00/FRM-04/AKD-SPMI
Disusun Oleh
SULISTIA SURYAMAN
NPM: 212FF05045
HALAMAN PENGESAHAN
PMN RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG
(PERIODE AGUSTUS - SEPTEMBER)
Disusun Oleh
SULISTIA SURYAMAN
NPM: 212FF05045
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana
Menyetujui
Tim Pembimbing
Bandung, 29 September 2022
Preseptor Pembimbing
PMN Rumah Sakit Mata Cicendo Universitas Bhakti Kencana
i
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT Tuhan semesta
alam, atas seizin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis
sampaikan kepada tauladan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah mengubah
peradaban manusia dari peradaban yang terpuruk menuju peradaban yang
sempurna, juga kepada para sahabatnya, keluarganya, tabi’in, hingga umatnya di
akhir zaman.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
kompetensi apoteker di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Bhakti Kencana angkatan XXVII. Laporan ini juga disusun sebagai salah satu
bukti bahwa penulis telah melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Pusat
Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo.
Dalam proses Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini,
banyak pihak yang terlibat dalam membantu penulis baik secara moril maupun
materil. Untuk itu, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Ibu Supaimi dan Bapak Made Suryaman, selaku ibu dan ayah tercinta
dari penulis yang telah menjadi motivasi utama bagi penulis untuk
menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2) Ibu Apt. Dewi Meriana S.Farm. selaku preseptor dari PMN Rumah
Sakit Mata Cicendo yang telah membimbing penulis selama
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PMN Rumah Sakit
Mata Cicendo.
3) Ibu Apt. Ia Nurmayanti M. Farm. Selaku Kepala Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo yang telah memberikan arahan
selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PMN Rumah
Sakit Mata Cicendo.
4) Bapak Dr. apt. Agus Sulaeman, M.Si. selaku pembimbing internal dari
Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana yang telah memberi
ii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Penulis
iii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR ISI
iii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
iv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
v
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR TABEL
vi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran........................................................................................ 57
vii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
SUMPAH APOTEKER
PeraturanPemerintah No. 20 Tahun 1962
viii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
MUKADIMAH
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
ix
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Pasal 8
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
BAB III
Pasal 10
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
x
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Pasal 12
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Ditetapkan di : Jakarta
xi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB I
PENDAHULUAN
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker yang
tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin
Apoteker.
BAB II
TINJAUAN UMUM
xii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
4) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
9) Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
xiii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
13) Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14) Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah
diregistrasi.
xiv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
19) Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau
penyaluran.
BAB III
LANDASAN FORMAL
xv
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB IV
5) Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/atau kerugian pasien.
xvi
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
14) Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
18) Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan
tidak benar.
20) Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang
diperlukan MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran
disiplin.
21) Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan
yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar ataumenyesatkan.
xvii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per
Undang- Undangan yang berlaku adalah :
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa :
xviii
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB VI
PENUTUP
xix
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
xx
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB I
PENDAHULUAN
1
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan kefarmasian. Sedangkan Pelayanan Farmasi Klinik meliputi pengkajian
dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO),
monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO),
dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).
2
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
3
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
4
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
a. Pelayanan Medik
Pelayanan medik sebagaimana dimaksud terdiri atas pelayanan medik
umum, pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis.
Pelayanan medik umum sebagaimana dimaksud merupakan pelayanan
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang meliputi pelayanan
medik dasar. Pelayanan medik spesialis sebagaimana dimaksud merupakan
pelayanan yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
yang meliputi pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan medik
spesialis lainnya. Sedanglan Pelayanan medik subspesialis sebagaimana
dimaksud merupakan pelayanan yang dilakukan oleh dokter subspesialis
yang melakukan pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi.
