Anda di halaman 1dari 32

PROPOSALPENELITIAN

JUDUL PENELITIAN

FORMULASI SABUN SUSU PADAT DARI SUSU KAMBING


ETAWA

Disusun oleh:

MUHAMMAD JANUAR R (1142125008)

REGITA ALIF ERGIYANTI (1142125006)

THOMAS ADI CAHYONO (1142125003)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI
INDONESIA OKTOBER 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian ini disusun oleh:

Nama : 1. Muhammad Januar R (1142125008)


2. Regita Alif Ergiyanti (1142125006)
3. Thomas Adi Cahyono (1142125003)

Judul : Formulasi Sabun Susu Padat dari Susu


Kambing Etawa

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Nama dan gelar pembimbing 1) (Nama dan gelar pembimbing 2)

Mengetahui,

Koordinator Penelitian Mahasiswa

(Nama dan gelar Koordinator Penelitian)

ii
ABSTRAK

iii
ABSTRACT

iv
KATA PENGANTAR

Tangerang Selatan, tgl bulan tahun

Penulis

v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

ABSTRACT............................................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................2

1.4 Batasan Masalah.............................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4

2.1 Sabun..............................................................................................................4

2.2 Minyak Nabati................................................................................................5

2. Minyak Kelapa..............................................................................................6

2.3 Susu Kambing................................................................................................8

2.4 Metodologi Pembuatan Sabun Padat dari Susu Kambing............................11

2.5 Evaluasi Ekonomi Sederhana.......................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bagan Alir Pembuatan Sabun dari Susu Kambing...........................11

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Pengaruh Jenis Asam Lemak Terhadap Karakteristik Sabun................5
Tabel 2. 2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun....................................6
Tabel 2. 3 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa...................................7
Tabel 2. 4 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa.....................................................7
Tabel 2. 5 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit.........................8
Tabel 2. 6 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit...........................................8
Tabel 2. 7 Komposisi Susu Kambing untuk Setiap 100 gram................................9
Tabel 2. 8 Kualitas Susu Kambing Etawa di Bogor..............................................10

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Susu kambing telah terbukti kaya akan manfaat, menurut penelitian susu kambing
mengandung lemak dan protein yang dibutuhkan tubuh [1]. Butiran lemak pada
susu kambing berdiameter kecil dan berukuran seragam dari 1 sampai 10
milimikron, membuat susu kambing lebih mudah diserap oleh kulit manusia
[2]Susu kambing memiliki 10 sampai 100 kali lebih banyak fluoride daripada
susu sapi. Kandungan fluor berfungsi sebagai pengawet alami dan membantu
mengurangi pertumbuhan bakteri dalam tubuh.

Susu kambing kental kandungan asam beta hidroksi alami dapat digunakan
sebagai campuran lulur. Campuran tersebut berfungsi sebagai exfoliant yang
mengangkat kotoran dan sel kulit mati, tetapi juga dapat mencerahkan kulit
sehingga tampak lebih halus dan tidak bersisik, serta bermanfaat sebagai sumber
nutrisi yang melembabkan permukaan kulit agar lebih halus dan kenyal.
Umumnya susu kambing dijual dalam bentuk cair atau segar, jarang ditemukan
peternak menjual susu kambing dalam bentuk olahan.

Jika dilihat dari manfaatnya, susu kambing tidak hanya dapat diolah menjadi
bahan produk makanan atau minuman. Sebagai alternatif, susu kambing juga
dapat diolah untuk produk kecantikan. Salah satunya sebagai sabun, karena susu
kambing dapat mencerahkan dan melembabkan kulit.

