Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PUSKESMAS

di

PUSKESMAS KEMBANG TANJONG PIDIE

Disusun oleh:

Warrahmah, S. Farm
2129013118

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS

LAPORAN MANAJERIAL

Disusun OLeh :

Warrahmah, S. Farm
2129013118

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022

ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS

di

PUSKESMAS KEMBANG TANJONG PIDIE

LAPORAN MANAJERIAL

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN

iii
202

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT., yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kembang

Tanjong Pidie. Adapun Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini merupakan

salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Pendidikan Profesi

Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien untuk mencapai gelar

Apoteker.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terimakasih kepada beberapa pihak yang terlibat:

1. Bapak Awaludin, S.E., M.Si., M.M sebagai Ketua Yayasan Apipsu Universitas

Tjut Nyak Dhien yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada

penulis untuk dapat menjalani Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA);

2. Bapak Dr. Irwan Agusnu Putra S.P.,M.P selaku Rektor Universitas Tjut Nyak

Dhien yang telah memberikan kesempatan dan fasitas kepada penulis untuk

dapat menjalani Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA);

3. Ibu Dr. Apt. Nilsya Febrika Zebua, S. Farm, M.Si selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan;

4. Bapak apt. Sumardi, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan

sekaligus sebagai pembimbing PKPA di Apotek yang telah memberi

kemudahan dan fasilitas kepada penulis untuk dapat menjalani PKPA;

iv
5. Ibu apt. Eva Sartika Dasopang., M.Si, sebagai Preseptor mentor yang telah

membimbing dalam kegiatan PKPA Puskesmas serta membimbing dalam

penyusunan laporan PKPA ini.

6. Ibu dr. Zaharamutia selaku Kepala Puskesmas Kembang Tanjong yang telah

memberi izin dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas;

7. Ibu apt. Sri Aryanda., S.Farm selaku Apoteker penanggung jawab (APJ) di

Puskesmas Kembang Tanjong yang telah meluangkan waktu selama ini

memberi bimbingan dan arahan kepada saya selama Praktek dan Penyusunan

Laporan ini.

8. Kepada seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan Staff Puskesmas

Kembang Tanjong atas bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna

perbaikan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Desember 2022

Mahasiswa

vi
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ x
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS ............................................. 4
2.1 Defenisi Puskesmas ................................................................ 4
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang ........ 5
2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas ........................ 10
BAB III TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS KEMBANG TANJONG ... 22
3.1 Profil Puskesmas Kembang Tanjong ...................................... 24
3.2 Fungsi dan Tujuan Puskesmas Kembang Tanjong .................. 25
3.3 Data Umum Puskesmas .......................................................... 26
3.4 Sumber Daya.......................................................................... 28
3.5 Ketenagaan ............................................................................ 28
3.6 Pembiayaan Kesehatan dan Kujungan Puskesmas ................. 28
3.7 Jenis Pelayanan Puskesmas .................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 50
5.2 Saran ...................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 51

vii
LAMPIRAN ................................................................................................. 52

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ketenagaan Di Puskesmas Kembang Tanjong Tahun

2021

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

26 .........................................................................................................................

Tabel 3.1 Jenis Ketenagaan Di Puskesmas Kembang Tanjong Per Desember

2021

................................................................................................................................

28

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kecamatan Kembang Tanjong ..................................... 25

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Bangunan Puskesmas ............................................................................ 52

Lampiran 2 Gudang ................................................................................................. 53

Lampiran 3 Apotek .................................................................................................. 53

Lampiran 4 Resep .................................................................................................... 54

Lampiran 5 LPLPO .................................................................................................. 55

Lampiran 6 Kartu Stok Obat .................................................................................... 56

Lampiran 7 Faktur.................................................................................................... 60

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Indonesia adalah kesehatan yang baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial. Kesehatan

merupakan hak asasi manusia yang termaktub dalam Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 36 Tahun 2009 yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan juga menjadi tujuan dari pembangunan

nasional yaitu tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan

kesehatan memegang peranan yang amat penting dalam meningkatkan kesejahteraan

manusia,dan sebagai sumber daya pembangunan.

Salah satu tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh

masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas menyelenggarakan

upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh

masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat terjangkau oleh pemerintah

dan masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Dalam bidang sarana kesehatan Puskesmas, pelayanan kefarmasian merupakan salah

satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di

Puskesmas harus mendukung tiga tiga fungsi puskesmas, yaitu sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasankesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan

kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatanperorangan dan pelayanan

kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun

2016).

1
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan media yang sangat penting bagi

mahasiswa profesi apoteker untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu dalam

melaksanakan pekerjaan kefarmasian. PKPA merupakan pelatihan yang sangat strategis bagi

mahasiswa profesi apoteker untuk menjadi calon apoteker yang handal dimasa depan dan

perwujudan aplikasi terpadu antara sikap, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh

mahasiswa dibangku kuliah.

Pelaksanaan PKPA di berbagai instansi akan sangat berguna bagi mahasiswa untuk

dapat menimba ilmu pengetahuaan, keterampilan dan pengalaman. PKPA merupakan salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker di Universitas Tjut Nyak Dien,

melalui PKPA ini mahasiswa akan mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berpikir,

menambah ide-ide yang berguna dan dapat menambah pengetahuaan mahasiswa sehingga

dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa yang

ditugaskan kepadanya.

Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui perannya pada lingkup pusat pelayanan

kesehatan masyarakat di pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas

profesinya kelak.Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi

calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja, pengetahuan, gambaran, dan

pemahaman yang lebih mendalam tentang peran apoteker di lingkup pelayanan kesehatan

masyarakat. Oleh karena itu, mahasiswa calon apoteker telah melakukan PKPA di Puskesmas

Kembang Tanjong yang beralamat Jl. Sigli, Kembang Tanjong, Kab. Pidie, Aceh pada tanggal

05 Desember – 31 Desember 2022 guna untuk memberikan wawasan kepada calon apoteker

mengenai perannya di pusat pelayanan kesehatan masyarakat.

2
1.2 Tujuan

Adapun pelaksanaan PKPA di Apotek ini bertujuan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung

jawab apoteker di apotek.

b. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan

pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

c. Mendapatkan pengalaman praktis kepada calon apoteker untuk melihat dan

mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka

pengembangan praktek farmasi.

d. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi

yang professional.

e. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan dan penyelesaian dalam pekerjaan

kefarmasian.

1.3 Manfaat

Manfaat dilaksanakannya PKPA di Apotek antara lain:

1. Dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan tentang peran, fungsi dan tanggung

jawab apoteker di Apotek;

2. Mampu memahani cara pengelolaan Apotek sesuai dengan ketentuan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

3. Menambah pengalaman praktik kerja profesi apoteker dalam mempraktikkan

keterampilan pelayanan klinis terbaik untuk masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Defenisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menaggulangi timbulnya masalah kesehatan

dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatau kegiatan dan/atau serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan

penyakit, pengurangan penderita akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

Menurut Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, bahwa pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

1. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat.

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu

3. Hidup dalam lingkungan sehat

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

4
2.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan Wewenang
2.2.1 Prinsip penyelenggaraan puskesmas

1. Paradigma sehat

Puskesmasmendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya

mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi oleh individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya.

3. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

4. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatanyang dapat diakses dan terjangkau

oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status social,

ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat

guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.

6. Keterpaduan dan kesinambungan.

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP

lintas program dan lintas sector serta melaksanakan system rujukan yang di dukung dengan

manajemen puskesmas.