Adapun sumber daya manusia pada rumah sakit umum berupa tenaga tetap
meliputi :
a. Tenaga medis
b. Tenaga psikologi klinis
c. Tenaga keperawatan
d. Tenaga kebidanan
5
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
e. Tenaga kefarmasian
f. Tenaga kesehatan masyarakat
g. Tenaga kesehatan lingkungan
h. Tenaga gizi
i. Tenaga keterapian fisik
j. Tenaga keteknisian medis
k. Tenaga teknik biomedika
l. Tenaga kesehatan lain
m. Tenaga nonkesehatan.
6
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
a. Tenaga medis
b. Tenaga keperawatan dan/atau tenaga kebidanan
c. Tenaga kefarmasian
d. Tenaga kesehatan lain
e. Tenaga nonkesehatan, sesuai dengan pelayanan kekhususan dan/atau
pelayanan lain di luar kekhususannya
Berdasarkan Pengelolaannya:
1) Rumah sakit publik dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
badan hukum yang bersifat nirlaba.
2) Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang
berbentuk perseroan terbatas atau persero.
Berdasarkan afiliasi atau orientasi pendidikan
1) Rumah sakit pendidikan, meyelenggarakan pendidikan dan penelitian
secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan
kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya
2) Rumah Sakit Non Pendidikan, yang tidak memiliki program pelatihan
residensi dan tidak ada afiliasi dengan universitas.
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan
1. Rumah Sakit Umum
a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) penunjang medik spesialis, 12
(dua belas) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 13 (tiga belas)
subspesialis
b. Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) penunjang medik spesialis, 8
(delapan) spesialis lain selain spesialis dasar, dan 2 (dua) subspesialis
dasar
c. Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan
4 (empat) spesialis penunjang medik.
d. Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.
7
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
8
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
9
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
10
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang
berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau
seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah
Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah
dokter. Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat
diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi
dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Komite/Tim Farmasi dan
Terapi, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat
tertentu yang bermanfaat bagi Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi mempunyai tugas:
a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit;
b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
Rumah Sakit;
c. Mengembangkan standar terapi;
d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang
rasional;
f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah
Sakit.
11
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang telah ditetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga dan ketersediaan di pasaran
II.3.2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
II.3.3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan
12
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
II.3.4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
II.3.5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian
13
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
14
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan
yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat.
II.3.6. Distribusi
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara:
1. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
a. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakaiuntuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
b. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
c. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung- jawab ruangan.
d. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
e. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
2. Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
3. Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan
15
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali
dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap.
4. Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan
menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c. Sistem distribusi Unit
Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap
mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor
stock atau resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh
pasien dengan mempertimbangkan:
a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
b. Metode sentralisasi atau desentralisasi.
16
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
II.3.8. Administrasi
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk
memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi
terdiri dari:
a. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,
pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam
periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).
b. Administrasi Keuangan
Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu
menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan
merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,
pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian
secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
semesteran atau tahunan.
c. Administrasi Penghapusan
Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
17
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar
dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
II.3.9. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama
dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai adalah untuk:
a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit
b. penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta
pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
18
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
19
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
20
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
II.4.5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/ atau keluarga terhadap apoteker. Pemberian
konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-
effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat
bagi pasien (patient safety).
Kriteria pasien yang diberi konseling yatitu:
a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui).
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis (TB, DM, epilepsi,
dll).
c. Pasien yang menggunakan obat-obatab dengan instruksi khusus.
21
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
II.4.6. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik
atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy
Care). Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan
diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan
memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.
22
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis
lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang
terkait dengan kerja farmakologi. MESO bertujuan:
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan;
c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO;
d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki; dan
e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
23
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
24
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB III
Tahun 1942 – 1945 berperan sebagai Rumah Sakit Umum. Sejak tahun 1961
berperan sebagai Rumah Sakit Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.Tahun 1976 menjadi Pusat Kegiatan Bank Mata dan Pusat Kegiatan
Hari Kesehatan Sedunia dengan tema Pencegahan Kebutaan. Tahun 1977 – 1979
menjadi Kantor Riset untuk Pencegahan Defisiensi Vitamin A berkolaborasi
dengan AFOB dan Departemen Kesehatan. Tahun 1978 ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe C oleh Departemen Kesehatan. Tahun 1992 ditetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B Non Pendidikan.
