Disusun Oleh :
Puji dan Syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat,
hidayah, dan kuasa-NYA penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan di Apotek Kimia Farma ini tepat waktu.
Penulisan laporan praktek kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak pada penyusunan laporan praktek kerja ini dapat
memberikan semangat dan dorongan lebih terhadap penulis. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan terhormat kepada:
1. Allah SWT selaku penguasa bumi dan alam semesta ini yang telah
memberikan kesehatan, keselamatan serta memudahkan jalan penulis untuk
menyelesaikan laporan ini.
2. Orangtua dan keluarga tercinta yang telah mendo’akan dan semangat serta
dukungan baik moral maupun materil selama praktek kerja lapangan hingga
terselesaikan laporan praktek kerja lapangan ini.
3. Ibu Elis Susilawati, M.Si.,Apt. selaku Pembimbing di Universitas Bhakti
Kencana Bandung yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga selesainya Laporan Praktik
Kerja Lapangan.
4. Ibu Ika Kurnia Sukmawati, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Diploma
III Universitas Bhakti Kencana.
5. Bapak Bayu Suryana Hanggara, M.H. Kes., Apt. selaku pembimbing di
Apotek Kimia Farma yang telah membantu selama melaksanakan praktek
kerja lapangan.
6. Sahabat-sahabat semua yang telah banyak mendukung dan memotivasi dalam
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini yang tidak bisa disebutkan
satu persatu namanya.
7. Rekan-rekan angkatan 2017 yang sama-sama telah berjuang dan saling
memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir diploma ini.
i
Semoga bantuan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat
balasan yang terbaik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan
laporan ini sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun. Besar harapan penulis agar laporan
praktek kerja ini dapat bermanfaat baik secara umum maupun khusus dibidang
farmasi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
3.1.1 Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero). Tbk .................................. 21
iii
3.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma ................................................. 25
iv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN RESEP ............................................................... 39
LAMPIRAN 2 HASIL PENGKAJIAN RESEP .................................................. 74
LAMPIRAN 3 DATA RESUME KELENGKAPAN RESEP ............................. 75
LAMPIRAN 4 PENGKAJIAN RESEP HARIAN ............................................... 76
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) diantaranya adalah :
1. Meningkatkan pemahaman calon ahli madya farmasi tentang peran, fungsi,
posisi dan tanggung jawab tenaga teknis kefarmasian dalam membantu
apoteker melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon ahli madya farmasi agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis dalam membantu Apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon ahli madya farmasi untuk melihat praktek
farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon ahli madya farmasi dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga teknis kefarmasian yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
3
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai Dengan Tahun 1958 Pada
periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai
bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka
Sekolah Asisten Apoteker Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka
waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten
apoteker ini tercatat 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami
peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan
dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 Sampai Dengan 1967 Pada periode ini meskipun untuk
memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri
farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain
kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga
industri yang dapat bertahan hanya industri yang memperoleh bagian jatah atau
mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama
antara tahun 1960-1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang
suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari
kapasitas produksinya. Oleh karena itu, persediaan obat menjadi sangat
terbatas dan sebagian besar berasal dari luar negeri (import). Sementara itu,
karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik, banyak terjadi kasus
bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.
Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang
penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah
antara lain:
a. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan,
b. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang.
c. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan,
d. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek
Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah
kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8
Juni 1962, antar lain ditetapkan:
4
ii Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari
1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya
antara lain :
i Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
ii Semua izin apotek darurat Ibu Kota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku
lagi sejak tanggal 1 Februari 1964, dan
iii Semua izin apotek darurat di Ibu Kota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-Undang Pokok Kesehatan telah
dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).
5
b. Bangunan
- Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan
orang lanjut usia.
- Bangunan apotek harus bersifat permanen.
- Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari
pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan
bangunan yang sejenis.
c. Sarana, prasarana, dan peralatan
Bangunan apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
- Penerimaan resep.
- Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas).
- Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
- Konseling.
- Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
- Arsip.
Prasarana apotek paling sedikit terdiri atas:
- Instalasi air bersih.
- Instalasi listrik.
- Sistem tata udara.
- Sistem proteksi kebakaran.
6
d. Ketenagaan.
Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh
apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi wajib
memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Permenkes No. 9, 2017).
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis
Kefarmasian (STRTTK) dikeluarkan oleh Menteri yang mendelegasikan
pemberian STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRTTK berlaku
selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.