5
2.2.2 Tugas puskesmas

Tugas Puskesmas adalah melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya

kecamatan sehat.

2.2.3 Fungsi puskesmas

Fungsi Puskesmas adalah

1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

2. Penyelenggraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2.2.4 Wewenang Puskesmas

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKM adalah untuk:

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan

analisis kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

3. Melaksanakan komunikasi, informasi dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan

pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sector lain terkait.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan

berbasis masyarakat.

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia kesehatan.

7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses mutu dan cakupan

pelayanan kesehatan

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan

terhadap system kewaspadaan dini dan respon penaggulangan penyakit.

Wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP adalah untuk:

6
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara koprehensif, berkesinambungan dan

bermutu.

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat.

2.2.5 Organisasi puskesmas

Pola struktur organisasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes/PMK) Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat. Struktur Organisasi Puskesmas paling sedikit harus memiliki:

1. Kepala Puskesmas

2. Kepala sub bagian tata usaha

3. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat

4. Pananggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium

5. Penangung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan

kesehatan.

2.3 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


2.3.1 Sumber daya manusia

Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas adalah

minimal harus dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,

yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah kebutuhan

apoteker di Puskesmas dihitung berdasarakan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun

rawat jalan serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas bila memungkinkan di upayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima

puluh) pasien perhari (Menkes, RI., 2016).

Kompetensi apoteker di puskesmas sebagai berikut:

7
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.

2. Mampu mengambil keputusan secara professional.

3. Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan

menggunakan bahasa verbal, nonverbal maupun bahasa lokal.

4. Selalu belajar sepanjang karier baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan

keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date)

Sedangkan asisten apoteker hendaknya dapat membantu pekerjaan apoteker dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut (Depkes, RI., 2006).

2.3.2 Sarana dan prasarana

Sarana adalah suatu tempat, fasilitas yang secara langsung terkait dengan pelayanan

kefarmasian, sedangkan prasarana dalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak

langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan

kefarmasian di puskesmas diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan,

ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien

(Depkes RI, 2006)

Menurut Permenkes No 74 tahun 2016 tentan Standar pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas , sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas

meliputi sarana yang memiliki fungsi:

1. Ruang Penerimaan resep

Ruang penerimaaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 set meja dan kursi, serta 1

set computer jika memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling

depan dan mudah terlihat oleh pasien.

2. Ruang pelayanan resep dan peracikan

8
Ruang pelayanan resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja

peracikan. Diruang peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan obat, air minum (air

mineral) untuk pengencer, sendok obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, temperature

ruangan, blangko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku

referensi standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar

mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan disediakan

pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

3. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan penyerahan

oabt. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan dengan ruang penerimaan resep.

4. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku

referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku catatan konseling,

formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan pasien, dan lemari arsip, serta 1

(satu) set computer jika memungkinkan.

5. Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur, kelembaban,

ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan kemanan petugas. Selain itu juga

memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi

dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan

khusus nerkotka dan psikotropika, lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,

lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.

6. Ruang arsip

9
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpandokumen yang berkaitan dengan pengelolaan

obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu

tertentu.

Istilah ruang disini tidak harus diartkan sebagai wujud ruangan secara fisik, namun

lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan setiap fungsi tersebut disediakan

ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka apat digabungkanlebih dari 1 (satu) fungsi, namun

harus terdapat pemisahan yangjelas antar fungsi.

2.3.3 Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian, yang dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan,

penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan

evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan

obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan

kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan

melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai meliputi:

1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan Bahan Medis Habis Pakai

(BMHP) untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan

puskesmas. Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

a. Perkiraan jenis dan jumlah obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang

mendekati kebutuhan;

b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional; dan

c. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

10
Perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di puskesmas setiap

periode dilaksanakan oleh ruang farmasi di puskesmas. Proses seleksi obat dan Bahan Medis

Habis Pakai (BMHP) dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi obat

periode sebelumnya, data mutasi obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi obat dan

Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) juga harus mengacu pada daftar obat esensial nasional

(doen) dan formularium nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang

ada di puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang

berkaitan dengan pengobatan.

Proses perencanaan kebutuhan obat per tahun dilakukan secara berjenjang (bottom-up).

Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan laporan

pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO).Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten/kota

akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah

kerjanya, menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu

kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih.

2. Permintaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Tujuan permintaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah memenuhi kebutuhan obat

dan Bahan Medis Habis Pakai di puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah

dibuat. Permintaan diajukan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.

3. Penerimaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) adalah suatu kegiatan dalam

menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi kabupaten/kota sesuai

dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar obat yang diterima sesuai

dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas.

11
4. Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan pengaturan

terhadap obat yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya

adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan.

Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Bentuk dan jenis sediaan

b. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)

c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar dan

d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

5. Pendistribusian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan

penyerahan obat dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi

kebutuhan sub unit/satelit farmasi puskesmas dan jaringannya.Tujuannya adalah untuk

memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas

dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas

b. Puskesmas Pembantu

c. Puskesmas Keliling

d. Posyandu dan

e. Polindes.

12
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan dengan cara

pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum

(dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan puskesmas

dilakukan dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).

6. Pengendalian Obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan

sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan

dasar.Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan

kesehatan dasar.Pengendalian Obat terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan

b. Pengendalian penggunaan

c. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

7. Administrasi

Administrasi meliputi Pencatatan dan pelaporan merupakan rangkaian kegiatan dalam

rangka penatalaksanaan obat dan bahan medis habis pakai secara tertib, baik obat dan bahan

medis habis pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di puskesmas atau

unit pelayanan lainnya.Pencatatan dan pelaporan adalah :

a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai telah dilakukan

b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;

c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dilakukan secara

periodik dengan tujuan untuk:

13
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan obat dan

bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun pemerataan

pelayanan.

b. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

c. Memberikanpenilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan.

2.3.4 Pelayanan farmasi klinik

Pelayanan farmasi klinis merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung

dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien

(Menkes RI, 2016).

Tujuan pelayanan farmasi klinis bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan kefarmasian di Puskesmas

2. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan dan

efisiensi obat dan bahan medis habis pakai

3. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien yang terkait

dalam pelayanan kefarmasian

4. Melaksanakan kebijakan obat di puskesmas dalam rangka meningkatkan penggunaan obat

secara rasional

2.3.4.1Pengkajian dan pelayanan resep

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

2. Nama, dan paraf dokter.

3. Tanggal resep.

14
4. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan.

2. Dosis dan jumlah Obat.

3. Stabilitas dan ketersediaan.

4. Aturan dan cara penggunaan.

5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.

2. Duplikasi pengobatan.

3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.

4. Kontra indikasi.

5. Efek adiktif.

Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan

pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket,

menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.

Tujuan:

1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.

2.3.4.2 Pelayanan informasi obat (PIO)

Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan

informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

lainnya dan pasien.

Tujuan:

15
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan

Puskesmas, pasien dan masyarakat.

2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat

(contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan stabilitas,

harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).

3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

Kegiatan:

1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan pasif.

2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau

tatap muka.

3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.

4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta masyarakat.

5. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan

lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

6. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.

2.3.4.3 Konseling

Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang

berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien.

Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat

kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama

penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan

Obat.

Kegiatan:

1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.

16
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada pasien

dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang dikatakan

dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat

tersebut, dan lain-lain.