25
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
26
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
27
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
28
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
3. Depo Paviliun
Poliklinik Paviliun merupakan poliklinik yang ditujukan untuk pasien yang
membutuhkan dan menginginkan pelayanan resep degan cepat dengan
pelayanan eksekutif. Depo Paviliun sendiri merupakan tempat pelayanan
obat dan Alat Kesehatan untuk pasien rawat jalan dari rawat inap yang
berasal dari poliklinik paviliun.
4. Depo Farmasi Kamar Bedah (OKB)
Merupakan tempat pelayanan obat dan alat kesehatan yang ditujukan untuk
kebutuhan operasi bagi pasien umum, BPJS, serta kontraktor yang akan
menjalani Operasi. Kamar bedah di RSMC terdiri dari 9 kamar. Setiap
kamar memiliki spesifikasi operasi masing-masing. Depo Farmasi Kamar
Bedah juga menyiapkan beberapa paket khusus atau persediaan di ruangan
(floor stock) sesuai yang dibutuhkan. Tujuannya untuk membantu dan
memudahkan dokter dan perawat dalam melakukan tindakan operasi
kepada pasien.
5. Depo Rawat Inap
Merupakan tempat pelayanan obat dan alat kesehatan yang ditujukan bagi
pasien rawat inap dengan jumlah tempat tidur 112 sebagai fasilitas rawat
inap yang terdiri dari Ruang Anggrek dengan 14 tempat tidur, Ruang
Bougenville 28 tempat tidur, Ruang Cempaka 18 tempat tidur dan Ruang
Dahlia 46 tempat tidur, dan PIE terdiri dari 6 tempat tidur.
30
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
III.3.1 Pemilihan
Pemilihan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di Rumah Sakit Mata Cicendo berdasarkan Formularium Rumah Sakit yang
disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSMC, berdasarkan banyaknya
penggunaan obat tersebut dalam 1 tahun dan berdasar pada standar terapi atau
standar pelayananmedik yang kemudian dibahas dalam rapat TFT dan hasil
rapat dikembalikan ke SMF untuk mendapatkan feedback, setelah itu dilakukan
penetapan daftar obat yang masuk kedalam formularium RSM Cicendo.
Selanjutnya dijadikan acuan dalam pemilihan serta perencanaan perbekalan
farmasi di RS PMN Cicendo.
31
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
III.3.2 Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
III.3.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.Pengadaan yangefektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan hargayang terjangkau dan sesuai standar
mutu (PerMenKes RI No.72 Tahun2016). Sumber dana untuk pengadaan
perbekalan farmasi yang diperlukan pada pelayanan di PMN RSM Cicendo
Bandung yaitu Badan Layanan Umum (BLU). BLU adalah instansi di
lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungaan dan dalam melakukan kegiatannya
berdasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
2. Penunjukan Langsung
Pengadaan perbekalan farmasi dengan metode pemilihan penyedia
barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1 penyedia barang/jasa pada
keadaan tertentu dan bersifat khusus.
3. Pengadaan Langsung
Pengadaan perbekalan farmasi langsung kepada penyedia barang/jasa,
tanpa melalui pelelangan atau seleksi atau penunjukkan langsung dengan
nilai paling tinggi.
