di
OLEH:
Adelia Maisyura SH, S. Farm. (2129013165)
Intan Darameutia, S. Farm. (2129013116)
Nanda Mariani, S. Farm. (2129013194)
Rahnun A Rani, S. Farm. (2129013152)
Warrahmah, S. Farm. (2129013118)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
Medika Cabang Aceh yang periode Agustus 2022. Praktik Kerja Profesi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker. Laporan ini
ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan Pratik Kerja
ini dapat terlaksana dengan lancar berkat kerjasama, dukungan serta doa dari
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm.,M.Si. sebagai Dekan Fakultas
3. Ibu apt. Ika Julianti Tambunan, M. Farm selaku Pembimbing dari Fakultas
4. Bapak Hardi Indarman SKM selaku Kepala Cabang PT. Indofarma Global
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
iv
RINGKASAN
PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh, yang berlokasi di Jalan Ir. Mohd.
Thaher 5A-5B-5C-5D, Gp. Lamdom, Lueng Bata, Kota Banda Aceh. PKPA ini
kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB).
2022 dengan kegiatan meliputi pemahaman mengenai tugas dan fungsi Apoteker
dalam mempersiapkan obat sesuai surat pesanan customer yang telah tertera
kualifikasi dan juga validasi, mengarsipkan faktur dan surat pesanan, mempelajari
pelaporan PBF serta ikut membantu membuat laporan triwulan dan membantu
melakukan inspeksi diri. Selain itu juga membantu melakukan inspeksi diri.
Seluruh kegiatan yang dilakukan selama PKPA ini sangat diperlukan dan sangat
membantu calon apoteker dalam memahami peran dan fungsi apoteker di PBF.
v
DAFTAR ISI
Halama
n JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
RINGKASAN ...................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
BAB V PENUTUP……........................................................................ 64
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 64
5.2 Saran .................................................................................. 64
LAMPIRAN.................................................................................. .......... 67
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nomor izin PBF PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh.. 47
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
atau yang disebut pedagang besar farmasi (PBF). Menurut Peraturan Menteri
Pedagang Besar Farmasi disebutkan bahwa PBF hanya menyalurkan obat kepada
PBF atau PBF cabang lainnya dan fasilitas pelayanan kefarmasian, meliputi
apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik atau toko obat, namun
khusus untuk obat keras tidak diperbolehkan disalurkan melalui toko obat.
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
mengacu kepada Cara distribusi Obat yang Baik (CDOB). CDOB adalah cara
1148 tahun 2011 yang menjadi penanggung jawab PBF adalah wajib seorang
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sesuai dengan Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) No. 6 tahun 2020 yang memuat aspek
masuknya obat dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai distribusi. CDOB itu
sendiri adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan/atau bahan obat yang
untuk melaksanakan dan mengelola sistem manajemen mutu yang baik serta
distribusi obat dan/atau bahan obat yang benar (Badan POM, 2016). Untuk
melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PBF. Oleh karena itu Universitas
Tjut Nyak Dhien bekerja sama dengan PBF PT. Indofarma Global Medika cabang
Aceh melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dimulai pada
Medika cabang Aceh merupakan salah satu distributor nasional produk farmasi.
PBF PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh merupakan cabang dari PBF PT.
Indofarma Global Medika Pusat yang berlokasi di Jakarta Selatan yang telah
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
3
undangan.
mengetahui peran, posisi dan tanggung jawab apoteker di PBF. Selain itu
1.2 Tujuan
kefarmasian.
pekerjaan kefarmasian.
4
1.3 Manfaat
bidang distribusi.
PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh serta memahami alur kegiatan
yang dilakukan.
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
Nomor 14 tahun 2021 tentang standar kegiatan usaha dan produk pada
besar Farmasi dan Peraturan Kepala Badan POM No. 6 Tahun 2020 tentang
Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Pedagang besar Farmasi, yang
memiliki izin untuk pengadaan, penyiapan, penyaluran obat dan/atau bahan obat
pelaksanaan kegiatannya, PBF harus mengacu kepada Cara distribusi Obat yang
Baik (CDOB). CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/bahan obat yang
2. PP 51 tahun 2009
pekerjaan kefarmasian
bahan obat
b) Ijazah
e) KTP
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada Apoteker
yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
d) Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
profesi.
f) Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebayak 2 (dua) lembar dan
sebagai Apoteker penanggung jawab di PBF wajib memiliki Surat Izin Praktek
8
Apoteker (SIPA). SIPA adalah surat izin praktek yang diberikan kepada
produksi atau fasilitas distribusi atau pelayanan SIPA hanya diberikan untuk 1
14 (empat belas) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan
c. Yang bersangkutan tidak berkerja pada tempat yang tercantum dalam surat
izin.
d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
rekomendasi KFN.
manajemen mutu.
lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang terkait dalam kegiatan
distribusi.
obat.
g. Meluluskan obat kembalian ke dalam stok obat yang memenuhi syarat jual
h. Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan penerima
i. Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan tersedia
berada di tempat dalam jangka waktu tertentu dan menyimpan dokumen yang
Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan
Perdagangan Besar Obat farmasi untuk manusia (KBLI 46441) dan perdagangan
besar bahan farmasi untuk manusia dan hewan yaitu perdangan besar bahan
farmasi untuk manusia. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
a. Untuk memperoleh izin PBF, persyaratan yang harus dipenuhi adalah berbadan
pernyataan bekerja penuh waktu, perjanjian kerja sama yang disahkan oleh
notaris, KTP
c. Data lokasi usaha yang meliputi: lokasi kantor dan Gudang PBF
tentang PBF menyebutkan bahwa PBF dan PBF Cabang hanya dapat
mutu yang ditetapkan oleh kementeri Kesehatan untuk PBF pusat dan, pemerintah
daerah provinsi melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi untuk izin PBF cabang.
