Anda di halaman 1dari 48

Departemen Produksi

PT. Meprofarm
Scholastica Dani Widyasari (198115109)
Indro Arnoldus Sihotang (198115119)
DIBAGI MENJADI DUA ORGANISASI:

Produksi Mepro I Produksi Mepro II


Manager
Manager Produksi Produksi
Seorang Apoteker
Ass. Man/ Spv. Ass. Man/ Spv.
Ass. Man/ Spv.
Steril Liquid Oral Liquid
Packaging
SPV Non-Betalactam Semisolid
SPV 1 apt
(2 apt) SPV 1 apt
Sub-Unit B.
Sub-Unit Non- Sub-Unit B. Penisilin Ass. Spv
Cephalosporin Ass. Spv
Betalactam Ass. Spv
Steril Liquid Non Dispensing, Oral
Dispensing & Sterile Liquid dan
Betalaktam & Oral
Processing Liquid dan Semisolid Semisolid

Operator
Fasilitas Produksi Mepro 1 adalah salah satu fasilitas
produksi PT. Meprofarm yang memproduksi sediaan solid
seperti tablet, dan kapsul. Produksi Mepro 2 memproduksi sediaan dengan
bentuk semi-solid (seperti suppositoria, krim dan
ovula), cair (cairan oral non betalaktam, sirup,
suspense, cairan obat luar dan injeksi).
ORGANISASI PRODUKSI MEPRO I

 Dipimpin oleh seorang Manager produksi yang mebawahi tiga


1 bidang produksi (sub-unit), antara lain, sub-unit non-beta lactam,
Manager Produksi
Seorang Apoteker
sub-unit betalactam penisilin dan sub-unit cephalosporin.

 Produk-produk antibiotik yang menyebabkan reaksi alergi


diproduksi di tempat yang terpisah.
SPV SPV 1 apt
SPV 1 apt
 Fasilitas bangunan yang memproduksi obat golongan (2 apt) Sub-Unit B.
Sub-Unit B. Penisilin
betalactam dipisahkan dari fasilitas bangunan yang Sub-Unit Non-Betalactam Cephalosporin
memproduksi obat non-betalactam.
 Jabatan supervisor  Apoteker SEBAGAI Decision Maker. 
2 seperti penyusunan jadwal produksi, pembuatan prosedur tetap /
Standard Operating Procedure, serta pemegang tanggung-jawab non steril seperti tablet Non-steril dan steril
jika proses produksi sedang mengalami penyimpangan/deviasi. salut, kapsul, sirup seperti sirup kering,
kering tablet dan serbuk steril.
 SPV  dibantu oleh kepala seksi,  minimal D3 atau S1  sebagai
penanggungjawab

 Kepala seksi di sub-unit non-beta lactam terdiri atas kepala seksi


3 penimbangan; mixing dan filling capsule, cetak coating, kemasan
primer dan kemasan sekunder. Kepala seksi sub-unit Betalactam
Penisilin terdiri dari kepala seksi pengolahan dan kepala seksi
pengemasan sekunder (BLACK AREA). Kepala seksi di Sub-unit
Cephalosporin terdiri dari kepala seksi produk steril, kepala seksi
produk non-steril dan kepala seksi pengemasan sekunder (BLACK
AREA).
ORGANISASI PRODUKSI MEPRO II

 
To Insert a 3D Model:

  Dipimpin oleh seorang Manager membawahi tiga bidang Manager


Produksi
1 produksi (sub-unit), antara lain, sub-unit steril liquid non-beta
lactam, sub-unit oral liquid semisolid dan sub-unit packaging.
Ass. Man/ Spv. Ass. Man/ Spv.
  Produk-produk steril harus bermutu dan menjamin keselamatan Ass. Man/ Spv.
Steril Liquid Oral Liquid
pasien : steril, bebas pyrogen, bebas partikulat asing jernih dan Packaging
Non-Betalactam Semisolid
stabil.

  Jabatan supervisor  Apoteker SEBAGAI Decision Maker.  Ass. Spv Ass. Spv
Ass. Spv
seperti penyusunan jadwal produksi, pembuatan prosedur tetap /
2 Standard Operating Procedure, serta pemegang tanggung-jawab Dispensing & Sterile
Steril Liquid Non
Betalaktam & Oral
Dispensing, Oral
Liquid dan
jika proses produksi sedang mengalami penyimpangan/deviasi. Processing Liquid dan Semisolid Semisolid

  SPV  dibantu oleh kepala seksi,  minimal D3 atau S1  Operator


sebagai penanggungjawab

  Produk : steril (Infus SVP dan injeksi) dan non-steril (ovula,


suspense, sirup, krim dan suspense).

3   Kelas Ruang : White (ABCD), Grey (E) dan Black (F)

  Penimbangan sediaan steril  D


  Non-steril  E
Alur Produksi Mepro I
1 PENIMBANGAN
• Dilakukan oleh kepala seksi timbang
2 MIXING 3 PENGERINGAN
Produksi dan PPIC, SAP
• TMG, Diosna dan Planetary Cone Mixer
• dari bahan padat kemudian bahan cair, dan • Fluid Bed Dryer atau Oven
didahulukan bahan –bahan yang tidak
berwarna terlebih dahulu  Zat berwarna
ditimbang terlebih dahulu dan terkahir zat
aktif
• Label : nama produk, jumlah produk per
bets, nomor bets, waktu kadaluwarsa, bruto,
tara, netto, tanda tangan tanggal
penimbangan, NAPZA dan precursor 
jeruji besi dan terkunci yang dipegang oleh
Apoteker.