7
4. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA,
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
5. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
8
c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker.
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari
kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan tim pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan.
4. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang
terdiri atas: tenaga kefarmasian dan tenaga lainnya yang menangani bidang
sarana dan prasarana.
5. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim pemeriksa selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan, atau pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi.
7. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau tim
pemeriksa masih belum memenuhi syarat kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan.
8. Terhadap Surat Penandaan, apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1
(satu) bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
9. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
atau lokasi apotek tidak sesuai dengen permohonan, maka Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat lambatnya
12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan
alasan-alasannya.
10. Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan SIA
melebihi jangka waktu 12 (dua belas) hari, Apoteker pemohon dapat
9
menyelenggarakan Apotek dengan menggunakan BAP sebagai pengganti
SIA.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan, izin apotek
diberikan oleh Menteri yang dilimpahkan kembali ke Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) dan dilimpahkan kembali ke
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Ketentuan dan tata cara perizinan apotek
adalah sebagai berikut:
1. Apotek diselenggarakan oleh pelaku usaha perorangan.
2. Pelaku usaha perseorangan sebagaimana dimaksud yaitu apoteker.
3. Persyaratan untuk memperoleh izin apotek terdiri atas:
a. STRA.
b. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
c. Denah bangunan.
d. Daftar sarana dan prasarana.
e. Berita acara pemeriksaan.
10
2.2 Pengelolaan Apotek
Pengelolaan sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah agar
tersedianya seluruh perbekalan farmasi di apotek dengan mutu yang baik jenis dan
jumlah sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi masyarakat yang
membutuhkan pengelolaan di apotek meliputi pengelolaan terhadap obat dan
perbekalan farmasi, pengelolaan terhadap resep, pengelolaan sumber daya
manusia (Permenkes No.73, 2016).
Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun
2016 meliputi:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan farmasi klinik.
11
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama obat,
nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
e. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out).
5. Pemusnahan dan Penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain
narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh
tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep
selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
12
c. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan BMHP yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
e. Penarikan alat kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal.
Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan
eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan
narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya (Permenkes No. 73, 2016).
13
2.2.2 Farmasi Klinik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016
mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pelayanan farmasi klinik di
apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
klinis.
Kajian administratif meliputi:
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.
b. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan
paraf.
c. Tanggal penulisan Resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Stabilitas.
c. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat.
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat.
c. Duplikasi dan/atau polifarmasi.
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain).
e. Kontra indikasi.
f. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan BMHP termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep
14
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat
(medication error).
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
1) Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep.
2) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
Obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
1) Warna putih untuk obat dalam/oral.
2) Warna biru untuk obat luar dan suntik.
3) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
yang salah. Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara
penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan
etiket dengan Resep).
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dan lain-lain.
15
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
tidak stabil.
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
8) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
apoteker (apabila diperlukan).
9) Menyimpan resep pada tempatnya.
10) Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
swamedikasi. apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan
obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat informasi mengenai
obat termasuk obat resep, obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi obat di apotek meliputi:
1) Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
2) Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
3) Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4) memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi.
5) Melakukan penelitian penggunaan obat.
6) Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
16
7) Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan informasi obat :
a. Topik Pertanyaan.
b. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi obat diberikan.
c. Metode Pelayanan Informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon).
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/menyusui, data laboratorium).
e. Uraian pertanyaan.
f. Jawaban pertanyaan.
g. Referensi.
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data Apoteker
yang memberikan pelayanan informasi obat.
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat
dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali
konseling, apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat
kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health
Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
a. Pasien kondisi khusus.
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis.
c. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus.
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit.
e. Pasien dengan polifarmasi. Pasien menerima beberapa obat untuk indikasi
penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih
dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan
satu jenis obat.
17
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
- Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
Anda?
- Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah
Anda menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh apoteker,
meliputi:
a. Penilaian/pencarian masalah yang berhubungan dengan pengobatan
b. Identifikasi kepatuhan pasien
c. Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan di rumah,
misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin.
d. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.
e. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien.
f. Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
18
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Kegiatan:
1. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
2. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
3. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional
(Permenkes No.73, 2016).
19
3. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas serta data
kesehatan pasien.
4. Melakukan pengelolaan Apotek.
5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.
20
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA
1. PT. Kimia Farma Tbk (Holding); dengan kegiatan utama pada industry, riset
& pengembangan, pemasaran.