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat

4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan

terapi.

Faktor yang perlu diperhatikan:

1. Kriteria pasien:

a. Pasien rujukan dokter.

b. Pasien dengan penyakit kronis.

c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.

d. Pasien geriatrik.

e. Pasien pediatrik.

f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.

2. Sarana dan prasarana:

a. Ruangan khusus.

b. Kartu pasien/catatan konseling.

Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat risiko masalah

terkait Obat misalnya lanjut usia, lingkungan sosial, karateristik Obat, kompleksitas

pengobatan, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana

menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah

(Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat.

2.3.4.4 Ronde/visite pasien

17
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri

atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.

Tujuan:

1. Memeriksa Obat pasien.

2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan

mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.

3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.

4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.

Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi dan

rekomendasi.

Kegiatan visite mandiri:

1. Untuk Pasien Baru

a. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.

b. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian

Obat.

c. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya

dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.

d. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang

mungkin terjadi.

2. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

a. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

b. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

3. Untuk semua pasien

a. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

18
b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam satu buku

yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.

Kegiatan visite bersama tim:

1. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan pasien dan

menyiapkan pustaka penunjang.

2. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien

terutama tentang Obat.

3. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

4. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang

dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal hal yang perlu diperhatikan:

1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

3. Memahami teknik edukasi.

4. Mencatat perkembangan pasien.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya kelanjutan

terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan pelayanan

kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan

kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat.

2.3.4.5 Monitoring efek samping obat (MESO)

Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau

tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan

profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

19
Tujuan:

1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan

frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal atau

yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

1. Menganalisis laporan efek samping Obat.

2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping

Obat.

3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional. Faktor yang perlu

diperhatikan:

a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

2.3.4.6 Pemantauan terapi obat (PTO)

Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat

yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Tujuan:

1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.

Kriteria pasien:

1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

3. Adanya multidiagnosis.

4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

20
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.

2.3.4.7 Evaluasi penggunaan obat

Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara terstruktur dan

berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan

terjangkau (rasional).

Tujuan:

1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.

2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

BAB III
TINJAUAN KHUSUS PUSKESMAS KEMBANG TANJONG

3.1 Profil Puskesmas Kembang Tanjong

21
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut adalah Puskesmas adalah

fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan

upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal.Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yang

di lakukan secara menyeluruh berjenjang dan terpadu.

Puskesmas Kembang Tanjong dibangun pada tahun 2007 dengan luas tanah

puskesmas 1.484 m2 dan luas bangunan 768 m2 melakukan upaya kesehatan yang bersifat

Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif dalam mewujudkan ketiga fungsi pokok dan

tujuan pelayanan. Berdasarkan keempat pelayanan tersebut diatas maka usaha pokok

Puskesmas Kembang Tanjong bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan

perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, jika ditinjau dari system kesehatan nasional

merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut

dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Upaya Kesehatan Wajib meliputi:

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

d. Upaya Kesehatan Sekolah Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan meliputi:

a. Upaya Kesehatan Jiwa. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

22
b. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional. Upaya Kesehatan Kerja.

c. Upaya Kesehatan Olahraga. Upaya Kesehatan Remaja.

d. Upaya Kesehatan Usia Lanjut.

e. Survelen Kesehatan.

f. Upaya P2KK (Penanggulangan Bencana).

3. Upaya Kesehatan Perorangan meliputi:

a. Rawat Jalan.

b. Rawat Inap.

c. Rawat Inap dengan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

d. IGD

4. Upaya pelayanan penunjang dari pelayanan tersebut diatas antara lain upaya

laboratorium serta upaya pencatatan dan pelaporan

2.1.1 Visi Dan Misi

1. Visi Puskesmas Kembang Tanjong Visi Puskesmas Kembang Tanjong adalah

Terwujudnya Puskesmas yang handal dan professional.

2. Misi Puskesmas Kembang Tanjong Dalam mewujudkan Visi tersebut diatas

Puskesmas Kembang Tanjong mempunyai misi antara lain :

a. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia

b. Memberikan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

c. pembangunan berwawasan kesehatan.

d. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.

e. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program

f. Membuat perencanaan berdasarkan data (base evidence).

2.1.2 Tata nilai

Tata Nilai yang diterapkan di Puskesmas Kembang Tanjong yaitu : SEHAT

23
S : Senyum (Petugas melayani pasien dengan wajah ceria)

E : Empati ( Petugas bisa merasakan apa yang dirasakan pasien)

H : Handal ( Petugas mampu memberikan pelayanan sesuai dengan

profesinya)

A : Adil ( pelayanan tidak membedakan masyarakat kaya atau miskin)

T : Terampil ( Petugas memberikan pelayanan sesuai standar

3.2. Fungsi dan Tujuan

2.2.1 Fungsi

Sesuai dengan fungsi pokok Puskesmas, Puskesmas Kembang Tanjong

melakukan 3 fungsi pokok pelayanan yaitu :

1. Melaksanakan dan mengembangkan upaya kesehatan dalam rangka

meningkatkan status kesehatan masyarakat.

2. Mengurangi penderita sakit.

3. Membina masyarakat di wilayah kerja untuk berperan serta aktif dan

diharapkan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan.

2.2.2 Tujuan

1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus meliputi :

a. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelaksanaan pembelajaran

(pendidikan dan pelatihan agar Profesional, produktif dan

berkomitmen.

b. Melaksanakan pelayanan prima.

c. Meningkatkan kepuasan pelanggan

3.3 Data Umum Puskesmas

24
2.3.1 Peta wilayah kecamatan Kembang Tanjong

Rata- rata waktu tempuh untuk ke Puskesmas Relatif mudah antara 5 menit sampai

dengan 60 menit. Batas wilayah kerja puskesmas Kembang Tanjong, Yaitu:

Sebelah utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Mutiara

Sebelah Timur : Kecamatan Glumpang Baro

Sebelah Barat : Kecamatan Simpang

3.4 Sumber Daya

Tabel 3.1 Ketenagaan Di Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2021

Yang ada Status


No Jenis Ketenagaan Kekurangan Keterangan
sekarang Kepegawaian

25
I Puskesmas Induk

1 DOKTER UMUM 3
1 PNS, 1
KONTRAK,
1 BAKTI
DOKTER GIGI 3
2 APOTEKER 1
3 PASCA SARJANA ( 0
S2 )

4 SARJANA( S1/D IV )
a. SKM 12 10 PNS, 2
BAKTI
b. TEKHNOLOGI 0
PANGAN
c. KEPERAWATAN 3 3 PNS
d. KEPERAWATAN 1 BAKTI
GIGI
e. EKONOMI 1 BAKTI
f. KEBIDANAN 8 7 PNS,
1 BAKTI
g. LAIN-LAIN 7 1 PNS,6
BAKTI

5 DIII (D3)
a. AKPER 38 10 PNS, 1
KONTRAK,
27 BAKTI
b. AKBID 63 37 PNS,
26 BAKTI
c. AKL 13 6 PNS,
7 BAKTI
d. AAK 2 BAKTI
e. AKFAR 1 BAKTI
f. AKAFARMA 1 PNS
g. AKFIS 1 PNS
h. AKG 4 1 PNS,
3 BAKTI
i. AKZI 4 1 PNS, 1
KONTRAK,
2 BAKTI
j. REKAM MEDIK 1 BAKTI
k. TEHNIK 4 BAKTI
INFORMATIKA/
KOMPUTER

6 DI Kebidanan 2 PNS
26
a. SPK 8 7 PNS, 1
BAKTI
b. SMF 0
c. SPPH 0
d. SPRG 1 PNS
e. PERKARYA 1 PNS
KESEHATAN
f. SMA / SD 10 6 PNS, 5
KONTRAK

II PUSKESMAS
PEMBANTU
1 SKM 0
2 D4 KEBIDANAN 1 1 PNS
3 AKBID 16 9 PNS, 7
BAKTI
4 AKPER 5 3 PNS, 2
BAKTI
5 AKL 2 2 BAKTI
6 Bidan ( D1 ) 0
7 SMA 1 PNS

IV POSKESDES/
POLINDES
1 AKBID 1 BAKTI
2 AKPER 1 BAKTI
JUMLAH 219
Sumber : Ruang Promkes

3.5 Ketenagaan
Tabel 3.2 Jenis Ketenagaan di Puskesmas Kembang Tanjong Per Desember 2021

No Jenis Tenaga 2021 Ket.