Dalam hal pengadaan obat di PBF, PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan
obat dari industri farmasi dan/atau sesama PBF. Sedangkan PBF cabang hanya
nomor SIPA Setiap PBF dan PBF Cabang harus memiliki apoteker penanggung
jawab yang telah memiliki izin yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
PBF atau PBF Cabang. Apabila apoteker penanggung jawab tidak dapat
lain sebagai pengganti sementara yang bertugas paling lama untuk waktu 3 (tiga)
bulan.
/ketua PBF Cabang, wajib meperoleh persetujuan dari kepala Dinas Kesehatan
Provinsi dengan tembusan kepala direktur jendral, kepala Badan, dan Kepala
Kesehatan Provinsi paling lambat dalam jangka waktu 6 (enak) hari kerja sejak
berpedoman kepada CDOB yang diterapkan oleh Kepala Badan. PBF dan PBF
Cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh Kepala
setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang (PMK No.14,
2021).
a. Pengadaan
berkala. Jika obat dan/atau bahan obat diperoleh dari industri farmasi, maka
serta menerapkan prinsip dan pedoman CPOB. Sedangkan jika bahan obat
diperoleh dari industri non farmasi yang memproduksi bahan obat dengan standar
dan/atau bahan obat harus dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai
kompeten dan dapat dipercaya untuk memasok obat dan/atau bahan obat. Dalam
bahan obat tertentu yang rawan terhadap pemalsuan, penawaran obat dan/atau
13
bahan obat dalam jumlah besar yang biasanya hanya tersedia dalam jumlah
b. Penyaluran
pusat dan PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat kepada PBF pusat atau PBF
cabang lainya, dan fasilitas pelayanan kefarmasian yang meliputi apotek, instalasi
farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, dan toko obat (kecuali obat keras),
dan/atau lembaga ilmu pengetahuan. Setiap PBF dilarang menjual obat secara
ecer dan menerima atau melayani resep dokter. PBF dan PBF Cabang hanya
menyalurkan obat dan bahan obat kepada instansi pemerintah yang dilakukan
dapat meyalurkan obat dan/atau bahan obat di wilayah provinsi sesuai surat
dan/atau bahan obat diwilayah provinsi terdekat untuk dan atas nama PBF Pusat
Gudang dan kantor PBF atau PBF Cabang dapat berada pada lokasi yang
direksi atau pengurus atau penanggung jawab. Apabila gudang dan kantor PBF
atau PBF Cabang berada dalam lokasi yang terpisah maka pada gudang tersebut
Jendral dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi pada akhirnya, gudang tambahan
hanya melakukan kegiatan penyimpanan dan penyaluran sebagai bagian dari PBF
PBF diajukan secara tertulis kepada Direktur Jendral dengan tembusan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Badan, dan Kepala Balai POM sedangkan
untuk permohon penambahan gudang PBF Cabang diajukan secara tertulis kepada
tambahan
15
oleh direktur/ketua dan dilengkapi dengan fotokopi izin PBF serta peta lokasi dan
Provinsi, Kepala Badan, dan Kepala Balai POM dengan mencantumkan alamat
kantor PBF pusat, alamat gudang PBF Cabang diajukan secara tertulis kepada
obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur
distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas
mengantisipasi pemalsuan obat dan/atau bahan obat serta beredarnya obat palsu
CDOB pertama kali dikeluarkan oleh Badan POM RI tahun 2003 berupa
Pedoman CDOB tahun 2003 sudah tidak sesuai dengan perkembangan ilmu
dan CDOB diperbarui pada tahun 2012. Perbedaan antara CDOB tahun 2003 dan
tahun 2012 adalah pada CDOB 2003 hanya terdapat lima aspek yaitu manajemen
mutu; personalia; bangunan dan peralatan; dokumentasi serta inspeksi diri, dan
penanggung jawab PBF adalah seorang apoteker atau asisten apoteker. Sedangkan
pada CDOB 2012 terdapat sembilan aspek yaitu manajemen mutu; organisasi,
di bidang industri obat, maka di tahun 2020 adanya pembaharuan CDOB, yaitu
tentang perubahan pada Pedoman Teknis CDOB Tahun 2019 yang disesuaikan
di tahun 2012, tahun 2019 hingga ke tahun 2020 menjelaskan tentang adanya
obat; ketentuan khusus produk rantai dingin (Cold Chain Product / CCP); dan
Apabila PBF telah menerapkan semua aspek CDOB, maka akan diberikan
sertifikat CDOB yang merupakan dokumen sebagai bukti bahwa PBF telah
sesuai spesifikasi yang disetujui. Sertifikat CDOB ini mulai diberikan setelah
a. Manajemen Mutu
tanggung jawab, proses dan langkah menajemen resiko terkait dengan kegiatan
yang dilaksanakan. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan /
atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses
distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara
sistatis dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna
partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak.. Sistem
3. Obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka
4. Kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut
dilakukan.
diselidiki.