Metode pembuatan sabun padat secara rumahan (home made) yang banyak
dilakukan adalah dengan proses dingin (cold process) maupun proses panas (hot
process) [3] Pada penelitian ini, dilakukan serangkaian percobaan untuk
menentukan pilihan metode penyabunan, pilihan jenis dan komposisi minyak
nabati, formulasi bahan baku minyak optimum, dan uji produk sabun susu. Uji
produk sabun susu meliputi uji laboratorium dan uji penerimaan produk oleh
calon konsumen. Uji laboratorium dilakukan terhadap produk sabun susu dari

1 Program Studi Teknik Kimia ITI


berbagai

2 Program Studi Teknik Kimia ITI


formulasi dan sabun susu komersial di pasaran. Optimasi formula pembuatan
sabun susu dari susu sapi segar didasarkan pada hasil uji laboratorium. Uji
laboratorium meliputi derajat keasaman (Ph), kadar air, kadar alkali bebas, dan
stabilitas busa. Uji penerimaan produk dilakukan dengan membandingkan produk
sabun susu hasil optimasi formula terhadap sabun susu komersial yang meliputi
uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam penggunaan sabun.

Selain itu, dalam penelitian ini dilakukan evaluasi ekonomi sederhana yang
meliputi perhitungan biaya produksi spesifik, estimasi harga jual, Return on
Investment (ROI), Pay Out Time (POT), dan Break Even Point (BEP). Hasil
evaluasi ekonomi digunakan untuk mengetahui potensi ekonomi produksi sabun
susu padat dari susu kambing.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dari penelitian, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana formulasi optimal yang dapat digunakan agar sabun padat


sesuai dengan standar SNI?
2. Apakah kualitas susu kambing yang digunakan sebagai bahan baku
mempengaruhi hasil formulasi?
3. Bagaimana potensi ekonomi dari produk sabun padat dari susu kambing?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui formulasi optimal untuk pembuatan sabun padat dari


susu kambing
2. Membandingkan pengaruh kualitas susu yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan sabun padat
3. Mengevaluasi nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan

3 Program Studi Teknik Kimia ITI


1.4 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus, maka penelitian yang dilakukan perlu
dibatasi variabelnya. Batasan tersebut adalah:

1. Sabun yang dibuat adalah sabun padat


2. Susu kambing yang digunakan adalah susu kambing etawa
3. Analisa ekonomi yang dilakukan yaitu harga pokok produksi, harga pokok
penjualan , dan harga jual sabun dipasaran

4 Program Studi Teknik Kimia ITI


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sabun
Menurut Badan Standarisasi Nasional, sabun merupakan pembersih yang dibuat
dengan mereaksikan secara kimia antara basa natrium atau basa kalium dengan
asam lemak yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang umumnya
ditambahkan zat pewangi atau antiseptik yang digunakan untuk membersihkan
tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan [4]. Salah satu aplikasi
senyawa sabun adalah sebagai sabun mandi yang berfungsi untuk membersihkan
tubuh dari debu, keringat, dan kotoran karena aktivitas yang dilakukan. Berbagai
sabun mandi beredar di pasaran, baik yang berbentuk padat maupun cair.

Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang


merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida melalui reaksi dengan basa semisal
natrium hidroksida (NaOH). Proses saponifikasi minyak akan menghasilkan
produk samping yaitu gliserin. Menurut [5]reaksi kimia pada proses saponifikasi
adalah sebagai berikut:

C3H5(OCR)3 + 3 NaOH 3 RCOONa + C3H5(OH)3


Trigliserida Alkali Sabun Gliserin
(minyak/lemak) (soda kaustik)

Lemak dan minyak merupakan bahan dasar dalam pembuatan sabun, dimana asam
lemak yang beraksi dengan basa akan menghasilkan sabun dan gliserin. Perbedaan
mendasar antara lemak dan minyak adalah pada bentuk fisiknya, di mana lemak
berbentuk padatan dan minyak berbentuk cairan. Lemak yang digunakan dalam
pembuatan sabun adalah tallow (lemak hewan), sedangkan minyak yang
digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa sawit [6]

5 Program Studi Teknik Kimia ITI


Asam lemak hewani yang sangat disuka dalam pembuatan sabun mandi
kecantikan adalah asam lemak dari susu, semisal susu sapi dan susu kambing.
Sabun susu terbuat dari susu murni dan bahan-bahan alami yang direaksikan
dengan lye (larutan NaOH) sebagai agen alkali. Lye dalam pembuatan sabun susu
biasanya tidak meninggalkan sisa karena telah bereaksi menjadi sabun dan
gliserin [7].