1 Dokter atau Dokter Layanan 2

27
2 Dokter Gigi 3
3 Apoteker 1
3 Perawat 24
4 Perawat Gigi 2
5 Bidan 56
6 Tenaga Kesehatan Masyarakat 10
7 Tenaga Kesehatan Lingkungan 7
8 Tenaga Laboratorium 2
9 Tenaga Gizi 3 1 Kontrak NS
10 Tenaga Kefarmasian 2
11 Tenaga Administrasi 6
12 Pekarya 1
13 Nakes / Non Nakes Lain 5 Kontrak
Daerah
Jumlah 163
Sumber : Bagian kepegawaian Puskesmas Kembang tanjong Tahun 2021

Dari tabel diatas SDM di Puskesmas sebanyak 155 orang yang bersatus Pegawai dan

kontrak sedangkan jumlah seluruhnya sebanyak 216 orang yang juga terdiri dari tenaga

bakti. Jumlah Tenaga Nakes sebanyak 192 dan tenaga non Nakes 24 orang

3.6 Pembiayaan Kesehatan Dan Kunjungan Puskesmas

1. Pembiayaan Kesehatan

Tahun 2021 dilaporkan Puskesmas Kembang Tanjong mempunyai alokasi dan

anggaran dana sebesar Rp.2.117.801.833 Selengkapnya sumber pembiayaan kesehatan

Puskesmas Kembang Tanjong disajikan dalam grafik berikut ini

Grafik 3.1 Pembiayaan Kesehatan Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2021

28
Sumber : Bagian Keuangan Puskesmas Kembang Tanjong tahun 2021

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa sumber anggaran terbesar berasal dari

dana BPJS. Kapitasi BPJS Sebesar Rp.874.763.908, BBM/ Servis Ambulan

Rp.39.053.900, RITP Rp.67.128.000, BPJS Persalinan Rp.392.370.000 dan dana

Operasional Kesehatan (BOK) sebesar Rp.744.486.025 yang digunakan untuk kegiatan

Promotif, Preventif dan Curatif guna tercapainya Target SPM (Standar Pelayanan

Minimal) di wilayah kerja Puskesmas Kembang Tanjong.

2. Kunjungan Pasien Puskesmas Kembang Tanjong Kunjungan Pasien di wilayah kerja

Puskesmas Kembang Tanjong tahun 2020 mengalami penurunan dibanding Tahun

2019. Kunjungan Pasien Tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 3.2 Kecendrungan Kunjungan Pasien Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2020

dan 2021

29
Sumber : P-Care Puskesmas Kembang Tanjong tahun 2021

Grafik 3.3 Komposisi Kunjungan pasien Puskesmas Kembang tanjong Menurut Jenis

Pembiayaan Tahun 2021

Sumber : P-Care Puskesmas Kembang Tanjong tahun 2021

3. Utilisasi Kesehatan Tahun 2021 kunjungan penduduk ke puskesmas sebesar 24.634

kunjungan. Dari total jumlah penduduk sebesar 22.754 jiwa. Jika dihitung cakupannya

kunjungan mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2020. Kunjungan

peserta BPJS 23.917 kunjungan, utilitasnya sebesar 97% dan peserta Askes sebesar 713

kunjungan utilisasinya sebesar 2,8%

30
3.7 Jenis Pelayanan Puskesmas

1. Pelayanan Puskesmas Kembang tanjong Puskesmas Kembang Tanjong merupakan

puskesmas rawat Inap yang jenis pelayanannya meliputi :

a. Poli Umum

b. Poli MTBS

c. Poli KIA / KB

d. Poli Gigi

e. Poli Gizi

f. Apotik

g. Laboratorium

h. Imunisasi

i. Kesling

j. UKS/UKGS

k. Kesjaor

l. Keswa

m. Kesehatan Usila

n. Kespro/PKPR

o. Kestrad/Batra

p. Surveleans

q. Promkes

r. P2M (TB Paru /Kusta, Malaria, DBD, Diare/Kecacingan, Campak)

s. IGD

t. Rawat Inap

u. Ruang Bersalin

31
v. Tata Usaha

w. Rekam Medik (Kartu/Rujukan)

2. Program / kegiatan pelayanan kesehatan

Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan

masyarakat telah dibangun Pusat Kesehatan Masyarakat atau lazim disebut

Puskesmas yang merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota

dibidang pelayanan dasar atau pelayanan tingkat pertama yang berfungsi sebagai:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

b. Pusat pemberdayaan masyarakat

c. Pusat pelayanan Kesehatan Strata pertama secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan yang terdiri dari pelayan kesehatan perorangan dan

pelayanan kesehatan masyarakat.

Puskesmas Kembang Tanjong bertanggung jawab atas wilayah kerja yang

ditetapkan dalam bentuk kegiatan/program yang terdiri dari:

a. Upaya Kesehatan Wajib,meliputi

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

3) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6) Upaya Pengobatan

b. Upaya Kesehatan Pengembangan, meliputi:

1) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

2) Upaya Kesehatan olahraga

3) Upaya Kesehatan Masyarakat (PHN)

32
4) Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (Kesgilut)

6) Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)

7) Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat bersifat upaya inivasi, yakni

upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan.

Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat

visi misi Puskesmas Kembang Tanjong.

Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya

pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan

pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan puskesmas.

Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi masalah yang spesific di daerah

tersebut, maka dapat dijadikan salah satu upaya pengembangan. Disamping

laboratorium dan pencatatan dan pelaporan, pelayanan, penunjang yang lain

adalah:bagian umum dan kepegawaian,kearsiapan,SIK, dan SP2TP, inventarisasi

barang, keuangan dan farmasi.

BAB IV
PEMBAHASAN

33
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit pelaksana

teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes, 2016). Puskesmas Kembang Tanjong memiliki

tenaga kefarmasian sebanyak 4 orang yang terdiri dari 1 Apoteker dan 3 tenaga teknis

kefarmasian.

Menurut Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas menyatakan bahwa penyelengaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas minimal

harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat

dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Rasio untuk menentukan jumlah

Apoteker di Puskesmas adalah 1 Apoteker untuk rawat jalan sebanyak 50 pasien dan untuk 20

bets untuk rawat inap. Puskesmas Kembang Tanjong Pidie memiliki 1 orang apoteker dan

kunjungan pasien perhari rata-rata mencapai 50-60 pasien.