III.3.4 Penerimaan
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (PerMenKes
RI No.72 Tahun 2016). Barang-barang diterima oleh Panitia Penerimaan
Barang yang telah dibentuk, kemudian barang tersebut diperiksa kesesuaiannya
dengan surat pesanan. Setelah itu, dilakukan pembuatan Berita Acara
Penerimaan Barang lalu diserahkan kepada Sub Instalasi Gudang yang
selanjutnya siap melayani permintaan barang dari setiap depo unit farmasi di
PMN RSM Cicendo Bandung. Dalam melaksanakan kegiatan penerimaan
barang perlu diperhatikan terhadap dokumen barang yang akan diterima antara
lain: Surat Perintah Kerja (SPK); kontrak; Surat Kiriman Barang (SKB); dan
faktur pengantar barang. Setelah dokumen barang diterima dan diteliti, maka
Kepala Gudang melakukan persiapan rencana penerimaan barang. Kegiatan
penerimaan barang, antara lain: barang yang diterima harus diperiksa dan
dicatat keadaan fisik seperti kemasan, jumlah kemasan, expired date dan dibuat
tandaterima sementara barang baru diterima ditempatkan di tempat tertentu,
terpisah dari barang persediaan; status barang tersebut merupakan barang
titipan yang sepenuhnya masih menjadi tanggung jawab pengirim; Kepala
Gudang memberitahukan kepada Panitia Pemeriksaan Penerima Barang bahwa
barang sudah diterima di gudang dan siap untuk diperiksa; hasil pemeriksaan
oleh Panitia Penerimaan Barang dituangkan dalam Berita Acara Penerimaan
Barang; petugas gudang melakukan pembukuan terhadap barang yang sudah
diterima berdasarakan Berita Acara Penerimaan Barang, dalam buku Harian
Penerimaan Barang.
III.3.5 Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian (PerMenKes RI No.72
Tahun 2016). Penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan
oleh penanggung jawab Distribusi dan Logistik.
34
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
berdasarkan ukuran barang, jenis dan bentuk sediaan barang, jumlah barang
dan sifat barang dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First
Expired First Out(FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi yang penampilan
dan penamaan yang mirip (Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan diberi penandaan khusus. Obat-obat High Alert, disimpan
terpisah dan diberi stiker/label penanda warna merah bertuliskan “High Alert-
Doublecheck”.
III.3.6 Pendistribusian
Pendistribusian perbekalan farmasi di RSMC dilakukan dengan dua jalur
distribusi. Petama, distribusi dari gudang farmasi kepada depo farmasi dan
kedua, pendistribusian perbekalan farmasi dari depo farmasi kepada pasien.
35
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
4. Resep individual
Resep individual merupakan sistem distribusi obat yang pelayanan jumlah
obat dan signa obat yang disiapkan sesuai dengan yang tertulis di resep
dokter. Pelayanan yang menggunakan sistem distribusi ini antara lain
pelayanan resep pasien rawat jalan.
5. Floorstock
Floor stock atau persediaan di ruangan biasanya dilakukan di depo farmasi
bedah dan rawat inap. Untuk di rawat inap biasanya persediaan di ruangan
yang diminta adalah berupa alat kesehatan seperti sarung tangan atau
masker. Sedangkan untuk depo farmasi bedah persediaan di ruangan yang
disediakan adalah alat kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta
injeksi yang disediakan tiapkamar.
Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
36
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
37
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
1. Kejelasan tulisanresep
2. Tepat nama obat, bentuk, kekuatansediaan
3. Tepat waktu dan frekuensipemberian
4. Tepat rutepemberian
5. Tepatdosis
6. Tepatindikasi
38
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Pada bagian bawah resep juga terdapat paraf dari petugas yang melakukan
penangan terhadap resep, mulai dari petugas yang melakukan pengkajian resep
hingga petugas yang memberikan informasi obat.
Pada saat pengkajian resep dan ditemukannya temuan dari ketiga aspek yang
ditelaah, maka petugas segera melakukan konfirmasi dan tindakan yang akan
diambil terkait temuan kepada Dokter penulis resep. Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan langsung menemui Dokter penulis resep maupun melalui
telepon. Setelah kegiatan telaah resep selesai, resep diinput ke dalam sistem
informasi Rumah Sakit dan dilakukan pencetakan etiket resep.