Reaksi penyabunan dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold process)
dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada ada
dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi. Pemanasan
yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali sehingga
memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode proses
dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang dihasilkan
dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam [3]

2.2 Minyak Nabati


Minyak nabati merupakan sumber asam lemak. Asam lemak adalah
monokarboksilat berantai panjang jenuh ataupun tidak jenuh, dengan panjang
rantai berbeda-beda tetapi bukan siklik atau bercabang [8].

Pemilihan jenis minyak dalam pembuatan sabun menentukan karakteristik sabun


yang akan dihasilkan. Asam lemak yang berbeda akan berpengaruh terhadap
karakteristik sabun yang dihasilkan. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14
memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan
rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya detergensi. Penggunaan asam
lemak yang memiliki rantai panjang menghasilkan sabun padat dengan struktur
yang lebih kompak dan dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi saat
kontak dengan air. Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang
dihasilkan adalah seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Pengaruh Jenis Asam Lemak Terhadap Karakteristik Sabun

Asam Lemak Rumus Molekul Karakteristik Sabun

6 Program Studi Teknik Kimia ITI


Asam laurat C11H23COOH Keras, kelarutan tinggi,
menghasilkan busa lembut
Asam palmitat C16H31COOH Keras, menghasilkan busa
yang stabil
Asam stearat C17H31COOH Keras, menghasilkan busa
yang stabil
[9]

Beberapa minyak nabati yang umum digunakan pembuatan sabun minyak zaitun,
minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit.

1. Minyak Zaitun
Minyak zaitun (olive oil) adalah minyak yang didapat dari buah zaitun
(olea europaea) yang merupakan tanaman khas di daerah basin
Mediterania. Minyak zaitun memiliki warna kuning dan bermanfaat
sebagai penambah cita rasa makanan, untuk kesehatan, dan untuk
kecantikan. Bilangan penyabunan minyak zaitun sebesar 184-196.
Komposisi asam lemak dalam minyak zaitun adalah seperti pada Tabel
2.2.
Tabel 2. 2 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Zaitun

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)


Asam palmitat C16H31COOH 0,3-5
Asam stearat C17H31COOH 0,5-5
Asam oleat C17H33COOH 55-83
[10]

2. Minyak Kelapa
Minyak kelapa (coconut oil) diperoleh dari bagian dari buah kelapa dan
banyak digunakan sebagai minyak goreng dan bahan baku industri.
Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat yang dominan yaitu
44% dan berperan dalam pembuatan sabun dan pembusaan (Ketaren,
1986). Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa
digolongkan kedalam asam laurat karena kandungan asam lauratnya paling

7 Program Studi Teknik Kimia ITI


besar jika dibandingkan dangan asam lemak lainnya. Komposisi asam
lemak dari

8 Program Studi Teknik Kimia ITI


minyak kelapa adalah seperti pada Tabel 2.3. dan beberapa sifat fisika –
kimia dari minyak kelapa dapat dilihat pada table 2.4

Tabel 2. 3 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)


Asam laurat C11H23COOH 44-52
Asam palmitat C16H31COOH 7,5-10,5
Asam stearat C17H31COOH 1-3
Asam oleat C17H33COOH 5-8
Asam linoleat C17H31COOH 1,2-2,5

[11]

Tabel 2. 4 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa

Sifat Minyak Kelapa


Berat jenis 0,907 – 0,913
Indeks bias pada 40˚C 1,488 – 1,450
Bilangan iod 7 – 12
Bilangan penyabunan 250 – 264
[11]
3. Minyak Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit terdiri atas 80% pericarp dan 20% daging buah yang
dilapisi kulit tipis. Kadar minyak dalam pericarp sekitar 34-40% [11].
Pengolahan minyak kelapa sawit diawali dengan pengepresan
menghasilkan minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil – CPO). Proses
selanjutnya adalah pemurnian melalui beberapa proses yaitu degumming,
netralisasi, pemucatan (bleaching), dan penghilangan bau (deodorization)