Standar pelayanan kefarmasian yang harus dimiliki oleh Apoteker di puskesmas berupa

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai, serta pelayanan farmasi klinik. Apoteker dan

asisten apoteker di Puskesmas Kembang Tanjong Pidie sudah melaksanakan aspek manajerial

seperti pengelolaan sumber daya yang meliputi SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan serta administrasi dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana

dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Selain itu, pelayanan farmasi klinik telah dilakukan dengan cukup baik yang meliputi

pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat; pelayanan informasi obat.

Persediaan obat di UPT Puskesmas Kembang Tanjong dikelola oleh apoteker

penanggung jawab dan dibantu dengan asisten apoteker. Standar pelayanan kefarmasian di

puskesmas meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dan

pelayanan farmasi klinik, untuk pengelolaan sediaan farmasi dan bahan Medis Habis Pakai

merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan di Puskesmas

34
Kembang Tanjong Pidie meliputi perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.

Sedangkan untuk pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan di Puskesmas Kembang Tanjong

terdiri dari pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat, Pelayanan

Informasi Obat (PIO), untuk konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap),

pemantauan dan pelaporan efek samping Obat, pemantauan terapi Obat, dan evaluasi

penggunaan Obat.

Perencanaan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) di Puskesmas Kembang

Tanjong Pidie berdasarkan data pemakaian obat sebelumnya dengan menggunakan laporan

pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO) sesuai dengan perencanaan kebutuhan

puskesmas dan juga berdasarkan RKO (Rencana Kebutuhan Obat) untuk perencanaan tahunan.

Pemilihan jenis obat dalam proses perencanaan mengacu pada Formularium Nasional.

Formulir LPLPO berisi nomor, nama obat, stok awal, penerimaan, pamakaian, persediaan, sisa

stok, permintaan, dan keterangan. Pada proses perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan

BMHP dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten berdasarkan LPLPO dan RKO yang dibuat

oleh puskesmas.

Penerimaan obat menjadi tugas apoteker penanggung jawab dan dibantu dengan asisten

apoteker. Dalam proses penerimaan harus diteliti dan disesuaikan dengan lembar LPLPO yang

sudah dibuat. Pengecekan obat yang dilakukan, meliputi :

1. Nama obat yang diterima, bentuk sediaan

2. Jumlah

3. Kondisi fisik perbekalan kesehatan (bentuk, warna, keutuhkan, kekentalan),

4. Tanggal kadaluwarsa.

Obat yang sudah diterima akan disimpan digudang obat. Penyimpanan di gudang obat,

diletakkan berdasarkan abjad untuk mempermudah saat pengambilan. Penyimpanan juga

35
menerapkan FIFO dan FEFO agar obat yang waktu kadaluarsanya lebih dekat dapat dipakai

terlebih dahulu. Untuk obat LASA diberikan penanda khusus, untuk meminimalkan kesalahan

saat pengambilan obat. Sehingga hal ini perlu diperhatikan dan dibuat label/stiker LASA untuk

obat kategori LASA. Penyimpanan dilakukan menggunakan rak biasa dan palet. Obat

psikotropika disimpan khusus di rak khusus tertutup dan terkunci, dan selalu menjadi tanggung

jawab apoteker. Untuk obat-obat yang harus disimpan di suhu dingin, seperti vaksin disimpan

di kulkas. Gudang penyimpanan dilengkapi dengan air conditioner (AC) agar suhu tetap

terjaga sehingga kualitas obat terjamin. Obat yang masuk digudang selalu dicatat di buku stok

yang meliputi nama obat, asal/sumber obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa, tanggal masuk

dan keluar, jumlah masuk dan keluar, serta jumlah sisa stok.

Sistem Pendistribusian obat ke apotek, poli gigi, laboratorium, dan ruang inap

dilakukan berdasarkan laporan permintaan. Proses pengendalian obat dipuskesmas terdiri dari

kegiatan pemeriksaan persediaan, pencatatan dan pelaporan. Pengendalian obat hilang, obat

rusak, dan kadaluarsa juga dilakukan puskesmas untuk menjaga ketersediaan obat dan keamaan

penggunaan obat oleh pasien. Sistem pelaporan di puskesmas dilakukan setiap hari diantaranya

menginput pelaporan obat harian apotek, pelaporan obat generik dan POR (Pelaporan Obat

Rasional). Puskesmas melakukan Stock Opname setiap bulannya pada akhir bulan.

Obat yang sudah memasuki masa kadaluwarsa dilakukan pemusnahan. Apoteker

mendata obat yang kadaluarsa dan melaporkannya kepada kepala Puskesmas dan selanjutnya

di laporkan ke Dinas Kesehatan Kota utuk selanjutnya dilakukan pemusnahan.

Secara umum pemberian obat di Puskesmas Kembang Tanjong dilakukan dengan

sistem individual prescribing yaitu dengan menebus obat ke apotek, dengan membawa resep

yang didapatkan dari dokter. Alur distribusi sediaan farmasi ke pasien dimulai dengan

diterimanya resep oleh Apoteker, ditelaah oleh Apoteker, jika ada yang kurang jelas,

ditanyakan ke dokter. lalu asisten apoteker menyiapkan obat. Setelah itu, obat diberikan ke

36
pasien dengan etiket yang jelas serta diberikan konseling terkait penggunaan obat. Obat yang

diberikan kepada pasien tidak dipungut biaya.

4.1.Peran Apoteker di Puskesmas

Peran Apoteker di Puskesmas Puskesmas Kembang Tanjong memiliki satu orang

apoteker yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pengelolaan dan pelayanan

farmasi klinik. Apoteker memiliki kemampuan dalam memimpin, mengelola, dan

mengembangkan pelayanan kefarmasian di puskesmas. Apoteker juga memiliki

kemampuan mengembangkan diri dan bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Dalam

pelayanan farmasi klinik apoteker memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi,

menganalisis, dan memecahkan masalah. Apoteker mampu memberikan pelayanan

kefarmasian, mengelola manajemen praktis farmasi, mampu berkomunikasi tentang

masalah kefarmasian, mampu melakukan pendidikan dan pelatihan serta melaksanakan

penelitian dan pengembangan. Akhir dari segala rangakaian kegiatan apoteker m

ampu melakukan dokumentasi, evaluasi, dan pelaporan terkait pelayanan

kefarmasian.

4.1.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kembang Tanjong

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

a. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan obat di Puskesmas Kembang Tanjong dilakukan dengan

menggunakan metode kombinasi yaitu metode epidemiologi atau melihat pola

37
penyakit di saat – saat tertentu dan konsumsi dari periode sebelumnya. Perecanaan

di Puskesmas Kembang Tanjong dilakukan setiap 1 tahun sekali. Perencanaan yang

dilakukan tidak terbatas pada perencanaan obat saja, melainkan juga keperluan dari

tiap poli yang ada dipuskesmas, misalnya bahan habis pakai, alat kesehatan, serta

reagen untuk di laboratorium. Perencanaan pengadaan tahunan merupakan dasar

pengadaan obat dan alat kesehatan untuk 1 tahun. Jenis dan jumlah maksimal

pengadaan obat dan alat kesehatan didasarkan pada perencanaan tersebut.

