Anda di halaman 1dari 65

BAB IV

KEGIATAN PRAKTEK PKPA


A. Penerapan CPOB di PT. Caprifarmindo Laboratories
1. Manajemen Mutu
PT. Caprifarmindo Laboratories telah melakukan tugas dan tanggung
jawab yang jelas dalam sturktur organisasinya agar dapat menghasilkan kerja
yang optimal. Penambahan aspek pada CPOB 2012 mengenai manajemen
resiko mutu telah dilaksanakan oleh PT. Caprifarmindo Laboratories guna
mengatasi terjadinya penyimpangan selama proses produksi dan dapat
dilakukan permasalan secara menyeluruh dan mendalam. Penerapan
manajemen mutu obat PT. Caprifarmindo Laboratories telah diterapkan, hal ini
dapat dilihat dari proses produksi yang telah menerapkan proses CPOB dan
melakukan in process control pada tahap produksi.
2. Personalia
Berdasarkan CPOB Industri farmasi hendaklah memiliki personel yang
terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Dengan
sumber daya manusia yang terapil dan berpengalaman maka proses produksi
dapat berjalan dengan CPOB secara konsisten dan terus menerus. Oleh karena
itu, PT. Caprifarmindo mengadakan perkrutan dengan pemilihan calon pegawai
secara ketat dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Proses perekrutan dilakukan dengan beberapa tahap guna mencari pegawai
yang terkualifikasi. Selain itu, perusahaan juga mencari calon pegawai yang
sehat dimana pada wal perekrutan dilakukan medical check up untuk menjamin
bahwa dalam proses produksi nantinya jika seorang tersebut menjadi pegawai
tidak akan mencemari atau mengkontaminasi produk, sehingga terdapat bagian
tersendiri dibawah tanggung jawab HCM (Human Capital Management) yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan medical check up.
CPOB 2012, menyatakan setiap personel hendaklah tidak dibebani
tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap mutu
obat. Atas dasr itulah PT. Capriframindo memilki stuktur organisasi yang jelas,

49
dimana setiap bagian memiliki tugas dan tannggung jawab yang berbeda serta
melaksanakan secara penuh tanpa adanya tumpang tindih tanggung jawab
dengan personel lainnya. PT. Caprofarmindo memiliki Personel kunci
mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh
personel purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu)/kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen
satu terhadap yang lain. Personel kunci yang di miliki PT. Caprifarmindo
merupakan seorang apoteker yang telah terkualifikasi dan mempunyai
pengalaman praktis disuatu industry farmasi sehingga dapat menjalakan
tanggung jawabnya secara profesional
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personel
dan untuk personel yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan
bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi,
toksik atau bersifar sensitive haruslah mendapatkan pelatihan yang lebih
spesifik. Aspek CPOB tersebutlah yang menjadi dasar departemen QA menjadi
departemen yang melakukan pelatihan kepada para karyawan dan menjelaskan
aspek-aspek CPOB yang harus diterapkan di PT. Caprifarmindo. Pelatihan yang
dilakukan berupa training secara berkala dengan pemberian materi CPOB,
personal hygiene, aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Personel yang
memerlukan pelatihan khusus, akan langsung dilatih oleh atasan atau senior
lainnya. Untuk personel yang belum lulus training, maka akan diberikan
retrainng oleh bagian QA. Tujuan dari training tersebut dimaksudkan agar
personel memahami dan menerapkan aspek-aspek CPOB sehingga dapat
dipastikan produk yang dihasilkan aman, berkualitas, dan berkhasiat.
3. Bangunan dan Fasilitas
Tata letak dan desain ruangan PT. Caprifarmindo Laboratories dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran
silang. Contohnya gedung produksi β-laktam terletak terpisah dari bangunan
produksi non β-laktam dan gudang untuk bahan-bahan yang mudah terbakar

50
diletakkan terpisah dari bangunan lain. Letak bangunan industri farmasi ada di
daerah kawasan industri.
Konstruksi bangunan PT. Caprifarmindo Laboratories dilengkapi saluran
pembuangan air yang efektif dan tertutup agar terlindung dari banjir maupun
rembesan melalui tanah dan terbebas dari masuk dan bersarangnya binatang
pengerat seperti tikus, atau serangga sehingga aman dari kemungkinan
terjadinya pencemaran dari lingkungan sekeliling gedung. Beberapa bangunan
termasuk area produksi, penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling
bangunan dirawat dalam kondisi bersih dan rapi ini dapat dilihat dengan
dijalankannya program kebersihan ruangan setiap hari sesuai dengan prosedur
tetap pembersihan yang dilakukan oleh personel yang bertugas. Ruang
penimbangan yang berada di dalam ruang produksi dilengkapi dengan damper
yaitu alat penyedot sisa serbuk yang ditimbang.
Ruang produksi memiliki dinding yang dicat dengan cat yang licin
bertujuan untuk memudahkan pembersihan, dan menghindari dari cemaran atau
kotoran yang melekat di dinding, lantai dan atap didesain kedap air dilapisi
dengan epoksi, sudut-sudut antar dinding dan lantai membentuk melengkung
dan licin agar mudah untuk pembersihan dan menghindari pengumpulan dan
penempelan partikel yang dapat mencemari produk. Ruang produksi tersebut
juga dilengkapi dengan sistem HVAC (Heating Ventilating and Air
Conditioning) dimana tekanan udara di koridor memiliki tekanan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan yang berada di dalam ruangan produksi.
4. Peralatan
PT. Caprifarmindo Laboratories mempunyai peralatan yang telah
disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya. Peralatan diberi tanda yang berisi
nomor, jenis alat, dan tanggal kalibrasi terakhir serta kalibrasi berikutnya sesuai
dengan petunjuk CPOB. Peralatan dikalibrasi setiap 1 tahun sekali, dapat pula
dikalibrasi tiap 1 semester sesuai dengan penggunaan alat, verifikasi dilakukan
setiap hari hal ini berguna untuk menjamin mutu dan hasil yang baik.

51
5. Sanitasi dan Higiene
Penerapan sanitasi dan higiene pada PT. Caprifarmindo Laboratories
dilakukan terhadap personalia, bangunan, peralatan, bahan awal, hingga
kemasan untuk menjamin kebersihan dan menjaga agar produk-produk yang
dihasilkan terbebas dari kontaminasi dan pencemaran.
a. Higiene personalia
Higiene personalia wajib dilakukan oleh semua karyawan untuk
keamanan diri sendiri dan untuk menjamin produk bebas dari
pencemaran. Semua karyawan sebelum memasuki ruangan produksi
harus membersihkan diri terlebih dahulu dengan cara mencuci tangan
dan kaki dengan sabun, mengenakan perlengkapan pelindung yang
bersih seperti pakaian kerja, penutup rambut, masker penutup mulut,
googles, sepatu khusus dan sarung tangan. Persentuhan langsung
antara tangan karyawan dengan bahan baku, produk antara dan produk
ruahan dihindarkan. Untuk karyawan di unit β-laktam harus melewati
air shower terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan produksi
maupun sesudah dari ruangan produksi. Hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kontaminan yang melekat baik dari dalam maupun luar
produksi.
b. Sanitasi ruangan
Ruangan produksi dibersihkan sebelum dan sesudah produksi.
Lantai, dinding dan plafon dibersihkan dengan campuran air dan
alkohol 70%, sedangkan kaca dibersihkan dengan alkohol 70%. Pada
bagian plafon sebagai tempat sirkulasi udara biasanya kebih kotor
sehingga sebelumnya dibersihkan dulu dengan detergen, kemudian
dibilas dengan campuran air dan alkohol 70%. Koridor dibersihkan
dengan air dan detergen setiap pagi dan sore. Setelah digunakan,
peralatan harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalamnya.
Sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa lagi untuk

52
memastikan bahwa seluruh isi komponen produk sebelumnya telah
dihilangkan.
6. Produksi
PT. Caprifarmindo melakukan produksi dibawah tanggung jawab dari
departemen produksi, dimana hanya memproduksi sediaan farmasi non steril.
Selain memproduksi produksnya sendiri, PT. Caprifarmindo juga melakukan
toll manufacturing perusahaan lain seperti PT. Sanbe Farma.
Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
dan memenuhi ketentuan CPOB. PT. Caprifarmindo melakukan produksi
berdasarkan intruksi dalam bentuk pengeluaran catatan pengolahan batch oleh
bagian PPIC. Setelah bahan baku ditimbang dan disiapkan oleh bagian Gudang
Bahan Baku (GBB), kemudian diserahkan ke bagian produksi untuk diproses
lebih lanjut. Setelah bahan-bahan baku selesai diolah menjadi prodk ruahan,
kemudian diserahkan ke bagian pengemasan untuk dikemas menjadi produk
jadi yang siap dipasarkan.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu di PT. Caprifarmindo Laboratories diantaranya
melakukan kegiatan pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan
awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi dari hasil kegiatan
produksi. Kegiatan ini mencakup juga pemantauan lingkungan, pengujian
stabilitas, penanganan sampel pertinggal. Seluruh kegiatan yang dipersyaratkan
CPOB telah dilaksanakan di PT. Caprifarmindo Laboratories oleh departemen
QC. Selain itu, pengawasan mutu tidak hanya terbatas pada kegiatan
laboratorium tetapi juga terlibat pada semua keputusan terkait mutu produk.
Peralatan dan instrumen yang dimiliki telah diatur dengan prosedur tetap
pengoperasian alat dan telah dikualifikasi dan dikalibrasi secara rutin, sehingga
memberikan pengukuran yang valid. Metode analisa yang digunakan,
spesifikasi dan prosedur pengujian telah disesuaikan dengan literatur dalam
farmakope maupun sesuai literatur lain yang mendukung seperti, British
Pharmacopoeia, US Pharmacopoeia, dan juga artikel-artikel yang disesuaikan

53
dengan fasilitas analisa yang tersedia dalam laboratorium pengawasan mutu PT.
Caprifarmindo Laboratories. Hal tersebut dilakukan setelah sebelumnya
dilakukan kualifikasi metode analisa. Hasil analisa telah memiliki catatan
analisis berupa lembar kerja (worksheet) sesuai dengan petunjuk CPOB.
Proses pengambilan sampel bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan
produk jadi tercantum dalam SOP (Standard Operating Procedure) yang
sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu. Studi
stabilitas produk dipercepat juga dilakukan oleh pengawasan mutu PT.
Caprifarmindo Laboratories, yaitu:
a) Uji stabilitas dipercepat dilakukan selama 6 bulan pada suhu 40±2°C
dengan RH 75±5%. Jika hasil uji stabilitas dipercepat memenuhi
syarat, data tersebut dapat diajukan untuk melakukan registrasi produk
dengan pengajuan waktu kadaluwarsa sekitar 1-2 tahun.
b) Setelah uji stabilitas dipercepat memenuhi syarat, maka dilanjutkan
dengan uji stabilitas real time. Uji stabilitas real time dilakukan pada
suhu 30±2°C dengan RH 70±5% hingga kadaluwarsa yang ditetapkan
sebelumnya ditambah dengan satu tahun. Jika hasil real time
memenuhi syarat maka dapat dilakukan pengajuan perpanjangan
kadaluwarsa kepada BPOM.
c) Uji stabilitas terhadap produk yang telah dipasarkan dengan cara
mengambil dan menyimpan beberapa produk sebagai sampel
pertinggal (retained sample) berdasarkan nomor dan minggu produk
tersebut diproduksi sampai tanggal dan tahun kadaluwarsa. PT.
Caprifarmindo Laboratories telah melaksanakan uji stabilitas on going
yang dilakukan dengan mengambil sampel yang diproduksi pada
minggu pertama tahun produksi pertama dan dilakukan pengujian tiap
tahun hingga masa kadaluwarsanya. Uji stabilitas on going dilakukan
sebagai pengawasan terhadap produk yang telah berada di pasaran.

54
8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri di PT. Caprifarmindo Laboratories telah dilakukan secara
rutin tiap tahun, program ini dilakukan oleh auditor independen yang ditunjuk.
Hal ini dilakukan untuk pencegahan dan perbaikan yang perlu dilakukan serta
kekurangan dalam melakukan pelaksanaan CPOB. Hasil temuan akan dicatat
dalam suatu formulir yang kemudian akan direview dan dikonfirmasikan
kepada departemen terkait. Departemen yang diaudit tersebut akan
bertanggungjawab atas perbaikan internal departemen.
Sistem audit mutu terdiri dari dari :
1) Audit/inspeksi diri
Audit internal dilakukan terus-menerus secara rutin dalam periode
waktu tertentu. Tim auditor adalah personel yang memahami CPOB,
mendapatkan pelatihan audit dan tersertifikasi. Auditor harus
independen untuk menjamin obyektifitas dan kebenaran audit.
Aspek-aspek yang di audit antara lain personalia, bangunan,
peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi,
serta sanitasi dan hygiene. Sedangkan, departemen yang terlibat dalam
audit internal yakni quality assurance (QA), Quality Control (QC),
produksi, research and development (R&D), dan production planning
and inventory control (PPIC). Audit internal antar departemen
dilakukuan secara silang yakni pada saat salah satu departemen diaudit,
maka manajer departemen ataupun kepala bagian departemen tersebut
tidak ikut serta atau tidak mengaudit diri sendiri.
Hasil temuan audit kemudian dicatat dalam suatu formulir (cheklist
dan berita acara inspeksi diri), kemudian ditinjau dan dikonfirmasikan
kepada departemen/bagian yang diaudit. Departemen yang diaudit
tersebut harus bertanggung jawab terhadap hasil temuan dengan
melakukan tindakan perbaikan yang sesuai dalam batas waktu yang
ditentukan dalam Aksi Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action
Preventive Action/CAPA), kemudian pada waktu tertentu akan