Resep dan etiket selanjutnya akan diserahkan kepada petugas penyiapan obat
agar obat segera disiapkan dan diberi etiket. Sebelum obat disiapkan/diambil
dan diberi etiket, petugas melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap
kesesuain antara resep dan etiket yang dicetak, meliputi identitas pasien
(nama dan nomor rekam medis), nama obat, bentuk sediaan, kekuatan obat,
dan jumlah obat. Setelah obat disiapkan seluruhnya, dilakukan pemberian
etiket meliputi tanggal kadaluarsa obat dan aturan pemakaian obat. Setelah
semua tahap penyiapan obat telah selesai, obat yang telah diberi etiket
diserahkan kepada Apoteker kembali untuk dilakukan pemberian informasi
obat kepada pasien. Sebelum dilakukannya pemberian PIO, Apoteker
melakukan pengecekan terhadap obat yang disiapkan sebelumnya untuk
memastikan bahwa obat dan etiket yang diberikan telah sesuai dengan resep
yang ditulis oleh Dokter.
39
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
40
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
41
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
obat dan pengobatan pasien. Pasien ataupun wali dipersilahkan untuk bertanya
lebih lanjut terkait pengobatan jika terdapat informasi yang dirasa kurang jelas
ataupun terkait informasi lain yang dibutuhkan. Sedangkan untuk pemberian
informasi kepada Dokter dan tenaga kesehatan lainnya dilakukan ketika ada
permintaan dari tenaga kesehatan yang bersangkutan maupun saat
berlangsungnya kegiatan khusus di Rumah Sakit terkait obat dan pengobatan
kepada pasien.
III.4.5 Konseling
Konseling merupakan suatu kegiatan untuk memberikan saran atau nasihat
terkait pengobatan dari Apoteker kepada pasien dan/atau keluarga pasien
(Menkes RI, 2016). Konseling ini dapat dilakukan kepada pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap di Rumah Sakit berdasarkan inisiatif dari Apoteker,
rujukan pasien, maupun atas dasar permintaan dari pasien atau keluarga pasien
(Menkes RI,2016). Kegiatan pemberian konseling yang dilakukan oleh
apoteker bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) dan tentunya meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasien demi tercapainya patient safety
(Menkes RI, 2016). Pada pemberian konseling ini akan terjalin komunikasi
timbal-balik antara Apoteker dan pasien mengenai terapi pasien termasuk
terapi non farmakolgis. Sehingga diharapkan melalui kegiatan konseling ini
dapat meningkatkan kepercayaan antara pasien dan Apoteker, meningkatkan
kemampuan pasien dalam memecahkan masalah terkait terapi, membantu
pasien dalam mengatur dan menyesuaikan pengobatan yang dijalani pasien.
Pada pemberian konseling perlu ditetapkan terlebih dahulu kriteria pasien
yang akan diberikan konseling. Adapun kriteria pasien yang disebutkan pada
Permenkes RI No. 72 tahun 2016 diantaranya ialah pasien dengan kondisi
khusus seperti geriatric, pediatrik, ibu hamil dan menyusui, pasien dengan
gangguan fungsi ginjal; pasien yang menggunakan obat- obatan dengan
instruksikhusus, seperti penggunaan kortikosteroid dengan sistim tappering
down, pasien dengan banyak obat (polifarmasi), dan sebagainya. Selain itu
kriteria pemilihan pasien juga dapat disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit.
Saat ini kegiatan pemberian konseling di Rumah Sakit Mata Nasional
42
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
III.4.6 Visite
Kegiatan visite di Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo dilakukan terhadap
pasien rawat inap oleh Apoteker secara mandiri ataupun terintegrasi bersama
dengan Dokter, perawat, timgizi maupun Apoteker yang didelegasikan oleh
kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Depo Farmasi Rawat Inap
bertanggung jawab terhadap kegiatan visite di Rumah Sakit Mata Nasional
Cicendo.