4 PENGAYAKAN 5 MIXING AKHIR 6 COATING


• SPRAYING  Menggunakan bahan
• Untuk memilah ukuran butiran granul polimer yang larut/tdk larut air :
• Triplicity Cone Mixer
sesuai dengan ukuran yang diinginkan CMC-Na, Cellulosa acetatphtalat,
karena ukuran partikel akan • IBC Mixer hydroxyethylcellulosa yang
dicampur polietilenglikol dalam
mempengaruhi efek fisiologis obat • Drum Mixer pelarut alcohol yang terdispersi
dala dalam isopropanol
• POLISHING

7 PENGEMASAN
Primer  Grey area, Sekunder 
Black Area
MIXING AWAL
Jenis-jenis mixer dan kegunaannya:

1
TMG 2 Planetary Cone Mixer 3 Diosna
dilengkapi denganberbentuk
tiga bilah blade impeller
dan chopper
pembuatan granul Bahan tulip
serbuk, untuk
lalu
• Mixing, humidifying, homogenizing dan • Cocok digunakan untuk mengaduk dihomogenkan
penambahan dengan
binder ataublade
bahanimpeller,
pengikat
granulating untuk proses pembuatan dilakukan
atas melalui celah
bejana gumpalan yang
 Serbuk kemudian ada
yang sudahdi bagian
mulai
bahan-bahan yang kekentalannya tinggi membentuk dipecah-
tablet metode wet granulation pecah
ukurannya menggunakan chopper
mengecil dan seragam berupa agar
granul.
• Karena kemampuan high shear rate
yang bisa mencampurkan bahan
kering maupun bahan basah.
• Keunggulan : dapat mencampurkan
bahan yang sifatnya cohesive (partikel
yang cenderung sulit tercampur dan
menyebabkan tablet mudah hancur).
PENGERINGAN

1 Fluid Bed Dryer 2 Oven

Terbuat dari Stanlies Steel 316 yang dilengkapi bowl Digunakan untuk bahan produksi yang skalanya
dan kantung FBD. Bowl adalah bagian yang lebih kecil
mengalami kontak langsung dengan bahan obat
sedangkan kantung FBD berada di bagian atas bowl
yang berfungsi untuk meningkatkan area
pengeringan material. Material dikeringkan dengan
udara panas yang mengalir dari kipas atau blower
yang terletak di bawah bowl, udara yang mengalir
harus terlebih dahulu disaring.
PENGAYAKAN

1 Fluid Bed Dryer

• Material ditempatkan dalam wadah yang


dasarnya memiliki lubang-lubang penyaring
dengan ukuran tertentu.

• Mesin pengayakan berfungsi untuk


menggetarkan, menggoyangkan maupun
memutarkan ayakan.
MIXING AKHIR
Jenis-jenis mixer dan kegunaannya:

1
Triplicity Cone Mixer 2 IBC Mixer 3 Drum Mixer
• Bagian tengah dari mesin ini berbentuk • Untuk
kg. mencampurkan
Motor material < 100
akan mentransmisikan
menggerakkan
tiang miring bundar dengan dilengkapi • Untuk proses final mixing  material kurang
dari 200 kg. Memiliki poros pengaduk yang
sprocket
gerakan, yang
kemudian sprocket
bentuk kerucut di masing-masing ujung
panjang yang dapat dipindahkan dari
dihubungkan
menopang pada poros
dudukan roda
drum yang
mixer
corongnya (bagian atas dan bawah) mixer.
container. Pencempuran dilakukan oleh baling- sehingga mixerkecepatan
berputar dengan dapat tertentu.
bergerak
 bentuk dari tabung mixer ini
baling empat bilah yang letaknya dekat
menyerupai huruf “S”. dengan dasar container. Pemindahan poros
• Bahan yang sudah masuk ke dalam pengaduk dilakukan dengan bantuan fork lift
chamber kemudian diaduk menggunakan module yang dapat mengangkat poros dari
blade yang perpuratannya berlawanan container atau memasukkan poros ke
dengan arah perputaran chamber. container.

.
PENGAYAKAN

1 Fluid Bed Dryer

• Material ditempatkan dalam wadah yang


dasarnya memiliki lubang-lubang penyaring
dengan ukuran tertentu.

• Mesin pengayakan berfungsi untuk


menggetarkan, menggoyangkan maupun
memutarkan ayakan.
COATING

1 Fluid Bed Dryer

• Untuk sediaan tablet salut selaput

• Proses penyalutan ini cukup sederhana yaitu


hanya dengan menyemprotkan cairan polimer
yang larut atau tidak larut dalam air. Cairan ini
misalnya CMC-Na, Cellulosa acetatphtalat,
hydroxyethylcellulosa dengan berbagai maacam
perbandingan dalam campuran polietilenglikol
dalam pelarut alcohol atau terdispersi dalam
isopropanol. Setelah dilakukan spraying¸maka
dilakukan polishing pada tablet.
Alur Produksi Mepro II steril
1 Penerimaan Bahan Awal 2 Penimbangan 3 Pencucian Wadah
• Dengan sistem Interlock Dilakukan dibawah LAF dan dilakukan secara Pencucian ampul 2-3 ml dengan
• Bahan datang dari gudang (kelas G) line clearance. Label  nama bahan, nomor
lalu melewati ruang antara (kelas F) batch, expired date, supplier, label rilis dan menggunakan mesin Washing Bosch
sebelum akhirnya tiba ke tempat kesesuaiannya dengan batch record. RRU lalu dibilas menggunakan WFI
penimbangan (kelas D). recycle, lalu dibilas lagi dengan
• Kemasan divacuum dan diplastik Khusus obat OKT  Apoteker
Compressed Air dan WFI bersih.
untuk meminimalkan cemaran
Selanjutnya ampul akan dikeringkan
dengan mesin Tunnel Drying dengan
suhu 300o C selama 8 menit.

