JUDUL PENELITIAN
Disusun oleh:
Menyetujui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Sabun..............................................................................................................4
2. Minyak Kelapa..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bagan Alir Pembuatan Sabun dari Susu Kambing...........................11
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Pengaruh Jenis Asam Lemak Terhadap Karakteristik Sabun................5
Tabel 2. 2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun....................................6
Tabel 2. 3 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa...................................7
Tabel 2. 4 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa.....................................................7
Tabel 2. 5 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit.........................8
Tabel 2. 6 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit...........................................8
Tabel 2. 7 Komposisi Susu Kambing untuk Setiap 100 gram................................9
Tabel 2. 8 Kualitas Susu Kambing Etawa di Bogor..............................................10
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Susu kambing kental kandungan asam beta hidroksi alami dapat digunakan
sebagai campuran lulur. Campuran tersebut berfungsi sebagai exfoliant yang
mengangkat kotoran dan sel kulit mati, tetapi juga dapat mencerahkan kulit
sehingga tampak lebih halus dan tidak bersisik, serta bermanfaat sebagai sumber
nutrisi yang melembabkan permukaan kulit agar lebih halus dan kenyal.
Umumnya susu kambing dijual dalam bentuk cair atau segar, jarang ditemukan
peternak menjual susu kambing dalam bentuk olahan.
Jika dilihat dari manfaatnya, susu kambing tidak hanya dapat diolah menjadi
bahan produk makanan atau minuman. Sebagai alternatif, susu kambing juga
dapat diolah untuk produk kecantikan. Salah satunya sebagai sabun, karena susu
kambing dapat mencerahkan dan melembabkan kulit.
Metode pembuatan sabun padat secara rumahan (home made) yang banyak
dilakukan adalah dengan proses dingin (cold process) maupun proses panas (hot
process) [3] Pada penelitian ini, dilakukan serangkaian percobaan untuk
menentukan pilihan metode penyabunan, pilihan jenis dan komposisi minyak
nabati, formulasi bahan baku minyak optimum, dan uji produk sabun susu. Uji
produk sabun susu meliputi uji laboratorium dan uji penerimaan produk oleh
calon konsumen. Uji laboratorium dilakukan terhadap produk sabun susu dari
Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan evaluasi ekonomi sederhana yang
meliputi perhitungan biaya produksi spesifik, estimasi harga jual, Return on
Investment (ROI), Pay Out Time (POT), dan Break Even Point (BEP). Hasil
evaluasi ekonomi digunakan untuk mengetahui potensi ekonomi produksi sabun
susu padat dari susu kambing.
2.1 Sabun
Menurut Badan Standarisasi Nasional, sabun merupakan pembersih yang dibuat
dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dengan
asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan [4]. Salah satu aplikasi
senyawa sabun adalah sebagai sabun mandi yang berfungsi untuk membersihkan
tubuh dari debu, keringat, dan kotoran karena aktivitas yang dilakukan. Berbagai
sabun mandi beredar di pasaran, baik yang berbentuk padat maupun cair.
Lemak dan minyak merupakan bahan dasar dalam pembuatan sabun, dimana asam
lemak yang beraksi dengan basa akan menghasilkan sabun dan gliserin. Perbedaan
mendasar antara lemak dan minyak adalah pada bentuk fisiknya, di mana lemak
berbentuk padatan dan minyak berbentuk cairan. Lemak yang digunakan dalam
pembuatan sabun adalah tallow (lemak hewan), sedangkan minyak yang
digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa sawit [6]
Reaksi penyabunan dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold process)
dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada ada
dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi. Pemanasan
yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali sehingga
memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode proses
dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang dihasilkan
dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam [3]
Beberapa minyak nabati yang umum digunakan pembuatan sabun minyak zaitun,
minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit.
1. Minyak Zaitun
Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak yang didapat dari buah zaitun
(olea europaea) yang merupakan tanaman khas di daerah basin
Mediterania. Minyak zaitun memiliki warna kuning dan bermanfaat
sebagai penambah cita rasa makanan, untuk kesehatan, dan untuk
kecantikan. Bilangan penyabunan minyak zaitun sebesar 184-196.
Komposisi asam lemak dalam minyak zaitun adalah seperti pada Tabel
2.2.
Tabel 2. 2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun
2. Minyak Kelapa
Minyak kelapa (coconut oil) diperoleh dari bagian dari buah kelapa dan
banyak digunakan sebagai minyak goreng dan bahan baku industri.
Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat yang dominan yaitu
44% dan berperan dalam pembuatan sabun dan pembusaan (Ketaren,
1986). Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa
digolongkan kedalam asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling
[11]
[12]
Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai
komposisi tetap. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit adalah
seperti pada Tabel 2.5. dan beberapa sifat fisika – kimia dari minyak
kelapa dapat dilihat pada table 2.6
[11]
Tabel 2. 6 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit
Salah satu hewan ternak yang sering dimanfaatkan susunya selain sapi adalah
kambing. Jenis kambing yang terkenal digunakan untuk dimanfaatkan susunya
adalah Peranakan Etawa (PE) karena dwiguna dapat pula dimanfaatkan
dagingnya. Kambing Peranakan Etawa memiliki bobot sekitar 32-37 kg dengan
produksi susu berkisar 1,5 – 3L/ hari. [14]
Secara kimiawi, susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung gula,
garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal (Rahman et al.,
1992). Lemak susu mengandung trigliserida (komponen dominan), digliserida,
monogliserida, asam lemak, sterol, karotenoid (warna kuning dari lemak), dan
vitamin-vitamin (A, D, E, dan K) [17]. Menurut [15]dalam 100 gram, susu
kambing memiliki komposisseperti pada Tabel 2.7.