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat yang dilakukan di Rumah Sakit Mata
Nasional Cicendo hanya dilakukan terhadap efek samping khusus yang sering
terjadi selama penggunaan obat tertentu. Monitoring Efek Samping Obat tidak
dilakukan terhadap semua obat yang terdapat di Rumah Sakit, sehingga
dilakukan pemiliha terhadap obat yang masuk ke dalam kategori obat MESO.
Contohnya, yakni pasien yang menerima pengobatan injeksi metil prednisolon.
Dikarenakan efek yang ditimbulkan dari pemberian injeksi metil prednisolone
ini salah satunya adalah dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Kriteria dilakukannya MESO didapat pada saat pasien rawat jalan melakukan
kontrol kesehatankepada Dokter maupun didapat dari pasien rawat napyang
mendapatkan pengobatan tertentu. Dokter akan menanyakan apakah pasien
merasakan efek tertentu selama menggunakan obat yang diresepkan dan tertulis
pada rekam medik pasien. Apabila ditemukan kejadian efek samping dominan
tertentu, maka kegiatan MESO akan mulai dilakukan dengan mengidentifikasi
semua faktor dan obat yang memungkinkan untuk terjadinya efek samping
tersebut dan melakukan diskusi bersama TFT Rumah sakit terkait penangan
lebih lanjut. Kegiatan MESO ini selanjutnya akan dilaporkan kepada Pusat
MESO Nasional. Untuk data yang akan dilaporkan biasanya adalah efek
samping obat yang terjadi berulang-ulang untuk obat yang sama.
44
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
45
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
dikelolah oleh IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah).Limbah Rumah Sakit pada
umumnya ialah limbah padat dan limbah cair yang terbagi menjadi limbah
infeksiusdan limbah non infeksius.Limbah cair infeksius merupakan limbah yang
berasal dari cairan tubuh pasien, misalnya darah.
Rumah Sakit Mata Nasional Cicendo belum memiliki IPAL sendiri. Oleh karenaitu,
penanganan limbah menggunakan bantuan dari pihak ke tiga khususnya untuk limbah
yang bersifat infeksius.
46
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB IV
TUGAS KHUSUS
EVALUASI KELENGKAPAN RESEP DI DEPO REGULER PMN RUMAH
SAKIT MATA CICENDO PADA BULAN AGUSTUS 2022
47
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
pada bulan Agustus 2022 di depo reguler sebanyak 3.124 resep terdapat resep
yang dinilai tidak lengkap administrasi. Hal ini menjadi dasar evaluasi
kelengkapan resep perlu dilakukan, mengingat tujuan pengkajian kelengkapan
resep menurut Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
kegiatan pengkajian resep adalah untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah terkait obat sebelum obat disiapkan. Setelah dilakukan pengkajian resep,
diharapkan kelengkapan penulisan resep agar lebih diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemberian obat (medication error).
Resep yang diterima oleh depo regular dikategorikan distribusi obat dengan
model kombinasi, karena depo regular adalah depo pusat yang menerima resep
dari semua poli mulai dari poli IGD sampai poli Rawat Inap. Oleh karena itu
resep yang diterima cukup banyak dan durasi jam kerja di depo farmasi regular
lebih lama dibandingkan dengan depo farmasi lain.