55
dilakukan audit ulang untuk memastikan bahwa hasil temuan telah
diperbaiki.
2) Audit dan kualifikasi pemasok
Departemen QA PT. Caprifarmindo Laboratories menetapkan
kebijakan untuk melakukan kualifikasi dan evaluasi terhadap pemasok
bahan awal untuk menilai pemenuhan sistem mutu oleh pemasok
dengan cara penilaian kelengkapan dokumen bahan, mutu bahan,
maupun audit secara langsung.
3) Audit toll
Setiap kegiatan pembuatan dan analisa berdasarkan kontrak harus
tersedia kontrak tertulis dan disetujui secara formal antara pemberi dan
penerima kontrak. Kontrak tertulis menjelaskan tanggung jawab
penerapan CPOB secara rinci, termasuk tindakan terkait mutu oleh
masing-masing pihak.
9. Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan
Produk Kembalian
Penanganan keluhan konsumen di PT. Caprifarmindo Laboratoriess
menjadi tanggung jawab Departemen QA untuk diperhatikan dan ditanggapi
dengan cepat. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat
mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan. Penanganan keluhan produk
menjadi tanggung jawab seluruh personel yang terlibat di industri farmasi.
Semua tindakan yang dilakukan selama penanganan kelughan hendaklah
dicatat. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah
keluhan disebabkan oleh pemalsuan.
Jika produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka
dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain
juga terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan ulang dari
bets yang cacat hendaklah diselidiki. Setelah tindakan penyelidikan dan

56
evaluasi terhadap laporan dan keluhan, pihak QA akan melakukan tindakan
lebih lanjut terhadap produk,tindakan yang dipilih mencakup :
a. Tindakan perbaikan bila diperlukan
b. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang
bersangkutan. Sesuai dengan CPOB, berikut pelaksanaan penarikan
kembali
1. Tindakan penarikan kembali produk hendaklah dilakukan segera
setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan
mengenai reaksi yang merugikan
2. Pemakaian produk yang berisiko tinggi terhadap kesehatan,
hendaklah dihentikan dengan cara embargo yang dilanjutkan
dengan penarikan kembali dengan segera. Penarikan kembali
hendaklah menjangkau sampai tingkat konsumen
3. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi,
hendaklah menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali
dilaksanakan secara cepat, efektif dan tuntas.
4. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk
hendaklah dibuat untuk memungkinkan embargo dan penarikan
kembali dapat dilakukan dengan cepat dan efektif dari seluruh mata
rantai distribusi.
c. Tindakan lain yang tepat.
Penagangan keluhan di PT. Caprifarmindo dilakukan oleh bagian
Quality Assurance yang melibatkan seluruh bagian personel PT.
Caprifarmindo. QA memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)
untuk menanganin produk komplain dan memberikan laporan hasil
investigasinya. Berikut tipe produk komplain yang ada di PT.
Caprifarmindo :

57
1. Komplain berdasarkan kualitas produk
a. Kelas 1
Produk yang sudah di pasarkan memiliki keluhan, namun tidak
memiliki potensi resiko terhadap pasien, contohnya tidak ada
nomor batch, tidak ada label, tidak ada leafleat, kerusakan pada
label, dan kerusakan pada kemasan primer.
b. Kelas 2
Produk yang sudah di pasarkan memiliki keluhan yang
berpotensi resiko terhadap pasien, contohnya adalah kandungan
yang tidak lengkap, konsetrasi tidak sesuai, adanya
kontaminasi, adanya kontaminasi silang, tidak ada tanggal
kadarluarsa, deformasi, kerusakan pada produk.
2. Komplain berdasarkan reaksi yang tidak di inginkan dari
produk
a. Penyebab reaksi yang tidak diinginkan yang tidak serius
namun tercatat
b. Penyebab reaksi yang tidak diinginkan
• Serius dan tercatat
• Serius namun tidak tercatat
• Tidak serius dan tidak tercatat
• Tidak serius namun tidak tercatat dan
peningkatan frekuensi
c. Melakukan laporan komplain ke BPOM jika ditemukan
sesuatu yang serius AE/ADR untuk dilakukan monitoring.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa produk atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran yang
dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan
mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
Ketika ada produk obat jadi yang dikembalikan oleh distributor dengan kondisi

58
produk obat rusak, produk kadaluarsa ataupun adanya kerusakan pada kemasan.
Adapun tahapan dalam proses pengembalian produk meliputi
a. Pengembalian produk obat oleh distributor disertai surat keterangan
reparasi barang yang kemudian diserahkan oleh Gudang jadi yang
kemudian ditandatangani oleh supervisor dan manajer PPIC.
b. Bagian gudang kemudian akan memberi laporan kepada QA untuk
kemudian dianalisis oleh QA dengan bantuan dari karyawan yang ada
di gudang obat jadi.
c. Setelah diteliti, maka akan diserahkan kepada QC untuk
ditindaklanjuti. Departemen QC akan mempelajari dan mengevaluasi
setiap keluhan yang ada dengan membandingkan antara produk yang
dikeluhkan dengan sampel pertinggal (on going).
d. Jika pemeriksaan sudah selesai, QC akan melaporkan hasilnya disertai
dengan evaluasi dalam bentuk laporan tertulis kepada Manager QA,
jika produk pertinggal memang tidak mengalami masalah, maka data
mengenai produk pertinggal dapat dikirimkan ke BPOM untuk
membuktikan. Namun, jika diperlukan perbaikan pada sediaan tersebut
maka didiskusikan dengan Departemen R&D dan Departemen
Produksi.
Untuk produk yang bermasalah dan perlu dimusnahkan, perusahaan akan
meminta kepada PBF untuk melakukan penarikan produk terkait. Produk yang
ditarik kemudian akan dimusnahkan menggunakan incenerator yang harus
disertai dengan berita acara pemusnahan obat.
10. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang dilakukan di PT. Caprifarmindo Laboratories bersifat
fundamental karena untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi

59
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Dokumen hal yang sangat penting di PT. Caprifarmindo Laboratories.
Untuk menjaga aspek dokumentasi berdasarkan CPOB 2012, maka
terdapat beberapa kegiatan kerja yang dilakukan oleh bagian Dokumen Control
di PT. Caprifarmindo, antara lain :
a. Desain dokumen, pada aspek ini, bagian Dokumen Control telah
memiliki desain untuk dokumentasi tersendiri, baik dari registrasi,
sampai ada status dokumen itu telah dibuat. Dengan demikian, maka
akan dapat mengindari terjadinya kesalahan dalam hal
pendokumentasian ataupun penyampaian terkait adanya dokumen baru
kepada pihak yang berkaitan.
b. Persetujuan dokumen, setelah dokumen tersebut dibuat, maka untuk
bisa dilaksanakan sepenuhnya maka membutuhkan komitmen dari
berbagai pihak yang terkait terhadap dokumen tersebut, oleh karena
itu, setiap pihak terkait didalam dokumen tersebut harus
menandatangani dokumen yang diajukan, maka pada saat tanggal
efektif dari dokumen tersebut dimulai, setiap bagian dapat
melaksanakan isi dari dikume tersebut dengan penuh rasa tanggung
jawab
c. Pengkajian dokumen, untuk menghindari kesalahan terutama untuk
dokumen yang sudah tidak terpakai lagi, maka perlu dilakukan
pengkajian terhadap dokumen tersebut. Departemen Dokumen Center
dalam pelaksanaannya, akan selalu menjalankan sistem untuk
penggagian dokumen yang sudah tidak terpakai. Sistem yang
dimaksud adalah adanya status pada tiap tiap dokumen yang
diterbitkan, baik itu tergolong original control, uncontrolled ataupun
absolute, dengan adanya sistem ini maka pengaturan tentang adanya
perubahan dokumen dapat diatur dengan baik.

60
Dengan beberapa kegiatan yang dilakukan seperti diatas, maka jelas terlihat
bahwa departemen Dokumen Control di PT. Caprifarmindo menerapkan aspek
aspek pada CPOB 2012.
Level dokumen yang ada di PT. Caprifarmindo antara lain :
a. Dokumen level I
Dokumen pada level ini berupa Quality Manual, yaitu suatu
pandungan yang bersifat global, yang dibuat Top Manajemen tentang
sistem manajemen yang diterapkan di Organisasi. Dokumen ini
merupakan dokumen utama yang menjelaskan kebijakan dan sasaran
mutu, struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab serta
kerangka sistem yang ditetapkan
b. Dokumen level II
Dokumen pada level ini berupa Prosedur Tetap (Protap) atau standard
operating procedure (SOP), yaitu prosedur yang disusun yang akan
dibakukan ke arah implementasi. Dokumen ini berisi penjelasan cara
melakukan pekerjaan secara rici dan berurutan agar kerja dapat
berjalan dengan baik
Dokumen level II minimum mempunyai bagian-bagian sebagai berikut
1. Daftar isi
Tersusun atas :
Tujuan/Purpose, Ruang Lingkup/Scope, Definisi/Definition,
Pustaka/Referance, Tanggung Jawab/Responsibilities,
Prosedur/Procedure, Frekuensi Peninjauan Ulang/Review
Frequency, Lampiran/Appendix, Sejarah Revisi/ Revision History.

61
2. Header
Page x of y
TYPE OF DOKUMEN
PT. CAPRIFARMINDO Revision
LABORATORIES No : xx

Subject Dokumen Next


Location Departemen No Review
Date

Effective Prepared by, Reviewed by, Reviewed Approved


Date by, by,

Gambar 4.1 Header SOP Halaman Pertama

Dokumen No Rev : xx Page x of y

Prepared Reviewed, Reviewed, Approved

Gambar 4.2 Header SOP Halaman Berikutnya


 Prepared :
Fungsionaris PT. Caprifarmindo Laboratories yang memiliki
wewenang dan tanggung jawab untuk menyiapkan dokumen
yang dibutuhkan departemen yang bersangkutan.
 Reviewed :
Fungsionaris PT. Caprifarmindo yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk mereview dokumen sebelum diterbitkan
 Approved :
Fungsionaris PT. Caprifarmindo yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab mereview dan menyetujui dokumen sebelum
diterbitkan.
 Effective Date :

62
Validitas waktu dimana dokumen yang diberikan setelah
pembuatan dokumen melakukan pelatihan pada bagian yang
bersangkutan.

3. Footer
Memiliki footer pada setiap halamannya dengan format sebagai
berikut:
The filename of dokumen in the server (LAN), release, capri, code
of department and section or based of process code, type of
documeny, dokumen number, horizontal dash (-), sort title of the
subject, horizontal dash (-), and revision number.
c. Dokumen level III
Dokumen pada level ini berupa formulir (form) dan catatan
(record). Formulir diisi oleh pelaksanaan kerja untuk melaporkan hasil
kegiatan serta dokumen lain yang dijadikan acuan. Catatan (record)
merupakan buktu tertulis hasil suatu kegiatan yang ditunjukkan dalam
bentuk formulir (form), model, dan jenis lainnya yang melibatkan
suatu kegiatan kerja.
Klasifikasi catatan (record)
 kelas catatan proses :
laporan uji dan inspeksi, catatan pengolahan batch, data
kalibrasi, data in process operational
 kelas catatan manajemen:
laporan audit internal, laporan audit supplier, laporan analisis
cost of quality, laporan sejarah devisiasi, laporan validasi dan
kalibrasi
Kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian produksi selalu
terdokumentasi dengan baik. Pengelolaan dokumentasi yang
ditetapkan oleh PT. Caprifarmindo Laboratories telah sesuai dengan
CPOB serta tersimpan dengan baik dan benar sesuai dengan sifat dari

63
dokumen-dokumen tersebut. Sistem dokumentasi yang baik
menggambarkan riwayat lengkap dari suatu batch (batch record)
sehingga memungkinkan untuk penelusuran kembali bila terjadi
masalah pada produksi tersebut. Batch record berisi mencakup
kegiatan selama proses produksi, pengawasan mutu, pemeliharaan
peralatan, penyimpanan, distribusi bahan, dan hal-hal spesifik lainnya.
11. Pembuatan dan Analisa berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat
secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing
pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap batch
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Konsep yang terdapat dalam CPOB 2012, tersebut menjadi dasar bagi PT.
Caprofarmindo dalam menjalankan sistem kontrak. Sebagai mitra dari Sanbe
Group, dan juga bahwa PT. Caprifarmindo mendapatkan beberapa pekerjaan
toll in dari Sanbe unit, maka PT. Caprifarmindo harus tetap mengedepankan
profesionalisme kerja, sehingga pihak menajemen dapat mengatur pola ataupun
alur kerja yang ada.
Dalam pekerjaan kontrak ini, tidak hanya pada produksi obat saja,
melainkan juga dalam analisa pun juga dilakukan kontrak PT. Caprifarmindo
melakukan kerja kontrak dengan depatemen QC dari Snbe unit lain, untuk
itulah perlu dibuat suatu kontrak dengan kerja yang kjelas. Dalam penanganan
terhadap kerja toll in dari Sanbe nit lain, maka kedua pihak manjerial harus
sepakat mengenai kontrak kerja yang dibuat, sesuai dengan yang tertuang
dalam kontrak tertulis, demikian juga pada saat PT. Caprifarmindo akan
melakukan analisa ke Sanbe unit lain, maka persetujuan terhadap kontrak kerja
yang ada harus disepakati. Dengan sistem kerja yang demikian, maka sudah

64
jelas bahwa dokumentasi terhadap kerja kontrak telah dilakukan PT.
Cprofarmindo, sesuai dengan aspek CPOB.
Kontrak tertulis PT. Caprifarmindo dibuat meliputi pembuatan dan/atau
analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua
pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk usul
perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai
dengan izin edar untuk produk bersangkutan. Dalam hal analisis berdasarkan
kontrak, pelulusan akhir harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak.
12. Validasi dan Kualifikasi
Validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”, dan bagian dari
program penjaminan mutu (Quality Assurance) sebagai upaya untuk
memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy), kualitas (Quality) dan
keamanan (safety) produk-produk industri farmasi. Salah satu bagian yang
penting dari CPOB adalah validasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tim
validasi untuk menjamin bahwa proses yang digunakan dan produk obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan mempunyai kualitas yang konsisten. Validasi
adalah suatu tindakan untuk membuktikan bahwa prosedur, proses, aktivitas
atau sistem berfungsi sesuai dengan yang disyaratkan dan mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten. PT. Caprifarmindo Laboratories telah melakukan
kualifikasi dan validasi sesuai dengan apa yang dipersyaratkan dalam CPOB.
Tim validasi setiap 1 tahun sekali membuat suatu rencana induk validasi (RIV).
Rencana induk validasi mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan atau
proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa laporan validasi dan
jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan dan
struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut.
Kualifikasi yang dilakukan di PT. Caprifarmindo Laboratories meliputi
kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi
kinerja. Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang
digunakan memenuhi standar atau tidak.