4 Mixing 5 Filling 6 Visual Inspection


• Mesin Brevetti
• Bila produk Tidak memenuhi syarat
• Sterilisasi Terminal • Ampul yang sudah dicuci dilapisi dengan
(TMS)  “reject”. Kategori kecacatan
Dua kali disaring dengan ukuran saringan zat antioksidan/ gas Nitrogen. Tahap ini
 Reject I : leak test, pecah, retak,
dinamakan pre-nitrogenasi
0,2 µ kosmetis tipis serta Reject II :
• Aseptis • Setelah tahap ini dilakukan lalu dilakukan adanya partikel, serat, adanya
Dengan bantuan autoklaf pengisian sediaan ke dalam ampul dan pecahan beling, volume berlebih,
dilakukan nitrogenasi untuk volume kurang, adanya
menghilangkan oksigen yang terdapat di pengarangan, serta kosmetis tebal.
bagian kepala ampul. Setelah itu, ampul Pengamatan secara mata telanjang
ditutup dengan cara sealing dengan zat diterapkan pada ampul-ampul yang
propana dan oksigen. ter-reject dan dijadikan sebagai
bahan evaluasi pada tahap-tahap
sebelumnya.
Alur Produksi Mepro II non-steril
1 Penerimaan Bahan Awal
-Bahan awal  QC  Label “LULUS”
-Bahan diterima di ruang kelas F sebagai
ruang antara dengan sistem interlock
- Diperiksa : identitas bahan, jumlah, no.
batch, dan kondisi fisik

2 Penimbangan
-Dilakukan di kelas E
-Tugas operator penimbangan  verivikasi alat
timbang serta kesesuaian identitas bahan Mixing
dengan BR : nama bahan baku, nomor
3 -Terdapat tiga mixer yaitu T01, T02, dan T03.
Mesin nomor 1 dan 2 memiliki kapasitas
batch, tanggal kadaluarsa, identitas 1000L sedangkan mesin nomor 3 memiliki
pemasok, label rilis kapasitas 300L. Mesin T01 dan T03 memiliki
teknologi high shear mixer dimana mesin ini
-Bahan awal yang terbungkus plastic 
dapat memperkecil ukuran partikel.
portable vacuum, untuk kemasan botol  lap - Kategori proses Mixing  untuk sediaan
bebas serat. liquid dan untuk sediaan solid
Alur Produksi Mepro II non-steril

3 A. Mixing Sediaan Liquid (Sirup dan


-Sebelum memasukkan zat aktif, harus terlebih
Suspensi)
-Bahan baku berupa serbuk dilarutkan dengan dahulu memasukkan bahan pengawet seperti
Purified Water. metil paraben dan propil paraben serta
-Pemindahan dilakukan dengan alat Vacuum bahan-bahan eksipien lainnya.
Terdapat tiga mixer Tetrapack yaitu T01, T02, Bahan-bahan tersebut dicampur pada suhu 80-
dan T03. 82o C.
-Mesin nomor 1 dan 2 memiliki kapasitas 1000L -Setelah itu, campuran harus di-cooling down
sedangkan mesin nomor 3 memiliki kapasitas hingga suhu < 45o C sebelum penambahan zat
300L. aktif.
-Mesin T01 dan T03 memiliki teknologi high -Hasil pencampuran kemudian dimasukkan ke
shear mixer dimana mesin ini dapat dalam holding tank yang terbuat dari stanliess
memperkecil ukuran partikel. steel dan diberi label “produk antara”.
-Mesin T03 memiliki efisiensi waktu -Selanjutnya produk antara dipindahkan ke
pencampuran yang lebih baik dari mesin T01 ruang staging yang terpisah untuk selanjutnya
dan mesin T02 karena kapasitasnya lebih kecil. menunggu keputusan release/ tidaknya produk
-Mesin didesain sebagai double jacket yang dari departemen Quality Control.
artinya terdapat rongga atau ruang di luar
bejana produk yang akan dilewati chilled water
ketika proses pendinginan dan steam ketika
proses pemanasan.
B. Mixing Sediaan Semisolid (Krim dan
Suppositoria)
Sediaan krim dibuat dengan menggabungkan -Pada sediaan suppositoria dan ovula tahap
fase air dan fase minyak. pencampuran dimulai dengan proses peleburan
Fase minyak dan fase air dicampurkan dengan basis minyak (suppocire NA) pada suhu 40-50 0C.
cara memanaskannya hingga suhu 75-80 oC 
High Shear Mixer berkecepatan tinggi. -Alat yang digunakan untuk mencampurkan
-Basis krim terbentuk, maka suhu dapat bahan yaitu mesin Emulsifier Mixer Axomatic
diturunkan menjadi 450C  dicampurkan 100.
dengan zat aktif, dimana zat aktif yg sudah
didispersikan ke larutan pendispersnya. -Setelah itu, bahan aktif dapat ditambahkan
-Basis dan zat aktif diaduk hingga homogen sedikit demi sedikit dalam basis minyak.
selama 30 menit.  didinginkan hingga suhu -Setelah itu dilakukan pemeriksaan dari pihak
25-300C. QC.
-Homogen  lalu dipindahkan ke tank
penyimpanan. -Apabila produk dinyatakan release, maka dapat
-Label yang dibuat berisikan identitas produk. masuk ke tahap filling.
-Selanjutnya sediaan disimpan di ruang yang
terpisah (staging room) sambil menunggu
keputusan release dari departemen Quality
Control.
Alur Produksi Mepro II non-steril

