkohol panas
Warna kuning, melelh pada suhu 36-42C
Waxes (lilin)
Merupakan ester asam lemak
Mengandung jumlah signifikan alkohol, sterol, and
asam lemak
Memiliki nilai penyabunan yang tinggi
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
Bivalent soap
Diperoleh dari hasil reaksi antara trigliserida dengan
alkali atau reaksi antara asam lemak dan alkali
Sorbitan Ester = Span
Dibentuk melalui esterifikasi asam lemak dengan
turunan sorbitol.
Merupakan surfaktan non-ionik.
◦ Sorbitan monolaurat (span-20)
◦ Sorbitan monooleat (span-80)
◦ Sorbitan trioleat (span-85)
◦ Sorbitan tristearat (span-85)
◦ Sorbitan monopalmitat (span-40)
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
Wool Alkohol
Diperoleh dari wool fat yang diperlakukan
dengan alkali dan memisahkan fraksi yang
mengandung kolesterol dan alkohol lain
Mengandung kolesterol tidak kurang 30%
Hydrous Wool Fat = Lanolin
Tidak larut dalam air tapi larut dalam eter
dan kloroform
Merupakan campuran 70% w/w lemak dan
30% purified water
Emulgator
O/W Emulsifying Agent
Polisorbat = Tween
◦ Merupakan surfaktan nonionik
◦ Merupakan turunan polioksietilen
◦ Tween-80=polioksietilen sorbitan monooleat
◦ Tween-21=Polioksietilen sorbitan monolaurat
◦ Tween-40=Polioksietilen sorbitan monopalmitat
Monovalent soap
Ion sodium, potasium, dan ion garam amonium
bertindak sebagai O/W emulsifying agent
Terkenal sebagai sabun alkali
Trietanolamin oleat
Kombinasi TEA dan asam oleat.
Terbuat dari mono dan dietanolamin
HLB
Emulgator surfaktan memiliki harga
kesetimbangan HLB
HLB (hydrophilelipophile Balance) adalah
angka yang menunjukkan perbandingan
antara gugus lipofil dan hidrofil
Campuran surfaktan yang diperlukan dapat
dketahui dengan menghitung nilai HLBnya
Semakin besar harga HLB, surfaktan
semakin mudah larut dalam air
Nilai HLB Butuh
Nilai HLB surfaktan (Required HLB)
non ionik Nama Zat HLB HLB
Surfaktan HLB butuh butuh
(tipe w/o) (tipe o/w)
Tween 20 16,7
Stearic acid 6 15
Tween 40 15,6
Cetyl 6 15
Tween 80 15,0 alcohol
Tween 60 14,9 Olive Oil 5 14
Tween 85 11,0 Mineral Oil 4 11-12
Tween 65 10,5 Cera alba 9-12
Span 20 8,6
Span 60 4,7
Span 80 4,3
Arlacel 83 3,7
Contoh Perhitungan
R/ Cetyl Alcohol 20
Olive Oil 35
Sorbitol 5
Emulgator 5
Preservatives qs
Aqua ad 100
R/ Safflower oil 30 ml
Glycerin 20 ml
Rose oil 2 ml
Polysorbate 80 2 ml
Benzyl alcohol 1 ml
Purified water qs 100 ml
Contoh Formula Losio
Antiacne Lotio
R/ water 80
carboxymethylcellulose 0,2
sodium benzoate 0,1
oleic acid 2
triethanolemine 1,5
sulfur 2,5
propylene glycol 2
Terimakasih…
Any Question?