65
B. Production Planning and Inventory Control (PPIC)
PPIC (Production Planning And Control) memiliki peran utama dalam hal
perencanaan yang bertujuan untuk meminimasi biaya dan menjaga tingkat
produksi sesuai kapasitas. PPIC juga berperan untuk menjembatani antara
kebutuhan (permintaan pasar) dengan kemampuan produksi. PPIC dibutuhkan di
setiap industri farmasi ketika dibutuhkan informasi tentang kemampuan
memproduksi dengan waktu dan jumlah sumber daya yang tepat. Tujuan akhir
PPIC yaitu menyeimbangkan ketersediaan bahan yang dibutuhkan dengan
kebutuhan produksi sesuai dengan target marketing dan memnimasi terhadap
biaya penyimpanan. PT. Caprifarmindo Laboratories memiliki alasan perlunya
dilakukan persediaan yang sesuai yaitu antisipasi fluktuasi permintaan,
persediaan bahan baku disupplier, lead time kedatangan, harga bahan baku dan
over stok/out stok dari bahan baku ataupun obat jadi di gudang PT.
Caprifarmindo Laboratories. Alur kerja dari depatermen PPIC dapat dilihat pada
gambar 4.3,

Gambar 4.3 Alur Proses Departemen PPIC

66
PPIC PT. Caprifarmindo Laboratories berada di bawah Plant Manager
Gambar 4.3 mempunyai sasaran pokok PPIC adalah :
a. Ketepatan akan ketersediaan dan jumlah akan bahan baku dan kemas yang
dibutuhkan
b. Ketepatan waktu dalam memenuhi permintaan marketing
c. Ketepatan penyelesaian permintaan marketing (Produk)
d. Berkurangnya biaya produksi dan penyimpanan
e. Menghindari terjadinya over stock (menyebabkan Cash Flow terlambat)
f. Menghindari terjadinya out stock (menyebabkan kehilangan Opportunity)
Hal yang perlu dilakukan untuk mewujudkan sasaran pokok, PPIC harus
memiliki prinsip kerja yaitu PDCA :
a. Planning (P)
PT. Caprifarmindo Laboratories memiliki perencanaan tahunan,
triwulan, bulanan dan mingguan. Perencanaan tahuanan dibuat dengan
tujuan untuk menghitung biaya yang dibutuhkan untuk membeli bahan
baku dan kemas untuk 1 tahun kedepan. Perencanaan tahunan ini
kemudian di break down menjadi perencanaan triwulan. Adanya
perencanaan triwulan dan bulanan ini bertujuan untuk memantau apakah
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya masih sesuai dengan keadaan
di lapangan (melihat posisi penjualan obat yang dimiliki dipasaran). Selain
perencanaan triwulan dan bulanan dilakukan pula perencanaan mingguan
yang dibuat sebagai acuan untuk realisasi produksi yang akan dilakukan
dan perencanaan mingguan dibuat dan dikeluarkan setiap kamis. Data
yang diperlukan dalam membuat perencanaan tersebut adalah permintaan,
stok obat jadi dan in-process, stok distributor, hutang obat jadi, stok sisa
bahan baku dan kemas serta out standing PO.
b. Doing (D)
Berupa pembuatan surat permintaan bahan baku dan bahan kemas
sesuai dengan kebutuhan perencanaan, penentuan tanggal kedatangan
bahan baku dan bahan kemas yang telah dibuat sesuai dengan perencanaan

67
dan penyerahan data kebutuhan/surat permintaan bahan baku dan kemas
ke bagian purchasing.

c. Controling (C)
Meliputi stock of name obat jadi tiap akhir bulan, stock of name bahan
baku dan kemas minimal 2 kali dalam setahun, pemantauan kedatangan
bahan baku dan kemas, pemantauan outstanding dari PO bahan baku dan
kemas yang telah diterbitkan dan pemantauan proses produksi.
d. Action (A)
Melakukan revisi apabila ada perubahan dari perencanaan yang telah
dibuat sebelumnya dan pencegahan terhadap perubahan.

Gambar 4.4 Garis Koordinasi Departemen PPIC


Faktor perencanaan persediaan dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yaitu kapasitas produksi, kapasitas terpasang, jumlah persediaan
dan kapasitas penyimpanan. Faktor eksternal yaitu fluktuasi permintaan,
perekonomian (daya beli) dan ketersediaan barang. Kebutuhan toll
manufacturing juga diatur PPIC setelah menghitung kapasitas produksi akan
digunakan untuk toll atau untuk produk Caprifarmindo sendiri. PPIC membuat

68
rencana produksi yang berkoordinasi dengan bagian produksi yang setelah
disetujui akan disiapkan Catatan pengolahan Batch (CPB) dan Catatan
Pengemasan Batch (CKB).
PPIC berdasarkan garis koordinasinya juga membawahi Production
planning Control, Inventroy Control, Warehouse Supervisor, dan Warehouse
Complience Officer. gudang (gudang obat jadi, bahan baku dan bahan kemas)
dan Inventory Control.
1. Production planning Control (PPC)
Bagian ini bertanggung jawab untuk membuat perencanaan
produksi secara periodik. Bagian PPC juga jembatan antara marketing
dengan bagian produksi untuk selalu menghasilkan produktivitas dan
efisiensi yang tinggi. Marketing akan berharap bahwa selalu tersedia
produk untuk memenuhi permintaan. Produksi juga mengharapkan
produk yang dihasilkan dapat terserap dengan baik dan cepat ke pasar
sehingga mutu produk dapat terjaga. Dengan demikian peran dari PPC
sangatlah penting, karena PPC yang akan mengatur jadwal proses
produksi tentunya dengan mempertimbangkan permintaan dari
marketing (pasar), kapasitas produksi, stok gudang, proses yang sedang
dikerjakan, jadwal perawatan mesin produksi, kalibrasi dan jadwal
validasi.
Production Order

Monthly Planning
Schedule

Weekly Planning
Schedule

Formula
Distribution

production
process

Realization
production

69
Gambar 4.5 Alur Bagian PPC

2. Inventory Control (IC)


Bagian ini bertanggung jawab untuk menjaga ketersediaan bahan
baku maupun bahan kemas yang akan digunakan dalam produksi. IC
membawahi beberapa gudang dan juga penerimaan barang. IC juga
bertanggung jawab untuk menjaga dan memantau tingkat inventory
sehingga berada pada tingkat yang wajar, menganalisa informasi order
untuk menentukan jumlah inventory yang harus tersedia atau dibeli,
membuat Purchase Request dan berkordinasi dengan Departemen
Purchasing, dan menyediakan Inventory Report untuk keperluan
pembuatan Weekly Production Schedule (WPS). IC membawahi bagian
penerimaan barang dan gudang bahan baku, bahan kemas, serta obat
jadi.

Gambar 4.6 Raw Material dan Packaging Material Flow


i. Penerimaan Barang
Penerimaan barang merupakan bagian yang paling awal
menerima barang maupun bahan yang dibutuhkan atau dipesan
perusahaan. Bagian ini harus benar benar teliti saat menerima

70
barang, tujuannya untuk menghindari kesalahan dan mengurangi
resiko kerugian perusahaan.
Tahapan penerimaan barang, diawali ketika barang datang.
Secara umum barang datang terbagi menjadi dua macam yaitu
milik PT. Caprifarmindo Laboratories atau milik perusahaan
pemberi toll seperti PT. Sanbe Farma. Saat barang datang akan
diperiksa kelengkapan dokumen berupa Delivery Order (DO),
Certificate of Analysis (CoA), dan Purchasing Order (PO).
Barang bahan baku yang diterima untuk produksi harus dari
supplier yang terdaftar dalam approve vendor list. Setelah
pemeriksaan barang selesai, penerimaan barang akan
mengeluarkan Bon Penerimaan Barang (BPB) sebanyak 7
rangkap. Rangkap terakhir akan diberikan ke bagian Quality
Control (QC) sebagai Bon Permintaan Sampling (BPS). QC
kemudiaan akan melakukan tindakan sampling.
Selama proses pemeriksaan oleh QC, barang akan diberi label
quarantine berwarna kuning dan juga label sampling berwarna
ungu. Setelah proses pemeriksaan QC selesai, barang yang
released akan diberi label hijau dan barang yang rejected akan
diberi label berwarna merah. Barang yang released akan disimpan
di gudang dibagian penyimpanan barang released. Barang yang di
rejected akan disimpan tersendiri bersama barang rejected lainnya
untuk di musnahkan atau di kembalikan ke supplier.
Selain menerima barang untuk bahan produksi, penerimaan
barang juga menerima barang kembalian baik dari gudang pusat
maupun dari distributor. Barang yang dikembalikan umumnya
karena kadaluwarsa, barang rusak, maupun kemasan rusak. Untuk
obat yang di retur harus disertai dengan Bukti Penyerahan Obat
Retur (BPOR) atau Bukti Penyerahan Obat Re-pack (BPOP) untuk
obat yang akan dikemas ulang. BPOR maupun BPOP, harus

71
disertai dengan kronologi mengapa produk tidak bisa dipasarkan.
Dua dokumen ini selanjutnya diberikan ke QC, karena produk
harus dicek dan ditentukan proses selanjutnya oleh QC. Obat yang
telah di cek biasanya akan mendapat perlakuan berupa
pemusnahan, pengemasan ulang, pengerjaan ulang, atau
digunakan untuk apotek perusahaan.
ii. Gudang
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan
operasi industri farmasi yang memiliki fungsi sebagai tempat
untuk menyimpan bahan awal, bahan kemas, dan obat jadi yang
belum didistribusikan. Selain itu gudang juga berfungsi untuk
melindungi bahan (awal, pengemas, dan obat jadi) dari pengaruh
luar dan binatang pengerat, serangga, dan melindungi obat dari
kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar,
maka gudang harus dikelola dengan sistem manajemen
pergudangan. Manajemen pergudangan memiliki cakupan antara
lain: mengatur orang/petugas (SDM), mengatur penerimaan
barang, mengatur penataan/penyimpanaan barang, dan mengatur
pelayanan akan permintaan barang. Penyimpanan barang di semua
gudang sesuai dengan CPOB dengan menggunakan rak terbuat
dari besi dan kayu yang kuat, bahan atau kemasan yang disimpan
tidak kontak langsung dengan lantai tapi disimpan di atas pallet.
Kebersihan ruangan selalu dijaga terutama debu dan hewan seperti
serangga dan tikus. Ruangan dibersihkan setiap hari. Pengeluaran
bahan di PT. Caprifarmindo Laboratories menggunakan prinsip
First in First Out (FIFO) untuk bahan yang tidak memiliki waktu
kadaluarsa (seperti bahan pengemas). Sedangkan untuk bahan
yang memiliki waktu kadaluarsa maka sistem pengeluarannya
menggunakan prinsip First Expired First Out (FEFO).
C. Pergudangan

72
Gudang di PT Caprifarmindo Laboratories terbagi menjadi :
a. Gudang Bahan Baku
Gudang bahan baku merupakan penyimpanan bahan baku
produksi obat, baik produk asli persuhaan maupun produk toll dari
Sanbe Farma. Bahan baku yang diterima dari penerimaan barang, akan
dicek secara fisik dan dokumen. Pengecekan fisik melihat kondisi
kemasan. Pengecekan dokumen melihat kesesuaian faktur, nama
barang, nomor batch , tanggal kadaluarsa, dan jumlah bahan baku yang
datang serta dokumen Certificate of Analysis (CoA). Setelah
pengecekan, barang masuk untuk disimpan. Saat penyimpanan, barang
akan dilakukan pengecekan oleh pihak Quality Control (QC).
Pengecekan ini paling lama diajukkan oleh pihak gudang 5 hari setelah
kedatangan barang. Selama proses pengecekan oleh pihak QC, barang
akan diberi label karantina berwarna kuning. Apabila hasil
pemeriksaan QC telah sesuai, maka dapat dilakukan penempelan label
released yang berwarna hijau, dan apabila tidak sesuai maka akan
ditempel label rejected berwarna merah. Pengaturan gudang bahan
baku diklasifikasikan berdasarkan dari sifat bahan yang disimpan
(menyesuaikan bahan baku dengan suhu ruangan), antara lain:
a) Suhu kamar (Non-AC Storage)
Gudang ini digunakan untuk menyimpan bahan baku (zat
aktif ataupun zat tambahan) yang tidak membutuhkan persyaratan
khusus disimpan di ruangan ini. Selain itu, gudang ini berfungsi
untuk menyimpan bahan baku yang sedang di karantina. Kondisi
gudang menggunakan suhu kamar ≤ 30°C dengan RH 40%-85% .
Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan. CPOB untuk gudang
suhu kamar yaitu untuk suhu ≤ 30°C dan RH tidak
diklasifikasikan. Contoh bahan baku yang disimpan di gudang ini
yaitu paracetamol, sukrosa, talkum, Mg stearat, dan lain-lain.
b) Suhu sejuk (AC Storage)

73
Gudang ini digunakan untuk menyimpan bahan baku (zat
aktif ataupun zat tambahan) yang stabil pada suhu 15 - 26°C dan
RH maksimal 40%-85%. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan
CPOB untuk gudang sejuk yaitu untuk suhu ≤ 25 oC dan RH tidak
diklasifikasikan. Gudang ini untuk menyimpan obat psikotropik
dan prekursor, dengan pengawasan dari supervisor.
c) Kelembapan rendah (Low Humidity)
Gudang ini harus tetap dijaga suhunya pada 15 - 26°C dan RH
maksimal 35 - 40%. Digudang ini juga terdapat kulkas
(refrigerator) untuk penyimpanan suhu 2-8. Gudang ini digunakan
untuk menyimpan cangkang kapsul, herbal, curcuma, dan lain-
lain.
d) Gudang bahan mudah terbakar
Gudang bahan mudah terbakar ini berada terpisah dari
bangunan utama pabrik. Tujuannya untuk mengurangi dampak
kerugian apabila terjadi kebakaran. Fasilitas di gudang ini seperti
lampu, sambungan listrik dan lainnya harus bersifat tahan
ledakkan. Bahan baku yang disimpan di gudang ini adalah etil
alkohol.
b. Gudang bahan kemas
Gudang ini digunakan untuk menyimpan pengemas produk baik
primer, sekunder, maupun tersier serta menyimpan brosur. Gudang
bahan kemas dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Gudang bahan kemas I
Memiliki suhu 25-30°C untuk menyimpan master boxs, kardus,
dan lain-lain.
b) Gudang bahan kemas II
Gudang ini suhunya 15 - 26°C digunakan untuk menyimpan
pengemas primer seperti polycellonium.
c) Gudang bahan kemas III