[12]
Minyak kelapa sawit merupakan lemak semi padat yang mempunyai
komposisi tetap. Komposisi asam lemak dari minyak kelapa sawit adalah
seperti pada Tabel 2.5. dan beberapa sifat fisika – kimia dari minyak
kelapa dapat dilihat pada table 2.6

9 Program Studi Teknik Kimia ITI


Tabel 2. 5 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)


Asam miristat C13H27COOH 1,1-2,5
Asam palmitat C16H31COOH 40-46
Asam stearat C17H31COOH 3,6-4,7
Asam oleat C17H33COOH 39-45
Asam linoleat C17H31COOH 7-11

[11]
Tabel 2. 6 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Minyak Kelapa


Berat jenis 0,900
Indeks bias pada 40˚C 1,4565 – 1,4585
Bilangan iod 46 – 48
Bilangan penyabunan 196 – 206
[11]

2.3 Susu Kambing


Susu merupakan cairan putih yang disekresikan oleh kelenjar mammae (ambing)
pada hewan mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya
[8]. Menurut [13]sebagian besar susu yang dikonsumsi manusia berasal dari sapi,
yang biasa disebut susu sapi. Sedangkan susu ternak lainnya biasa di ikuti nama
ternak asal susu tersebut

Salah satu hewan ternak yang sering dimanfaatkan susunya selain sapi adalah
kambing. Jenis kambing yang terkenal digunakan untuk dimanfaatkan susunya
adalah Peranakan Etawa (PE) karena dwiguna dapat pula dimanfaatkan
dagingnya. Kambing Peranakan Etawa memiliki bobot sekitar 32-37 kg dengan
produksi susu berkisar 1,5 – 3L/ hari. [14]

10 Program Studi Teknik Kimia ITI


Pada dasarnya susu kambing memiliki komposisi dasar yang sama dengan susu
sapi. Tetapi susu kambing memiliki lebih banyak lemak, protein dan abu serta
lebih rendah laktosa dibandingkan susu sapi. [15]

Secara kimiawi, susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung gula,
garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspensi koloidal (Rahman et al.,
1992). Lemak susu mengandung trigliserida (komponen dominan), digliserida,
monogliserida, asam lemak, sterol, karotenoid (warna kuning dari lemak), dan
vitamin-vitamin (A, D, E, dan K) [17]. Menurut [15]dalam 100 gram, susu
kambing memiliki komposisseperti pada Tabel 2.7.

Tabel 2. 7 Komposisi Susu Kambing untuk Setiap 100 gram

Senyawa Jumlah
Protein (g) 3,5
Lemak (g) 3,8
Laktosa (g) 4,1
Kadar Abu (g) 0,8
Kalori (kal) 70
Total padatan (g) 12,2
Fosfor (mg) 141
Kalsium (mg) 134
Magnesium (mg) 16
Besi (mg) 0,07
Natrium (mg) 41
Kalium (mg) 181
Sulfur (mg) 2,86
Klorin (mg) 150
Cu (mg) 150
Mangan (mg) 0,032
Seng (mg) 0,56

11 Program Studi Teknik Kimia ITI


I (mg) 0,022
Se (µg) 1,33
Vitamin A (IU) 185
Vitamin D(I.U.) 2,3
Thiamin (mg) 0,068
Riboflavin (mg) 0,21
Niacin (mg) 0,27
Vitamin B6 (mg) 0,046
Panthotenic Acid (mg) 0,31
Vitamin B6 (µg) 0,046
Folic Acid (µg) 1
Biotin (µg) 1,5
Vitamin B12 (µg) 0,065
Vitamin C (mg) 1,29
[15]
Meskipun pada table 2. 7 sudah dijelaskan komposisi umum susu kambing, akan
tetapi kualitas susu kambing etawa dari berbagai lokasi pengembang biakan dana
berbeda hasilnya. Maka dari itu sebagai referensi menurut [18] komposisi susu
kambing etawa di daerah Bogor disajikan pada tabel 2. 8

