Anda di halaman 1dari 41

FTS

SEMISOLIDA

Husnul Warnida, S.Si, M.Si, Apt


Prodi Sarjana Farmasi
STIKES Samarinda
Kompetensi Apoteker
di Bidang Pembuatan Sediaan Farmasi

Kemampuan merancang (R&D), membuat


(produksi), menguji mutu (QC) dan menjamin
mutu (QA) sediaan farmasi sesuai standar dan
ketentuan yang berlaku.
Ruang lingkup sediaan farmasi mencakup
sediaan obat, obat tradisional, dan kosmetik,
dalam bentuk sediaan padat (solida),
semipadat (semisolida), dan cair (likuida),
steril dan non steril.

Sumber : Blueprint UKAI OSCE 2018


2020-11-14
17 Kemampuan Apoteker di Bidang R&D
01. Melakukan kajian pustaka terkait karakteristik fisika, fisiko-kimia, kimia,
farmako-dinamik & farmakokinetik obat.
02. Melakukan kajian pustaka terkait parameter dan prosedur pengukuran
parameter studi praformulasi
03. Merancang, membuat dan mengevaluasi telaah/review formula sediaan
obat
04. Menetapkan bentuk sediaan, rute pemberian, bahan baku, komponen
formula (bahan tambahan/penolong), dan bahan kemasan
05. Melakukan produksi sediaan skala R&D
06. Merancang, membuat dan mengevaluasi kemasan primer, sekunder,
dan tersier (label, brosur, leaflet).
07. Menetapkan spesifikasi mutu bahan baku, produk, dan bahan kemasan
08. Merancang prosedur pembuatan sediaan farmasi
09. Merancang prosedur evaluasi mutu bahan baku, produk, dan bahan
kemasan
10. Merancang, melakukan dan mengevaluasi studi stabilitas obat.
16. Merancang, melakukan dan mengevaluasi up scaling produksi sediaan
farmasi
Sumber : Blueprint UKAI OSCE 2018
2020-11-14
Materi Kuliah
1.Formula, alat, dan evaluasi
sediaan semisolida meliputi
suppositoria, salep, salep mata,
absorbsi per cutan
2.Mengenal sediaan transdermal,
dispersi, suspensi, emulsi dan
evaluasi serta masalah dalam
pembuatannya

2020-11-14
 Sediaan semisolida bersifat
dapat melekat pada permukaan
tempat pemakaian dalam waktu
yang cukup lama sebelum
sediaan dicuci.

 Jenis sediaan semisolida: salep,


pasta, cream, gel

2020-11-14
Yang perlu diperhatikan dalam
formulasi sediaan topikal
1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif
yang meliputi:
- kelarutan
- koefisien partisi zat aktif,
Perbandingan kelarutan obat dalam lipid
dibandingkan kelarutannya dalam air,
untuk sediaan topikal
Bahan dalam sediaan harus dapat
berpenetrasi ke dalam kulit, perlu
diperhatikan sifat (lipofilisitas kulit)
- titik leleh, sebaiknya kurang dari 200°C
2020-11-14
2. Karakteristik fisik bahan aktif
- warna, bau, rasa
- ukuran molekul (bobot molekul) dan
distribusi ukuran partikel
- densitas
- viskositas
3. Stabilitas kimia, fisika, dan
mikrobiologi
4. Toksisitas zat aktif
5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi,
metabolisme, bioavailability, waktu
paruh eliminasi)
6. Sifat bahan tambahan
2020-11-14
Perlu diperhatikan :
1. jumlah zat aktif yang ada dalam
formula,
semakin banyak akan semakin banyak
pula yang dapat mencapai stratum
korneum, sampai diperoleh konsentrasi
jenuh
2. Polaritas formulasi relatif terhadap
stratum korneum,
yang diharapkan yaitu zat aktif dalam
salep lebih mudah larut dalam stratum
korneum dibandingkan di dalam
formulanya
2020-11-14
 Krim (cream) adalah bentuk sediaan setengah
padat berupa emulsi, mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi.
 Kelebihan krim dibanding salep: mudah dicuci dan
tidak lengket (tipe o/w)
 Krim biasanya ditujukan untuk lesi yang basah
atau berair karena krim dapat menyerap cairan
lesi.
 Terdapat dua tipe krim, yaitu tipe minyak dalam
air (O/W) dan tipe air dalam minyak (W/O).