74
Gudang ini suhunya 15 - 26°C digunakan untuk menyimpan
brosur, catch cover, dan folding boxs.

d) Gudang Botol
Gudang ini digunakan khusus menyimpan botol pengemas
obat-obat liquid maupun semi solid.
c. Gudang in transit
Gudang in transit merupakan penyimpanan obat jadi sementara
yang masih menati selesainya dokumen. Disisni obat jadi juga
dilakukan pengecekan untuk jumlah, nomor batch , dan dokumen
Production Finished Good Delivery (PFGD). Apabila dokumen dan
produk telah dinyatakan released, maka obat jadi ini akan dikirim ke
gudang terpadu yang terpusat di Cibodas untuk di distribusikan.
Gudang in transit ini terbagi menjadi dua berdasarkan perbedaan suhu
yaitu suhu sejuk dan suhu kamar. Gudang suhu sejuk dengan
pengaturan suhu maksimal 15 - 26oC dan kelembaban maksimal 40-
80% digunakan untuk menyimpan produk yang memerlukan
pernyimpanan pada kondisi khusus, seperti obat yang di coating.
Sementara Gudang suhu kamar dengan pengaturan suhu maksimal
30oC digunakan untuk menyimpan sebagian besar produk obat, PKRT,
dan obat retur maupun recall.
D. Produksi
Departemen produksi PT. Caprifarmindo Laboratories bertanggung jawab
atas semua proses produksi. Proses produksi yang dilakukan tidak hanya original
product Capri saja namun juga produk toll dari Sanbe farma. Beban kerja yanng
besar, maka departemen produksi terbagi menjadi solid, liquid, dan semisolid.
Secara manajerial departemen produksi terbagi atas 4 manager (Solid Production
Manager, Liquid and Semisolid Production Manager I, Solid Production
Manager II dan Semisolid Production Manager II).

75
Tahapan produksi diawali dengan rencana bulanan dari PPIC yang telah
disetujui oleh Plant Manager di break down menjadi rencana mingguan oleh
Manager PPIC. Setelah itu bagian PPIC mendistribusikan CPB (Catatan
Pengolahan Batch ) dan CKB (Catatan Pengemasan Batch ) yang telah dibuat
oleh R&D. CPB diserahkan kepada supervisor GBB sebagai permintaan bahan
baku dan diberikan juga kepada bagian produksi masing-masing untuk kemudian
dilakukan penimbangan hingga pengemasan primer, sedangkan CKB diserahkan
ke bagian pengemasan sekunder.
Ruang produksi di PT. Caprifarmindo Laboratories terdiri dari 2 kelas
ruangan produksi yaitu diruang kelas E dan F. Kondisi ruangan produksi ini
dijaga dan diatur temperatur, kelembapan, dan tekana udaranya melalui Building
Automation System (BAS). Secara spesifikasi, ruangan produksi yang ada di PT.
Caprifarmindo Laboratories telah mengacu pada spesifikasi yang terdapat di
CPOB 2012 (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Spesifikasi Kelas Produksi
Kelas Bagian dari Suhu Kelembaban Efisiensi Saringan Pertukaran Keterangan
Keber- Bangunan Sesuai o
C Nisbi Udara Akhir Udara
sihan Kelompok % per Jam
Kegiatan dan
Tingkat
Kebersihan
A Di bawah aliran 16-25 45-55 H14 (99,995%) Aliran udara satu -pengolahan dan pengisian
udara laminer arah dengan aseptis
kecepatan aliran -pengisian salep mata steril
udara 0,36-0,54 -pengisian bubuk steril
m/dt -pengisian suspensi steril
B Ruang steril 16-25 45-55 H14 (99,995%) Aliran udara -lingkungan latar belakang
turbulen dengan zona kelas A untuk
pertukaran udara pengolahan dan pengisisan
minimal 20 kali aseptis
C Ruang steril 16-25 45-55 H13 (99,95%) Mnimal 20 kali -pembuatan larutan bila ada
resiko di luar kebiasaan
-pengisisan produk yang
akan mengalami
stereleasedasi akhir
-pembuatan larutan yang
akan disaring kemudian

76
pengisian secara aseptis
dilakukan di kelas A dengan
latar belakang kalas B
D Bersih 20-27 40-60 F8 (75%) atau 90% Minimal 20 kali Pembuatan obat steril
ASHRAE 52/76 Bila dengan stereleasedasi akhir
menggunakan sistem
single pass (100% fresh
air)
H13 (99,95%) bila
menggunakan sistem
resirkulasi ditambah
make-up (10-20% fresh
air)
E Umum 20-27 Maks 70 F8 (75%) atau 90% 5-20 Ruang pengolahan dan
ASHRAE 52/76 bila pengemasan obat non-steril,
menggunakan single pembuatan salep kecuali
pass (100% fresh air) salep mata
H13 (99,95) bila
menggunakan sistem
resirkulasi ditambah
make-up air (10-20%
fresh air)
E Khusus 20-27 Maks 40 F8 (75%) atau 90% 5-20 Ruang pengolahan bahan
ASHRAE 52/76 bila higroskopis
menggunakan single
pass (100% fresh air)
H13 (99,95) bila
menggunakan sistem
resirkulasi ditambah
make-up air (10-20%
fresh air)
F Pengemasan 20-28 TD TD TD
sekunder Ruang Suhu
masuk karyawan kamar TP (Tidak TP TD
perlu)

Departemen produksi di PT. Caprifarmindo Laboratoriessecara umum


memiliki tiga line yaitu solid, liquid & semisolid.
1. Departemen Solid
Departemen ini bertanggung jawab atas semua produksi sediaan solid
diantaranya tablet, kapsul, kaplet, dan tablet effervesent. Area produksi

77
solid berada di bangunan utama pabrik hanya dipisahkanoleh air lock
dengan area produksi liquid & semisolid.
Ruangan untuk produksi solid memiliki suhu 15 - 26o C denagan
kelembapan 40-70% dan perbedaan tekanan antara 5-15 PA. Proses
produksi sediaan solid pada umumnya memiliki kesamaan proses hingga
terbentuk bulk massa serbuk atau granul. Semua sediaan tablet, kaplet dan
kapsul dengan bulk berupa granul melalui proses granulasi, pengeringan,
pengayakan dan pencampuran kering, sedangkan sediaan kapsul dalam
bentuk bulk serbuk hanya melalui proses mixing kering. Sebelum
dilakukan proses produksi, baik gmnulasi, mixing kering, sieving, maupun
pencetakan perlu diperhatikan ruang produksi serta alat yang digunakan
dalam keadaan bersih dan tertempel label “CLEAN”. Kesiapan jalur untuk
melakukan proses produksi juga harus dipastikan.
Pada proses produksi, bahan yang telah ditimbang dan disimpan di
ruang staging diambil berdasarkan rencana produksi dan batch record.
Proses pertama dalam pembuatan sediaan solid (granul) adalah granulasi.
Dalam Pembualan tablet mmggunakan metode granulasi basah, pcrlu
diperhatikan jenis pengikat yang digunakan. Pengikat seperti mucillaga
amili perlu dibuat menjadi mucillago terlebih dahulu sebelum proses
mixing/granulasi. Proses mixing basah/granulasi dilakukan dengan
menggunakan alat granulator. Granulator yang dimiliki Capri memiliki
kapasitas mulai dari 60, 150, 600, dan 1200 kg. Massa granul kemudian
diiransfer atau dipindahkan kedalam Fluid Bed Dryer dan kemudian
clikeringkan hingga kadar air yang ditentukan (scsuai dengan spesifikasi
dalam batch record). Selama proses pengeringan, suhu udara untuk
pcngeringan diatur schingga tidak melebihi suhu stabilitas zat aktif.
Pengontrolan kadar air dalam granul dilakukan oleh personel IPC. Massa
granul yang telah kering dipindahkan kedalam lBC (Intermediate bulk
container) melalui granulator dengan transfer close system (Vacuum
System) untuk dilakukan pengayakan. Proses pengayakan dilakukan

78
menggunakan mesin sieving dengan mesh yang sesuai dengan spesifikasi
yang tercantum dalam batch record.
Setelah proses sieving, granul akan melalui proses mixing kering.
Massa ini akan dicampur dengan fase luar hingga membentuk massa yang
homogen. Proses mixing kering granul dengan fase luar menggunakan
rnesin BIN Blender/Tumbler. Setelah tercampur, produk antara tersebut
dikarantina di ruang staging dengan dibeli label “QUARANTlNE" serta
identitas sediaan yang berisi informasi tentang nama produk, status proses,
nomor batch, kadaluarsa, tanggal proses, paraf dan nama yang
meyerahkan. Karantina dilakukan scelama proses sampling oleh QC untuk
mengetahui kadar zat aktif masuk spesifikasi atau tidak hingga pengeluaran
hasil analisa QC yang menyatakan Release atau Out of Specification
(OOS). Untuk granul yang sesuai dengan spesifikasi dapat dilakukan
proses selanjutnya, baik cetak tablet atau kaplet maupun filling kapsul.
a. Tablet dan Kaplet
Dalam proses pencetakan tablet, setting alat harus memenuhi
persyaratan, ketebalan, bobot serta kekerasan tablet atau kaplet yang
diinginkan. Pada awal proses pencetakan diperiksa ketebalan tablet,
keseragaman bobot, kekerasan tablet, dan fisik tablet oleh personal IPC
hingga semua ketentuan sesuai dengan spesifikasi. Setelah konstan dan
memenuhi persyaratan dilakukan pencetakan. Selama proses pencetakan
dilakukan pemantauan ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan
tablet, dan waktu hancur serta fisik tablet atau kaplet disetiap 30 menit
oleh personel IPC. Setelah proses pencetakan, tablet atau kaplet hasil
cetakan dikarantina di ruang staging untuk menunggu hnsil analisa QC
(keseragaman kandungan zat aktif). Jika memenuhi persyaratan maka
tablet atau kaplet dapat dilanjutkan untuk proses selanjutnya. Tablet atau
kaplet non coating yang memenuhi syarat dapat langsung dilakukan
proses stripping, sedangkan tablet atau kaplet hasil cetak dengan tujuan
produk coating harus dilakukan proses coating terlebih dahulu. Tablet

79
atau kaplet yang mengalami proses coating perlu dilakukan pemantauan
bobot tablet atau kaplet sebelum dan sesudah coating untuk mengontrol
ketebalan lapisan coating. Setelah proses coating, tablet atau kaplet
selanjutnya dikarantina selama proses analisis oleh QC untuk melihat
kadar zat aktif dan disolusinya. Jika memenuhi syarat tablet atau kaplet
dapat dilanjutkan pada proses stripping.
b. Tablet Effervescent
Pada prinsipnya proses produksi tablet effervescent relatif sama
dengan proses produksi tablet atau kaplet biasa, namun selama proses
produksi suhu ruangan, kelembaban, dan tekanan diatur sedemikian
rupa yaitu suhu ruangan (18-25 °C), kelembaban (15-35 %) dan tekanan
(5-15 pa). Keadaan yang demikian ini disebabkan karena untuk
persyaratan pembuatan tablet effervescent diperlukan kelembaban yang
minimum, untuk menghindari terjadinya reaksi asam-basa pada saat
produksi.
c. Kapsul
Sediaan kapsul yang berupa serbuk tidak dilakukan proses granulasi
dan pengeringan tetapi langsung dilakukan proses dry mixing. Pada
proses pembuatan kapsul dilakukan juga proses printing cangkang
kapsul. Sebelum proses printing berjalan perlu dilakukan konlrol hasil
printing oleh IPC. Pada proses pcengisian kapsul, keseragaman bobot
kapsul merupakan hal yang harus dikontrol agar dapat memberikan
keseragaman dosis yang baik. Kontrol dilakukan oleh personal IPC
setiap 30 menit. Obat jadi sediaan solid yang lelah dikemas dengan
kemasan primer akan dilakukan proses pengemasan sekunder di ruangan
packaging.
Pada proses pembuatannya, bahan baku hasil penimbangan setelah
proses pemeriksaan baik dari pihak IPC maupun dari bagian produksi,
dilakukan proses dry mixing. Proses ini terdapat dua pilihan proses
tergantung dari sifat bahan yang digunakan. Hasil mixing tersebut ada

80
yang mengalami slugging terlebih dahulu sebelum dilakukan pengisian
ke dalam cangkang kapsul, namun ada pula campuran bahan yang
langsung dilakukan pengisian ke dalam cangkang kapsul. Campuran
bahan yang dislugging, selanjutnya dilakukan sieving dengan mesh yang
dikehendaki sesuai spesifikasinya untuk mendapatkan ukuran granul
yang sesuai. Dari granul yang dihasilkan, selanjutnya dilakukan final
mixing dengan fase luar. Setelah proses tersebut, massa granul tersebut
diisikan ke dalam cangkang kapsul yang telah diprinting. Pengisian ini
dilakukan dengan mesin Tamping yang berkapasitas 40 ribu dan Dosing
35 ribu kapsul perjam. Tahapan selanjutnya yailu proses pengemasan
primer. Kemasan primer yang digunakan untuk sediaan kapsul adalah
policellonium/strip. Hasil stripping di uji kebocoran stripnya oleh bagian
IPC. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk dari pengaruh
Iuar. Proses yang terakhir yaitu pengemasan sekunder, dimana selelah
dilakukan pengcmasan ini akan dilakukan pcngiriman barang ke
gudang.
2. Departemen Liquid & semisolid
Depertemen liquid & semisolid PT. Caprifannindo Laboratories
terfokus pada proses produksi sediaan liquid & semisolid yaitu sirup,
cod liver, obat kumur, larutan coating, drysirup, suppositoria, ovula,
krim, dan salep. Departemen ini dikoordinasi dua orang manajer, yaitu
manajer liquid & semisolid 1 dan manajer semisolid 2. Pembagian ruang
produksi pun sudah terpisah dengan solid, ini selain untuk memudahkan
pemetaan dan pengawasan juga karena kondisi ruangan antara liquid &
semisolid dengan area produksi solid membutuhkan spesifikasi yang
berbeda. Untuk area produksi liquid & semisolid, tekanan udara di
koridor lebih rendah dibandingkan dcngan ruangan produksinya,
sehingga aliran udara dari ruangan produksi akan menuju ke daerah
koridor, hal ini dimaksudkan untuk mencegah tcrjadinya kontaminasi
silang. Selain aliran udara, kelembaban untuk daerah produksi ini tidak