2. PT. Kimia Frama Apotek; dengan kegiatan utama ritel farmasi, laboratorium
klinik, klinik kesehatan.
3. PT. Kimia Farma Trading & Distribution, dengan kegiatan utama
perdagangan dan distribusi.
4. PT. Kimia Farma Sungwun Pharmaopeia
21
Visi:
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi
bisnis yang sinergis.
Misi:
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang:
1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk
yang inovatif.
2. Perdagangan dan jaringan distribusi.
3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan ritel farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan.
22
- Innovative
Memiliki cara berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk menghasilkan
produk unggulan berkualitas.
- Customer First
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.
- Accountable
Memegang teguh amanah perusahaan dengan bekerja professional, memelihara
integritas, dan membangun kerjasama.
- Responsibel
Bertanggung jawab bekerja tepat waktu, tepat target, dan menyerahkan hasil
kerja berkualitas dengan menyertakan semangat pantang menyerah dan
bijaksana saat menghadapi masalah.
- Eco-Friendly
Membangun sistem dan perilaku ramah lingkungan.
Komitmen PT Kimia Farma Apotek terhadap brand values sangat tinggi untuk
tetap menjadi market leader jaringan apotek terbesar di Indonesia dengan selalu
meningkatkan mutu dan layanan serta mengembangkan jaringan tidak hanya di
Indonesia tapi juga di negara lainnya.
23
1. Ruang Tunggu
Ruang ini dilengkapi dengan kursi tunggu sehingga dapat memberikan
kenyamanan bagi pasien dan keluarganya menunggu obat yang sedang disiapkan.
Selain itu juga terdapat brosur obat berkaitan dengan kesehatan yang dapat dibaca
di tempat selama pasien menunggu.
3. Swalayan Farmasi
Swalayan farmasi ini merupakan tempat untuk menjual obat-obat bebas
menggunakan konsep swalayan dimana pada swalayan farmasi ini terdapat
gondola yang berisi produk dan obat-obatan yang dijual dengan menggunakan
konsep swalayan. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi diantaranya
adalah obat-obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, produk-produk susu,
suplemen, vitamin, produk untuk kebutuhan bayi, kasa, plester, dll. Obat-obat atau
produk yang dijual di swalayan farmasi ini dikenal dengan sebutan produk HV
(Hand Verkoop)
4. Ruang Peracikan
Ruang peracikan ini merupakan ruang untuk meracik dan menyiapkan obat yang
membutuhkan proses peracikan sebelum diserahkan kepada pasien. Pada ruang
peracikan terdapat peralatan meracik seperti mortir dan stamper, gelas ukur,
spatel, sudip, lap, kertas perkamen, cangkang kapsul, alkohol, tissue dan
sebagainya. Wadah dan kemasan obat plastik disimpan dalam satu laci. Untuk
penyiapan obat-obat jadi, pemberian etiket dan pengemasan dilakukan pada meja
dibagian tengah. Meja tersebut dilengkapi dengan alat tulis, etiket, kemasan
plastik obat, kwitansi, salinan resep, kalkulator, buku defekta, Gudang.
24
3.3.2 Sumber Daya Manusia (Personalia)
Sumber Daya Manusia di Apotek Kimia Farma 14 Cihampelas dipimpin oleh
seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA), 1 orang Apoteker penanggung jawab,
1 orang Apoteker Pendamping dan 5 orang sebagai Asisten Apoteker. Masing-
masing karyawan telah memiliki SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) untuk
Apoteker dan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK)
untuk Asisten Apoteker.
25
2. Menerima resep, memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai
dengan peraturan kefarmasian.
3. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan
resep yang diterima ataupun permintaan pasien.
4. Memberikan harga pada setiap resep yang masuk maupun sediaan yang
dibeli pasien.
5. Menyediakan dan meracik obat sesuai dengan permintaan/resep dokter,
antara lain menghitung dosis untuk racikan, meracik obat, mengemas obat
dan memberikan penandaan (etiket dan label).
6. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
nama obat, jumlah obat, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, aturan pakai,
tanggal dan nomor resep.
7. Membuat kwitansi dan salinan resep bila diperlukan.
8. Melakukan pencatatan barang yang telah dikeluarkan pada kartu stok dan
mencatat persedian barang yang habis atau hampir habis dalam buku
defekta.
9. Melakukan penerimaan barang, mencatat pada kartu stok masing-masing
dan menyimpannya pada tempat yang sesuai.