Evaluasi resep pada tugas Praktek Kerja Profesi Apoteker kali ini, memiliki
elemen yang akan menjadi nilai dan dihitung mejadi hasil persentase
diantaranya;
1. Identitas Pasien
2. Elemen Pokok (Tanda R/, Kekuatan Sediaan, Jumlah, Signa)
3. Nama Obat
4. Signa prn dituliskan maksimum penggunaannya (bila ada)
5. Bobot Badan Anak
6. Kecepatan Pemberian Infus (untuk infus)
7. Tappering (untuk resep dengan penurunan dosis bertahap)
48
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
EVALUASI SYARAT ELEMEN KELENGKAPAN RESEP PERIODE AGUSTUS 2022 HARI KE-1-31
A B C D E F G H I
Elemen Tappering
Signa prn
Pokok Kecepatan (untuk resep
dituliskan
(Tanda R/, Bobot Badan Pemberian dengan
Identitas maksimum
tgl Perhitungan Kekuatan Nama Obat Anak Infus (untuk penurunan
Pasien penggunaanny
Sediaan, infus) dosis
a (bila ada)
Jumlah, bertahap)
Signa)
1 TOTAL 145 145 145 0 1 0 9
PERSENTASE 100 100 100 0 0,689655172 0 6
2 TOTAL 141 141 141 0 0 0 3
99,295774 2,11267605
PERSENTASE 99,2957746 99,29577465 0 0 0
65 6
3 TOTAL 139 139 139 2 0 0 4
2,87769784
PERSENTASE 100 100 100 1,438848921 0 0
2
4 TOTAL 137 137 137 0 0 0 0
PERSENTASE 100 100 100 0 0 0 0
5 TOTAL 144 144 144 0 0 0 0
PERSENTASE 100 100 100 0 0 0 0
6 TOTAL 30 30 30 0 0 0 0
PERSENTASE 100 100 100 0 0 0 0
7 TOTAL 45 45 45 0 0 0 0
49
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
50
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Tabel 4.1 Hasil Persentase Evaluasi Resep Bulan Agustus Tahun 2022
Keterangan :
1.) Data adalah semua resep yang diterima depo reguler hari ke-1 sampai dengan hari ke-31 pada bulan Agustus 2022.
2.) Nilai Total adalah jumlah dari elemen yang dikonfirmasi “ada” dan diberikan nilai (1) jika dikonfirmasi “tidak ada” diberikan nilai
(0) atau (-).
3.) Nilai Persentase adalah (nilai total elemen / Total resep x 100%).
4.) Total resep adalah jumlah identitas pasien, jumlah resep selama satu bulan adalah (3.124 resep).
5.) Hasil interpretasi kelengkapan resep yang diharapkan adalah > 90%.
52
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Penulisan resep yang lengkap dan jelas akan memudahkan petugas farmasi dalam
menjalankan alur distribusi obat secara cepat dan tepat, kemungkinan terjadi
kesalahan pemberian obat (medication error) sangatlah kecil. Adapun penulisan
nomor RM (Rekam Medis), penulisan RM tersebut untuk memudahkan petugas
mencocokkan nama pasien jika ada nama yang mirip atau rekonsiliasi obat pada
kasus tertentu agar memudahkan petugas dalam mencari data berobat pasien
selain lembar diagnosa dari Dokter. Data yang ditunjukkan hasil evaluasi
kelengkapan resep elemen identitas pasien hanya ada 2 data yang tidak 100%,
tetapi data memenuhi kriteria yang diharapkan >90%. Jika ditinjau dari jenis
penulisan/pembuatannya, resep yang menggunakan e-resep didapati tidak
memasukkan nama pasien, jika penulisan secara manual karena lupa
menempelkan etiket nama pasien atau tidak menulis nama pasien karena pasien
telah menyerahkan kartu berobat cicendo sehingga ada kemungkinan Dokter
tidak/lupa menuliskan nama pasien.
Elemen Pokok (Tanda R/, Kekuatan Sediaan, Jumlah, Signa) merupakan elemen
pokok yang harus jelas dan ada secara lengkap untuk memudahkan petugas dalam
melakukan dispensing obat serta mengecek kembali apakah obat yang diberikan
kepada pasien sudah tepat dan rasional sesuai formularium nasional/formularium
Rumah Sakit Mata Cicendo. Adapun penulisan tanda R/ harus per item obat, hal
ini sesuai dengan Petunjuk Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit Dirjen. Data yang
53
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
diperoleh ada 2 data yang tidak 100% tetapi data memenuhi kriteria yang
diharapkan >90% ada kemungkinan pada penulisan manual tidak diberikan tanda
R/ dengan per-item obat, adapun obat tablet yang tidak diberikan kekuatan
sediaan yang memungkinkan karena sediaanya hanya satu jenis yang dimiliki di
RS Mata Cicendo jadi ada kemungkinan tidak perlu menulis kekuatan sediaan dan
Dokter berasumsi petugas mengerti maksud dari resep yang tanpa ditulis kekuatan
sediaannya. Elemen nama obat semua 100% karena sudah jelas Dokter
memberikan resep berarti akan membuat permintaan obat untuk pasien.