Perhitungannya didasarkan pada selisih stok optimum dan sisa stok.

b. Permintaan

Pengadaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Kembang Tanjong dilakukan

dengan mengajukan permintaan ke Dinas Kesehatan Pidie. Permintaan obat dan alat

kesehatan dilakukan dengan menggunakan lembar LPLPO yang dilakukan 1 bulan

sekali, pada awal bulan. Jika sebelum periode pengadaan yang selanjutnya ada obat

atau alat kesehatan yang habis, maka bisa dilakukan permintaan ke Dinas Kesehatan

dalam bentuk surat Rekomendasi. Selain permintaan rutin, puskesmas juga dapat

mengajukan permintaan khusus di luar jadwal distribusi rutin jika kebutuhan

meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat

rusak, dan kadaluwarsa. Kegiatan utama dalam permintaan dalam pengadaan obat

baik di puskesmas adalah menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai

dengan kebutuhan, mengajukan permintaan kebutuhan obat kepada Dinas Kesehatan

Kota/Kabupaten dan UPT Farmasi dan Alat Kesehatan dengan menggunakan

LPLPO, serta penerimaan dan pengecekan jenis dan jumlah obat. Metode yang

digunakan dalam pengadaan obat di Puskesmas Kembang Tanjong adalah sesuai

dengan kebutuhan dan pola penyakit dengan menggunakan LPLPO kemudian ke

dinas kesehatan (UPT Farmasi dan Alat Kesehatan kabupaten/kota).

38
c. Penerimaan

Obat dan alat kesehatan yang datang dari Dinas Kesehatan kemudian dilakukan

pemeriksaan sebelum barang diterima oleh pihak Puskesmas yaitu Apoteker.

Pemeriksaan barang meliputi:

1) Kesesuaian jumlah dan jenis obat dan alat kesehatan.

2) Kemasan fisik setiap obat.

3) Tanggal kadaluarsa.

Tanggal kadaluarsa yang pendek dan tidak mungkin untuk digunakan dalam

waktu dekat maka obat dapat di tolak dan dikembalikan.

4) Stabilitas setiap obat

d. Penyimpanan

Setiap obat dan alat kesehatan memiliki kartu stok yang digunakan untuk

mencatat jumlah obat yang diterima dan dikeluarkan. Pencatatan kartu stok

dilakukan setelah obat diterima ataupun obat dikeluarkan. Pencatatan kartu stok

meliputi tanggal, nomor, dari/kepada, jumlah obat masuk, jumlah obat keluar,

jumlah yang tersisa, tanggal kadaluarsa (ED), keterangan, dan paraf petugas. Gudang

farmasi di Puskesmas Kembang Tanjong ini terletak di bagian tengah Puskesmas

dan sudah memenuhi beberapa persyaratan gudang, yaitu:

1) Ruangan tersendiri

2) Cukup aman, kuat, dan dapat dikunci

3) Tidak terkena sinar matahari langsung

4) Telah memiliki AC (air conditioner)

5) Memiliki cahaya yang cukup

6) Lantai terbuat dari semen/keramik, dan bersih.

39
Obat dan alat kesehatan yang telah diperoleh dari Dinas Kesehatan, kemudian

disimpan di gudang farmasi puskesmas. Jumlah obat datang dituliskan pada kartu

stok masing-masing obat sebagai stok masuk dan dihitung jumlah persediaan total

obat yang ada (sisa stok + obat yang baru datang). Setelah menulis kartu stok, obat-

obat dan alat kesehatan disimpan pada tempatnya masing-masing dengan sistem

FEFO (obat yang datang lebih awal dan cepat ED diletakkan pada posisi mudah

dijangkau untuk dikeluarkan terlebih dahulu), bentuk sediaan, dan alfabetis. Obat-

obat dan alat kesehatan yang stabil pada suhu ruangan disimpan di almari dalam

gudang, vaksin disimpan di lemari es dimana suhu dikontrol setiap hari (suhu

penyimpanan 5 oC), obat-obatan sirup dipisahkan dengan obat-obatan tablet, dan

obat-obatan yang stabil suhu dingin disimpan di lemari es. Penyimpanan alat

kesehatan diletakkan dalam almari yang terpisah dengan obat. Puskesmas Kembang

Tanjong sudah memiliki tempat penyimpanan khusus obat jenis

narkotika/psikotropika.

d. Pendistribusian

Distribusi obat dan alat kesehatan dari gudang obat Puskesmas Kembang

Tanjong dilakukan ke beberapa sub unit pelayanan kesehatan, seperti:

a. IGD (Instalasi gawat darurat)

b. Poli Gigi

c. Laboratorium

d. Homecare

e. Ruang Inap

f. Apotek

Sesuai permintaan yang menggunakan surat permintaan kemudian petugas

Apotek akan mencatat obat-obatan dan alat kesehatan yang diserahkan kepada sub

40
unit pelayanan kesehatan tersebut pada buku pemakaian obat harian. Kegiatan

pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sub unit kesehatan tidak

menggunakan LPLPO tapi menggunakan laporan permintaan.

Mahasiswa terlibat secara langsung dalam distribusi obat ke ruang pelayanan

rawat jalan dan puskesma pembantu. Ditribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas

Kembang Tanjong adalah dengan sistem individual prescribing dan floor stock.

Sistem individual prescribing dilakukan untuk pasien rawat jalan. Distribusi floor

stock dilakukan untuk obat, alat kesehatan, dan bahan habis pakai yang diperlukan

di poli umum, Rawat Inap, Poli Gigi, IGD, Laboratorium, dan Apotek pada waktu

tertentu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Namun, bila terjadi kehabisan

stock obat, maka distribusi akan dilakukan pada saat itu juga. Distribusi obat ke

Puskesmas Pembantu (Pustu) Kembang Tanjong dilakukan ketika ada permintaan

dari Pustu. Jumlah distribusi obat dan alat kesehatan tersebut sesuai dengan

kebutuhan dan tingkat penggunaan obat Pustu. Pengambilan obat ditulis pada buku

pengambilan obat Pustu. Pada pelayanan rawat jalan, setiap hari mahasiswa dan

apoteker melakukan pengecekan stok obat di rak penyimpanan obat rawat jalan.

Obat yang menipis dicatat dan kemudian dilakukan pengambilan obat ke gudang

farmasi puskesmas. Obat diberikan kepada pasien yang datang sesuai dengan

resepnya.

e. Pengendalian

Pengendalian obat dan alat kesehatan di Puskesmas dilakukan dengan menggunakan

kartu stock, sistem FEFO untuk meminimalkan jumlah obat dan alat kesehatan yang

rusak dan kadaluarsa, dan pembatasan jumlah obat yang diberikan untuk sekali

41
penebusan resep. Kartu stock digunakan untuk mencatat jumlah dan tanggal obat

masuk, keluar, dan yang tersisa di dalam gudang setiap kali obat keluar dari gudang,

sehingga dari gudang bisa di pantau mana obat yang memiliki perputaran yang

tinggi, obat yang memiliki perputaran yang rendah (slow moving), atau obat yang

mengalami dead stock (kondisi dimana obat tidak pernah diorder atau hanya di

gudang selama 3 bulan) seperti obat cacing (phyrantel) hanya dikeluarkan jika ada

program tertentu seperti program di SD untuk mengatasi murid yang cacingan.