CREAM (KRIM)
 Bahan pembantu sesedikit mungkin → incompatibilitas
 Pemilihan basis disesuaikan dengan zat aktif
 Pembuatan krim membutuhkan pengawet karena mengandung air
 Karena krim mengandung lemak perlu ditambahkan antioksidan
 Penggunaan emulgator disesuaikan dengan jenis krim dan
kompatibilitas dengan bahan aktif
 Sediaan krim untuk luka terbuka dan parah harus steril
 Jika dikemas dengan tube aluminium tidak menggunakan pengawet
golongan raksa organik
 Tube yang mudah berkarat harus dilapisi
 Wadah tertutup rapat sehingga mencegah penguapan dan
kontaminasi isinya, tahan terhadap absorbsi dan difusi isinya

Perlu diperhatikan dalam


formulasi krim
 Pemilihan basis krim tergantung sifat obat,
kompatibilitas, absorbsi (jenis kulit/luka).
 Persyaratan basis:
 Non iritasi
 Mudah dibersihkan
 Tidak tertinggal di kulit
 Stabil
 Tidak tergantung pH
 Tersatukan dengan berbagai obat

BASIS KRIM
Faktor Yang Perlu Diperhatikan dalam
Pembuatan Basis :
 Kualitas dan kuantitas bahan
 Cara pencampuran, kecepatan dan tipe
pencampuran
 Suhu pembuatan
 Jenis emulgator
Dengan konsentrasi kecil sudah dapat
membentuk emulsi stabil dengan tipe yang
dikehendaki (o/w atau w/o)

BASIS KRIM
BASIS KRIM
TIPE W/O (water in oil) TIPE O/W (oil in water)
 Emolien Mudah dicuci dengan
 Oklusif air
 Mengandung air Tidak berminyak
 Dapat mengasorbsi Dapat diencerkan
air dalam jumlah dengan air
tertentu
 Berminyak Tidak oklusif
PEMBUATAN KRIM
 Krim dibuat dengan metode beaker.
 Fase minyak dan fase air dipanaskan
terpisah hingga suhu 60oC – 70oC.
 Fase internal dimasukkan ke dalam
fase eksternal. Selanjutnya diaduk
dengan hingga dingin.
 Bahan obat yang tidak larut
ditambahkan ke dalam krim
menggunakan mortir dan stamper.
Sebaiknya menggunakan bahan
pembasah (levigating agent) seperti
gliserin, propilenglikol, tween 80,
castor oil.
Contoh formula
Vanishing Cream Cold Cream
R/ Stearic Acid 142 R/ Cetyl esthers wax 125
Glycerol 100 White wax 120
Borax 2 Mineral oil 560
Triethanolamine 10
Sodium borate 5
Water 750
Water 190

2020-11-14
 HUMEKTAN
Humektan digunakan untuk meminimalkan hilangnya air dari
sediaan, mencegah kekeringan, meningkatkan penerimaan
pada produk dengan meningkatkan kualitas usapan dan
konsistensi secara umum.
Pemilihan didasarkan pada sifatnya yang menahan air dan
efeknya terhadap viskositas dan konsistensi sediaan.
Bahan-bahan yang sering digunakan: sorbitol, propilenglikol,
gliserol, makrogol dengan BM rendah
 PENDAPAR
Penggunaan dapar untuk menstabilkan zat aktif,
meningkatkan bioavailabilitas.
Komposisi KRIM
Komposisi krim terdiri atas lilin, minyak,
air, emulgator, humektan, pengawet,
pendapar, anti oksidan.
ANTIOKSIDAN
 Faktor yang perlu diperhatikan:
◦ Warna, bau
◦ Potensi
◦ Sifat iritan
Komposisi KRIM
◦ Toksisitas
◦ Stabilitas
◦ Kompatibilitas
 Jenis Antioksidan :
◦ Antioksidan sejati: tokoferol, alkil galat, BHA,BHT
◦ Antioksidan sebagai agent pereduksi:
garam Na dan K dari asam sulfit
◦ Antioksidan sinergis:
EDTA dengan sitrat, maleat, tartrat atau fosfat
untuk pengkelat
PENGAWET (PRESERVATIVES)
KRITERIA PENGAWET IDEAL:
 Tidak toksik dan mensensitisasi pada konsentrasi yang
digunakan
 Lebih mempunyai daya bakterisida daripada bakteriostatik
 Efektif pada konsentrasi rendah
 Stabil pada penyimpanan
 Tidak berbau dan tdk berasa
 Tidak mempengaruhi bahan lain dalam formula dan
wadah
 Larut dalam konsentrasi yang digunakan
 Tidak mahal