No.6, 2020).
distribusi obat dan/atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil
jawab fasilitas distribusi maka harus ada personil menjadi tanggung jawab
fasilitas distribusi, maka harus ada personil yang cukup dan kompeten dan setiap
personil harus memahami tanggung jawab masing- masing dengan jelas dan di
catat. Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima
pelatihan dasar maupun pelatihan lanjut yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
maupun pelatihan lanjut yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Personil yang
personil lainnya harus kompeten dan dalam jumlah yang memadai. Selain itu,
untuk mendukung kegiatan yang dilakukan perlu diterapkan higiene personil dan
dengan kegiatannya yang mencakup kesehatan, higene dan pakaian kerja (PerKa
secara akurat. Jika bangunan (termasuk sarana penunjang) bukan milik sendiri,
20
Harus ada area terpisah dan terkunci antara obat dan/atau bahan obat yang
bahan obat yang diduga palsu, yang dikembalikan, yang ditolak, yang akan
dimusnahkan, yang ditarik,dan yang kadaluwarsa dari obat dan/atau bahan obat
pengendalianyang memadai untuk menjaga agar semua bagian terkait dengan area
di persyaratkan.
untuk penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang mengandung bahan radioaktif
dan bahan berbahaya lain yang yang dapat menimbulkan risiko kebakaran atau
ledakan (misalnya gas bertekanan, mudah terbakar, cairan dan padatan mudah
dari kondisi cuaca, dan harus didesaindengan baik serta dilengkapi dengan
peralatan yang memadai. Harus tersedia prosedur tertulis yang mengatur personil
termasuk kontrak personil kontrak yang memiliki akses terhadap obat dan bahan
kemungkinan obat dan/atau bahan obat diberikan kepada pihak yang tidak berhak.
Bangunan dan fasilitas penyimpanan harus bersih dan bebas dari sampah
21
obat harus didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang
obat.
pencatat suhu dan kelembaban, unit pengendali udara dan peralatan lain
d. Operasional
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal
dari industry farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai
Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kadaluwarsa, atau
obat telah kadaluwarsa sebelum digunakan konsumen. Selain itu, nomor batch
dan tanggalkadaluwarsa obat dan /atau bahan obat harus dicatat pada saat
bahan obat diduga palsu, batch tersebut harus segera dipisahkan dan dilaporkan ke
instansi berwenang, dan ke pemegang izin edar. Pengiriman obat dan/atau bahan
obat yang diterima dari sarana transportasi harus diperiksa sebagai bentuk
obat harus sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi atau non farmasiyang
memproduksi bahan obat standar mutu farmasi. Obat dan/atau bahan obat bahan
obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat dan/atau bahan obat dan
suhu kelembaban atau factor eksternal lain. Perhatian khusus harus diberikan.
Untuk obat dan/atau bahan obat yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus
(BPOM, 2012).
23
Kegiatan yang terkait dengan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus
bahan obat dalam status karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau
diduga palsu. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai
dengan tanggal kadaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First
Expired First Out (FEFO). Obat dan/atau bahan obat harus ditangani dan
dan campur- baur. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh langsung diletakkan
dilantai. Obat dan/atau bahan obat yang kadaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara fisik
untuk obat dan/atau bahan obat kadaluwarsa harus dilakukan secara berkala.
Untuk menjaga akurasi persediaan stok, harus dilakukan stock opname secara
bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan. Obat dan/atau
bahan obat yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi secara tepat, diberi label
yang jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci serta ditangani sesuai dengan
dan/atau bahan obat kepada pihak yang tidak berwenang (BPOM, 2012).
tepat sesuai dengan dokumen yang tersedia untuk memastikan obat dan/atau
bahan obat yang diambil benar. Obat dan/atau bahan obat yang diambil harus
system FEFO. Nomor batch obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Pengecualian
pendistribusian obat dan/atau bahan obat kadaluwarsa. Obat dan/atau bahan obat
penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang akan dikirimkan harus disegel
(BPOM, 2012).
penyaluran obat dan/atau bahan obat ke pihak yang berwenang atau bahkan untuk
keperluan khusus, seperti penelitian, special access dan uji klinik, harus
dilengkapi dengan dokumen yang mencakup tanggal, nama obat dan/atau bahan
obat, bentuk sediaan, nomor batch, jumlah, nama dan alamat pemasok, nama dan
alamat pemesanan atau penerima. Alamat pemesan atau penerima dan kondisi
penyimpanan harus sesuai dengan persyaratan obat dan/atau bahan obat dari
Dokumentasi untuk pengiriman obat dan/atau bahan obat harus disiapkan dan
a. Tanggal pengiriman;
25
b. Nama lengkap, alamat (tanpa akronim), nomor telepon dan status dari
c. Deskripsi obat dan/atau bahan obat, misalnya nama, bentuk sediaan dan
e. Kuantitas obat dan/atau bahan obat, yaitu jumlah container dan kuantitas
serta tanda tangan dan nama jelas personil ekspedisi yang menerima (jika
e.Inspeksi Diri
Inspeksi diri adalah inspeksi yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
system. Inspekdi diri dilakukan untuk mengukur kenerja dan mengetahui apakah
sistem yang direncanakan dan dijalankan sudah memenuhi standar. Inspeksi diri
dilembaga distribusi obat dilakukan secara periodic. Inspeksi diri harus dilakukan
Program inspeksi diri harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan
dilakukan pada bagian tertentu saja. Inspeksi diri harus dilakukan dengan cara
yang independen dan rinci oleh personil yang kompeten dan ditunjuk oleh
program inspeksi diri. Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan
harus berisi semua pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan
tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika
Penarikan Kembali
Jika terjadi keluhan maka semua keluhan dan informasi lain tentang obat
dan atau bahan obat berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki
sesuai dengan prosedur tertulis serta harus tersedia dokumentasi untuk setiap
dilaporkan kepada pihak yang berwenang. Jika obat ternyata dapat dijual kembali
maka harus melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai
dengan kewenangannya.