Tabel 2. 8 Kualitas Susu Kambing Etawa di Bogor

Parameter Jumlah
Lemak (%) 7,9 – 11,4
Bahan kerng tanpa lemak (%) 7,6 - 7,9
Protein (%) 3,8 – 3,9
Laktosa (%) 3,7 - 3,8
pH 6,4 – 6,5
Berat Jenis (kg/m3) 1,0289
Total plate count (cfu/ml) 6,3 x 103 – 1,2 x 104
[18]

12 Program Studi Teknik Kimia ITI


2.4 Mutu Sabun Padat
Sabun padat yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan sehingga layak
untuk digunakan dan dipasarkan. Persyaratan sabun padat menurut SNI 06-3532-
1994 meliputi pH, kadar air, dan alkali bebas (% NaOH) (SNI, 1994). Kriteria
persyaratan sabun padat menurut SNI disajikan dalam Tabel 2. 9

No. Uraian Standar SNI


1. pH 8 – 10
2. Kadar Air (%) Maks. 15
3. Alkali Bebas (% NaOH) Maks. 0,1

Untuk mendapatkan produk yang sesuai dengan persyaratan diatas, makan produk
sabun yang dihasilkan akan melalui beberapa uji, yaitu:
1. Uji Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi yang penting pada
produk kosmetik semisal sabun, karena nilai pH mempengaruhi daya absorpsi
di kulit. Umumnya pH sabun padat berkisar 8-10 (SNI, 1994). Sabun yang
memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat mengurangi daya
absorpsi di kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit dan terjadi luka, gatal,
atau mengelupas (Widya, 2017). Selain itu nilai pH yang terlalu rendah atau
tinggi dapat menyebabkan kulit kering.
2. Uji Kadar Air
Kadar air dan zat menguap pada sabun akan berpengaruh terhadap karakteristik
sabun, baik pada saat digunakan maupun saat disimpan. Banyaknya air yang
terkandung dalam sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air,
sehingga sabun semakin cepat mengalami penyusutan bobot dan dimensi (Spitz,
1996)
3. Uji Alkali Bebas
Sabun merupakan hasil dari reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan basa.
Sabun yang baik dihasilkan dari reaksi saponifikasi yang sempurna sehingga
diharapan tidak terdapat sisa basa setelah reaksi. Kelebihan alkali pada proses
pembuatan sabun dapat disebabkan karena adanya jumlah alkali berlebih yang
13 Program Studi Teknik Kimia ITI
digunakan dalam proses saponifikasi. Sabun dengan kandungan alkali bebas
tinggi memiliki nilai pH yang tinggi juga. NaOH memiliki sifat higroskopi
sehingga dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat dan kulit menjadi
kering (Widya, 2017).
4. Uji Stabilitas Busa
Pengujian stabilitas busa dilakukan untuk mengetahui banyaknya busa yang
dihasilkan pada pemakaian sabun padat. Busa adalah struktur yang relatif stabil
yang terdiri dari kantong-kantong udara yang terbungkus lapisan tipis, yang
merupakan dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa
yang bersifat aktif permukaan (sabun). Kecepatan pembentukan dan stabilitas
busa yang dihasilkan merupakan dua hal penting untuk produk pembersih
tubuh. Busa yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa yang sedikit dan
tidak stabil (Martin, dkk., 1993).

2.5 Metodologi Pembuatan Sabun Padat dari Susu Kambing


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Purwati, dkk (T.T), Metode
yang digunakan adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan, dimana ulangan
sebagai kelompok. Perlakuan pada penelitian ini adalah pemberian minyak nabati
dengan konsentrasi yang bervariasi. Metode pembuatan sabun padat yang biasa
dilakukan dapat dibagi menjadi 2, yaitu metode panas dan metode dingin,
Perbedaan dari kedua metode tersebut adalah ada tidaknya pemanasan yang
dilakukan setelah proses penyabunan terjadi ( (Mabrouk, 2005) Bagan alir
pembuatan sabun susu kambing disajikan pada gambar 2. 1

14 Program Studi Teknik Kimia ITI


Studi literatur: sabun, minyak nabati, susu kambing, standarisasi, uji, dan
evaluasi ekonomi