10. Mencatat dan mebuat laporan-laporan penerimaan dan pengeluaran obat
narkotik, psikotropik, Obat wajib Apotek (OWA), laporan keuangan dan
laporan lainnya.
11. Menyusun resep-resep sesuai dengan nomor dan tanggal untuk disimpan.
Untuk resep tunai dan non tunai (kredit) disimpan terpisah.
12. Melakukan Stok Opname.
1. Perencanaan
26
Perencanaan merupakan kegiatan dalam rangka menetapkan jumlah dan jenis
obat yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Dalam merencanakan sediaan
farmasi dan alat kesehatan perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
budaya dan kemampuan masyarakat.
Perencanaan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma 14 dilakukan
menggunakan:
27
Berikut adalah alur pengadaan dengan metode fore casting di Apotek
Kimia Farma 14 Sindanglaya :
PBF akan mengirim lansung Apotek menerima lembar print out dari BM
barang ke apotek untuk di tanda tangan oleh apoteker
b. Pengadaan Cito
Pengadaan cito dilakukan apabila barang yang diminta tidak ada dalam
persediaan serta untuk menghindari penolakan kepada pasien. Pembelian
barang dilakukan ke PBF dan dapat dikirim pada hari itu juga.
c. Pembelian Mendesak
d. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara Apotek Kimia
Farma 14 Cihampelas dengan suatu perusahaan atau distributor yang
menitipkan produknya untuk dijual di apotek. Setiap bulan dilakukan
pengecekan oleh pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang
terjual, barang yang dijual dapat berupa alat kesehatan, obat-obat baru,
suplemen, atau yang lainnya. Pembayaran dilakukan setelah produk
terjual.
1) Pengadaan Narkotika
Apotek membuat Surat Pesanan (SP) Narkotika sebanyak 4 rangkap
yaitu 1 lembar SP asli dan 3 lembar salinan. Surat pesanan asli
28
diserahkan kepada PBF kemudian 2 salinan tersebut diserahkan
kepada BPOM dan Dinas Kesehatan sementara 1 rangkap salinan SP
disimpan sebagai arsip apotek. Setiap SP hanya berisi satu jenis
narkotika.
2) Pengadaan Psikotropika dan Prekursor
Apotek membuat Surat Pesanan (SP) Psikotropika atau Prekursor
sebanyak 2 rangkap yaitu 1 lembar SP asli dan 1 lembar salinan. Surat
pesanan asli diserahkan kepada PBF kemudian 1 salinan tersebut
disimpan sebagai arsip apotek. Setiap SP boleh memesan beberapa
item psikotropika atau prekursor.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi
secara fisik yang diterima. Barang yang sudah dipesan ke PBF kemudian dikirim
ke Apotek Kimia Farma 14 Bandung oleh petugas pengantar PBF dengan
membawa faktur. Dalam penerimaan barang, hal-hal yang harus dicek adalah:
29
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dengan cara menempatkan
perbekalan farmasi yang sudah diterima dan disimpan ditempat yang aman serta
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia sehingga mutunya tetap terjamin.
30
5. Pemusnahan dan Penarikan
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan Obat
selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat
izin kerja.
Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Padat: dikeluarkan dari kemasan kemudian digerus selanjutnya
ditanam atau dikubur.
- Cair : dilarutkan dengan air kemudian ditanam atau dikubur.
- Semi padat: diencerkan dengan air kemudian ditanam atau dikubur.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau
cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan
resep dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
c. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan BMHP yang tidak dapat
digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
e. Penarikan alat kesehatan dan BMHP dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Menteri.
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau
pengendalian, penyimpanan dan pengeluaran. Pengendalian sediaan farmasi
31
dan alat kesehatan di Kimia Farma 14 dilakukan dengan berbagai cara sebagai
berikut:
a. Kartu stok
Kartu stok dilakukan baik secara manual atau elektronik dipergunakan
mencatat setiap terjadi penambahan barang dan pengeluaran barang. Kartu
stok diletakkan di dalam kotak penyimpanan masing-masing barang.