4 Filling
Khusus Sediaan Suspensi
Tahap ini dilakukan di kelas E secara offline
dan inline.  selama proses filling, harus selalu
Sebelum penuangan: diaduk menggunakan variable mixer
-Botol terlebih dahulu dicuci dan supaya sediaan tidak mengendap.
dikeringkan. Khusus Sediaan Krim dan Suppo
-Pengeringan botol dapat dilakukan  dilakukan ke dalam tube dengan mesin
dengan alat oven selama 1 jam dengan filling; pada sediaan suppositoria dan
suhu 130-1500C. ovula pengisian sediaan ke kemasan
-Selain dengan oven, pengeringan juga primer (rotoplast) pada suhu 35-400C.
bisa dilakukan dengan tunnel drying
dilewati pada 3 kompartemen selama 30 • Rotoplast yang baru saja diisi lalu
menit. Masing-masing kompartemen didinginkan dengan alat cooling
dengan suhu 1100 C, 110 0 C dan 40 0 C. machine hingga sediaan rotoplast
-Kemudian sediaan sirup atau suspensi
memadat.
dapat diisikan ke dalam botol.
IPC :
-Setiap 30 menit sekali dilakukan pengujian • Setelah sediaan ovula dan suppositoria
volume terpindahkan dan bobot untuk
memadat, maka rotoplast dapat ditutup
suspense oleh operator filling.
dengan istilah sealing rotoplast dan
cutting rotoplast.
Alur Produksi Mepro II non-steril

5 Pengemasan
Setelah tahap pengemasan primer sudah dilakukan,
maka tahap selanjutnya yaitu pengemasan sekunder
dengan folding box dan kemasan tersier menggunakan
outer box sebelum dikirimkan ke gudang produk jadi.
Departemen Quality Assurance
PT. Meprofarm
Scholastica Dani Widyasari
Indro Arnoldus Sihotang
TOPIK

 
1. Kalibrasi
 
2. Kualifikasi
 
3. Validasi
 
4. GMP Compliance
 
5. Pengendalian Dokumen
 
6. CAPA
1. Kalibrasi
“membandingkan alat ukur dengan alat ukur lainnya yang telah terstandarisasi”
 

Kalibrasi Internal  pihak internal/perusahaan persyaratan : perusahaan memiliki standard


1
dan personel yang tersertifikasi. Namun, alat standard dan personel yang dimiliki perusahaan
untuk kalibrasi internal tersebut tidak dapat berlaku untuk mengkalibrasi peralatan dari pihak
luar.

2 Kalibrasi Eksternal

By pihak luar dengan menggunakan standard dan personel yang dikualifikasi oleh pihak
tersebut. Alasan kalibrasi eksternal  ketika sarana yang dimiliki kurang memadahi sehingga
perlu mendatangkan alat kalibrasi dari pihak luar. Lembaga resmi yang sering mendapat
kepercayaan melayani jasa kalibrasi eksternal haruslah sudah mendapatkan akreditasi dari
Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan menjadi anggota dari International Laboratory
Accreditation Cooperation (ILAC).
1. Kalibrasi (menurut frequensinya)
“membandingkan alat ukur dengan alat ukur lainnya yang telah terstandarisasi”
 

Setiap 6 bulan sekali


1

Peralatan yang mengontrol proses produksi misalnya alat pengukur waktu / timer pada
mixing tank, dan sensor temperature autoklaf dan oven.

2 Setiap setahun Sekali

• Tidak memiliki Critical Point yang harus dikendalikan secara ketat karena sekalipun
alat-alat tersebut berkurang akurasinya, produk yang dihasilkan tidak akan
terdampak sisi keamanannya sehingga masih aman diterima konsumen.
• Arti penting kalibrasi jenis ini terletak pada fungsi pemantauan dan monitoring.
• Misalnya alat pengukur suhu, Rh dan tekanan. Di mana, keakurasian peralatan
hanya akan mempengaruhi mutu produk namun tidak mempengaruhi sisi
keamanan dan khasiatnya.

Setiap 2 tahun sekali


3

Alat yang mengalami kerusakan / gangguan


2. Kualifikasi

 “Overview pada kegiatan ini diletakkan pada sistem produksi obat yang sedang berlangsung. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk memastikan bahwa suatu sistem, selalu bisa digunakan sesuai kriteria yang telah
dipersyaratkan.”
2. Kualifikasi

No Jenis Kualifikasi Fungsi

1. K. Desain Membuktikan bahwa desain yang dibuat oleh suatu lembaga sudah

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan pemesan.

2K. Instalasi Membuktikan bahwa semua aspek dari instalasi sudah terpasang
. sesuai dengan pedoman yang digunakan.

3. K. Operasional Membuktikan apakah instalasi yang sudah terpasang dapat


dioperasikan atau tidak.
4. K. Kinerja Membuktikan apakah instalasi yang sudah dapat dioperasikan
tersebut dapat memberikan output yang sesuai dengan harapan.
Misalnya dalam wujud produk sediaan yang memenuhi parameter
mutu, khasiat dan keamanan.
3. Validasi

“Validasi merupakan kajian pemastian mutu yang memiliki scope prosedural atau
 

proses. Sasaran dari kegiatan ini adalah pada prosedur atau proses yang seluruh sistem
yang sudah terkualifikasi dengan baik. “
3. Validasi

 
A. Validasi proses

  “Untuk membuktikan bahwa proses produksi berjalan sesuai dengan parameternya.


Proses yang divalidasi haruslah menggunakan alat yang sudah dikalibrasi dan
dikualifikasi sebelumnya.”
1. Validasi Prospektif: ditujukan untuk produk-produk yang baru dan belum beredar di pasaran. Persyaratan agar
 

produk ini dapat release ke konsumen harus terlebih dahulu lolos pengujian stabilitas selama 6 bulan.

2. Validasi concurrent: digunakan untuk produk yang sudah beredar di pasaran namun ada perubahan-perubahan
 

yang mengharuskan re-validasi atau pengulangan validasi kembali. Perubahan-perubahan yang menjadi alasan
dilakukannya validasi ulang misalnya perubahan formula, perubahan area produksi; proses; dan peralatan mesin, maka
validasi harus dilakukan kembali.