Senyawa Jumlah
Protein (g) 3,5
Lemak (g) 3,8
Laktosa (g) 4,1
Kadar Abu (g) 0,8
Kalori (kal) 70
Total padatan (g) 12,2
Fosfor (mg) 141
Kalsium (mg) 134
Magnesium (mg) 16
Besi (mg) 0,07
Natrium (mg) 41
Kalium (mg) 181
Sulfur (mg) 2,86
Klorin (mg) 150
Cu (mg) 150
Mangan (mg) 0,032
Seng (mg) 0,56
Parameter Jumlah
Lemak (%) 7,9 – 11,4
Bahan kerng tanpa lemak (%) 7,6 - 7,9
Protein (%) 3,8 – 3,9
Laktosa (%) 3,7 - 3,8
pH 6,4 – 6,5
Berat Jenis (kg/m3) 1,0289
Total plate count (cfu/ml) 6,3 x 103 – 1,2 x 104
[18]
Untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan persyaratan diatas, makan produk
sabun yang dihasilkan akan melalui beberapa uji, yaitu:
1. Uji Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi yang penting pada
produk kosmetik semisal sabun, karena nilai pH mempengaruhi daya absorpsi
di kulit. Umumnya pH sabun padat berkisar 8-10 (SNI, 1994). Sabun yang
memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat mengurangi daya
absorpsi di kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit dan terjadi luka, gatal,
atau mengelupas (Widya, 2017). Selain itu nilai pH yang terlalu rendah atau
tinggi dapat menyebabkan kulit kering.
2. Uji Kadar Air
Kadar air dan zat menguap pada sabun akan berpengaruh terhadap karakteristik
sabun, baik pada saat digunakan maupun saat disimpan. Banyaknya air yang
terkandung dalam sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air,
sehingga sabun semakin cepat mengalami penyusutan bobot dan dimensi (Spitz,
1996)
3. Uji Alkali Bebas
Sabun merupakan hasil dari reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan basa.
Sabun yang baik dihasilkan dari reaksi saponifikasi yang sempurna sehingga
diharapan tidak terdapat sisa basa setelah reaksi. Kelebihan alkali pada proses
pembuatan sabun dapat disebabkan karena adanya jumlah alkali berlebih yang
13 Program Studi Teknik Kimia ITI
digunakan dalam proses saponifikasi. Sabun dengan kandungan alkali bebas
tinggi memiliki nilai pH yang tinggi juga. NaOH memiliki sifat higroskopi
sehingga dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat dan kulit menjadi
kering (Widya, 2017).
4. Uji Stabilitas Busa
Pengujian stabilitas busa dilakukan untuk mengetahui banyaknya busa yang
dihasilkan pada pemakaian sabun padat. Busa adalah struktur yang relatif stabil
yang terdiri dari kantong-kantong udara yang terbungkus lapisan tipis, yang
merupakan dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa
yang bersifat aktif permukaan (sabun). Kecepatan pembentukan dan stabilitas
busa yang dihasilkan merupakan dua hal penting untuk produk pembersih
tubuh. Busa yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa yang sedikit dan
tidak stabil (Martin, dkk., 1993).
Karakterisasi minyak nabati dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%
Pencampuran
fragrance trace
Pencetakan
Menimbang 450 gram susu kambing, 165 gram NaOH, 150 gram minyak
zaitun, 300 gram minyak kelapa, dan 300 gram minyak kelapa sawit.
Membuat larutan susu-NaOH dengan cara mencampurkan NaOH ke dalam
susu sapi segar sedikit demi sedikit.
Mencampurkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun
dalam satu wadah.
Mencampurkan larutan susu-NaOH ke dalam minyak, lalu aduk hingga
mengental (trace).
Menambahkan fragrance 10 mL ke dalam adonan sabun.
Mencetak sabun.
2. Uji Bilangan Penyabunan
Uji bilangan penyabunan dilakukan terhadap masing-masing minyak nabati yang digunakan
dalam pembuatan sabun susu padat dari susu sapi segar. Minyak nabati yang digunakan
adalah minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Prosedur uji bilangan
penyabunan adalah:
20
Menimbang 5 gram minyak nabati.
Melarutkan 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol 96%.
Mencampurkan 50 mL larutan KOH dengan 5 gram minyak nabati
dalam erlenmeyer 200 mL.
Memasang pendingin balik dan mendidihkan campuran selama 30 menit.
Mendinginkan hingga suhu ruang
Menambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein ke dalam erlenmeyer.
Menitrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan standar HCl 0,5N.
Menghitung bilangan penyabunan dengan persamaan:
(Sudarmadji, et al.,
1997)
21
3. Uji Keasaman (pH)
Menimbang 5 gram sampel sabun susu padat
Melarutkan sampel sabun susu padat ke dalam 10 mL akuades
Mencuci pH meter ke dalam larutan sabun.
Memasukkan pH meter ke dalam larutan sabun.
Mencatat pH yang terbaca.
4. Uji Kadar Air
22
dalam tabung reaksi.
Menambahkan 9 mL akuades.
Mengocok larutan sabun selama 30 detik dengan menggunakan vortex.
Mengukur ketinggian busa yang terbentuk(h0).
Mendiamkan larutan sabun selama 1 jam.
Mengukur tinggi busa akhir(ht).
Menghitung stabilitas busa dengan persamaan:
tinggiakhir(ht )
Stabilitas Busa = x 100 %
tinggi awal (h 0)
(6)
(Piyali, et al.,
1999)
23
DAFTAR PUSTAKA
24