Contoh obat – obat yang slow moving di Puskesmas Kembang Tanjong adalah

Asiklovir tablet 200 mg, Asiklovir 400 mg, Alpara, Asam Tranexamat, PTU,

Eritromisin, Kotrimoksazol, Doksisiklin, Ketokonazol, Siprofloksasin,

Metronidazol, Metilergotamin, Metoklopramid, Nifedipine, dan Spironolakton. Hal

tersebut dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pengadaan obat dan alat

kesehatan tahunan, jenis, dan jumlah obat kesehatan yang diadakan serta

penghapusan jenis obat dan alat kesehatan dari daftar pengadaan obat dan alat

kesehatan. Untuk mengendalikan persediaan obat dan alat kesehatan di puskesmas,

apoteker didampingi 2 asisten apoteker dan mahasiswa melakukan pencatatan obat

keluar setiap hari pada kartu stok.

Obat yang masuk dari Dinas Kesehatan atau sumber lain juga selalu dicatat pada

kartu stok masing-masing obat. Selain itu, dilakukan juga pendataan penggunaan

masing-masing obat per hari secara komputerisasi melalui program Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS adalah suatu aplikasi yang

dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola data rekam

medis pasien, digunakan untuk melihat profil dari pasien puskesmas dan mendukung

berbagai keputusan dengan melihat data-data yang dimiliki oleh puskesmas.

SIMPUS juga membantu Puskesmas dalam menyusun laporan-laporan rutin

42
bulanan, baik untuk keperluan internal puskesmas, ataupun untuk pelaporan ke

Dinas Kesehatan.. Oleh karena itu, SIMPUS sangat mendukung kegiatan puskesmas

dalam pelayanan dan menajemen karena merangkum semua kegiatan pelayanan

kesehatan di puskesmas baik yang bersifat kuratif, preventif, maupun promotif.

SIMPUS Puskesmas Kembang Tanjong terkait dengan seluruh bagian di dalamnya

dan sudah berbasis web. Jadi semua data mulai dari pendaftaran sampai farmasi ada

pada SIMPUS ini. Walaupun telah dilakukan pencatatan obat dan alat kesehatan

keluar masuk baik secara manual maupun komputerisasi, apoteker tetap selalu

mencocokkan data dengan stok sebenarnya setiap akan melakukan perencanaan

permintaan obat untuk menghindari terjadinya stok menumpuk dan obat ED.

Pengecekan jumlah obat secara keseluruhan dilakukan setiap akhir bulan oleh

Apoteker dan Asisten Apoteker. Kegiatan ini disebut sebagai stock opname. Selain

menghitung jumlah obat yang tersisa di rak dan mencocokkan dengan kartu stock,

stock opname juga sekaligus digunakan untuk mengecek ED dari masing-masing

obat. Pengendalian obat dilakukan setiap 3 bulan. Reagen – reagen kimia yang ada

di Laboratorium dilakukan pengecekan setiap bulannya untuk memastikan belum

mencapai ED.

g. Pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan

Tugas selanjutnya dari seorang Apoteker di puskesmas adalah mengerjakan

pencatatan dan pelaporan terkait pengelolaan obat. Pencatatan yang harus dilaporkan

antara lain Laporan Penggunaan Obat Generik, Laporan Penggunaan Obat Harian,

Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR), Laporan Penggunaan dan Lembar

Permintaan Obat (LPLPO). Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kembang

Tanjong terdiri dari pencatatan dan pelaporan harian dan bulanan. Pencatatan harian

meliputi pencatatan jumlah item obat untuk mencatat stok akhir penggunaan obat di

43
apotek pada buku catatan obat harian, setiap akhir pelayanan petugas mencatat

jumlah penggunaan obat di ruang farmasi berdasarkan buku catatan obat harian di

kartu stok obat harian di apotek. Pencatatan dan pelaporan bulanan antara lain

mencatat jumlah pengeluaran setiap jenis obat, setiap awal bulan petugas

menyiapkan data laporan obat dengan menggunakan obat format LPLPO untuk

diserahkan kepada Kepala Puskesmas, melakukan pengisian jumlah resep yang

diterima selama satu bulan, melaporkan hasil pengisian LPLPO 2 pada Kepala

Puskesmas untuk diteliti dan ditandatangani untuk selanjutnya diserahkan kepada

Dinas Kesehatan. Untuk melaporkan penggunaan obat generik, kumpulan lembar

resep yang dilayani setiap hari dilihat kembali pada akhir pelayanan dan dihitung

jumlah total obat yang dikeluarkan pada hari tersebut. Dari total obat tersebut,

dihitung persentase obat generik yang digunakan.

Administrasi resep di Puskesmas Kembang Tanjong dilakukan berdasarkan kategori

sebagai berikut:

a. Resep umum

b. Resep askes.

c. Resep Jamkes dan BPJS.

Pengelolaan Administrasi di Puskesmas Kembang Tanjong dapat dilakukan oleh

Mahasiswa melalui pengelolaan administrasi baik secara langsung, melalui tugas

maupun hanya melihat proses pengelolaan administrasi. Pengelolaan administrasi

yang dilakukan antara lain:

1) Pengarsipan resep dan pengarsipan catatan pengobatan pasien dilakukan

menggunakan SIMPUS yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah diberi

pengajaran terlebih dahulu oleh apoteker.

44
2) Penggolongan jenis resep bardasarkan status pasien (umum/uks/jamkesmas dan

gratis/jamkesos/ibu hamil).

Pencatatan barang masuk dan keluar dalam kartu stok gudang. Pencatatan

barang masuk bervariasi, ada yang dicatat per jumlah kardus dan ada yang

dicatat per satuan.

h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan

Pemantauan dan evaluasi obat dan alat kesehatand ilakukan sebulan

sekali dengan melakukan inspeksi pada obat dan alat kesehatan di setiap poli.

Pada saat inspeksi yang dilihat yaitu tanggal kadaluasa obat dan alkesnya.

Sedangkan monitoring dan evaluasi secara keseluruhan melalui pertemuan

antara Apoteker – apoteker Puskesmas di Pidie dengan Dinas Kesehatan Pidie

yang dilakukan setiap tahun. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai

sejauh mana proses berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

4.1.2 Pelayanan Farmasi Klinik

1. pengkajian resep, penyerahan Obat, dan pemberian informasi Obat

Pengkajian dan Pelayanan Resep Dalam penerimaan resep, diperlukan pemahaman

isi resep. Pembacaan resep hendaknya dilakukan dengan cermat meliputi nama dan

umur pasien, nama obat, jenis dan bentuk sediaan, dosis, cara pemakaian dan aturan

pemakaian. Di Puskesmas Kembang Tanjong umumnya hanya melakukan

pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

cara dan lama penggunaan obat, pertimbangkan klinik, seperti alergi, efek samping,

interaksi dan kesesuaian dosis, konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan

keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia karena data-data tersebut sudah

lengkap tersimpan di sistem.

45
Beberapa masalah yang terjadi pada alur penerimaan resep antara lain:

a) Penulisan resep yang tidak dapat terbaca. Hal ini jarang terjadi di Puskesmas

Kembang Tanjong, dikarenakan apoteker telah terbiasa dengan tulisan

dokter di puskesmas tersebut dan adanya penyesuaian dengan diagnosis

oleh dokter yang ditulis pada resep sehingga dapat mempermudah apoteker

dalam mengidentifikasi nama obat yang dimaksud.

b) Obat yang diminta dalam resep tidak ada. Apabila obat yang diminta tidak

ada, apoteker dapat mengkonsultasikan obat alternatif atau pengganti

kepada dokter pembuat resep. Hal ini terjadi apabila dokter puskesmas

meresepkan obat yang memang diperlukan pasien tetapi stok obat tersebut

habis, obat tidak termasuk dalam daftar obat yang tersedia di puskesmas

atau kemungkinan saat itu obatnya sedang mengalami expired date.