Pembuatan sabun susu padat dengan menggunakan metode dingin

Karakterisasi minyak nabati dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%

Pengujian produk sabun susu padat: uji laboratorium

Evaluasi hasil uji laboratorium dari sabun susu padat

Evaluasi ekonomi sederhana: biaya produksi spesifik, ROI, POT, BEP

Gambar 2. 1 Bagan Alir Pembuatan Sabun dari Susu Kambing

2.6 Evaluasi Ekonomi Sederhana


Potensi ekonomi pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu sapi segar
dapat dianalisa melalui evaluasi ekonomi sederhana meliputi perhitungan biaya
produksi spesifik, Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT) dan Break
Even Point (BEP).

15 Program Studi Teknik Kimia ITI


1. Biaya Produksi Spesifik
Biaya produksi spesifik menggambarkan total biaya yang diperlukan per
satuan produk dan dapat digunakan untuk memperkirakan harga jual
produk. Biaya tersebut didasarkan pada biaya bahan baku, pengemasan,
utilitas, tenaga kerja, dan depresiasi alat.
2. Return On Investment (ROI)
ROI merupakan kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan
yang digunakan untuk mengembalikan nilai investasi yang telah
dikeluarkan. Nilai ROI dapat dihitung dengan persamaan:
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑂𝐼 = × 100%
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
3. Pay Out Time (POT)
POT adalah waktu pengembalian modal sebagai hasil pembagian total
investasi terhadap keuntungan dan depresiasi.
Nilai POT dapat dihitung dengan persamaan:
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡
𝑃𝑂𝑇 =
𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 + 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
4. Break Even Point (BEP)
BEP atau titik impas adalah kapasitas dimana produsen tidak mendapatkan
keuntungan maupun mengalami kerugian atau dengan kata lain hasil
penjualan sama dengan biaya produksi.

16 Program Studi Teknik Kimia ITI


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran


Penelitian pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu kambing segar secara garis
besar dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu (1) penentuan metode pembuatan sabun susu
padat, (2) karakterisasi minyak nabati, (3) formulasi pembuatan sabun susu padat, (4)
pengujian produk sabun susu padat, dan (5) evaluasi ekonomi sederhana. Skema kerangka
penelitian disajikan dalam Gambar 3. 1.

Studi literatur: sabun, minyak nabati, susu kambing,


standarisasi, uji, dan evaluasi ekonomi

Pembuatan sabun susu padat dengan menggunakan metode


dingin

Karakterisasi minyak nabati dengan konsentrasi 10%, 20%,


30%, dan 40%

Pengujian produk sabun susu padat: uji laboratorium

Evaluasi hasil uji laboratorium dari sabun susu padat

Evaluasi ekonomi sederhana: biaya produksi spesifik, ROI,


POT, BEP

Gambar 3. 1 Skema Kerangka Pemikiran Pembuatan Sabun Susu Padat

17 Program Studi Teknik Kimia ITI


3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun susu padat dikategorikan dalam 2
kelompok yaitu bahan baku pembuatan sabun susu padat dan kemikalia uji.
1. Bahan Baku Pembuatan Sabun Susu Padat
 Susu kambing etawa diperoleh dari peternak kambing di daerah bogor
 NaOH diperoleh dari toko kimia di daerah Bogor
 Minyak Nabati (Minyak Kelapa Sawit, Minyak Kelapa, Minyak Zaitun)
 Bahan pewangi
2. Kemikalia Uji
 Akuades diperoleh dari Laboratorium
 Alkohol 96% diperoleh dari toko kimia di daerah Bogor
 Indikator PP, HCl, KOH, H2SO4 dan BaCl2 diperoleh dari toko kimia di daerah
Bogor
3.3 Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan sabun susu padat dikategorikan dalam 2
kelompok yaitu alat pembuatan sabun susu padat dan uji.
1. Alat Pembuatan Sabun Susu Padat
 Baskom
 Sendok
 Timbangan
 Mixer
 Cetakan.
2. Alat Uji
 Gelas beker 500 mL  Labu leher tiga 500mL
 Erlenmeyer 200 mL  Pendingin tegak
 Pipet tetes  Magnetic Stirrer
 Pengaduk kaca  Buret 50 mL
18 Program Studi Teknik Kimia ITI
 Pipet volume 5 mL  Klem dan statif
 Cawan porselin  Vortex
 Botol timbang  Sendok
 pH meter  Oven