3. Validasi Pilot : validasi ini ditujukan untuk kepentingan pelaporan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan
 

(BPOM) Republik Indonesia. Produk baru yang belum pernah diedarkan dilakukan pengujian stabilitas, lalu dilaporkan
ke BPOM, dengan besar bets minimal 10% dari besar bets komersilnya.
3. Validasi

 
B. Cleaning Validation

  “Untuk membuktikan bahwa prosedur pembersihan yang ditetapkan terhadap alat


produksi mulai dari pengolahan hingga pengemasan benar-benar mampu
membersihkan peralatan dari residu zat aktif obat dan sisa deterjen yang digunakan
untuk membersihkan alat. Kegiatan ini lalu dicantumkan dalam sebuah dokumen”
CONTOH:
Suatu pembersihan misalnya dinyatakan baik jika tidak ada residu yang tertinggal sebanyak lebih dari 10 ppm. Artinya
 

residu yang tertinggal hanya boleh sebesar < 10 ppm. Pelaksanaan validasi pembersihan memerlukan produk marker.
Kajian yang dilakukan untuk menentukan produk marker antara lain:

a) Jumlah % zat aktif pada produk

b) Tingkat kelarutan

c) Minimum Theurapic Dose

d) Letal Dose
3. Validasi

C. Validasi Metode Analisis


  “Untuk menunjukkan bahwa semua metode tetap yang digunakan sesuai dengan
tujuan penggunaannya dan selalu memberikan hasil yang dapat dipercaya.  Jadi,
dalam Validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi adalah SOP (Standard
Operating Procedure) pengujian yang bersangkutan.”

Misalnya, “Validasi Metode Analisa Penetapan Kadar Zat Aktif Ibuprofen dengan Metode
Spektrofotometri UV/Vis”, maka yang divalidasi atau diuji validitasnya adalah Prosedur Tetap
“Penetapan Kadar Zat Aktif Ibuprofen dengan Metode Spektrofotometri UV/Vis”.
4. GMP Complience
1 Pelulusan Produk 2 Keluhan 3 Retur
Lewat e-mail ke divisi pharmacovirgilance Pengujian dari divisi Quality Control
Divisi Quality Assurance meninjau ulang
kesesuaian antara tetapan yang atau divisi Bussinese and Development. produk-produk kembalian tersebut
dicantumkan dalam PPI dengan Keluhan yang sudah disampaikan melalui masih memiliki stabilitas yang baik,
pelaksanaan yang tertera dalam batch disampaikan kepada pihak Quality Assurance maka masih dimungkinkan penjualan
record. < 2 hari Divisi Quality Assurance kemudian kembali dari produk ini. Alur  SCM
melakukan investigasi lalu meninjau sampel staff dan gudang produk jadi 
Change Control tertinggal dari produk yang dikeluhkan.
4 Setiap usulan perubahan mutu produk
diperiksa antara surat jalan atau
harus dituliskan dalam Formulir “change dokumen barang dengan jumlah dan
control form”  akan ditinjau oleh seluruh identitas fisik barang. Supply Chain
bagian terkait dengan perubahan tersebut 5 Recall
Management staff kemudian memberi
 diajukan ke bagian Manajer Quality
label “KARANTINA”
Assurance agar dapat memperoleh a. Critical, Major and Minor
persetujuan.
b. Kelas I, II, dan III 6 PQR / Procedure Qualification Record
Deviasi
7 • Dari segi range, mutu dan hasil Untuk membuktikan kesesuaian dan
• Sifat : sementara; tidak ter-rencana / sebagai fenomena
konsistensi proses.
yang datangnya tidak dapat diprediksi
• Biasanya supervisor dan manajer dari divisi yang Proses pengerjaannya dengan
bersangkutan segera melakukan investigasi dan menggunakan aplikasi dengan
membuat catatan tertulis berupa Deviation Report. output data CPK dan PPK.
• Syarat agar suatu produk dapat tetap release sekalipun
mengalami deviasi adalah pencantuman kejadian ini a. Slow Moving  2 Tahun
dalam “close document”. b. Fast Moving  1 Tahun
A. Pelulusan Produk


Suatu produk dapat dinyatakan lulus jika memenuhi persyaratan mutu seluruh spesifikasi pengolahan dan pengemasan.


Selain itu, setiap batch produksi harus disertai sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang.


Selain itu, kemasan produk dan penandaan pada setiap produk harus memenuhi semua persyaratan sesuai hasil pemeriksaan dari Divisi Pengawasan Mutu.


Kesesuaian antara dokumen dengan produk jadi yang diterima di area karantina juga menjadi pertimbangan dari pelulusan produk. Apabila ada poin yang
belum sesuai dengan persyaratan, maka produk belum dapat diedarkan dan masih berada di area karantina.
B. Change Control

Pada formulir pengajuan perubahan (change control form) harus memuat informasi-informasi yang berkaitan dengan mutu, di antaranya:
 

1. Nama produk
2. Detail perubahan yang diusulkan
3. Dampak yang ditimbulkan dari adanya perubahan
4. Alasan yang mendasari pihak terkait mengusulkan perubahan.

 Pengendalian perubahan berlaku unuk seluruh perubahan (berkurang, modifkasi, diganti, atau bertambah), yang berhubungan tapi tidak trbatas pada:
1. Proses Produksi /Manufactur dan Sistem : Misalnya penandaan , penyimpanan, bahan/produk, pengambilan sampel, pemeriksaan, penyaluran
 
produk
dan lain sebagainya.
2. Fasilitas : misalnya ruangan produksi, laboratorium, gudang bahan, dan produk.
 

3. Utilitas : misalnya sistem pengolahan air, tata udara, gas bertekanan, uap murni.
 

4. Mesin dan Peralatan : misalnya mesin produksi , teknik , utilitas, atau bagian mesin / change part yang konta produk , instrumen pemeriksaan atau
 

pengukuran.
5. Bahan/material : bahan baku dan bahan pengemas termaksut desain bahan pengemas dan lain sebagainya.
 