Adapun persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali,
• Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat
lanjut dari instansi yang berwenang. Setelah ada pemastian bahwa obat dan/atau
bahan obat tersebut palsu, maka harus segera ditindak lanjuti sesuai dengan
g. Transportasi
memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan
sesuai dengan insformasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus
digunakan mancakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi diatas.
Apapun metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat
Obat dan/atau bahan obat dan container pengiriman harus aman untuk
mencegah akses yang tidak sah. Kendaraan dan personil yang terlibat dalam
untuk mencegah pencurian obat dan/atau bahan obat dan penyelewengan lainnya
dan/atau bahan obat harus dipertahankan selama transportasi sesuai dengan yang
alat pemantau suhu selama transportasi harus dipelihara dan dikalibrasi secara
berkala atau minimal sekali setahun. Persyaratan ini meliputi pemetaan suhu pada
bahwa obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu penyimpanan yang
dan mutu obat dan/atau bahan obat meliputi kontrak antar fasilitas distribusi dan
kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain
kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak serta
setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB (Menkes RI, 2017).
dengan prinsip dan pedoman CDOB. Penerima kontrak harus memiliki tempat,
i. Dokumentasi
dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu. Menurut cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB), dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari
dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dicatat dengan jelas dan rinci
kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga memperkecil risiko kesalahan (Menkes RI,
1. Tanggal;
3. Nomor batch;
4. Tanggal kadaluwarsa
ruanglingkup kegiatan fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas,
dimengerti oleh personil dan tidak berarti ganda. Prosedur tertulis harus disetujui,
ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang berwenang. Prosedur tertulis
diperlukan, alasan perubahan harus dicatat dan seluruh dokumentasi harus tersedia
disimpan dan dipelihara pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan
yang tidak sah, kerusakan dan/atau kehilangan dokumen. Dokumen yang dibuat
yang direkomendasikan, tindakan pencegahan dan tanggal uji ulang khusus untuk
bahan obat (jika ada) harus diperhatikan. Persyaratan dan farmakope dan
peraturan nasional terkini tentang label dan wadah harus dipatuhi. Dokumen yang
dibuat harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to dare. Jika
(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau
bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan,
3. Setiap PBF dan PBF cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika
4. Laporan sebagaimana dimaksud pada poin (a) dan(b) dapat dilakukan secara
5. Laporan setiap saat harus dapat diperiksa oleh petugas yang berwenang.
pengemasan ulang dan/atau pelabelan ulang adalah proses pembuatan bahan obat
obat harus dilakukan dengan bahan kemas primer yang spesifikasinya sama atau
lebih baik dari kemasan aslinya dan tidak diperbolehkan menggunakan kemasan
Bahan obat boleh dikemas ulang hanya jika ada sistem pengendalian
udara yang dipasok ke area pengemasan ulang tersebut harus sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan, misalnya sistem filtrasi yang efisien. Prosedur yang
sesuai harus diikuti untuk memastikan pengendalian label yang benar. Wadah
bahan obat yang dikemas ulang harus mencantumkan nama dan alamat industri
farmasi asal dan fasilitas distribusi yang melakukan pengemasan ulang. Metode
analisis yang digunakan harus mengacu kepada farmakope resmi atau metode
ulang harus memastikan bahwa stabilitas bahan obat tidak terpengaruh oleh
tanggal uji ulang harus dilakukan jika bahan obat dikemas dalam wadah yang
berbeda dengan yang digunakan oleh industri farmasi asal. Contoh pertinggal
(satu) tahun setelah tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang, atau 1 (satu) tahun
Bahan obat yang tidak sesuai harus ditangani sesuai dengan prosedur yang
terhadap bets lain. Jika diperlukan, tindakan korektif harus dilakukan. Jika
ditetapkan bahwa bahan obat dapat digunakan untuk maksud lain dengan tingkat
kualitas yang lebih rendah, maka harus didokumentasikan. Bahan obat yang tidak
33
sesuai tidak boleh dicampur dengan bahan obat yang memenuhi spesifikasi.