19 Program Studi Teknik Kimia ITI


3.4 Cara Kerja
1. Pembuatan Sabun Padat dari Susu Kambing Segar dengan Proses Dingin
Prosedur pembuatan sabun susu padat dari susu sapi segar dengan proses dingin
secara diagramatis disajikan dalam Gambar 3. 2.

Minyak kelapaMinyak kelapa


Susu 450 gram 300 gramsawit 300 gram

NaOH Minyak zaitun


Pencampuran Pencampuran
165 gram
150 gram

Pencampuran
fragrance trace

Pencetakan

Gambar 3. 2 Diagram Blok Pembuatan SabunPadat dengan Proses Dingin

Prosedur kerja secara mendetail sebagai berikut:

 Menimbang 450 gram susu kambing, 165 gram NaOH, 150 gram minyak
zaitun, 300 gram minyak kelapa, dan 300 gram minyak kelapa sawit.
 Membuat larutan susu-NaOH dengan cara mencampurkan NaOH ke dalam
susu sapi segar sedikit demi sedikit.
 Mencampurkan minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak zaitun
dalam satu wadah.
 Mencampurkan larutan susu-NaOH ke dalam minyak, lalu aduk hingga
mengental (trace).
 Menambahkan fragrance 10 mL ke dalam adonan sabun.
 Mencetak sabun.
2. Uji Bilangan Penyabunan
Uji bilangan penyabunan dilakukan terhadap masing-masing minyak nabati yang digunakan
dalam pembuatan sabun susu padat dari susu sapi segar. Minyak nabati yang digunakan
adalah minyak zaitun, minyak kelapa, dan minyak kelapa sawit. Prosedur uji bilangan
penyabunan adalah:

20
 Menimbang 5 gram minyak nabati.
 Melarutkan 40 gram KOH dalam 1 liter alkohol 96%.
 Mencampurkan 50 mL larutan KOH dengan 5 gram minyak nabati
dalam erlenmeyer 200 mL.
 Memasang pendingin balik dan mendidihkan campuran selama 30 menit.
 Mendinginkan hingga suhu ruang
 Menambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein ke dalam erlenmeyer.
 Menitrasi kelebihan larutan KOH dengan larutan standar HCl 0,5N.
 Menghitung bilangan penyabunan dengan persamaan:

titrasi blanko−titrasi sampel


Bilangan penyabunan = 28,05 x (3)
berat sampel

(Sudarmadji, et al.,
1997)

21
3. Uji Keasaman (pH)
 Menimbang 5 gram sampel sabun susu padat
 Melarutkan sampel sabun susu padat ke dalam 10 mL akuades
 Mencuci pH meter ke dalam larutan sabun.
 Memasukkan pH meter ke dalam larutan sabun.
 Mencatat pH yang terbaca.
4. Uji Kadar Air

 Memasukkan cawan porselin ke dalam oven bersuhu 105˚C selama 1 jam.


 Mengeluarkan cawan porselin dan memasukkan ke dalam desikator.
 Memasukkan 5 gram sampel sabun susu padat ke dalam cawan porselin,
kemudian menimbangnya (W1).