81
ditentukan, hal ini tentunya berbeda dengan daerah produksi sediaan
padat, di mana pada area produksi sediaan padat, kelembaban menjadi
faktor kritis yang harus diperhatikan. Namun, untuk produksi drysirup
kelembapan harus dibawah 70% dan tekanan diruang produksi lebih
kecil dari koridor.
Proses produksi diawali dengan memastikan WPS dari PPIC.
Setelah itu dilakukan pemastian kesesuaian bahan baku. Kesusaian ini
mulain dari nama bahan baku hingga jumlah bahan baku harus sesuai
dengan batch record dan bahan baku telah berstatus released. Setelah
pemeriksaan bahan baku, selanjutnya operator produksi harus
memastikan kesiapan jalur produksi, mulai dari kebersihan alat,
kebersihan ruangan, kondisi ruangan, sampai dengan kesiapan personel
yang bekerja. Produksi yang dilakukan harus sesuai dengan WPS dari
PPIC. Proses produksi sediaan liquid & semisolid dimulai dan
penimbangan bahan baku, pencampuran, pengisian, pengemasan primer
dan pengemasan sekunder. Dalam proses pencampuran liquid, mesin
yang digunakan berkapasitas hingga 4000 L. Mesin yang digunakan
untuk sediaan krim atau salep memiliki kapasitas 240 dan 250 L. Mesin
yang digunakan untuk pencampuran cod liver adalah mixing tank 400 L
yang dilengkapi mixer dan vacum. Pencampuran suppositoria dan ovula
menggunakan mesin mixing berupa mixer dan ulltraturax. Pencampuran
obat kumur juga menggunakan mixing tank 500 L yang dilengkapi
mixer dan pompa. Pencampuran larutan coating menggunakan mixing
tank 200 L yang dilengkapi mixer.
Untuk proses pengisian sediaan sirup, cod liver, dan drysirup
menggunakan mesin yang juga berfungsi sebagai mesin capping. Untuk
pengisian salep dan krim memiliki dua buah mesin yang masing-masing
berkapasitas 30 Tube permenit. Pada pengisian sediaan suppositoria dan
ovula, mesin yang digunakan juga memiliki fungsi untuk mendinginkan
sediaan. Sedangkan larutan coating tidak ada pengisian, setelah

82
pencampuran larutan coating akan dikirim ke produksi solid
menggunakan buffer tank.
E. Quality Assurance (QA), Quality Control (QC) dan Validasi
1. Quality Assurance (QA)
Pemastian mutu merupakan keseluruhan semua pengaturan yang dibuat
untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya.

QA
Manager

QA Complience
QA Staff
Pharmacist Pharmacist

Gambar 4.7 Struktur Organisasi QA


Tanggung jawab departemen QA antara lain:
a) Memastikan bahwa semua langkah produksi sudah diuraikan secara jelas
dan sesuai dengan CPOB dengan melakukan review terhadap hasil
pengembangan formula skala lab, pilot, laporan stabilitas skala lab dan pilot
serta dokumen induk produksi.
b) Memastikan bahwa bahan awal dan bahan kemas yang digunakan untuk
proses pembuatan sudah memenuhi persyaratan dan benar dengan
melakukan kualifikasi terhadap pemasok/merk baru.
c) Memastikan semua pengawasan selama proses dan validasi yang diperlukan
sudah dilakukan dengan melakukan monitoring dan review pelaksanaan
Rencana Induk Validasi.
d) Memastikan bahwa semua dokumen terkontrol sesuai dengan peraturan yang
terbaru dan berlaku dengan penerapan sistem pengendalian dokumen system
mutu.

83
e) Melakukan pelulusan produk jadi dan memastikan bahwa tiap batch produk
yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin
edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan
mutu dan pelulusan produk.
f) Memastikan bahwa setiap penyimpangan telah dilaporkan, diselidiki dan
dicatat serta ditindak lanjuti dengan menentukan tindakan perbaikan dan
pencegahan.
g) Memastikan bahwa setiap perubahan yang terjadi telah disetujui, dan
dilakukan analisa dampak terhadap perubahan, dimonitor dan dievaluasi.
h) Memastikan pelaksananaan inspeksi diri telah dilakukan sesuai prosedur dan
secara berkala telah dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan penerapan
sistem Pemastian Mutu.
i) Memastikan bahwa setiap pengolahan ulang yang dilakukan telah dievaluasi
serta dilakukan analisa resiko terhadap mutu produk sebelum dilakukan
pengolahan ulang.
j) Melakukan pengkajian mutu produk secara berkala untuk verifikasi
konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang
berkesinambungan.
Adapun ruang lingkup kerja departemen QA adalah sebagai berikut :
1. Penanganan dokumen sistem mutu
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
merupakan bagian penting dari sistem pemastian mutu. Departemen QA
bertugas dalam pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) yang
bersifat general, sistem dokumentasi dan dokumen general lainnya yang
terkait dengan mutu sedangkan untuk SOP yang bersifat khusus dibuat oleh
departemen masing-masing berdasarkan CPOB. Departemen QA mengontrol
dan melakukan pengkajian dokumen dan SOP di setiap departemen dan
bagian di PT. Caprifarmindo Laboratories. SOP yang telah dibuat kemudian
diperiksa oleh QA dan supervisor di setiap departemen terkait. SOP yang
disetujui (approved) oleh QA disosialisasikan dan dilakukan

84
pelatihan/traning. Setiap dokumen yang dibuat hanya berlaku selama 3
tahun dan di review setiap setahun sekali.
Departemen QA melakukan penyimpanan arsip atau dokumen di tempat
khusus serta untuk softcopy di simpan di hardisk eksternal. Pemusnahan
arsip atau dokumen produk dilakukan satu tahun setelah tanggal kadaluwarsa
dari produk tersebut dan dibuat berita acara yang akan diarsipkan oleh PT.
Caprifarmindo Laboratories sendiri.
Departemen QA memiliki master list yang berisi dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh PT. Caprifarmindo Laboratories. Jika ada SOP baru,
maka departemen QA bertugas menarik SOP lama dari tiap departemen dan
menggantinya dengan SOP baru.
2. Release produk jadi
Release produk di PT. Caprifarmindo Laboratories dilakukan oleh
manajer QA atau personel lain yang diberi otoritas meluluskan produk bila
manajer QA berhalangan. Pelulusan produk jadi dilakukan dengan
mengevaluasi catatan batch termasuk hasil pengujian dan proses pembutan
produk yang dihasilkan memenuhi syarat pelulusan produk.
Pelulusan obat jadi dilakukan jika pemeriksaan terhadap seluruh catatan
pengolahan batch , catatan pengemasan batch , penyimpanan dan catatan
lain yang berkaitan dengan pembuatan batch tersebut telah lengkap dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebelumnya. Catatan pegolahan
batch produk karantina oleh petugas gudang diserahkan ke departemen QA.
Dokumen pengujian dan hasil IPC serta checklist pemeriksaan produk jadi
oleh departemen QC juga diserahkan kepada departemen QA. Selanjutnya,
QA membuat sertifikat analisa (CoA) berdasarkan dokumen hasil pengujian
QC dengan batas waktu 1 x 24 jam setelah dokumen diterima dan dilakukan
pemeriksaan akhir yakni kesesuaian fisik, nomor batch, expired date,
penandaan dari produk yang tercantum dalam form checklist pelulusan
produk jadi. Dari sini, produk jadi dapat segera ditentukan akan diterima
(approved) atau ditolak (rejected).

85
Manajer QA akan mengeluarkan disposisi pelulusan batch dengan
membubuhkan tanda tangan pengesahan dokumen (batch record) dan
stempel “Approved by QA Caprifarmindo Laboratoriess”. Pada sertifikat
analisa produk terkait, manajer QA juga membubuhkan tanda tangan dan
stempel release. Selanjutnya, petugas QA menyerahkan copy sertifikat
analisa produk kepada petugas gudang. Label “karantina” pada produk jadi
diganti menjadi label “QA released”.
3. Penanganan penyimpangan
Setiap penyimpangan yang terjadi selama proses pembuatan obat di PT.
Caprifarmindo Laboratories harus dilaporkan, diinvestigasi dan dievaluasi
untuk memastikan dampak terhadap mutu produk serta memutuskan tindak
lanjut pada batch -batch terkait.
Penanganan penyimpangan merupakan bagian dari pengkajian catatan
batch sebelum batch diluluskan. Penyimpangan dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu kritikal, mayor, dan minor. Penyimpangan kritikal terkait
dengan mutu produk dan dapat membahayakan pasien meliputi
penyimpangan kadar, disolusi, dan homogenitas. Penyimpangan mayor
terkait dengan fisik produk tetapi tidak membahayakan pasien.
Penyimpangan minor tidak terkait dengan mutu dan fisik produk tapi
berdampak pada keuangan.
Jika terjadi penyimpangan, bagian atau departemen yang melakukan
penyimpangan harus mengisi form penyimpangan yang antara lain berisi
penyebab penyimpangan dan personel yang melakukan penyimpangan
tersebut. Kemudian form ini akan disetujui oleh QA. Selanjutnya QA akan
melakukan investigasi terhadap akar permasalahan yang terjadi dan
melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan agar penyimpangan tidak
terulang lagi. Berdasarkan hasil review yang dilakukan, maka dapat
ditentukan apakah produk dapat diluluskan atau ditolak (reject).
4. Pengendalian perubahan

86
Jika terjadi perubahan seperti perubahan dokumen, alat, bangunan,
produk baru yang bersifat life saving atau sarana penunjang lain, maka
bagian yang melakukan perubahan harus mengisi form perubahan (form
change control) yang berisi usulan perubahan dan alasan perubahan
kemudian didistribusikan ke setiap departemen untuk diisi dan direview.
Perubahan dokumen yang diterima akan dikaji dampak perubahannya.
Persetujuan BPOM diperlukan jika perubahan terjadi pada bangunan
sedangkan untuk alat/mesin tidak memerlukan persetujuan BPOM.
Selanjutnya form perubahan tersebut akan disahkan oleh departemen QA
dan selanjutnya QA melakukan verifikasi terhadap tindakan perubahan
tersebut.
5. Penanganan keluhan
Keluhan dapat berasal dari internal (dari dalam pabrik) maupun
eksternal (dari konsumen melalui bagian marketing, maupun dari BPOM).
Keluhan diklasifikasikan menjadi keluhan yang kritikal dan non kritikal.
Keluhan yang kritikal merupakan keluhan yang merugikan manusia dan
dapat memberi reaksi fatal terhadap manusia. Keluhan non kritikal
merupakan keluhan yang tidak berdampak langsung terhadap kemanan
hidup manusia. PT. Caprifarmindo Laboratories memiliki prosedur tetap
dalam penanganan keluhan pelanggan. Setiap laporan atau keluhan
mengenai produk PT. Caprifarmindo Laboratories akan diklasifikasikan oleh
QA dan dilaporkan kembali ke pihak yang memberikan keluhan. Selanjutnya
dilakukan diinvestigasi dan dievaluasi untuk menentukan tindak lanjut
perbaikan dan pertimbangan untuk menarik kembali produk dalam
menanggapi keluhan terhadap produk yang diduga cacat. PT. Caprifarmindo
Laboratories akan memberikan jawaban terkait keluhan kepada konsumen
maupun BPOM melalui bagian marketing. Verifikasi, monitoring serta
dokumentasi dilakukan secara berkala untuk memantau produk yang beredar
dan menjamin hal tersebut tidak terulang lagi.
6. Pengkajian mutu produk /product quality review (PQR)

87
Pengkajian mutu produk dilakukan oleh secara berkala terhadap semua
obat terdaftar dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses,
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses.
2. Quality Control (QC)
Departemen Pengawasan mutu atau Quality Control (QC) di PT.
Caprifarmindo Laboratories memiliki tugas utama meluluskan (release) atau
menolak (reject) semua sampel yang telah diuji dan dilakukan pemeriksaan.
Sediaan farmasi yang akan digunakan oleh masyarakat tentunya harus
memenuhi beberapa persyaratan seperti keamanan, kualitas dan juga mutu.
Oleh karena itu, pengawasan mutu merupakan salah satu aspek penting dalam
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) agar dapat dipastikan bahwa produk
yang dihasilkan memiliki spesifikasi dan kualitas yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya secara konsisten.

QC Manager

Probiotic QC
QC IPC
dan IPC
Supervisor Supervisor
Supervisor
Gambar 4.8 Struktur Organisasi Departemen Quality Control

Departemen Quality Control di PT. Caprifarmindo Laboratories


merupakan departemen yang independen dalam melaksanakan tugasnya dan
selalu menerapkan aspek-aspek yang menjadi fokus dari CPOB 2012.
Penerapan ini meliputi :
a. Fungsi pengawasan mutu yang mencakup semua kegiatan laboratorium .
Dalam hal ini departemen QC dibantu oleh bagian IPC untuk melakukan
analisa terhadap semua proses analitik berdasarkan cara laboratorium

88
yang baik sesuai dengan pedoman yang ada pada CPOB. Pengawasan
mutu dilakukan selama proses produksi berlangsung, sehingga mutu
produk dapat selalu terjaga. Pemeriksaan dilakukan tidak hanya pada
saat produk akan dipasarkan, namu juga pada setiap detail tahapan
prosesnya menjadi tanggung jawab dari departemen QC.
b. Dokumentasi dan prosedur pelulusan, dalam hal ini departemen QC
bersama Head of Quality selalu menjamin bahwa pengujian yang
diperlukan telah dilakukan dan telah di “release”. Setiap tahapan
kegiatan sampling juga terdokumentasi dengan baik. Departemen QC
membuat prosedur tetap mengenai proses sampling dan penyimpanan
data hasil laboratorium. Dengan adanya prosedur ini , maka dapat
dipastikan bahwa setiap kegiatan di laboratorium telah dilakukan dengan
cara yang benar. Sehingga apabilaada hasil yang kurang tepat, dapat
ditelusuri penyebabnya.
Tugas departemen Quality Control di PT. Caprifarmindo Laboratories
adalah memastikan dan mengontrol mutu produk mulai dari bahan baku,
bahan kemas, produk antara maupun produk ruahan. Quality Control
memiliki wewenang untuk meluluskan (release) atau menolak (reject) semua
bahan setelah dilakukan pemeriksaan (CPOB, 2012).
Selain pemeriksaan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses
produksi, departemen QC juga bertugas melakukan pemeriksaan water
system (purity water dan drinking water), pemeriksaan lingkungan, dan
limbah. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
a. Pemeriksaan bahan awal (baku dan kemas)
Departemen QC PT.Caprifarmindo melakukan identifikasi terhadap
bahan awal, sesuai dengan CPOB 2012, bahwa bahan awal haruslah
diidentifikasi untuk menjaga mutu produk. Setiap kali bahan awal
datang, maka pihak QC akan selalu melakukan pemeriksaan, sehingga
dapat dipastikan bahwa bahan tersebut memang layak untuk digunakan
proses produksi.

89
Analisis bahan baku secara kimia dilakukan berdasarkan spesifikasi
yang ditetapkan kompendia resmi (Farmakope Indonesia Edisi IV, USP,
BP dll). Pengambilan contoh bahan baku bertujuan untuk mendapatkan
sampel yang representatif dan tidak tercampur bahan lain.
Uji yang dilakukan pada bahan baku meliputi:
1) Identitas:
Suatu cara untuk membuktikan bahwa bahan yang diperiksa mempunyai
identitas sesuai dengan yang tertera pada etiket dan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Cara atau metode yang digunakan adalah cara kimia, cara
fisikokimia, dan cara kromatografi.
2) Uji kemurnian:
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa bahan bebas dari senyawa
asing dan cemaran atau mengandung senyawa asing dan cemaran pada
bahan tertentu. Cara atau metode pengujian yang digunakan adalah uji
kemurnian kromatograf, susut pengeringan, kadar air, sisa pemijaran,
kelarutan, zat mudah menguap, zat mudah terarangkan.
3) Kadar:
Tujuannya adalah untuk menetapkan kadar senyawa aktif dalam bahan
uji. Metode yang digunakan adalah gravimetri, volumetri (titrasi asam-
basa, titrasi bebas air, titrasi pengendapan, titrasi redoks, dan titrasi
kompleksometri), spektrofotometri UV-Vis, IR, kromatografi (GC &
KCKT), dan mikrobiologi
Analisa bahan kemas yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Bahan pengemas primer
1) Polycellonium
Parameter pemeriksaan bahan pengemasan primer polycellonium,
meliputi ukuran, berat, warna bahan, penandaan, warna teks, komposisi,
nomor registrasi, dan ketebalan. Cara pengambilan sampel alumunium
foil yaitu diambil 1 meter pada lapisan pertama yang berfungsi untuk
membuang kecacatan alumonium foil terhadap benturan, sobekan,

90
selama perjalanan menuju industri farmasi. Kemudian lapisan kedua
diambil 1 meter yang digunakan untuk pemeriksaan dilaboratorium,
meliputi pemeriksaan ketebalan, lapisan, untuk polycellonium yang
berwarna di cek warna, tulisan, no registrasi dll
2) Tube
Pemeriksaan Tube meliputi ukuran, berat Tube, warna Tube, warna
teks, komposisi bahan, bahan Tube, penandaan, kebocoran dan nomor
registrasi. Pengambilan Tube pada bagian atas, tengah dan bawah sampel
3) Botol
Pemeriksaan botol yaitu diameter lubang botol, diameter leher
botol, diameter badan botol, tinggi botol, berat, warna botol dan bahan
botol.
b. Bahan pengemas sekunder
Uji dilakukan terhadap kotak dus yang meliputi ukuran (panjang,
lebar, dan tinggi) berat, warna dus, penandaan, warna teks, bahan dus,
dan nomor registrasi. Pengambilan sampel dengan metode ANSI,
sampling dilakukan secara random pada bagian atas, tengah dan bawah.
c. Bahan pengemas tersier
Uji dilakukan terhadap karton, yaitu meliputi bahan karton dan
ukuran karton (panjang, lebar, dan tinggi).

91
Alur kegiatan sampling bahan baku dan bahan kemas di PT.
Caprifarmindo Laboratories :

Barang datang diterima oleh bagian Penerimaan Barang

Bagian gudang memberikan Bon Permintaan Sampling pada QC

QC mengeluarkan label karantina berwarna kuning

Bagian QC membuat form pengambilan contoh bahan lalu diserahkan


ke gudang dan QC menempelkan label sampling berwarna ungu

Bagian petugas sampling melakukan pengambilan contoh bahan


baku/bahan awal sesuai dengan catatan yang ada di form pengambilan
contoh sesuai dengan prosedur tetap (PROTAP).

Dilakukan pemeriksaan oleh QC dan diberi No Analisa bahan baku

Pemberian status oleh bagian QC dengan menempelkan label


diluluskan (release) atau ditolak (reject)

Gambar 4.9 Alur kegiatan sampling PT. Caprifarmindo Laboratories


Departemen QC di PT. Caprifarmindo Laboratories memiliki
laboratorium pengujian, yaitu :
a. Laboratorium mikrobiologi
Ruangan laboratorium mikrobiologi ini digunakan untuk menguji
kandungan mikroorganisme.
b. Laboratorium kimia dan fisika
Ruangan laboratorium kimia dan fisika PT. Caprifarmindo
menerapkan aspek CPOB dalam melakukan kegiatan laboratorium yang

92
baik. Setiap analis maupun karyawan yang masuk ke dalam ruangan ini
harus menggunakan APD sesuai dengan yang ada dalam SOP.
Pemeriksaan di laboratorium kimia meliputi analisa bahan baku,
analisa produk ruahan/antara dan analisa bahan kemas. Pengambilan
jumlah sampel mengikuti pola P dimana untuk bahan aktif mengikuti
rumus √ n+10 dan untuk zat tambahan menggunakan rumus √ n+1.
Sedangkan untuk pengambilan sampel bahan kemas mengikuti teori
ANSI (American National Standards Institute).
Analisa atau pemeriksaan yang dilakukan oleh Quality Control
meliputi uji pengujian secara kimia dan uji stabilitas. Semua proses
pengujian yang dilakukan, harus berdasarkan dengan SPOJ masing-
masing produk.
c. Laboratorium In Process Control (IPC)
Laboratorium In Process Control (IPC) terletak di ruangan
produksi. IPC melakukan pengecekan pada waktu first cek, awal, tengah
dan akhir selama proses produksi berlangsung.
In Process Control PT. Caprifarmindo Laboratories terdiri dari tiga
bagian yaitu :
1) IPC bagian gudang bahan baku
IPC pada bagian gudang bahan baku bertanggung jawab untuk
melakukan pengecekan kesesuaian identitas dan jumlah bahan baku.
Pemeriksaan IPC bagian bahan baku meliputi pemeriksaan seperti
identitas dan jumlah bahan, organoleptik, dan pemerian. IPC akan
mengirimkan sampel ke laboratorium kimia untuk dilakukan pengecekan
kadar, mikrobiologi dan identifikasi kandungan. QC akan memberikan
label “Sampling” berwarna ungu pada bahan yang sedang dilakukan
sampling. Apabila bahan sudah dinyatakan lulus uji, maka QC akan
memberikan label berwana hijau yang menyatakan “release”.
IPC gudang bahan baku juga bertanggung jawab terhadap
pemakaian desinfektan yang digunakan untuk kebersihan ruang produksi.

93
Desinfektan yang digunakan berupa alkohol, benzal kromium. Pemakaian
jenis desinfektan dilakukan selang-seling untuk menghindari resistensi.
2) IPC bagian sediaan solid, semisolid dan liquid
IPC pada bagian ini melakukan pengecekan secara fisik meliputi
keseragaman bobot, uji waktu hancur, uji kekerasan, uji volume
terpindahkan, uji berat terpindahkan, uji minimum filling dan uji
kebocoran strip.
IPC dilaksanakan langsung oleh bagian inspektor bagian QC,
kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan pada bagian awal
(begining), tengah (midle) dan akhir (end) selama proses produksi
berlangsung. IPC akan mengirimkan sampel bahan pada tiap- tiap proses
ke laboratorium QC untuk dilakukan pengujian kimia seperti kadar dan
mikrobiologi. Bahan yang sedang diambil sampelnya diberi label
“karantina” berwarna kuning dan harus menunggu “release” dari QC baru
boleh dilakukan tahap selanjutnya.
3) IPC bagian pengemasan
IPC bagian pengemasan melakukan pengecekan terhadap jalur
kesiapan ruangan, memastikan barang yang akan dikemas telah sesuai
dengan form daftar periksa jalur pengemasan. Pemeriksaan fisik etiket
juga dilakukan oleh IPC bagian pengemasan
Pada proses pengemasan ini dilakukan pengambilan retained sample.
Retained sample disimpan pada gudang retained sample dengan suhu 15 -
26OC dan RH 45-80%. Retained sample disimpan selama masa kadaluarsa
sediaan dan ditambah 1 tahun setelah expired date.
3. Validasi
Validasi merupakan suatu pekerjaan “dokumentasi”, dan bagian dari
program penjaminan mutu (Quality Assurance) sebagai upaya untuk
memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy), kualitas (Quality) dan
keamanan (safety) produk-produk industri farmasi. Validasi merupakan
suatu pekerjaan “dokumentasi”, dan bagian dari program penjaminan mutu

94
(Quality Assurance) sebagai upaya untuk memberikan jaminan terhadap
khasiat (efficacy), kualitas (Quality) dan keamanan (safety) produk-produk
industri farmasi. Salah satu bagian yang penting dari CPOB adalah validasi
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh tim validasi untuk menjamin bahwa
proses yang digunakan dan produk obat yang dihasilkan sesuai persyaratan
dan mempunyai kualitas yang konsisten. Validasi adalah suatu tindakan
untuk membuktikan bahwa prosedur, proses, aktivitas atau sistem berfungsi
sesuai dengan yang disyaratkan dan mencapai hasil yang diinginkan secara
konsisten. PT. Sanbe Farma telah melakukan kualifikasi dan validasi sesuai
dengan apa yang dipersyaratkan dalam CPOB. Tim validasi setiap 1 tahun
sekali membuat suatu rencana induk validasi (RIV). Rencana induk validasi
mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan atau proses yang akan
divalidasi, format dokumen berupa laporan validasi dan jadwal perencanaan
pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan dan struktur
organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut.
Kualifikasi yang dilakukan di PT. Sanbe Farma meliputi kualifikasi
desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja.
Kualifikasi dilakukan untuk memastikan alat maupun ruangan yang
digunakan memenuhi standar atau tidak.
F. Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah
pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas.
a. Pradokdifikasi bahan pengemas
b. Kesiapan jalur
c. Praktik pengemasan
d. Penyelesaian kegiatan pengemasan

95
Produk ruahan yang telah diluluskan oleh IPC kemudian diproses untuk
dikemas. Proses pengemasan primer berlangsung dengan sistem in line dengan
proses packaging.

a. pengemasan primer
 Polycellonium dan allumunium foil yang digunakan untuk stripping
tablet, kaplet, kapsul dan suppositoria.
Pada polycellonium tercetak grafis, identitas produk, yang berisi nama
produk, nama produsen, kandungan zat aktif, logo golongan obat, dan
nomor registrasi. Sedangkan pada aluminium foil tercetak nomor
batch, harga eceran tertinggi (obat-obat ethical) dan tangal kadarluarsa
 Tube untuk salep, krim, dan gel
Pada Tube tercetak grafis identitas produk, yang berisi nama produk,
nama produsen, kandungan zat aktif, nomor registrasi, nomor batch,
logo golongan obat dan tanggal kadarluarsa.
 Botol digunakan sebagai pengemas primer dari sirup, suspensi, emulsi,
dan drysirup. Botol terdapat label yang berisi informasi produk seperti
nama produk, nama produsen, kandungan zat aktif, nomor registrasi,
nomor batch, logo golongan obat dan tanggal kadarluarsa.
b. pengemasan sekunder
 Catch cover
Pada produk-produk over the counter (OTC), setelah proses
pengemasan primer, biasanya ditempel catch cover yang tercetak
grafis, identitas produk, yang berisi nama produk, nama produsen,
kandungan zat aktif, logo golongan obat, nomor batch, dan nomor
registrasi. Catch cover juga berperan sebagai brosur obat
 Folding box
Pada folding box tercetak grafis, identitas produk yang berisi nama
produk, nama produsen, kandungan zat aktif, logo golongan obat,

96
nomor registrasi, nomor batch, harga eceran tertinggo (obat-obat
ethical) dan tanggal kadarluarsa.

 Brosur
Brosur merupakan media informasi mengenai produk yang
bersangkutan, yang umumnya berisi produk, komposisi, farmakologi,
indikasi, kontra-indikasi, efek samping, interaksi obat dan dosis.
c. pengemasan tersier
 Master box
Setelah melalui proses pengemasan primer dan sekunder, produk
kembali dimasukkan ke dalam master box, kemudian ditutup dengan
lakban kertas dan diberi segel yang ditandatangani oleh petugas yang
berwenang. Pada master box tercetak logo produsen, nama produk,
nomor batch, tanggal pembuatan, dan tanggal kadarluarsa. Selanjutnya
produk yang telah selesai dikemas, diserahkan ke bagian Gudang In
transit.
G. Distribusi
Sistem distribusi didesain untuk memastikan produk yang pertama masuk
didistribusikan lebih dahulu, dan perlu dilakukan pencatatan sehingga distribusi
tiap batch /lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan
atau penarikan kembali jika diperlukan. Penyimpangan terhadap konsep first-in
first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hanya diperbolehkan untuk
jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang
bertanggung jawab. Produk antara dan Bahan Aktif Obat (BAO) yang diluluskan
untuk distribusi kepada pihak ketiga hanya setelah bahan tersebut diluluskan oleh
unit mutu. Produk antara dan BAO dalam kondisi karantina dapat dipindahkan ke
unit lain di bawah pengawasan perusahaan bila diotorisasi oleh unit mutu dan
jika pengawasan dan dokumentasi yang sesuai tersedia.

97
Produk antara dan BAO yang diangkut transportasi atau penyimpanan
dengan kondisi khusus diberi label agar tidak memberi dampak buruk terhadap
mutu bahan tersebut. Jika transportasi dilakukan oleh penerima kontrak
pengangkutan (kontraktor), maka wajib memahami dan mematuhi kondisi
transportasi dan penyimpanan yang sesuai. Perlu tersedianya suatu sistem di
mana distribusi tiap batch produk antara dan/atau BAO dapat segera ditetapkan
untuk memungkinkan penarikan kembali (Anonim, 2012).
Produk obat jadi dari PT. Caprifarmindo Laboratories hanya akan
didistribusikan melalui distributor PT. Bina San Prima. Proses distribusi diawali
saat obat jadi telah diluluskan oleh QA. Obat jadi ini akan dipindahkan ke
gudang Cibodas dan didistribusikan kepada konsumen.
H. Departemen Engineering
Depatemen Engineering di PT. Caprifarmindo Laboratories bertanggung
jawab terhadap sarana penunjang industri, yaitu sistem HVAC, Pengolahan air,
Compressor dan Boiller, serta mesin mesin lain termauk mesin produksi.
Departemen ini dipimpin seorang Manajer yang membawahi Engineer officer
yang bertanggung jawab terhadap GMP compliance dan menangani dokumen.
Utility Services Supervisor bertanggung jawab terhadap sistem tata udara dan air,
Factory Services Supervisor bertanggung jawab terhadap Building Automization
System (BAS), Supervisory Control And Data Aquicition (SCADA), dan
elektronik. Site Services Supervisor yang bertanggung jawab terhadap
pemeliharaan mesin dan listrik.

98
Gambar 4.10 Struktur Organisasi Departemen Engineering

1. Pengelolaan Limbah
Limbah merupakan bahan sisa yang masih memerlukan perlakuan khusus
atau belum mengalami proses akhir seperti recycling, reuse, reprocessing, dan
lain-lain. Limbah dari industri harus diolah agar tidak menyebabkan
pencemaran yang dapat menurunkan kualitas parameter lingkungan hidup.
PT. Caprifarmindo Laboratories melakukan proses pengolahan limbah
terlebih dahulu terhadap semua limbah yang dihasilkan yaitu berupa limbah
padat, cair, gas, debu, dan bising. Penanganan limbah ini dilaksanakan oleh
unit pengolahan limbah yang berada di bawah bagian Quality Control.
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi tidak boleh menjadi cemaran
bagi lingkungan sekitar pabrik dan bagi penduduk sekitarnya. Upaya
penanganan limbah di PT. Caprifarmindo Laboratories antara lain :
1. Limbah padat
Pengolahan limbah padat di PT. Caprifarmindo Laboratories dibagi
menjadi limbah bermanfaat dan limbah yang tidak bermanfaat. Limbah
padat yang masih bermanfaat akan dijual, sementara limbah padat yang
tidak bermanfaat akan dipisahkan terlebih dahulu antara limbah yang

99
mengandung beta-laktam, toksik, non prekusor, dan prekusor, misalnya
PPA.
Limbah kertas, karton, kaleng, botol dan limbah padat yang
bermanfaat dapat di jual. Sedangkan debu, obat recall, bahan baku
kadaluarsa dan bahan lain yang tidak bermanfaat dikumpulkan di ruang
B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), namun apabila jumlahnya banyak
maka tidak perlu didestruksi apabila pihak ketiga menggunakan proses
pembakaran untuk pemusnahan limbah. Cara pengolahan limbah B3 yakni
dimasukkan ke dalam wadah dan diberi label. Limbah B3 yang sudah
ditampung di simpan di ruang B3 kemudian dicatat pada log book limbah
B3 dan disimpan maksimal 90 hari. Limbah tersebut selanjutnya
diserahkan pada pihak ketiga yang mempunyai izin dari BLHD (Badan
Lingkungan Hidup Daerah), misalnya PPLI Bogor. Limbah padat yang
mengandung ppa biasanya berasal dari retur dan recall produk, serta sisa
pengujian. Limbah ini disimpan di gudang khusus dan dimusnahkan
dengan disaksikan oleh Balai POM.
2. Limbah Cair Water Treatment Waste Plant (WWTP)
Water Treatment Waste Plant (WWTP) merupakan proses
pengolahan limbah cair dari tiap-tiap departemen penghasil air limbah
maupun pihak utility yang bergerak dibidang boiler. Adapun debit air
limbah yang, ada di WWTP adalah 270 meter 3 per hari. Waste Water
Treatment Plant yang terletak di PT. Caprifarmindo Laboratories
berfungsi mengolah air limbah hingga tidak mengandung bahan-bahan
yang berbahaya dan beracun (B3) bagi lingkungan sekitar industri farmasi.
Adapun proses yang digunakan untuk pengolahan air limbah antara Iain:
o Fisika, yaitu proses menggunakan alat untuk proses pemisahan,
o Kimia, yaitu proses dengan menggunakan bahan-bahan kimia untuk
pengurai,
o Biologi merupakqn proses yang dibantu dengan menggunakan
bakteri.

100
Water Treatment Waste Plant mengolah air limbah baik yang berasal
dari PT. Caprifarmindo Laboratories maupun dari PT. Sanbe Farma.
Limbah yang berasal dari PT.Sanbe Farma ada yang berupa β-laktam dan
limbah dari unit produksi steril. Tahapan proses pengolahan limbah cair
pada Gambar 4.11

Bak Klorinasi: Feed Filter: Penyaringan


Pit General Grease, Pit
klorin dengan seng
Antibiotik & Pit Laundry Penambahan kaporit karbonat

Bak Ekualisasi 1 (EQ 1): Bak Sedimentasi: Lagoon:


penghomogenan Pemisahan lumpur aktif Pemeriksaan air hasil
Pengadukan dengan dan supernatan. Dibantu olahan. (Indikator: ikan
Blower PAC sebagai koagulan mas)

Bak Aerob:
Bak pH adjustment (6,5-
8,5: NaOH + HCl & coustic Bakteri aerob memakan
soda bakteri merugikan & +
urea dan TSP

Tank EQ 2:
Anaerob Tank (Kadar COD Percampuran dengan
& warna air ↓) pembuangan septic tank
sebagai sumber nutrien
bakteri proses 9 jam

Gambar 4.11 Sketsa Instalasi Pengolahan Limbah PT. Caprifarmindo


Laboratories

a. Bak penampung limbah


Di PT. Caprifarmindo Laboratories, ada beberapa bak penampung
limbah (pit), antara lain:
- Pit oil trap, ini digunakkan untuk menampung air limbah dari
proses pembuatan salep, krim dan beberapa kandungan minyak.
Pada sistem ini limbah yang ada di pit oil trap akan masuk ke
gestrep yang berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan sisa
salep dan minyak yang diambil secara manual. Pit ini didesain
bersekat-sekat dengan tujuan untuk pengadukan dan pemisahan

101
antara zat-zat tersebut. Salep, krim dan minyak diambil secara
manual kemudian dibakar di incinerator.
- Pit antibiotik β-laktam, untuk penampungan limbah yang berasal
dari proses produksi yang mengandung antibiotik β-laktam.
Penanganan limbah β-laktam, yaitu β-laktam dilakukan proses
destruksi terlebih dahulu dengan NaOH 10 N sampai pH > 10
agar cincin β-laktamnya putus, proses ini kurang lebih 10 jam.
NaOH teknis 10 N digunakan karena apabila kurang dari 10 N
maka proses destruksi akan berjalan lama, sementara apabila
lebih dari 10 N maka air hasil pengolahan menjadi terlalu hitam.
Kemudian dilakukan uji untuk mendeteksi apakah masih ada
keberadaan senyawa β-laktam atau tidak. Limbah β-laktam tidak
hanya berasal dari hasil sisa produksi maupun pencucian alat,
akan tetapi baju, masker, topi, dan sepatu yang digunakan di
ruang produksi β-laktam juga direndam dengan NaOH 10 N
pH>10, dan bilasan terakhirnya diuji. Selanjutnya limbah β-
laktam dinetralkan dengan larutan asam klorida (HCl) 10-15 N
sampai pH netral (6,5-8,5). Alasan penentuan pH 6,5-8,5 ini
yakni agar bakteri yang digunakan untuk menguraikan dapat
bekerja maksimal pada saat proses aerasi. Selain itu, limbah β-
laktam akan dicampurkan dengan limbah non β-laktam sehingga
harus memenuhi persyaratan bahwa limbah yang akan dicampur
benar-benar sudah netral dan dapat dicampur dengan limbah non
β-laktam.
- Pit Laundry, pada pit ini terjadi proses khusus/pretreatment yaitu
pengikatan klorin dan detergen yang berasal dan pencucian
pakaian menggunakan karbon aktif yang disirkulasikan selama ±
2 jam. Proses ini terjadi sebeluin air limbah ınasuk ke bak
equalisasi 1 (EQ l).

102
- Pit Septictank, untuk menampung air limbah yang berasal dari
domestic dan ruang adıninistrasi (yaitu limbah yang tidak
terkontaminasi dengan bahan produksi dan laboratorium) yang
akan dimasukkan ke bak equalisasi II.
b. Bak Equalisasi I
Pada bak EQ I, air limbah akan diaduk menggunakan difuser udara
dari unit blower dengan tujuan menghomogenkan limbah. Pada bak
ini, limbah akan mengalami flokulasi (terbentuknya gumpalan halus)
akibat dari reaksi limbah yang masuk. Setelah proses ini, air lnnbah
akan masuk ke bak pH adjusıment dengan tujuan menetralkan pH
dimana dengan pH nomıal, proses pengolahan limbah akan dapat
dilakukan dengan mudah. Dari bak pH adjustment air limbah akan
mengalir secara over flow ke bak anaerob.
c. Bak Anaerob
Pada bak anaerob ini terjadi proses penurunan Chemical Oxygen
Demand (COD) hingga 150 mg/L atau 150 ppm. Pada bak anaerob ini
terdapat sekat-sekat yang berfungsi sebagai pengaduk dan masa tinggal
pada proses penurunan COD dan zat warna selama 48 jam atau 2 hari.
Pada proses ini, penggunaan bakteri anaerob sangat dibutuhkan.
Bakteri anaerob adalah bakteri non oksigen yang ınaınpu memakan
sisa polutan dengan COD tinggi yang díbawa oleh bakteri pada air
limbah. Selain didesain dengan bersekat-sekat, bak anaerob ini
dilengkapi dengan ventilasi udara untuk membuang sisa gas (gas yang
terjebak) yang dihasilkan dari bakteri-bakteri yang terdapat pada dasar
bak anaerob ini. Air limbah dari bak anaerob disalurkan ke EQ N
untuk menghindari kematian bakteri. Pemindahan air Iimbah tersebut
nıenggunakan pompa.
d. Bak Equalisasi II
Di bak EQ II terjadi proses pengadukan selama 9 jam dengan
penambahan udara dari blower. Pada proses ini terjadi penambahan

103
limbah domestik/kamar mandi dan admin sangat dıbutuhkan karena
sebagai sumber nitrogen dan fosfat. Nitrogen dan fosfat ini dibutuhkan
oleh bakteri. Setelah 9 jam pengadukan, limbah akan dialirkan
kedalam bak aerob.
e. Bak Aerob
Bak Aerob merupakan sentral keberhasilan proses. Pada bak aerob,
dıgunakan bakteri aerob yang mampu memakan sisa polutan hingga
150 ppm. Pada bak ini, pemeliharaan bakteri dilakukan dengan
memberikan beberapa kebutuhan nutrisi bagi bakteri seperti urea,
trisodium fosfat dan gula. Penambahan nutrisi bakteri ini dikarenakan
tidak semua limbah yang diproses mengandung glukosa yang dimakan
oleh bakteri. Air limbah yang kelnar dari bak aerob akan masuk ke bak
sedimentasi secara over flow.
f. Bak Sedimentasi
Pada bak sedimentasi tidak terdapat udara ataupun gerakan, namun
dengan bantuan bahan kimia koagulan mengakibatkan terpisahnya air
supernatan dan lumpur aktif. Pemberian bahan kimia koagulan ini
dilakukan dengan inject system secara otomatis dari pipa aliran over
flow tersebut. Air supernatan akan mengalir ke bak klorinasi secara
over flow dan inject system.
g. Bak Klorinasi
Pada bak ini air supernatan akan ditambahkan dengan menggunakan
kaporit 5-10% dengan tujuan untuk membunuh bakteri patogen dan
menjemihkan air. Pada bak klorinasi, terdapal sekat-sekat untuk
pengadukan antara air supernatan dengan klorin. Air supernatan akan
masuk ke bak feed filter secara over flow.
h. Feed Filter
Air dan kaporit akan didiamkan selama ± 1 jam agar terjadi reaksi
secara sempurna. Setelah dari feed filter, air supematan akan dipompa
masuk ke media carbon filter dan sand filter. Adapun fungsi dari