Pencatatan kartu stok dilakukan dengan mengisi kartu stok yang tersedia
pada setiap wadah masing-masing barang pada saat ada penambahan
maupun pengurangan barang.
b. Uji petik
Uji petik dilakukan setiap hari oleh pegawai yang bertujuan untuk
mengetahui stok fisik barang dengan stok fisik di komputer dengan cara
mengecek 20 macam obat secara acak. Dari hasil uji petik yang dilakukan
ditemukan beberapa obat yang tidak sesuai dengan jumlah fisik obat keluar
maupun lupa dalam mencatat obat yang masuk pada kartu stok dan stok
obat di komputer.
c. Stock Opname
Stock opname bertujuan untuk mengetahui stok akhir fisik barang yang
ada di apotek) yaitu dengan pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik
keseluruhan barang yang ada di apotek pada periode tertentu.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan di Apotek Kimia Farma 14 dilakukan pada setiap proses
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
contohnya seperti surat pesanan, faktur, kartu stok, penyerahan.
Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Pelaporan dilakukan secara
online melalui SIPNAP (Sitem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) melalui
sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Bandung dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat, BPOM setelah melakukan pelaporan melalui online akan
diterbitkan tanda terima pelaporan SIPNAP. Adapun hal-hal yang dilaporkan
mencakup nama sediaan, stok awal obat, jumlah penggunaan obat, dan stok
akhir obat.
32
3.6.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di apotek kimia farma yaitu:
33
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam melakukan
pengobatan oleh diri sendiri. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
pelayanan UPDS adalah pemberian informasi obat. Petugas apotek harus
memastikan bahwa pasien dengan permintaan obat UPDS sudah terbiasa dan
mengetahui cara pemakaian obat tersebut. Jika pasien baru pertama kali
menggunakannya, maka apoteker berkewajiban memberikan penjelasan
mengenai obat tersebut.
Dalam melayani pasien yang melakukan UPDS dilakukan dengan metode
WWHAM. Metode ini digunakan oleh Apoteker untuk menggali informasi dari
pasien meliputi :
1. Who, siapa yang menggunakan obat ?
2. What,apa gejala yang dialami ?
3. How long, berapa lama gejala berlangsung ?
4. Action, tindakan apa yang sudah dilakukan terhadap gejala?
5. Medicine, obat lain yang sedang digunakan?
Kemudian apoteker memilihkan dan menginformasikan obat yang
dibutuhkan sesuai dengan keluhan pasien dengan memperhatikan peraturan
kefarmasian yang berlaku.
34
BAB IV
TUGAS KHUSUS
Pengkajian resep merupakan tindakan yang sangat penting dalan peresepan karena
dapat membantu mengurangi terjadinya medication error. Dimana pengkajian
resep dilakukan oleh apoteker atau tenaga kefarmasian berdasarkan aspek-aspek
pengkajian resep yang telah dtentukan. Pengkajian resep diatur dalam Permenkes
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
1. Aspek administratif
a. Nama, SIP dokter, Nomor telfon dan alamat dokter
b. Tanggal penulisan resep
c. Tanda R/
d. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep
e. Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
35
f. Informasi lainnya
2. Aspek Farmasetik
a. Nama obat
b. Bentuk, jumlah dan kekuatan sediaa
c. Stabilitas
d. Inkompabilitas
3. Aspek Klinis
a. Alergi
b. Efek samping
c. Interaksi obat
d. Ketepatan dosis
Data resume hasil kelengkapan resep dapat dlihat pada tabel Lampiran 3.
𝑅
x 100%
𝑇
Hasil dari data analisis tentang pengkajian resep di apotek kimia farma dapat di
simpulkan bahwa pada aspek administratif kelengkapan 100% terdapat pada
Nama Dokter, Tanda R/ dan Nama Pasien. Sedangkan pada aspek farmasetik
kelegkapan 100% terdapat pada Nama Obat dan Jumlah Obat pada resep.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek lapangan kerja yang telah dilaksanakan di Apotek Kimia Farma
didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran secara nyata mengenai praktek kefarmasian di rumah
sakit. Peran ahli madya farmasi di Apotek Kimia Farma adalah berperan
dalam pengelolaan sediaan farmasi dimulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pelayanan farmasi klinik yang berupa pengkajian dan
pelayanan resep, pelayanan informasi obat. Serta membantu apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian lainnya.
2. Telah memiliki wawasan serta pengetahuan tentang cara pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang kefarmasian sebagai bekal untuk memasuki
lapangan kerja.
3. Telah memahami gambaran nyata mengenai kegiatan kefarmasian di rumah
sakit sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku dan merealisasikan ilmu
yang telah diperoleh kemudian diselaraskan dengan apa yang ada secara
nyata di lapangan.