Penyiapan obat di Puskemas Kembang Tanjong terdiri atas penyiapan obat non-

racikan dan racikan. Obat non racikan terdiri atas sediaan obat berupa tablet, kaplet,

kapsul, sirup, salep, tetes mata atau telinga, supositoria dan obat vaginal. Obat racikan

yang sering diresepkan oleh dokter di Puskesmas Kembang Tanjong yaitu puyer

(pulveres). Pengambilan kapsul atau tablet dalam botol (yang tidak berbungkus seperti

strip atau blister) harus dilakukan dengan sendok. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

kontaminasi silang antara obat satu dan yang lainnya akibat adanya kontak tangan

langsung dengan tablet atau kapsul. Obat yang telah diambil dimasukkan dalam plastik

dan diberi etiket. Sisa obat disimpan kembali ke dalam wadah semula dan meja kerja

kembali dibersihkan

2. Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

Penyerahan obat di Puskemas Kembang Tanjong telah memenuhi standar Pedoman

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Petugas memeriksa kembali obat yang akan

46
diserahkan, menyerahkan obat dengan sopan dan ramah, memastikan siapakah

penerima obat dan memberikan informasi terkait dengan obat Pelayanan obat di

Puskesmas Kembang Tanjong menerapkan etika pelayanan kesehatan dengan baik.

Pasien dilayani tanpa membedakan status sosial, golongan, agama serta

pengetahuannya yang terbatas. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan dengan

sopan menggunakan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Aceh (biasanya untuk pasien

lanjut usia, yang biasanya menggunakan bahasa Aceh). Umumnya kepada pasien

lanjut usia, petugas menggunakan Bahasa Aceh yang halus untuk menyampaikan

informasi obat). Hal ini dilakukan agar pasien menerima informasi dengan baik dan

tidak terjadi kesalahpahaman informasi. Penyampaian informasi mengenai efek

samping dilakukan secara hati-hati agar pasien tidak takut dan tetap mematuhi

penggunaan obat tetapi mengerti akan efek samping yang dapat ditimbulkan.

Di Puskesmas Kembang Tanjong, mahasiswa PKPA melakukan pelayanan obat

mulai dari penataan dan penyiapan obat yang dibutuhkan pasien, menerima resep,

melakukan skrining resep, menyiapkan dan meracik obat, menyerahkan obat ke pasien

dan pemberian informasi obat ke pasien. Semua kegiatan dilakukan di bawah

bimbingan dan pengawasan dari apoteker. Sebelum pelayanan resep dimulai,

mahasiswa PKPA menyiapkan obat-obatan terlebih dahulu dengan mengeluarkan obat

dari almari untuk diletakkan di atas meja dekat pelayanan.

Selain menyerahkan obat, mahasiswa juga bertugas untuk memberikan

konseling khusus untuk pasien yang mengalami penyakit hipertensi, diabetes, dan

obat-obatan dengan sediaan khusus seperti suppositoria, salep mata, tetes mata dan

tetes telinga. Mahasiswa diminta untuk memberikan konseling dan

mendokumentasikan apa yang disampaikan pada catatan pengobatan pasien.

3. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Obat


47
Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan terapi

obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi serta meminimalkan

efek samping. Evaluasi penggunaan obat rasional dilakukan untuk mengevaluasi

penggunaan obat secara terstruktur dan berkesinambungan serta menjamin obat yang

digunakan pasien tepat indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Proses

monitoring dan evaluasi penggunaan obat rasional di Puskesmas Kembang Tanjong

dilakukan setiap tiga bulan sekali dengan mengadakan rapat yang dihadiri oleh kepala

puskesmas, dokter umum, dokter gigi, apoteker, bidan, dan perawat. Rapat ini

diadakan untuk mengetahui beberapa hal sebagai berikut :

1) Peringkat obat yang sering diresepkan oleh dokter.

2) Diperiksa kembali terkait obat yang diresepkan oleh dokter tersebut sudah sesuai

atau belum indikasinya dengan penyakit yang diderita pasien,

3) Penggunaan antibiotik di Puskesmas Kembang Tanjong terkait peningkatan atau

penurunan jumlah penggunaan dan rasional atau tidaknya antibiotik tersebut

dengan penyakit yang diderita pasien. Penggunaaan antibiotik yang dievaluasi

terutama pada beberapa kasus seperti diare non-spesifik, ISPA non-pneumonia, dan

myalgia.

4. Pelayanan Kefarmasian di Rumah/Home Care

Pelayanan konseling dilakukan untuk mengidentifikasi dan penyelesaian

masalah pasien yang berhubungan dengan penggunaan obat baik pasien rawat jalan

maupun rawat inap, serta keluarga pasien. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam

melakukan pelayanan konseling yaitu ruangan khusus dan kartu pasien/ catatan

konseling.

48
Puskesmas Kembang Tanjong terkadang melakukan konseling secara

mendadak melalui loket obat ketika terdapat pasien yang memiliki masalah dalam

penggunaan obat, sehingga pelayanan konseling terkadang dilakukan meskipun sarana

dan prasarana yang kurang memadai. Pelayanan kefarmasian di rumah (Home Care)

dilakukan untuk mencapai keberhasilan terapi obat dengan terwujudnya komitmen,

keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam menggunakan obat. Puskesmas Kembang

Tanjong melakukan pelayanan Home Care berdasarkan permintaan dari pasien,

sehingga pelayanan ini tidak dilakukan jika tidak adanya permintaan. Pelaksanaan

Home Care dilakukan oleh dokter dan perawat karena tenaga kefarmasian di

Puskesmas yang terbatas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Peran, fungsi, dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Kembang Tanjong antara lain pengelolaan sediaan farmasi, Bahan Medis Habis Pakai

49
(BMHP), serta alat kesehatan; pelayanan farmasi klinis dan melakukan evaluasi pelayanan

kefarmasian.

2. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Kembang Tanjong meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan perilaku profesional, serta wawasan dan pengalaman nyata bagi

calon Apoteker.

3. Permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Kembang Tanjong, yaitu permasalahan

terkait dengan ruang konseling terhadap pasien agar dapat melakukan konseling secara

pribadi dengan pasien terkait obat yang digunakan maupun dikonsumsi oleh pasien

tersebut.

4. Pelaksanaan PKPA di Puskesmas Kembang Tanjong meningkatkan bersosialisasi,

bekerjasama dan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan etika profesi

Apoteker.

5.2 Saran

1. Sebaiknya dipuskesmas di lakukan penambahan TTK agar sistem pelayanan kefarmasian

dapat berjalan dengan efektif

2. Sistem pelayanan kefarmasian di apotek puskesmas seharusnya di pegang kendali penuh

oleh tenaga kefarmasian

3. Adanya fasilitas ruangan untuk konseling pasien jika memungkinkan atau diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.(2006).Pedoman Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 4-126.

Menteri Kesehatan RI. (2016)Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
Jakarta:Kementerian Kesehatan RI. Halaman 5-50.

50
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2016 Tentang


Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Profil Puskesmas Kembang Tanjong, 2021

Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan


Kefarmasian,

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bangunan Puskesmas

51
Lampiran 2. Gudang

52
Lampiran 3. Apotek

Lampiran 4. Resep

53
Lampiran 5. LPLPO

54
Lampiran 6. Kartu Stok

55
56
57
58
59
Lampiran 7. Faktur

60

Anda mungkin juga menyukai