Bahan obat dari industri farmasi asal yang disalurkan kepada fasilitas
distribusi harus disertai dengan sertifikat analisis asli. Sertifikat analisis yang
dikeluarkan oleh industri farmasi asal harus menunjukkan hasil analisis yang
diperoleh dari pengujian dan hasil analisis yang diperoleh dari pengujian acak.
harus memastikan tersedianya sertifikat analisis dengan hasil uji yang memenuhi
Industri farmasi bahan obat asal dan eksportir bahan obat harus mampu
informasi mutu atau informasi regulasi, antara industri farmasi bahan obat dengan
dengan permintaan. Label yang tercantum pada wadah harus jelas, tidak
memberikan penafsiran ganda, tertempel dengan kuat dalam format yang telah
ditetapkan oleh industri farmasi bahan obat asal. Informasi pada label harus tidak
mudah terhapuskan. Label yang tertempel pada setiap wadah harus mencakup
• Nama dari bahan obat, termasuk tingkat mutu (grade) dan farmakope
acuan;
• Nomor bets yang diberikan oleh industri farmasi bahan obat asal atau
nomor bets yang diberikan oleh fasilitas distribusi yang mengemas ulang;
dipenuhi sebagai standar selain yang dipersyaratkan dalam CDOB, antara lain
meliputi aturan yang berkaitan dengan masalah suhu pada saat penerimaan,
secara sistematik dan berkala bagi seluruh personil yang terlibat dalam
1. Peraturan perundang-undangan.
2. CDOB.
3. Prosedur tertulis.
suhu terjaga, untuk cold room / chiller (+2o s / d +8oC) biasanya digunakan untuk
suhu.
kontrol akses.
cold room / freezer room atau cara lain yang dapat menjamin
keselamatan personil.
yang terletak pada satu titik atau beberapa titik yang paling akurat
suhu.
Penyimpanan vaksin dalam chiller dan freezer tidak terlalu padat sehingga
sirkulasi udara dapat dijaga, jarak antara kotak vaksin sekitar 1-2 cm. Harus
berjarak minimal 15cm antara chiller / freezer dengan dinding bangunan. Suhu
minimal dimonitor 3 (tiga) kali sehari setiap pagi, siang dan sore serta harus
didokumentasikan. Pelarut BCG dan pelarut campak serta penetes polio dapat
disimpan pada suhu kamar dan tidak diperbolehkan terpapar sinar matahari
a) Hidupkan generator.
sebagai berikut :
37
freezer room.
c) Jika keadaan ini berlangsung lebih dari 1 hari, maka vaksin harus
yang diakibatkan banjir, dan/atau kondisi cuaca ekstrim dan bahaya alamiah
keadaan darurat. Lokasi dijaga dari penumpukan debu, sampah dan kotoran serta
dapat dilaksanakan dengan benar dan efisien. Area yang memadai harus
akandikirimkan pada kondisi suhu yang terjaga. Area ini hendaknya dekat dengan
area penyimpanan yang suhunya terjaga. Area karantina harus disediakan untuk
38
lanjut.
dipastikan memiliki keamanan yang memadai untuk mencegah akses pihak yang
dilengkapi dengan alat deteksi kebakaran pada seluruh area penyimpanan produk
rantai dingin dan alat tersebut dipelihara secara berkala sesuai rekomendasi dari
pembuat.
4. Nomor bets.
5. Tanggal kedaluwarsa.
Jika pada saat penerimaan vaksin diketahui kondisi alat pemantauan suhu
pakai (misalnya VVM pada posisi C atau D), maka dilakukan tindakan sebagai
berikut:
1. Produk rantai dingin tetap disimpan pada tempat yang sesuai dan suhu
Jumlah produk yang diterima harus sama dengan jumlah yang tertera pada
faktur atau surat pengantar barang. Penerima harus segera memasukkan produk
menandatangani faktur atau surat pengantar barang atau dokumen lain, yang
menyatakan produk rantai dingin diterima dalam kondisi baik dan utuh. Penerima
harus segera memberikan kepada pengantar barang bukti penerimaan barang yang
1. FEFO (First Expire First Out), produk yang tanggal kedaluwarsanya lebih
2. FIFO (First In First Out), produk yang lebih dulu diterima agar lebih dulu
didistribusikan.
pengiriman yang isinya meliputi tujuan pengiriman, jenis barang, jumlah, nomor
mencantumkan tujuan pengiriman, jenis barang, jumlah, nomor bets dan tanggal
sudah tervalidasi atau vaccine carrier yang memenuhi standar pengiriman vaksin.
a) Pemeliharaan Harian:
setiap 3 (tiga) kali sehari, pagi, siang dan sore dan harus dievaluasi serta
3. Jika suhu sudah stabil antara +2 s/d +8°C pada chiller/cold room atau -
15 s/d - 25°C pada freezer, posisi termostat jangan diubah dan jika
mungkin disegel.
b) Pemeliharaan Mingguan:
longgar;
c) Pemeliharaan Bulanan:
peruntukannya.
termostat).
bunga es.
dipindahkan.
obat tertentu
obat prekursor, dan obat-obat tertentu dari jalur distribusi resmi. Distribusi
undangan.
psikotropika, obat prekursor, dan obat-obat tertentu harus aman dan terkunci
penanggung jawab fasilitas distribusi dan personil lain yang dikuasakan sesuai
dengan uraian pekerjaan. Personil lain adalah Tenaga Teknis Kefarmasian, atau
fasilitas distribusi atau industri farmasi yang memproduksi narkotika. Izin khusus
prekursor, dan obat-obat tertentu ke fasilitas distribusi lain yang memiliki ijin
instalasi farmasi pemerintah, apotek, klinik dan rumah sakit yang memiliki
perundang-undangan.
harus berdasarkan surat pesanan dengan format khusus sesuai dengan peraturan
(satu) jenis Narkotika. Surat Pesanan psikotropika atau prekursor farmasi dapat
digunakan untuk 1 (satu) atau lebih jenis psikotropika, obat prekursor, dan obat-
obat tertentu dengan format surat pesanan yang berbeda. Pada saat penerimaan
- Kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan
pengiriman barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip surat
pesanan.
barang dan/atau faktur penjualan dan dibubuhi stempel fasilitas distribusi. Jika
setelah dilakukan pemeriksaan terdapat: item obat yang tidak sesuai dengan surat
44
pesanan atau kondisi kemasan tidak baik, maka obat tersebut harus segera
dikembalikan dengan disertai bukti retur dan surat pesanan asli, dan segera
jumlah antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
distribusi, antara lain penyimpanan dilakukan pada satu area dan mudah diawasi
disaksikan oleh petugas Dinkes Provinsi dan/ atau Balai Besar/Balai POM
Provinsi dan atau Balai POM tempat fasilitas distribusi berada dengan tembusan
Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM tempat pelaksanaan pemusnahan.
Bila pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga, maka pihak ketiga termasuk bagian
dari saksi selain pemilik narkotika, psikotropika, obat prekursor, dan obat-obat
tertentu dan saksi dari Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Balai POM.
45
memuat:
kekuatan sediaan, isi kemasan, jumlah, nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
5. Nama saksi-saksi.
psikotropika, atau prekursor farmasi wajib dilakukan dengan tertib dan akurat.
Pencatatan mutasi dapat dilakukan dalam bentuk kartu stok manual maupun
kurangnya 1 (satu) bulan sekali. Melakukan investigasi adanya selisih stok dengan
fisik saat stock opname dan mendokumentasikan hasil investigasi dalam bentuk
berita acara hasil investigasi selisih stok. Jika hasil investigasi diketahui masih
terdapat selisih stok maka laporkan ke Badan POM RI dengan tembusan Balai
46
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. INDOFARMA GLOBAL MEDIKA BANDA ACEH
integrated value chain yang telah bekerja sama dengan lebih dari 100 Principal
Farmasi dan Alat Kesehatan untuk memberikan layanan prima kepada lebih dari
500 Dinas Kesehatan, 9.000 Puskesmas, 4.000 Rumah Sakit, 13.000 Apotek, 500
Indonesia.
Pada tahun 1996 PT. Indofarma (Persero) sebagai Badan Usaha Milik
1999 PT. Indofarma (Persero) menambah unit layanan distribusi yang menjadi 22
PT. Indofarma Global Medika (PT. IGM), dengan bisnis utama memberikan
layanan distribusi melalui 22 cabang tersebut. Tahun 2006 PT. IGM menambah
47
layanan distribusi menjadi 28 cabang di seluruh Indonesia. Tahun 2007 PT. IGM
serta menambah jaringan distribusi menjadi 30 cabang. Tahun 2008 PT. IGM
semua titik layanan distribusi. Tahun 2010 PT. IGM mendapatkan sertifikasi
sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 dan ISO 45001 : 2018. Melakukan
Sakit Pemerintah (Kelas A). Terakhir tahun 2018-2021 melakukan migrasi ERP
operasional distribusi sesuai dengan “Cara Distribusi Obat yang Baik” (CDOB)
dan “Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik” (CDAKB) baik di kantor pusat
dilakukan sesuai dengan ketetuan petunjuk teknis CDOB yang dibuktikan dengan
dikeluarkannnya nomor izin PBF untuk izin regular dan izin Cold Chain Product
(CCP).
Tabel 3.1 Nomor izin PBF PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh
3.2 Visi dan Misi PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh
Visi
Menjadi industri pendukung industri kesehatan nasional yang unggul dan terpercaya
Misi
perubahan
orang Apoteker Penanggung Jawab Alkes yang bertanggung jawab terhadap alat
kesehatan.
49
farmasi dan alat kesehatan dari PT. Indofarma Global Medika Pusat. Perencanaan
dan pengadaan dilakukan untuk menjaga dan menjamin stok barang digudang
mendapatkan jumlah item obat akan dipesan, ini didapat dari analisis penjualan
dari rata-rata penjualan 3 bulan lalu, pada proses perencanaan setiap bulan 6
Sales, dan Kepala Cabang, kemudian setelah ditanda tangani, pihak logistik
dirilis oleh APJ, Kepala Cabang melalui sistem online kemudian ditanda tangani
oleh APJ, Supervisor sales, dan Kepala Cabang, dan dikirim secara online ke
pusat selanjutnya pihak logistik PT. Indofarma Global Medika Pusat membuat
(transit-in), diterima dan dicek kesesuaian SPB dengan fisik oleh pihak logistik,
jika sesuai maka di input kesistem (Good Receipt) dan selanjutnya dilakukan
penyimpanan.
dengan dokumen pengantar barang. Obat yang diterima harus dalam kondisi
baik secara fisik sesuai dengan dipesan. Pemeriksaan barang meliputi nama
barang, jumlah barang, nomor bets, dan tanggal kadaluwarsa. Barang disusun rapi
a) Produk dalam jumlah besar atau dalam dus dapat disimpan di penyimpanan
partai besar (lantai 1). Produk yang sudah dikeluarkan dari dus dapat disimpan
c) Jika ada barang retur, rusak, recall, diletakkan di ruang terpisah dan terkunci
(ruang karantina)
farmasi, dan sistem FEFO (First Expired Fisrst Out) dimana produk yang
yang telah memesan produk di PBF. Sepanjang jalur penerimaan, harus tetap
dijaga mutu produknya. Pada saat outlet melakukan pemesanan pihak outlet
mengeluarkan surat pesanan, kemudian dari surat pesanan tersebut pihak PBF
barang dan di tanda tangani oleh APJ, setelah itu barang beserta dokumen faktur
cool box dan cold pack, dan untuk barang regular dapat menggunakan kardus.
Pada saat barang sampai ke outlet, pihak outlet memeriksa faktur dan fisik barang.
52
Penanganan produk retur harus sesuai dengan kriteria retur yang ditetapkan oleh
PBF, yaitu :
4. Produk rusak
inisitif sendiri atau atas perintah dari BPOM. Fasilitas Distribusi harus bisa
melaksanakan penarikan obat dan/atau bahan obat tersebut dari gudang dan/atau
pelanggan (outlet) secara cepat dan tepat berdasarkan Surat Perintah tertulis dari
Prinsipal atau BPOM. Penarikan tersebut dapat berupa penarikan untuk seluruh
pusat. Pada proses pemusnahan Arsip jika JRA < 10 tahun tidak perlu dilakukan
cabang terkait. Apabila usulan pemusnahan arsip tidak disetujui maka arsip
sampai tidak ada sesuai dengan budget Perusahaan (dapat melalui Pihak ketiga
maupun dilakukan mandiri) dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Subbidang
arsip/ Spv Administrasi Cabang membuat berita acara hasil pemusnahan arsip
3.12 Pelaporan
3.12.1 Laporan bulanan
Pelaporan NPPO (Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat
dengan Izin Edar) yang dilaporkan setiap bulannya maksimal tanggal 10 setiap
bulannya.
obat kepada Direktur Jendral dengan tembusan Kepala Badan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM (Menkes RI, 2021), Laporan dikirim
Farmasi, dan alat kesehatan ke outlet yang dapat berupa rumah sakit, apotek, dan
54
PAK (Penyalur Alat Kesehatan) dan PBF lainnya yang ada di Aceh. Outlet harus
memberikan datanya ke PBF Indofarma Global Medika Banda Aceh untuk bisa
mendapat pasokan produk. Data yang dimaksud berupa surat izin apotek dan
SIPA, NPWP, KTP dan specimen tanda tangan dan stempel. PBF PT. Indofarma
Global Medika Banda Aceh hanya melayani outlet yang surat izin apotek dan
surat izin praktek apoteker berlaku. Apabila salah satu dokumen administrasi
tersebut tidak berlaku maka produk yang dipesan di outlet tidak dapat dipenuhi
pesanan maksimum per bulan yang berbeda untuk tiap outlet. Hal ini didasarkan
pada histori penjualan sebelumnya dan kelancaran outlet membayar pesanan tiap
bulannya.
memastikan pelangan legal dan terdaftar surat izin di dinas terkait. Memastikan
BAB IV
PEMBAHASAN
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Agustus 2022 sampai 3 September 2022 yang bertempat di PBF PT. Indofarma
Gampong Lamdom, Kec Lueng Bata, Kota Banda Aceh. PT. Indofarma Global
Medika merupakan salah satu sarana distribusi sediaan farmasi, dan alat
yang berperan dalam menerapkan CDOB dan CDAKB dalam kegiatan yang
mendistribusikan obat dan bahan obat (BPOM RI, 2012). Dengan adanya
sertifikat CDOB PBF PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh dapat
cabang Aceh memiliki 2 sertifikat CDOB yaitu sertifikat distribusi obat regular
Medika memesan pada PBF PT. Indofarma Global Medika pusat dan PBF
lainnya, PBF PT. Indofarma Global Medika pusat akan menerima barang dari
pemesanan terhadap PBF PT. Indofarma Global Medika pusat, maka barang yang
dipesan segera dikirimkan oleh PBF pusat menggunakan ekpedisi yang telah
bekerja sama dengan PBF pusat, yang selanjutnya akan di kirimkan ke PBF
cabang. PBF pusat akan memberikan surat jalan kepada ekpedisi, dimana isi dari
surat jalan itu adalah jenis dan jumlah barang yang ada pada mobil tersebut.
Obat yang sudah sampai di PBF Cabang akan diperiksa oleh Bagian
Logistik, dimana bagian gudang akan mengecek barang yang sampai apakah
sudah sesuai dengan surat jalan tersebut atau belum. Pemeriksaan dilakukan
dengan menyesuaikan barang yang diterima sudah sesuai pesanan, nama barang,
nomor bet, tanggal kadaluwarsa, jumlah dan juga keutuhan fisik produk tersebut,
apabila semua sudah sesuai maka bagian logistik dan Apoteker Penanggung
bagian transit-in, dimana barang yang berada disini itu belum di input ke sistem,
dan selanjutnya setelah barang dicek kesesuaiannya, barang yang datang tersebut
di input dalam sistem dan telah jadi bagian dari stok obat, barang tersebut di
obat di simpan dan dipisahkan berdasarkan suhu ketahanan obat tersebut, ada juga
yang berdasarkan faktor resiko, seperti obat PPO disimpan di ruang khusus dan
raknya terpisah dari obat lain, ada juga yang berdasarkan bentuk sediaan obat,
58
dimana obat cair yang disertai kemasan yang mudah pecah disimpan di rak bagian
paling bawah untuk mengurangi risiko terjatuh pada saat pengambilan barang.
Proses pelanyanan penyaluran barang ini akan dillakukan PBF PT. Indofarma
Global Medika dengan syarat sarana yang memesan harus melalui Surat Pesanan
dapat dilanyani dengan beberapa cara yaitu pemesanan melalui salesman atau
dapat juga memesan langsung melalui E-catalogue. Pemesanan untuk obat PPO
Apoteker Penanggung Jawab Apotek dan juga harus di stempel asli dan disertai
dua sistem yaitu cash dan kredit. Apabila outlet baru bekerjasama dengan
PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh diterapkan sistem pembayaran cash.
PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh awal mulai jatuh tempo penagihan
untuk apotek selama 30 hari, rumah sakit 45 hari, dinas kesehatan 90 hari dan
cross check terlabih dahulu, meliputi faktur penjualan, outlet pemesan, nama
kadaluwarsa, jumlah fisik dan jumlah pesanan. Setelah semua sesuai maka proses
stempel pada faktur penjualan, yang kemudian faktur ini akan diarsipkan oleh
PBF bagian piutang, yang mana proses penagihan akan dilakukan pada saat jatuh
tempo, penagihan ini dilakukan oleh salesman kepada outlet terkait. Jika outlet
tersebut masih belum melakukan pembayaran maka outlet tersebut tidak dapat
melakukan pemesanan obat karena pada sistem di PBF akan otomatis menolak
oleh PBF kepada Industri Farmasi untuk memastikan bahwa industry tersebut
memiliki mutu dan kualitas yang baik, yang biasanya di buktikan oleh beberapa
didistribusikan oleh PBF diproduksi dari Pemasok yang sah sesuai dengan
Kualifikasi pemasok, dimana kegiatan ini dilakukan oleh PT. Indofarma Global
kriteria seperti:
berlaku;
jelas;
dan sistem pengendalian persediaan) serta sistem komunikasi yang baik dan
- Obat dan/atau bahan obat yang ditawarkan oleh pemasok dibuat sesuai
dengan standar CPOB, memiliki mutu yang baik dan sesuai dengan standard
- Harga obat dan/atau bahan obat yang sepadan dengan mutu yang dimiliki;
dalam industri;
keuangan dan kriteria lain yang dianggap relevan oleh Fasilitas Distribusi.
dilakukan oleh PBF kepada sarana Pelayanan kefarmasian, yang akan bekerja
sama dengan PBF, dimana kegiatan ini dilakukan agar PBF dapat memastikan
semua pelanggan PBF memiliki izin dari yang berwenang sesuai jenis pelanggan
supaya obat, alat kesehatan yang disalurkan kepada pelanggan yang berhak atau
Outlet yang bekerja sama dengan PT. Indofarma Global Medika cabang
d. KTP,
PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh hanya melayani outlet yang
surat izin apotek dan surat izin praktek apoteker yang masih berlaku. Apabila
62
salah satu dokumen administrasi tersebut sudah tidak berlaku maka produk yang
PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh juga melakukan stok opname
persediaan barang sebagai salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan, yang
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian jumlah barang yang tersedia sama dengan
jumlah barang yang tercatat. Tujuan dari stok opname ini ialah, menghitung
jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data pada
computer, yang mana ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kehilangan
obat, stok opname ini juga dapat mendata barang-barang yang kadaluwarsa atau
dengan obat lain dan kemudian dibuat laporannya tersendiri, stok opname juga
dapat mendeteksi obat- obat yang slow moving dan fast moving. Stok opname
dapat dilakukan dengan cara membuat daftar seluruh obat penjualan yang ada di
PBF PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh, lalu menghitung jumlah fisik
setiap obat yang tersedia, dan mengecek tanggal kadaluwarsa, serta no betch
setiap jenis obat yang tersedia, dan yang terakhir mencocokkan jumlah obat yang
4.7 Pelaporan
mengupload data kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui
aplikasi SIODIE (Sistem Informasi Obat dengan Izin Edar), pelaporan pada
63
sistem ini mencakup 2 laporan yaitu pemasukan dan penyaluran, jenis komoditi
prekursor, dan obat-obat lainnya. Pelaporan ini dilakukan setiap bulan, dan setiap
triwulan.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Medika Cabang Aceh selama mulai tanggal 8 Agustus 2022 hingga dengan
1) Peran dan tanggung jawab apoteker di PBF antara lain memantau dan
baik (CDOB).
2) PBF PT. Indofarma Global Medika cabang Aceh dalam melakukan setiap
kegiatan nya telah sesuai dengan aspek-aspek CDOB dimana setiap kegiatan
penyimpanan yang sesuai dengan kondisi barang yang akan disimpan, serta
5.2 Saran
Kerja sama antara PBF PT. Indofarma Global Medika Cabang Aceh
dengan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak
Dhien diharapkan dapat terus berlanjut sehingga mahasiswa calon Apoteker bisa
fungsi, serta tanggung jawab Apoteker dalam penerapan CDOB dan CDAKB di
PBF.
66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Note:
1. Data yang di entry yaitu data Inspeksi Diri Terbaru
2. Dokumen pendukung yang diunggah yaitu:
a. Izin PBF atau pengakuan sebagai PBF Cabang;
b. Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Penanggung Jawab;
c. Denah lokasi dan tata letak (layout);
d. Daftar produk yang didistribusikan;
e. Struktur organisasi;
f. Daftar personalia dan uraian kerja;
g. Daftar peralatan atau perlengkapan;
h. Quality management system;
i. Dokumen self assessment.