 Memasukkan sampel dalam cawan porselin ke dalam oven selama 1 jam


suhu 105˚C.
 Mengeluarkan sampel dari oven, memasukkan ke dalam desikator,
menimbang sampel (W2).
 Mengulangi langkah 4-5 hingga nilai W2 konstan.
 Menghitung kadar air sampel sabun susu padat dengan persamaan:
1
Kadar air = ( w 1−w 2 ) x 100 % (4)
w1
5. Uji Alkali Bebas
 Memasukkan 5 gram sampel sabun susu padat dalam erlenmeyer.
 Menambahkan 15 mL alkohol 96%.
 Memanaskan campuran hingga larut.
 Menambahkan 10 mL BaCl 20% dan 3 tetes indikator phenolphthalein.
 Menitrasi dengan H2SO4 1N hingga warna merah jambu hilang.
 Menghitung alkali bebas dengan persamaan:
vH 2 SO 4 x 3,1
Alkali bebas (%) =
berat sampel
(5)
(BSN, 1994)
6. Uji Stabilitas Busa

 Menimbang 1 gram sampel sabun susu padat dan memasukkannya ke

22
dalam tabung reaksi.
 Menambahkan 9 mL akuades.
 Mengocok larutan sabun selama 30 detik dengan menggunakan vortex.
 Mengukur ketinggian busa yang terbentuk(h0).
 Mendiamkan larutan sabun selama 1 jam.
 Mengukur tinggi busa akhir(ht).
 Menghitung stabilitas busa dengan persamaan:
tinggiakhir(ht )
Stabilitas Busa = x 100 %
tinggi awal (h 0)
(6)
(Piyali, et al.,
1999)

23
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. S. d. Z., 2008. Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan. Tangerang:


Agromedia Pustaka.
Barel, A. O., Paye M. & Maibach H. I., 2009. Handbook of Cosmetic Science and Technology. 3rd
Edition ed. New York: Informa Healthcare USA, Inc.
BSN, B. S. N., 1994. Sabun Mandi. Jakarta, Patent No. SNI 06-3532-1994.
Bylund, G., 1995. Dairy Processing Handbook. 1st ed. Lund: Tetra PalProcessing Systems AB.
Cavitch, S. M., 2001. Choosing Yours Oil, s.l.: Oil Properties of Fatty Acid.
Dana, 2016. Cara Membuat Sabun Mandi Sederhana (Untuk Pemula). [Online]
Available at: https://banaransoap.com/
[Accessed 7 Oktober 2022].
Darkuni, N., 2001. Mikrobiologi. Malang: JICA.
Husnawati, 2022. Penerapan Pengendalian Mutu pada Susu UHT di PT Prima Japfa Jaya, Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Ketaren, S., 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.. Salemba: Universitas
Indonesia.
Mabrouk, S. T., 2005. Making Usable, Quality Opaque or Transparent Soap. Journal of, 82(10),
pp. 1534 - 1537.
Martin, A., Swarbick, J. & Cammantara, 1993. Buku Farmasi Fisik Edisi ketiga Jilid 2
Terjemahan. Jakarta: UI Press.
Park, Y. W., 2010. Goat Milk : Composition Characteristics. s.l.:Encyclopdia of Animal Science.
Patterson, H. B. W., 1992. Bleaching and Purifying Fats and Oils. Illinois: AOCS Press.
Piyali, G., R. R. G., B. & V. V., K., 1999. Detergency and Foam Studies on Linear. Journal of
Surfactants and.
Rahman, A. S., Fardian, W. P., Suliantari, R. & Nurwitiri, C. C., 1992. Teknologi Fermentasi
Susu. Bogor: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Ratya, N., Taufik, E. & Arief, I. I., 2017. Karakterisitik Kimia, Fisik, dan Mikrobiologis Susu
Kambing Peranakan Etawa di Bogor. Vol 5 ed. s.l.:s.n.
Rowe, C. R., Paul, J. S. & Marian, E., 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients. SIxth ed.
London: London Pharmaceutical Press.
Setiawan, T. & Tanius, A., 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Bogor: Penebar
Swadaya.
Soediaoetama, A. D., 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Spitz, L., 1996. Bar Soap Finishing. Illinois: AOCS Press.
Sudarmadji, S., Harayono, B. & Suhardi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Swern, D., 1979. Balley’s Industrial Oil and Fat Products. 4 Vol. e-1 ed. New York: J. Wiley.
Widya, A., Rahayu, A. Y. & Zain, S., 2017. Pembuatan Sabun Cair Berbasis. Bandung:
Universitas Padjadjaran.
Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.

24

Anda mungkin juga menyukai