104
carbon filter adalah mengikat kandungarı atau residu sisa dari kaporit
dan menurunkan kandungan Total Suspended Solid (TSS). Fungsi dari
sand filter adalah ınenyaring Iumpur-lumpur halus yang lolos dari
proses media carbon. Setelah proses penyaringan, air limbah akan
masuk dan ditampung di Lagoon (tempat penampungan akhir).
i. Lagoon
Di dalam lagoon ini terdapat indikator biologis yaitu ikan mas untuk
menentukan keberhasilan pengolahan air limbah. Dari lagoon ini, air
olahan akan disalurkan ke saluran pembuangan lingkungan industri
secara overflow, sedangkan lumpur yang mengendap di bak
sedimentasi, diambil dengan pompa ulir/screw pump dan dibuang ke
bak sludge holding yang akan mengalami proses pencampuran dengan
polimer/polielektrolit untuk mencegah lumpur pecah saat di tekan
dengan pompa diafragma. Lumpur kering yang telah di tekan
kemudian dikeringkan dengan cara di jemur dan selanjutnya dibawa ke
PPLI atau dibakar.
3. Limbah Prekusor
Limbah prekusor adalah limbah obat yang mengandung prekusor
seperti Phenilpropanolamin HCL (PPA) baik sisa IPC, laboratorium
ataupun returan. BPOM mensyaratkan untuk limbah obat prekusor tidak
boleh ada satu tablet yang hilang. Limbah dikumpulkan berdasarkan
jenisnya cair dengan cair, padat dengan padat. Limbah disimpan dalam
ruangan khusus dan terkunci dipegang kunci oleh supervisor dan apabila
ada berhalangan akan dipegang dengan jabatan diatasnya. Limbah yang
akan dimusnahkan harus sesuai dengan Log book resmi dan pengisian
form pemusnahan harus disaksikan oleh BPOM. BPOM ikut ke pihak ke 3
menyaksikan pemusnahan limbah dengan incenerator.
4. Limbah Debu
Limbah debu dapat berasal dari produksi maupun non produksi.
Limbah debu produksi pada masing-masing alat menggunakan dust

105
collector, baik yang tersambung dengan alat produksi maupun tidak.
Limbah debu non produksi berasal dari luar ruangan produksi. Uji partikel
debu dilakukan di lingkungan luar pabrik dan di dalam ruangan pabrik.
Apabila kadar debu tinggi, maka karyawan disarankan untuk
menggunakan masker dan dilakukan perbaikan mesin.
5. Limbah Getaran/Kebisingan
Uji kebisingan menggunakan sound level meter. Tindakan yang
dilakukan untuk apabila melebihi batas yaitu dilakukan perbaikan mesin
secara berkala, karyawan disarankan untuk menggunakan ear plug,
khususnya untuk bagian produksi dengan mesin yang menghasilkan
limbah bising, serta dilakukan penghijauan yang dapat meredam
kebisingan di lingkungan pabrik.
Laporan yang dibuat oleh departemen pengolahan limbah berupa
laporan harian, bulanan, triwulan, semester, dan dokumen UKL-UPL
dengan hasil pengujian parameter limbah oleh pihak ketiga yang
terakreditasi, seperti KAN. Dokumen UKL-UPL dibuat tiap semester.
Limbah air diperiksa dan dilaporkan ke BLHD tiap bulan sedangkan
pemeriksaan gas, debu, emisi, kebisingan tiap 3 bulan sekali
Parameter limbah adalah sebagai berikut:
1) TSS : maksimal 400 mg/l
2) TDS : 200mg/l
3) pH :6–9
4) COD : 150mg/l
5) BOD : 300mg/l
6) Amoniak : 5mg/l
7) Detergent : 10mg/l
8) Kebisingan luar : 70 dBA
9) Kebisingan dalam : 85 dBA
10) Partikel debu luar : 230 µg/m3
11) Patikel debu dalam : 1000 µg/m3

106
12) Gas CO luar : 10000 µg/m3
13) Gas CO dalam : 26000 µg/m3
2. Pengelolaan Air
Sistem pengolahan akan menghasilkan air yang akan digunakan
untuk produksi. Air merupakan salah satu aspek penting (vital) dalam
pelaksanann c-GMP. Tujuan dari sistem pengelolaan air untuk produksi
adalah untuk menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas
yang ditetapkan. Kualitas air yang digunakan untuk produksi, tergantung
dari persyaratan air produk yang akan dibuat. Pengolahan air di PT.
Caprifarmindo Laboratories dilakukan dengan beberapa tahap. Sumber
air yang digunakan berasal dari 2 buah deep well artesis dengan
kedalaman 200 meter dengan pipa sepanjang 120 meter. Air dari deep
well tersebut kemudian ditambahkan dengan klorin dengan tujuan
membunuh mikroorganisme yang terkandung dalam air tersebut.
Kcmudian air ditampung dalam Raw Water Ground Tank (kapasitas
120.000 L) yang akan disalurkan ke Ground Tank Drinking Water
dengan kapasitas 15.000 L dimana sebelumnya melewati sand filter dan
carbon active filter. Tujuannya untuk menyaring partikel kasar pada air,
menyaring klorin, dan menghilangkan bau dan rasa air tersebut. Air
jernih yang dari Ground Tank Drinking Water akan dipompa dan dibagi
menjadi 3 proses, antara lain;
a. Air di pompa oleh process water pump, yang kemudian akan
dilakukan tahapan softener dengan penambahan NaCl dan
ditampung di sofiener tank untuk keperluan boiler dan chiller.
b. Air dipompa oleh domestic water pump untuk keperluan
building misal untuk cuci alat, keperluan kamar mandi,
laundry, dan lainnya.
c. Air diolah menjadi air untuk proses produksi (purified water)
dimana air akan melewati filter 10 mikron dan kemudian akan
ditampung Drinking Water Tank dengan kapasitas 15.000 liter.

107
Air dari Drinking Water Tank akan melewati tahapan softener
dan disaring dengan saringan 5 mikron. Air kemudian mclalui
Reverse Osmosis (R0) Generator dan melalui membran biofilm
filtcr atau sering disebut dengan electrodeionization (EDI).
Dari unit EDI, air akan melewati sinar ultraviolet (UV) dan
didapatlah purified water (PW) yang kemudian dilaunpung di
Purified water Tank (PW Tank). Dari PW Tank, PW akan
disirkulasikan ke ruang-ruang produksi. PT. Caprifarmindo
Laboratories menggunakan Hot Water Looping System untuk
memanaskan purified water dimana air disirkulasikan selama
24 jam dengan suhu 80°C dengan tujuan mencegah
pemimbuhan bakteri. Satu minggu sekali, purified water
dipanaskan hingga suhu 90-95°C selama kurang lebih 3 jam
dengan tujuan sanitasi. Alur proses pembuatan air untuk
produksi dapat dilihat di gambar 4.12 ini.

Gambar 4.12 Alur pengolahan Air


3. Pengelolaan Sistem Tata Udara

108
Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC) merupakan suatu
sistem yang mengkondisikan lingkungan melalui pengendalian suhu,
kelembaban, arah pergerakan udara dan mutu udara termasuk
pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan yang ada di udara.
Pada proses pengkontrolan tersebut dikenal pula istilah clean corridor
dan clean room. Perbedaannya yaitu pada clean corridor dilakukan
pengkontrolan atau pengkondisian tekanan di corridor lebih besar dari
pada tekanan yang ada di dalam ruangan sehingga aliran udara mengalir
dari corridor ke ruangan. Sedangkan clean room merupakan proses
pengkontrolan atau pengkondisian tekanan yang ada di dalam ruangan
lebih besar dari pada tekanan yang ada di corridor sehingga aliran udara
mengalir dari ruangan menuju corridor.
Suatu Perusahaan akan menghasilkan suatu produk yang berkualitas
jika memenuhi faktor-faktor kritis, salah satuunya yaitu kondisi
lingknngan tempat produk tersebut diproduksi. Kondisi lingkungan yang
kritis terhadap kualitas produk antara lain cahaya, suhu, Relative
Humidity (RH), kontaminasi mikroba dan kontaminasi partikel. Sebagai
upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tcrsebut, maka setiaap
industri farmasi diwajibkan mempunyai sistem tata udara yang terkendali
atau disebut juga dengan istilah HVAC (Heating, Ventilating, and Air
Conditioning).
Unit yang mengatur udara disebut dengan Air Handling Unit (AHU).
AHU berfungsi mengontrol suhu ruangan, tekanan udara, kelembaban,
dan tingkat kebersihan sesuai dengan kelas ruangan yang dipersyaratkan.
Pada dasamya, penggunaan AHU/HVAC tergantung dan jenis produk
yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang digunakan, misal ruang
produksi steril, β-laktam, nonsteril, sefalosporin dan sebagainya. AHU
terdiri dari alat yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, antara
lain:

109
a. Cooling Coil/evaporator dan Heating Coil, yang berfungsi
mengontrol suhu dan RH udara yang akan didislribusikan ke
ruang produksi. Pada prinsipnya proses pendinginan udara
dilakukan dengan mengalirkan udara baik dari udara balik
maupun udara luar melalui evaporator yang bersuhu rendah
dimana terjadi kontak udara dcngan pcrrnukaan kisi evaporator
yang kemudian menghasilkan udara dengan suhu yang lebih
rendah. Prinsip pengaturan RH udara juga terdapat dalam kontak
langsung tersebut, namun hal tersebut menyebabkan kalor yang
berada dalam uap air yang terrdapat di dalam udara ikut
berpindah ke kisi evaporator sehingga uap air akan mengalami
kondensasi.
b. Static pressure Fan /Blower, untuk menggerakkan udara di
sepanjang sistem dislribusi udara yang terhubung dengannya.
Blower yang digunakkan dalam AHU adalah blower radial yang
memiliki kisi-kisi penggerak udara yang terhubung dengan
motor penggerak blower. Motor penggerak ini berfungsi
mengubah energi listrik menjadi energi gerak.
c. Filter, untuk mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme serta partikel asing yang dapat
mengkontaminasi ruang produksi. Hal yang perlu diperhatikan
adalah penempatan posisi filter dimana diharuskan udara yang
akan masuk keruangan produksi, harus melewati filter terlebih
dahulu. Filter ada beberapamacam,diantaranya
 Pre filter dengan efisiensi sebesar 30%-40%.
 Medium filter, dengan efisiensi sebesar 70%-95%
 HEPA filter, dengan efisiensi sebesar 99,95%.
d. Ducting sebagai saluran tertutup tempat mengalirnya udara.
Ducting merupakan sebuah sistem saluran udara yang
menghubungkan blower dengan ruangan produksi, yang terdiri

110
dari saluran udara yang masuk dan saluran udara yang keluar
dari ruangan produksi dan masuk kembali ke AHU. Ducting
harus didesain dengan tepat agar tidak menimbulkan hambatan
udara dan memiliki insulator di sekeliling permukaannya untuk
menahan penetrasi panas dari udara luar.
e. Dumper, merupakan bagian dari Ducting AHU yaitu sebagai
pengatur jumlah/debit udara yang dipindahkan kc dalam ruangan
produksi.
Prinsip kerja dari AHU (Air Handling Unit) adalah udara yang masuk
dari luar sekitar 30% melewati pre filter, kemudian diteruskan ke medium
filter, dimana udara yang dari dalam ruangan sekitar 70% masuk juga
melewati medium filter. Proses selanjutnya udara tersebut masuk ke
cooling coil yang bekerja dengan bantuan CU (Compressor Unit) untuk
mendinginkan udara. Setelah itu dilanjutkan ke HEPA Filter yang dibantu
dengan dorongan dari fan, kemudian dilanjutkan ke ducting. Setelah itu
masuk ke difuser yang terdapat di atap ruangan yang menggunakan
sistem AHU yang kemudian aliran udara akan turun ke bawah dan keluar
melewati low return. Setelah dari low return kembali lagi udara tersebut
masuk melewati medium filter seperti pada proses awal. Ada empat
parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam sistem AHU,
yaitu:
i. Temperatur
Temperatur yang harus dikondisikan untuk ruang non steril dengan
sistem HVAC memiliki berbagai persyaratan, antara lain:
 Kantor: 25 – 28 °C
 Produksi sediaan non steril 20-27°C (persyaratan CPOB)
 Packaging : 20-27°C
 Gudang raw material: room temperature dibawah 30°C dan suhu
untuk ruangan ber-AC dibawah 25 °C
 Gudang finished goods : room temperature dibawah 30°C

111
ii. Kelembaban
Kelembaban atau relative humidity (RH) yang harus dikondisikan
dengan sistem HVAC memiliki berbagai persyaratan, antara lain:
Produksi sediaan steril: 45 – 55% (persyaratan GMP) dan Produksi
sediaan non steril: 35–70% atau 40–60% (persyaratan GMP).
iii. Perbedaan Tekanan antar Ruangan
Penanganan perbedaan tekanan antar ruang, terdapat beberapa
konsep berdasarkan perbedaan tekanan udaranya, yaitu: Untuk
ruangan dust generate, tekanannya harus lebih kecil dari koridornya;
Untuk ruangan non dust generate, tekanannya harus lebih besar dari
koridornya; Untuk ruangan yang berbeda klasifikasi atau berbeda
proses, harus dibuat segregasi berupa buffer room.
iv. Pertukaran Udara
Pertukaran udara di ruang produksi sangat penting dilakukan
pengaturan dengan sistem yang telah dipersyaratkan. Tekanan udara
dalam ruang produksi minimum 20 kali/ jam. PT. Caprifarmindo
Laboratories memiliki 24 unit AHU yang dikendalikan dengan
Building Automatitation System (BAS). Pemeriksaan yang dilakukan
pada AHU (Air Handling Unit) adalah pemeriksaan perbedaan
tekanan ruang yang dilakukan perhari, pembersihan pre filter dan low
return yang dilakukan perminggu, dan pengecekan tekanan freon
yang dilakukan rutin. Perbedaan tekanan udara untuk antar ruangan
grey area yaitu 5-15 pascal, sedangkan antar ruangan grey area
dengan black area lebih dari 10 pascal. Aliran udara untuk ruangan
produksi sediaan solid bergerak dari koridor ke ruang produksi
karena tekanan udara di ruang produksi lcbih rendah daripada koridor
ini dimaksudkan agar meminimalkan cross contamination dengan
ruang produksi lainnya. Sedangkan aliran udara di ruang produksi
untuk sediaan semisolid dan liquid bcrgerak dari ruang produksi ke
koridor karena tekanan udara di ruang produksi lebih tinggi

112
dibandingkan dengan koridor. Hal ini dimaksudkan untuk
mcminimalkan kontaminasi bakteri ke dalam produk semisolid dan
liquid yang rentan terhadap perkembangbiakan bakteri.

113

Anda mungkin juga menyukai