6. Prosedur : misalnya prosedur pengolahan dan pengemasan , prosedur tetap, prosedur pemeriksaan, spesifikasi material, dan bahan yang kontak produk dll)
 

terutama untuk yang sudah di validasi /dikualifikasi atau sudah rutin dibuat /dilakukn tetapi sistemnya belum tervalidasi.
B. Change Control

Perubahan hanya akan terlaksana apabila mendapat persetujuan dari semua pihak terkait. Perubahan yang sudah disetujui dan diaplikasikan dicantumkan dalam
 

suatu “close document”.

Form yang terdapat pada proses pengendalian perubahan :


 

1. Isi judul, uraian dan jenis/dampak perubahan yang diusulkan


 

2. Alasan perubahan serta kondisi nya saat ini


 

3. Kajian disertai identifikasi risiko perubahan khususnya terhadap mutu


 

4. Kajian terhdap dampak perubahan, hitung nilai indeks risiko (NIR) dan kategori perubahannya
 

5. Mitigasi terhadap dampak risiko yang teridentifikasi.


 

Jika NIR berada pada area yellow atau red (kategori perubahan kritis atau besar. Proses), mitigasi harus dilakukan secara komprehensif/menyeluruh. Jika perlu
 

gunakan laporan pengkajian risiko secara terpisah. Tinjaun dilakukan dari berbagai sisi seperti: Manusia, machine, material, method, millieu, dan measurement.
C. Deviasi

 Deviasi yang terjadi harus dipahami dan dipertimbangkan oleh semua pihak terkait. Deviasi dapat menentukan release/tidaknya suatu produk. Oleh
karena itu, syarat agar suatu produk dapat tetap release sekalipun mengalami deviasi adalah pencantuman kejadian ini dalam “close document”. Artinya,
deviasi sudah mendapat persetujuan dari semua pihak dan sudah diterapkan dalam proses produksi produk terkait.

Penyimpangan dibagi menjadi 2 jenis:


 

1. Penyimpangan yang direncanakan / terkontrol: yaitu penyimpangan yang sudah direncankan sebelumnya. Penyimpangan terjadi karena tidak sesuai dengan
 

spesifikasi, prosedur, standar, atau paarmeter yag tercantum dalam dokumen mutu atau referensi resmi.
2. Penyimpangan yang tidak direncankan / tidak terkontrol: yaitu semua kejadian yang tidak direncakan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, prosedur, standar,
 

atau parameter yang tercantum dalam dokmen mutu atau referensi resmi.

Cakupan penyimpangan adalah sbb:


 

a. Penyimpangan Umum
 

- Produk yang ditolak atau diproses ulang


 

- Produk yang hasil akhirnya diluar batas yang telah ditentukan


 

- Semua penyimpangan terhadap prosedur tetulis yang telah ditetapkan (Protap, PPI, Metode Analisis)
 

-Penimpangan hasl monitoring fasilitas dan sistem (lingkungan,water system, dll)


 

- Perubahan terhadap suatu proses


 

-Semua observasi diluar kejadian rutin yang dapat menimbulkan masalah terhadap kualitas.
 
C. Deviasi

Tingkat risiko penyimpangan :


a. Berdampak kritis : penyimpangan yang memengaruhi mutu obat dan dapat mngakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan konsumen
sampai kematian serta penyipangan yang dapat menyebabkan produk halal menjadi tidak halal:
contoh :
- pencemaran silang bahan atau produk
- kesalahan penandaan /identitas produk
- kesalahan proses prduksi
- produk steril terpapar/ terbuka dia area non steril
- WFI tercemar
- bahan baku atau fasilitas produksi produk halal tercemar / terkontaminasi oleh babi atau turunannya
b. Berdampak Major/Besar: penyimpangan memengaruhi mutu obat tetapi tidak berdampak fatal terhadap ksehtan konsumen:
contoh :
- peralatan ukur utama tidak /terlewat dikalibrasi
- penyimpanan proses tidak didokumentasian dan diselidiki dengan benar
- tidak dilakukan inspeksi pemasok/perusahaan penerima kontrak
- kesruskan mesin pada saat proses produksi
c. Berdampak kecil/ minor : penyimpangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu obat dan tidak berdampak terhadap kesehtan
konsumen
contoh:
- pembersihan gudang yang tidak sesuai jadwal
- permukaan dinding retak
- perubahan besar bets yang tidak siginifikan
- menggunakan 2 jenis bahan kemas sekunder
D. Re-Call

Tingkat risiko penyimpangan dibagi menjadi kategori sebagai berikut:


 

a. Berdampak kritis : penyimpangan yang memengaruhi mutu obat dan dapat mngakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan konsumen sampai kematian serta penyipangan
 

yang dapat menyebabkan produk halal menjadi tidak halal:


contoh :
 

- pencemaran silang bahan atau produk


 

- kesalahan penandaan /identitas produk


 

- kesalahan proses prduksi


 

- produk steril terpapar/ terbuka dia area non steril


 

- WFI tercemar
 

- bahan baku atau fasilitas produksi produk halal tercemar / terkontaminasi oleh babi atau turunannya
 

b. Berdampak Major/Besar: penyimpangan memengaruhi mutu obat tetapi tidak berdampak fatal terhadap ksehtan konsumen:
 

contoh :
 

- peralatan ukur utama tidak /terlewat dikalibrasi


 

- penyimpanan proses tidak didokumentasian dan diselidiki dengan benar


 

- tidak dilakukan inspeksi pemasok/perusahaan penerima kontrak


 

- kesruskan mesin pada saat proses produksi


 

c. Berdampak kecil/ minor : penyimpangan yang kecil pengaruhnya terhadap mutu obat dan tidak berdampak terhadap kesehtan konsumen
 

contoh:
 

- pembersihan gudang yang tidak sesuai jadwal


 

- permukaan dinding retak


 

- perubahan besar bets yang tidak siginifikan


 

- menggunakan 2 jenis bahan kemas sekunder


 
D. Re-Call

Kelas I: bila produk yang dipakai dapat berefek terhadap kesehatan hingga kematian. Misalnya jika produk yang
 

dilabeli halal, namun ada kandungan zat yang kategorinya haram. Selain itu, kecacatan produk dapat berupa NIE
tidak memenuhi standar, terkontaminasi mikroba, dan zat kimia, label tidak sama dengan zat aktif, ketercampuran
produk yang terjadi pada beberapa wadah, kekeliruan kandungan zat aktif dan tidak memenuhi standar halal.