4. Calon ahli madya farmasi harus siap dalam memasuki dunia kerja dengan
kompeten serta profesional.
5. Memahami dan mengetahui gambaran nyata mengenai permasalah yang
terjadi di pekerjaan kefarmasian secara nyata di apotek.
5.2 Saran
Dikarenakan kondisi dan situasi saat ini yang tidak memungkinkan mahasiswa
melakukan Praktek Kerja Lapangan secara langsung maka dari itu perlu adanya
pengoptimalan dalam memberikan bimbingan secara daring dan terarah agar
mahasiswa dapat mencapai targer pembelajaran secara maksimal.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN RESEP
Pengkajian resep 1
39
Pengkajian resep 2
40
Pengkajian resep 3
41
Pengkajian resep 4
42
Pengkajian resep 5
43
Pengkajian resep 6
44
Pengkajian resep 7
45
Pengkajian resep 8
46
Pengkajian resep 9
47
Pengkajian resep 10
48
Pengkajian resep 11
49
Pengkajian resep 12
50
Pengkajian resep 13
51
Pengkajian resep 14
52
Pengkajian resep 15
53
Pengkajian resep 16
54
Pengkajian resep 17
55
Pengkajian resep 18
56
Pengkajian resep 19
57
Pengkajian resep 20
58
Pengkajian resep 21
59
Pengkajian resep 22
60
Pengkajian resep 23
61
Pengkajian resep 24
62
Pengkajian resep 25
63
Pengkajian resep 26
64
Pengkajian resep 27
65
Pengkajian resep 28
66
Pengkajian resep 29
67
Pengkajian resep 30
68
Pengkajian resep 31
69
Pengkajian resep 32
70
Pengkajian resep 33
71
Pengkajian resep 34
72
Pengkajian resep 35
73
LAMPIRAN 2
HASIL PENGKAJIAN RESEP
NO. Nama Aspek Administratif Aspek Farmasetik
Pasien Nama SIP Alamat No. Tanggal Tanda Umur BB Alamat Paraf Nama Bentuk Jumlah Kekuatan Stabilitas Inkompabilitas
Dokter Dokter Dokter Telp Resep R/ Pasien Pasien Pasien Dokter Obat Sediaan Obat Sediaan
1. Tn. Ateng 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 5 1 0 0
2. John 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 2 1 0 0
3. Tn. Ghossan 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0
4. Ny. Vivi 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 2 0 0 0
5. Pramita 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 2 1 0 0
6. Tn. Pojun 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 0 0 0
7. Zahra Kamila 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0
8. Tn. Anthony 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 1
9. Ny. Daisya 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 2 1 0 0
10. Ny. Adah 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0
11. Cleo 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
12. Tn. Wisnu 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 2 0 0 0
13. Azka 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 2 1 0 0
14. Umsih 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0
15 Ny. Septi 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 3 1 0 0
16. Nadia 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
17. Ny. Liana 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 4 1 0 0
18. Tn. Aripin 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0
19. Ny. Sussy 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 3 1 0 0
20. Kenzie 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
21. Ny. Nurani 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 2 0 0 0
22. Ny. eli 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
23. Zatram 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0
24. Alia Zulfa 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0
25. Nn. Salsa 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
26. Amalena 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0
27. Ny. 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 2 0 0 0
Maesarah
28. Alya Fitria 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 6 1 0 0
29. Tn Yendi 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0
30. Keenan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0
31. Reima 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
32. Ny. Rini 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 5 1 0 0
33. Taqwa 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 4 1 0 0
34. Ms. Juba 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 3 1 0 0
35. Ny. Ade 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 3 1 0 0
74
LAMPIRAN 3
DATA RESUME KELENGKAPAN RESEP