Komposisi KRIM
Contoh Preservatif Komposisi KRIM
Ester parahidroksibenzoic acid
 Metil, etil, propil, dan butil ester dari parahidroksi benzoic
acid dan garam sodiumnya popular sebagai preservatif
 Sifatnya stabil, inert, non toksik, tidak berbau, tidak berasa,
meskipun menimbulkan mati rasa pada mulut.
 Aktif terhadap jamur, bakteri dalam jumlah sedikit dan efektif
pada pH 7-9
 Aktivitas meningkat tapi solubilitas menurun meningkatnya
panjang rantai gugus alkil
 Aktivitas ester berkurang dengan adanya emulsifier nonionik
→ Tween 80 dan Tween 20 mengikat paraben
 Konsentrasi propil paraben untuk topikal 0.01-0.6%
 Metil paraben untuk penggunaan topikal 0.02-0.3%
 Penggunaan kombinasi dengan paraben lain atau
propilenglikol 2-5% meningkatkan efikasi
 Penggunaan kombinasi propil paraben 0.02% dengan metil
paraben 0.18%
Contoh Preservatif
Komposisi KRIM
 Fenoksietanol
Efektif untuk Pseudomonas aeruginosa tapi kurang efektif
untuk bakteri gram negatif yang lain dan gram positif, untuk
itu dikombinasi dengan preservatif lain.
Kombinasi dengan ester parahidroksibenzoic acid
digunakan untuk mengawetkan krim dan losion
 Klorokresol
Merupakan bakterisid kuat, digunakan dengan kadar 0,1%
untuk mengawetkan krim dan sediaan topikal lain.
Aktivitasnya turun dalam kondisi alkali dan dalam produk
yang mengandung minyak/lemak yang berasal dari
tanaman.
Contoh Preservatif
 Amonium kuartener
Komposisi KRIM
Konsentrasi 0.002-0.01 % untuk produk emulsi topikal.
Bersifat bakterisid terhadap bentuk bakteri Gram positif,
kurang efektif untuk Gram negatif terutama Pseudomonas
aeruginosa, inaktif terhadap spora bakteri.
Aktivitasnya berkurang oleh keberadaan sabun dan
komponen anionik
inkompatibel dengan sufartan nonionik
 Amonium kuartener diinaktivasi senyawa ionik, nonionik,
dan protein
 Senyawa Merkuri Organik
Fenilmerkuri nitrat dan asetat konsentrasi 0.004-0.01%
untuk emulsi yang mengandung surfaktan nonionik.
Dapat terjadi defisiensi preservatif, dikombinasi dengan
pengawet lain seperti pada cetomacrogol cream
Senyawa merkuri organik bersifat toksik dan mensensitisasi
kulit → dibatasi untuk pemakaian dekat mata
Emulsifier,
emulsifying agent, emulgator
EMULGATOR YANG IDEAL
 Stabil
 Inert
 Bebas dari bahan yang toksik dan iritan
 Sebaiknya tdk berbau, tdk berasa dan tdk berwarna
 Menghasilkan emulsi yang stabil pada tipe yang
diinginkan
FAKTOR PEMILIHAN EMULGATOR
 Berdasar harga HLB
 Sifat ionik emulgator
 Tipe kimia emulgator.
Perbedaan komponen lipofilik emulgator
mempengaruhi stabilitas emulsi
 Tujuan pemakaian topikal
2020-11-14
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
 Wool Fat = Anhidrous Lanolin
Lemak yang dimurnikan dari lemak bulu domba
Dapat mengasorbsi air 50% dari beratnya
Mengandung kolesterol dan oksikolesterol
Tidak larut air tapi larut dalam alkohol panas
Warna kuning, melelh pada suhu 36-42C
 Waxes (lilin)
Merupakan ester asam lemak
Mengandung jumlah signifikan alkohol, sterol, and
asam lemak
Memiliki nilai penyabunan yang tinggi
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
 Bivalent soap
Diperoleh dari hasil reaksi antara trigliserida dengan
alkali atau reaksi antara asam lemak dan alkali
 Sorbitan Ester = Span
Dibentuk melalui esterifikasi asam lemak dengan
turunan sorbitol.
Merupakan surfaktan non-ionik.
◦ Sorbitan monolaurat (span-20)
◦ Sorbitan monooleat (span-80)
◦ Sorbitan trioleat (span-85)
◦ Sorbitan tristearat (span-85)
◦ Sorbitan monopalmitat (span-40)
Emulgator
W/O Emulsifying Agent
 Wool Alkohol
Diperoleh dari wool fat yang diperlakukan
dengan alkali dan memisahkan fraksi yang
mengandung kolesterol dan alkohol lain
Mengandung kolesterol tidak kurang 30%
 Hydrous Wool Fat = Lanolin
Tidak larut dalam air tapi larut dalam eter
dan kloroform
Merupakan campuran 70% w/w lemak dan
30% purified water
Emulgator
O/W Emulsifying Agent
 Polisorbat = Tween
◦ Merupakan surfaktan nonionik
◦ Merupakan turunan polioksietilen
◦ Tween-80=polioksietilen sorbitan monooleat
◦ Tween-21=Polioksietilen sorbitan monolaurat
◦ Tween-40=Polioksietilen sorbitan monopalmitat
 Monovalent soap
Ion sodium, potasium, dan ion garam amonium
bertindak sebagai O/W emulsifying agent
Terkenal sebagai sabun alkali
 Trietanolamin oleat
Kombinasi TEA dan asam oleat.
Terbuat dari mono dan dietanolamin
HLB
 Emulgator surfaktan memiliki harga
kesetimbangan HLB
 HLB (hydrophilelipophile Balance) adalah
angka yang menunjukkan perbandingan
antara gugus lipofil dan hidrofil
 Campuran surfaktan yang diperlukan dapat
dketahui dengan menghitung nilai HLBnya
 Semakin besar harga HLB, surfaktan
semakin mudah larut dalam air
Nilai HLB Butuh
Nilai HLB surfaktan (Required HLB)
non ionik Nama Zat HLB HLB
Surfaktan HLB butuh butuh
(tipe w/o) (tipe o/w)
Tween 20 16,7
Stearic acid 6 15
Tween 40 15,6
Cetyl 6 15
Tween 80 15,0 alcohol
Tween 60 14,9 Olive Oil 5 14
Tween 85 11,0 Mineral Oil 4 11-12
Tween 65 10,5 Cera alba 9-12
Span 20 8,6
Span 60 4,7
Span 80 4,3
Arlacel 83 3,7
Contoh Perhitungan
R/ Cetyl Alcohol 20
Olive Oil 35
Sorbitol 5
Emulgator 5
Preservatives qs
Aqua ad 100

Berapa nilai HLB butuh?


Berapa jumlah tween dan span?
Menghitung HLB butuh
%fase minyak x HLB butuh
Cetyl Alcohol 20 20/55 x 15 = 5,5
Olive Oil 35 35/55 x 14 = 8,9
55

Nilai HLB butuh emulsi = 5,5 + 8,9


= 14,4
Menghitung jumlah emulgator
campuran
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)
Misal bobot Tween 80 = χ
bobot Span 80 = 5-χ
(χ x 15,0) + (5-χ x 4,3) = 5 x 14,4
15χ + 21,5 – 4,3χ = 72
10,7χ = 72 – 21,5
χ = 4,7 5-χ = 0,3
Campuran 4,7 g Tween 80 dan 0,3 g
Span 80 menghasilkan HLB 14,4
Cara Aligatie
Jumlah tween 80 yang
Tween 80 diperlukan :
HLB 15 10,1 10,1/10,7 x 5 g = 4,7 g
14,4 Jumlah Span 80 yang
Span 80 diperlukan :
HLB 4,3 0,6 0,6/10,7 x 5 g = 0,3 g
+
10,7
Contoh Soal #1
R/ Stearic Acid 15
Olive Oil 25
Sorbitol 5
Tween dan Span 5
Preservatives qs
Aqua ad 60

Berapa nilai HLB butuh?


Berapa jumlah tween dan span?
Contoh Soal #2
R/ Cetyl Alcohol 15
Mineral Oil 30
Glycerol 5
Tween dan Span 3
Preservatives qs
Aqua ad 60

Berapa nilai HLB butuh?


Berapa jumlah tween dan span?
Contoh Soal #3

Untuk membuat emulsi diperlukan


emulgator dengan nilai HLB10
Sebagai emulgator dipakai
campuran Span 60 (HLB = 4.7) dan
Tween 80 (HLB = 15.6) sebanyak 3
g
Berapa berat masing-masing
emulgator?
Any Question?
LOTION
 Losio (lotion) adalah sediaan cair berupa
suspensi atau emulsi ditujukan untuk
pemakaian luar.
 Losio umumnya bersifat lubrikasi (licin)
dan digunakan pada area kulit yang
saling bersentuhan seperti di sela-sela
jemari tangan, paha dan lengan.
Pembuatan Losio
 Losio dibuat dengan cara yang sama
pada pembuatan emulsi atau suspensi.
 Cara lain, losio dibuat dengan cara
mengencerkan krim tipe o/w dengan air
atau air aromatik. Tetapi cara ini juga
mengencerkan jumlah pengawet dalam
krim sehingga masa simpannya lebih
pendek.
 Cara pengenceran krim
Air atau air aromatik ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam krim tipe
o/w sambil diaduk terus menerus.
Contoh Formula Losio
Dry skin Lotion

R/ Safflower oil 30 ml
Glycerin 20 ml
Rose oil 2 ml
Polysorbate 80 2 ml
Benzyl alcohol 1 ml
Purified water qs 100 ml
Contoh Formula Losio
Antiacne Lotio

R/ water 80
carboxymethylcellulose 0,2
sodium benzoate 0,1
oleic acid 2
triethanolemine 1,5
sulfur 2,5
propylene glycol 2
Terimakasih…

Any Question?

Husnul Warnida, S.Si, M.Si, Apt


FTS-SS 2020

Anda mungkin juga menyukai