Kelas II: Bila produk menyebabkan penyakit namun efeknya terhadap kesehatan hanya bersifat sementara dan
 

dapat pulih kembali. Penarikan produk yang dikategorikan dalam kelas ini misalnya pada produk steril yang tidak
memiliki jaminan sterilitas, ketidaklengkapan label karena kesalahan cetak dan kesalahan informasi pada brosur.

Kelas III: Bila kondisi kecacatan produk tidak membayakan kesehatan dan tidak termasuk dalam kategori I dan II.
 

Misalnya kekurangan informasi pada brosur yang tidak berkaitan dengan kualitas, keamanan dan mutu. Misalnya
tidak memenuhi spesifikasi waktu hancur, volume terpindahkan atau pH pada sediaan steril.
E. Pelatihan

Jenis-jenis evaluasi dan pelatihan karyawan :


 

A. Materi umum : adalah materi yang bersifat umum menegnai perauran /tata tertip perusahaan , kesehata, dan keselamatan kerja.

B. Materi dasar : adalah materi pelatihan wajib untuk setiap karyawan terutama di departemen manufacturing , baik karyawan baru maupun karyawan lama
mengenai dasar-dasar CPOB-CPOTB- CPKB-CPAKB -CDAKB, sistem jaminan halal HAS 23000, sanitasi dan higine perorangan termkasut mikrobiologi dasar,
dan dokumentasi

C. Materi tambahan : materi tambahan yang diberikan untuk menunjang tugas yang diberkan kpada karyawan serta memperluas wawasan /pengetahun
karyawan terkait pekerjaanya di PT Meprofarm . materi tambaha bisa berasal dari usulan /masukan setiap bagian , regulasi terbaru dibidang kefarmasian, atau
kebutuhan untuk peningkatan kinerja karywan

D. Materi khusus : adalah materi pelatihan wajib yang disesuaikan dengan tugas / job description dari masing-masing karyawan. materi khusus bisa berupa
SOP /Protap , on job training serta pealtihan lainnya yang diberikan dengan metode pelatihan yang cocok.
5. Pengendalian Dokumen

 
“Divisi Quality Assurance memiliki tugas dan wewenang: menyimpan dokumen asli dalam bentuk cetak maaupun soft file;
meregistrasi dokumen dan memberikan penandaan terhadap dokumen asli maupun copy dokumen; mendistribusikan
dokumen ke bagian-bagian terkait; melakukan monitoring serta menarik dokumen yang keabsahannya diragukan.”
lanjutan

Berdasarkan bentuknya:
 

A. Instruksi/Prosedur : Merupakan aturan, Prosedur Tetap, Prosedur Pengolahan Induk, Spesifikasi Dan Metode Pengujian, Protokol Validasi dan lain sebagainya.
 

B. Catatan/ Pelaporan : berupa batch record, Catatan Pengujian Lab, Buku Log, dan Formulir
 

Berdasarkan asalnya :
 

A. Dokumen Internal : dokumen yang dibuat oleh PT. Meprofarm, misalnya Prosedur Pengolahan Induk, Batch Record dan lain sebagainya.
 

B. Dokumen Eksternal : dokumen yang dibuat dari pihak luar perusahaan, misalnya Certificate of Analysis, kompendial, buku mesin, MSDS, Nomor Izin Edar dan
 

lain sebagainya.
lanjutan

Dokumen yang ada di PT. Meprofarm memiliki istilah atau penandaan, atau “STEMPEL” sebagai berikut.
 

ORIGINAL
 
: dokumen asli yang memiliki tanda tangan asli

CONTROLED COPY : dokumen Salinan yang diedarkan dan diawasi keberadaan serta pelaksanaan teknisnya
 

UNCONTROLED COPY
 
: dokumen yang diedarkan namun tidak perlu disertai pengawasan

ACC QA
 
: dokumen yang diperpanjang masa efektifnya setelah habis masanya karena masih relevan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan

OBSOLETE
 
: dokumen yang sudah tidak berlaku lagi

MASTER COPY
 
: dokumen yang dapat diperbanyak.
Pendistribusian Dokumen

 
Registrasi oleh Control Document (CoD).

  Kemudian dokumen ini diperbanyak sesuai dengan kebutuhan dan ditandai sesuai dengan identitasnya untuk selanjutnya
dapat didistribusikan ke bagian-bagian terkait.

  Dokumen yang dapat didistribusikan antara lain dokumen-dokumen dengan label CONTROLED COPY dan MASTER COPY,
di mana master copy memiliki tinta warna hijau yang tertera di setiap halaman. Dokumen dengan keterangan controlled
copy tidak boleh diperbanyak.
Re-View Documents

 
“Semua dokumen berlaku dalam kurun waktu lima tahun sejak tanggal efektif berlakunya.

 
Secara rutin dua bulan sekali, DCC mengirimkan daftar dokumen yang perlu dilakukan revisi.

 
Daftar ini disampaikan kepda pihak-pihak yang terkait dengan dokumen tersebut.”

Kemudian, setiap bagian harus meninjau apakah dokumen itu masih memiliki relevansi dengan kondisi dan kebutuhan terkini
perusahaan atau tidak Jika tidak sesuai, maka pihak terkait akan merevisi dokumen itu  Namun, jika dokumen masih dirasa
relevan, pemanjangan masa efektif dapat diterapkan dengan membubuhkan tanda “ACC QA”, paraf serta stempel pada setiap
halaman dokumen oleh DCC yang bermakna bahwa divisi Quality Assurance menyetujui pemanjangan masa efektif tersebut.