75
LAMPIRAN 4
PENGKAJIAN RESEP HARIAN
Pengkajian Resep A
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten Kec.Arcamanik
RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 29/03/2020
Dokter : dr.Wily
R/ Lansoprazole Tab X
S 2 dd 1 ac
R/ Lacoldin Tab X
S 3 dd 1
R/ Lameson Tab X
S 2 dd 1
R/ Scopma Plus X
S 2 dd 1
Paraf Dokter
Pro : Wulandari
Umur : 34 Tahun
Alamat : Jl Bunga Mass
BB :
A. Kajian Administratif
76
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
77
Pengkajian Resep B
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten Kec.Arcamanik
RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 29/03/2020
Dokter : dr.Lucky
R/ Lameson Tab X
S 2 dd 1
R/ Vitamin C Tab X
S 2 dd 1
Paraf Dokter
Pro : Tn.Yandi
Umur : 30 Tahun
Alamat :
BB :
A. Kajian Administratif
78
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
79
Pengkajian Resep C
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 31/03/2020
Dokter : dr.Faiz
R/ Paracetamol Tab XV
S 3 dd 1
R/ Vitamin B Complex X
S 2 dd 1
R/ Vitamin C X
S 2 dd 1
R/ Neuralgin V
S 2 dd 1
R/ Amoxicilin XV
S 3 dd 1
Paraf Dokter
Pro : Diah
Umur : 32 Tahun
Alamat : Jl Sindang Jaya
BB :
A. Kajian Administrasi
80
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
81
Pengkajian Resep D
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 29/03/2020
Dokter : dr.Wily
A. Kajian Administratif
82
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
83
Pengkajian Resep E
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten Kec.Arcamanik
RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 29/03/2020
Dokter : dr.Cooky
R/ Vomitas Syr No I
S 3 dd 1 C
R/ Sucralfat Syr No I
S 2 dd 1 C
R/ Lameson 4 mg No X
S 2 dd 1
Paraf Dokter
Pro : Miftah Faturahman
Umur : 11 Tahun
Alamat : Jl Babakan
BB :
A. Kajian Administratif
84
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
85
Pengkajian Resep F
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten Kec.Arcamanik
RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 06/04/2020
Dokter : dr.Cooky
R/ Lapicef Syr No I
S 2 dd 1 C
R/ Lasal Expec Syr No I
S 3 dd 1 C
R/ Ryva Syr No I
S 2 dd 1 C
R/ Tremenza Syr No I
S 2 dd 1 C
Paraf Dokter
Pro : Zayyan
Umur :8 Tahun
Alamat : Jl Artur
BB :
A. Kajian Administratif
86
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
87
Pengkajian Resep G
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten Kec.Arcamanik
RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 05/04/2020
Dokter : dr.Annisal
A. Kajian Administratif
88
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
89
Pengkajian Resep H
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 01/04/2020
Dokter : dr.Diana
R/ Lacto B Sach No V
S 3 dd 1 ssch
R/ Cefixime Syr No I
S 2 dd 2,5 ml
R/ Apialys Syr No I
S 1 dd 5 ml
Paraf Dokter
Pro : An. Arisikha
Umur : 2 Tahun 3 Bulan
Alamat :
BB :
A. Kajian Administratif
90
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
91
Pengkajian Resep I
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 29/03/2020
Dokter : dr.Cooky
R/ Loratadine Tab No X
S 3 dd 1 C
R/ Lameson 4 mg Tab No X
S 2 dd 1 C
R/ Zensoderm No II
Sue
Paraf Dokter
Pro : Rocib
Umur : 52 Tahun
Alamat : Jl Cisaranten Kulon
BB :
A. Kajian Administratif
92
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
93
Pengkajian Resep J
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 31/03/2020
Dokter : dr.Ajeng
R/ Na diclofenac 50 mg No X
S 2 dd 1 pc
R/ Sucralfat Syr No I
S 3 dd 2 cth ac
R/ Omeprazole Cap No X
S 2 dd 1 ac
R/ M P 4 mg No VI
S 2 dd 1 pc
R/ Neurodex No IV
S 1 dd 1 pc
Paraf Dokter
Pro : Ny.Nia
Umur : 48 Tahun
Alamat :
BB :
A. Kajian Administratif
94
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
95
Pengkajian Resep K
Klinik Sehati
Jl.Cisaranten Kulon No.123 Kel.Cisaranten
Kec.Arcamanik RT004/007 Kota Bandung
Telp. (022) 63722710
SIK: 445/16982. Dinkes/29-51Q-KL1/IX/18
Tanggal 31/03/2020
Dokter : dr.Faiz
R/ Paracetamol Tab No XV
S 3 dd 1
R/ Vitamin B Comp No X
S 2 dd 1
R/ Neuralgin No X
S 1 dd 1
R/ Amoxicilin Tab No XV
S 3 dd 1
R/ Madu Asy Syifa No I
S 1 dd 1
Paraf Dokter
Pro : Dede
Umur : 33 Tahun
Alamat : Jl Sindang Laya
BB :
A. Kajian Administratif
96
B. Kajian Farmasetik
C. Kajian Klinis
97