Elemen resep prn (pro re nata) jika perlu adalah elemen yang harus ditulis untuk
obat yang memiliki kemungkinan harus dikonsumsi ketika merasakan keluhan dan
diberhentikan jika sudah tidak merasakan gejala yang tidak nyaman, akan tetapi
untuk antibiotik tidak perlu dituliskan prn karena antibiotik dikonsumsi sampai
habis dalam waktu tertentu sesuai dengan anjuran Dokter.
Elemen pada resep dituliskan Bobot Badan pasien terutama anak, hal ini untuk
memudahkan Apoteker saling mengidentifikasi obat sesuai atau tidak dan
memiliki hitungan yang disesuaikan pada pasien berdasarkan bobot badan, jika di
resep tidak mencapai >90% dan hanya pada resep anak-anak.
Elemen kecepatan pemberian infus dituliskan di resep biasanya untuk pasien
rawat inap untuk menentukan volume dan kecepatan infus menetes per sekian
menit atau detik agar tidak terjadi kesalahan pada tindakan yang dilakukan oleh
petugas kamar rawat inap atau IGD dll.
54
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
yang telah dilaksanakan di PMN RS Mata Cicendo, maka dapat disimpulkan
bahwa kekurangan pada kelengkapan resep terdapat pada resep yang
menggunakan resep manual, akan tetapi kekurangan tersebut diduga tidak ada
unsur kesengajaan dari Dokter dan secara data keseluruhan mencapai data
interpretasi yang diinginkan.
V.2 Saran
Berdasarkan kegiatan PKPA yang telah dilaksanakan di PMN Rumah Sakit Mata
Cicendo, saran yang dapat saya berikan untuk kekurangan dari kelengkapan resep,
dapat memberikan masukan atau menyelipkan pembahasan penulisan resep
manual agar difokuskan pada E-Resep untuk meningkatkan pendataan resep yang
lengkap, karena kelengkapan resep yang baik adalah salah satu elemen pendukung
untuk mempertahankan akreditasi PMN Rumah Sakit Mata Cicendo.
55
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
DAFTAR PUSTAKA
Askia M. Maca, Michael Amon, Oliver Findl, Gunal Kahraman, and Talin
Barisani Asenbauer. 2010. Efficacy and Tolerability of Preservative-
Free and Preserved Diclofenac and Preserved Ketorolac Eyedrops
After Cataract Surgery.Reserved Eyedrops Containing Ketorolac
Or Diclofenac. (Am J Ophthalmol by Elsevier Inc. All rights reserved.)
Back-Brito, GN, V.N.R. El Ackhar, S.M.R. Querindo, S.S.F. Dos Santos, A.O.C.
Jorge, and A.S.M. Reis. 2011. Staphylococcus spp, Enterobacteriaceriae
and Pseudomonaseaceae pral isolates from brazilianHIV-positive patients.
correlation with CD4 cell Counts and Viral Load. J Arch Oral Biol. 56.
56
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
57
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
LAMPIRAN
58
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
Lampiran 4. Alur Distribusi Obat Unit Dosis Pada Pasien Rawat Inap
59
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
CONTOH
60
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
CONTOH
61
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
CONTOH
62
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
CONTOH
63
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
64
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
65
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
66
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
67
02.77.00/FRM-04/AKD-SPMI
68