 
Penyerahan “controlled copy” dari dokumen yang hendak diperpanjang harus dilakukan oleh pihak terkait kepada
managemen DCC untuk selanjutnya diberikan penandaan “ACC QA”. Demikian pula dilakukan demikian untuk dokumen aslinya.

  Dokumen yang diberikan perpanjangan artinya akan berlaku kembali untuk periode 5 tahun berikutnya. Peninjauan ke-dua
dimungkinkan terjadi dan bila tidak ada perubahan, tetap harus melalui tahap revisi dan pembaruan.

  Bila dokumen atau protap tidak diperlukan lagi, maka hal tersebut harus disampaikan ke pihak DCC agar dapat dilakukan
penarikan dokumen.
Penarikan Dokumen

Sebelum dokumen yang telah direvisi diedarkan kembali, penarikan dokumen lama harus lebih dulu dilakukan.
 

 Pihak yang dokumennya ditarik harus memberikan paraf persetujuan penarikan dan tanggal pada kolom penarikan pada
Formulir Distribusi dan Penarikan Dokumen.

Harus dipastikan lagi bahwa dokumen yang ditarik benar-benar tidak beredar lagi di lapangan.

Bila saat proses penarikan, dokumen lama tidak dapat ditemukan maka DCC memberikan keterangan “tidak ditemukan” beserta
tanggal di kolom penarikan.

 Dokumen atau prosedur yang sudah selesai ditarik kemudian diberi stempel “OBSOLETE” di bawah stempel “ORIGINAL” nya
kemudian disimpan di data yang terpisah oleh DCC.
Pengendalian Catatan

Semua kegiatan di setiap bagian harus dicatat agar memudahkan proses investigasi dan penelusuran informasi yang penting bagi
 

perusahaan.

  Batch Record disimpan oleh DCC berdasarkan jenis sediaannya menggunakan rak yang diberikan penomoran sebagai identitas.

  Bagian DCC meginventaris setiap catatan dan menyusun daftar catatan sesuai kebutuhannya.

  Semua dokumen atau prosedur dapat dipinjam dan peminjaman tersebut harus dicatat dalam log book atau formulir
peminjaman dokumen.

  Catatan yang sudah habis masa simpannya harus dimusnahkan sesuai dengan ketentuan.
Masa Simpan Dokumen

Dokumen OBSOLETE yang disimpan adalah versi terakhir sebelum dokumen yang berlaku saat itu.
 

 Data soft file disimpan oleh DCC selama waktu 10 tahun.


 

 Catatan tertulis disimpan selama lima tahun setelah tanggal terakhir penggunaan log book oleh bagian DCC.
 

 Semua catatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pemeriksaan bahan awal, catatan pengolahan bets, catatan penambilan
 

sampel, pemeriksaan dan pelulusan bahan awal dan bahan pengemas disimpan selama kurang lebih lima tahun.

 Dokumen terkait validasi proses, dan farmakovirgilans disimpan selama masa Nomor Izin Edar masih berlaku.
Pemusnahan Dokumen

Dokumen yang hendak dimusnahkan harus ditinjau apakah masuk dalam kategori dokumen rahasia atau tidak. Perlakuan masing-
 

masing jenis dokumen akan berbeda.

  Dokumen Rahasia: berupa formula, proses pengolahan induk. Maka dokumen yang berisikan konten ini jika ingin dimusnahkan
haruslah dimasukkan ke mesin penghancur kertas.

  Dokumen terkait mutu produk : berupa spesifikasi, metode pengujian produk jadi, protocol dan pelaporan. Maka dokumen yang
berisikan konten ini jika ingin dimusnahkan haruslah dimasukkan ke mesin penghancur kertas.
6. CAPA

“Corrective Action Preventive Action (CAPA) atau Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan adalah dua bagian penting yang dapat dilakukan
 

untuk menjamin sistem manajemen mutu sehingga dapat mencegah terjadinya kerugian perusahaan. Kegiatan yang dilakukan pada bagian CAPA
yaitu melakukan review dokumen, mengidentifikasi masalah, mencari akar permasalahan, dan mencari cara perbaikan dan upaya pencegahannya,
dan melaporkannya kepada pihak manajemen.”

1. Pihak eksternal : hasil audit dari pihak regulator seperti BPOM, Depkes, Badan Akreditasi (ISO), Toll givers, Toll Receivers, Pemasok, dan
 

Laboratorium.
2. Pihak Internal : hasil audit inspeksi diri sesuai CPOB, audit Halal, dan Internal Audit ISO
 

CAPA umumnya dilaksanakan berdasarkan beberapa hal, yaitu:


 

1.Penanganan perubahan
2.Penyimpangan di luar Lab
3.Penyimpangan di Lab
4.Keluhan produk jadi
5.Keluhan dari pemasok
6.Hasil investigasi
7.Pengkajian mutu produk
8.Produk Recall
9.Hasil kajian risiko
Hasil analisis Tren
10.
lanjutan

Dalam prosesnya pihak QA akan bertanggungjawab untuk melakukan pemantauan atau verifikasi tindakan perbaikan dan tindakan
 

pencegahan. Temuan- temuan Audit diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

1. Temuan kritis
 
: temuan yang mempenagruhi mutu obat dan dapat mengakibatkan reaksi fatal terhadap kesehatan
konsumen sampai kematian.

2. Temuan berdampak Besar (Major / M): temuan yang mempengaruhi mutu obat tetapi tidak berdampak fatal terhadap kesehatan
 

konsumen.

3. Temuan berdampak kecil (Minor/m)


 
: temuan uang kecil pengaruhnya terhdadap mutu obat dan tidak berdampak pada kesehatan
konsumen.
Enough..
Thank you.
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai