Disusun Oleh :
Laporan ini dapat di selesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian laporan ini, terutama kepada:
Penyusunan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
kompetensi dan sebagai pengaplikan dari kompetensi yang telah diperoleh selama
ii
iii
mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai kondisi sebenarnya di tempat kerja
Tahun 2020/2021 serta sebagai bukti bahwa telah melaksanakan Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN).
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)...........................................................2
PENUTUP...................................................................................................................29
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................29
4.2 Saran................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31
LAMPIRAN................................................................................................................32
Lampiran 1 : Gedung PBF Bengkulu Dispo Farma........................................................33
Lampiran 2 : Ruang Admin..........................................................................................34
Lampiran 3 : Ruang PT. Bintang Toedjoe dan PT. Unza Vitalis.....................................35
Lampiran 4 : Ruang Direktur........................................................................................36
Lampiran 5 : Ruang arsip dokumen.............................................................................37
Lampiran 6 : Ruang Bengkel Dan Mushola.................................................................38
Lampiran 7 : Ruang Dapur............................................................................................39
Lampiran 8 : Ruang Gudang Kosmetik..........................................................................40
Lampiran 9 : Ruang Gudang Alat kesehatan.................................................................41
Lampiran 10: Ruang Suplemen....................................................................................43
Lampiran 11 : Ruang obat............................................................................................44
Lampiran 12 : Ruang karatina Obat..............................................................................46
Lampiran 13 : Ruang karatina Obat..............................................................................47
Lampiran 14 : Faktur Arsip outlet (kuning)...................................................................48
Lampiran 15 : Faktur Arsip Gudang (Hijau)..................................................................49
Lampiran 16 : Faktur Pembelian Obat , Surat Jalan dan Surat Pesanan.......................50
Lampiran 17 : Faktur Penjualan Obat dan Surat Pesanan...........................................51
Lampiran 18 : Retur Penjualan....................................................................................52
Lampiran 19 : Denah Ruang.........................................................................................53
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
berbagai bidang diantaranya adalah pengadaan, penyimpanan, distribusi, atau
penyaluran sediaan farmasi oleh karena itu, dilaksanakannya Praktek Kerja
Industri di suatu Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk mempersiapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan pada saat memasuki dunia kerja.
Praktek Kerja Industri merupakan suatu upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan, pemahaman, keterampilan serta kemampuan di bidang kesehatan
yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Selain itu Praktek Kerja Industri ini
juga dilakukan sebagai kegiatan pengembangan sumber daya manusia untuk
meningkatkan potensi dan produktivitas secara optimal dibidang kesehatan
terutama dibidang ke farmasian.
Praktek Kerja Industri ini diadakan di Pedagang Besar Farmasi Bengkulu
Dispo Farma yang beralamat di JL. Timur Indah V, Gg. Masjid At-taqwa RT 037
RW 002, Kel. Sidomulyo, Kec. Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Bengkulu
selama kurang lebih dari tanggal 11 Oktober – 20 November 2021 ini diharapkan
dapat mencapai dan meningkatkan pemahaman calon Tenaga Teknis Kefarmasian
mengenai peranan Apoteker di Pedagang Besar Farmasi, organisasi dalam PBF,
mengenai tahapan- tahapan pendistribusian obat sesuai Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB), mengetahui persyaratan-persyaratan dalam pendirian PBF dan
pelaporan- pelaporan yang dilakukan dalam pengelolaan pendistribusian obat
hingga kesarana distribusi.
2
c. Mengetahui tentang alur pemesanan sampai ke pengiriman di Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
d. Mengetahui bagaimana peran, fungsi, posisi serta tanggung jawab sebagai
Tenaga Teknis Kefarmasian di pedagang besar farmasi (PBF).
e. Mengetahui Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Pedagang Besar
Farmasi (PBF).
f. Memperoleh berbagai ilmu dan masukan yang berguna untuk memperbaiki
dan mengembangkan serta meningkatkan pengetahuan dalam bidang
kefarmasian.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam peraturan tersebut juga memberikan batasan terhadap beberapa hal yang
berkaitan dengan kegiatan Pedagang Besar Farmasi yaitu batasan mengenai:
1. Perbekalan Farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat dan alat
kesehatan
2. Sarana pelayanan kesehatan adalah apotik, rumah sakit, toko obat atau unit
kesehatan lainnya yang ditetapkan Menteri Kesehatan.
4
Pedagang Besar Farmasi wajib Memenuhi Persyaratan yang telah ditentukan,
yaitu :
5
ruangan lain. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Izin PBF dinyatakan tidak berlaku apabila masa berlakunya habis dan tidak
diperpanjang; dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; izin PBF
dicabut. Persyaratan pencabutan izin PBF adalah sebagai berikut :
a. Pelaku usaha mendaftar bisa dengan datang langsung atau via online
b. Pelaku usaha membawa berkas ke DPMPTSP dan diterima oleh Front Office
c. Front Office Menerima berkas dari pelaku usaha dan memberikan tanda
terima berkas
6
d. Berkas diserahkan ke back office untuk di verifikasi/validasi, apabila berkas
lengkap dan benar berkas akan lanjut ke pemrosesan, dan apabila berkas tidak
lengkap dan tidak benar akan dikembalikan ke pelaku usaha
e. Berkas pelaku usaha diserahkan ke OPD teknis untuk disurvey dan dibuat
berita acara / pertimbangan teknis.
f. Berita acara / pertimbangan teknis yang di buat oleh OPD teknis menjadi
dasar untuk terbitnya izin.
7
terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan. Pedagang Besar Farmasi
yaitu batasan mengenai :
a) Perbekalan Farmasi adalah perbekalan yang meliputi obat, bahan obat dan
alat kesehatan.
b) Sarana pelayanan kesehatan adalah apotik, rumah sakit, atau unit kesehatan
lainnya yang ditetapkan Mentri Kesehatan, toko obat dan pengecerlainnya.
Peraturan perundang-undangan tentang PBF di indonesia telah beberapa kali
mengalami perubahan. Dulu Pedagang Besar Farmasi di larang menyalurkan
Psikotropika tanpa izin khusus dari Menteri Kesehatan, tetapi sejak di serahkannya
Undang-Undang RI No 5 tahun 1997 tentang Psikotropika maka Pedagang Besar
Farmasi (PBF) yang menyalurkan psikotropika tidak memerlukan izin khusus lagi.
1) Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan
kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan
sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara
optimal sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.
2) Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan barang yang diperlukan oleh PBF
untuk unit pelayanan kesehatan lainnya. Pengadaan barang dilakukan dengan
membuat PO (Purchase Order) kepada pabrik untuk priode tertentu. Misalnya
untuk satu pesanan untuk satu bulan penjualan, ini dilakukan PBF yang
letaknya dekat PBF order. Proses Pengadaan yang efektif seharusnya:
a. Membeli obat-obat yang tepat dengan jumlah yang tepat.
b. Memperoleh harga pembelian serendah mungkin.
c. Barang yang akan dibeli memiliki standar kualitas yang diketahui.
8
d. Mengatur penyaluran obat dari penyalur secara berkala guna
menghindari kekurangan maupun kelebihan persediaan.
3) Penyimpanan
Barang yang masuk dan telah diperiksa, disimpan dan disusun dengan rapi
pada rak-rak penyimpanan berdasarkan :
a. Penyimpanan dikelompokan berdasarkan pabrik yang memproduksinya.
b. Penyimpanan berdasarkan abjad.
c. Penyusunan dilakukan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) dimana
barang yang pertama masuk akan keluar lebih dahulu. Dan First Expired
First Out (FEFO) dimana barang yang pertama kadaluarsa akan keluar
lebih dahulu.
d. Untuk obat-obatan berbentuk syrup disusun dibagian bawah rak untuk
memudahkan pengambilan dan antisipasi bila sirup itu jatuh atau pecah
tidak akan membasahi obat lain.
e. Untuk obat golongan Obat Keras Tertentu (OKT) disimpan dalam lemari
khusus.
f. Untuk obat berbentuk injeksi, suppositoria dan obat yang higroskopis
disimpan dalam lemari pendingin.
Syarat gudang penyimpanan Narkotika di PBF adalah sebagai berikut:
a. Dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai satu pintu dengan dua
buah kunci yang kuat dengan merek yang berlainan.
b. Langit-langit dan jendela dilengkapi dengan jeruji besi.
c. Dilengkapi dengan lemari besi dan mempunyai kunci yang kuat yang
ditanam pada lantai /dinding.
d. Gudang dan lemari tidak boleh untuk menyimpan barang lain kecuali
ditentukan lain oleh Menteri.
Penyimpanan menurut Permenkes Nomor 3 tahun 2015 Pasal 27 tentang
9
penyimpanan Narkotika, Psikotropika,dan Prekursor Farmasi wajib memenuhi
Cara Distribusi Obat yang Baik, dan/atau standar pelayanan kefarmasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 30
1. PBF yang menyalurkan Narkotika harus memiliki tempat.
2. Penyimpanan Narkotika berupa gudang khusus.
3. Dalam hal PBF menyalurkan Narkotika dalam bentuk bahan bakudan obat
jadi, gudang khusus sebagaimana dimaksud padaayat (1) Harus terdiriatas:
1) Gudang khusus Narkotika dalam bentuk bahanbaku
2) Gudang khusus Narkotika dalam bentuk obat jadi
4. Gudang khusus untuk tempat penyimpanan Narkotika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) berada dalam penguasaan Apoteker penanggung
jawab.
Pasal 31
1. PBF yang menyalurkan Psikotropika harus memiliki tempat penyimpanan
Psikotropika berupa gudang khusus atau ruang khusus.
2. Dalam hal PBF menyalurkan Psikotropika dalam bentuk bahan baku dan obat
jadi, gudang khusus atau ruang khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus terdiri atas:
1) Gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk bahan
baku;dan
2) Gudang khusus atau ruang khusus Psikotropika dalam bentuk obat jadi
3) Gudang khusus atau ruang khusus untuk tempat penyimpanan
Psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berada
dalam penguasaan Apoteker penanggung jawab.
4) Adminstrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan dan
10
pengarsipan hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan serta evaluasi.
Pengelolaan administrasi untuk Pedagang Besar terdiri dari :
a. Buku kas adalah buku pencatatan alur keluar masuk dana.
b. Buku bank adalah buku pencatatan debit dan kredit melalui bank.
c. Buku penerimaan barang adalah buku untuk mencatat segala yang masuk
dari cabang induk atau cabang lain.
d. Buku pembelian adalah buku untuk mencatat segala aktivitas pembelian
yang dilakukan di KFTD cabang Bengkulu.
Pelaporan di PBF adalah :
a. Laporan distribusi obat triwulan adalah berisi tentang laporan segala pesanan
obat yang didistribusikan ke relasi selama 3 (tiga) bulan.
b. Laporan obat narkotika dan psikotropika adalah berisikan tentang laporan
segala pesanan obat narkotika dan psikotropika yang didistribusikan ke relasi
selama 1 (satu) bulan.
c. Laporan distribusi alat kesehatan setiapbulan.
5) Keuangan
Keuangan meliputi adminitrasi untuk uang masuk, uang keluar, buku harian
penjualan. Catatan mengenai uang masuk meliputi laporan penjualam harian
sedangkan uang yang keluar tercatat dalam buku pengeluaran.
Pelayanan PBF adalah sebagai distribusi atau penjualan barang berkaitan dengan
pengeluaran barang dari gudang, berdasarkan pesanan dari konsumen. Pesanan dapat
di lakukan melalui telpon (berlangganan) dan salesmen (menggunakan surat
pesanan /sp).
Pelayanan pedagang besar farmasi hanya dapat melaksanakan penyaluran obat
keras kepada:
11
1. Pedagang besar lainya berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh
penanggung jawab PBF.
2. Apotek berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek.
3. Rumah sakit berdasarkan surat pesanan yang di tanda tangani oleh Apoteker
Pengelola Instalasi Rumah Sakit.
4. Instalasi lain yang di izinkan Menteri Kesehatan
1. Obat.
2. Bahan baku obat.
3. Obat tradisional dan bahan tradisional (obat asli Indonesia) dan (bahan obat
asli Indonesia)
4. Alat-alat kesehatan.
5. Kosmetik.
1. Obat narkotika.
2. Obat daftar G dan Obat Keras Tertentu (OKT) psikotropika.
3. Obat daftar W.
4. Obat daftar bebas.
Bentuk saluran obat distribusi daftar G, secara umum bentuk saluran distribusi
obat G dapat ditempuh salah satu dari bentuk saluran distribusi yang ada.
Adapun yang harus di perhatikan saat pelayanan penjualan obat di PBF antara lain:
12
1. AA (Asisten Apoteker) penanggung jawab dalam penerimaan faktur 4 yang
telah di tanda tangani oleh penanggung jawab atau petugas penjualan
2. AA (Asisten Apoteker) penanggung jawab gudang menyerahkan barang
beserta faktur 5 rangkap kepada petugas gudang untuk menyiapkan barang
sesuai pesanan.
3. Tugas gudang memeriksa kebenaran fisik barang dan faktur 4 rangkap.
Apabila sesuai maka petugas gudang membutuhkan tanda terima barang di
buku ekspedisi barang. Kemudian faktur di kembalikan ke fakturis untuk arsip
pedagang.
13
BAB III
PEMBAHASAN
PBF Bengkulu Dispo Farma yang bertempat di Jalan Timur Indah V ,Gg Masjid
At-Taqwa Rt 37 Rw 02 kelurahan SidoMulyo kecamatan Gading Cempaka,Kota
Bengkulu. Dipimpin oleh bapak Renno Yoserizal dengan nomor izin PBF :
FP.01.04/IV/0104-e/2021, dan Apt. Muthia Dwi Syasmi S.Farm. Serta nomor izin
14
Alkes FK.01.01/1/5155-e/2021 dengan Penanggung Jawab Alat kesehatan
Syafriyadi,A.Md,Farm. Sejak berdiri PBF Bengkulu Dispo Farma berkosentrasi pada
usaha penjualan obat-obatan dan alat kesehatan. Sesuai dengan fungsinya sebagai
subdistributor obat, PBF Bengkulu Dispo Farma menyalurkan obat-obatan dan alat
kesehatan ke Apotek-apotek, rumah sakit, dan klinik yang ada di Kota Bengkulu, dan
seiring berkembangnya usaha Bengkulu Dispo Farma telah berkembang PT Bengkulu
Dispo Farma membuka cabang lain di Lubuk Linggau Sumatera Selatan.
15
GAMBAR 1. Struktur Organisasi PBF Bengkulu Dispo Farma
KOMISARIS
H. Arsil Djamaran
DIREKTUR
Renno Yoserizal
DRIVER
SALESMAN M Sahid
Winson
Hizan Pariawan KOLEKTOR
Meri Ulfah
Hengky
STAF
16 Esy Kurniesa
2.5 Tugas Pokok dan Fungsi
PBF Bengkulu Dispo Farma ( BDF) memiliki 9 orang karyawan yang memiliki
tugas, pokok, dan fungsi masing-masing yang meliputi:
A. Komisaris
Tugas dan tanggung jawab komisaris di PT. Bengkulu Dispo Farma (BDF)
yaitu:
B. Direktur
17
2. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan peralatan
dan perlengkapan.
3. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta
pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.
4. Memimpin aktivitas-aktivitas pembelian, pemasaran, administrasi,
serta pengkoordinir tugas-tugas tersebut.
5. Bertindak sebagai perwakilan perusahaan dalam hubungannya dengan
dunia luar.
6. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan direktur utama.
18
7. Membuat laporan obat ke Diknas Kesehatan Provinsi dengan
Tembusan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan
8. Mengarsipkan faktur dan surat pesanan.
9. Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap penarikan
obat, memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.
10.Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan
pelanggan.
11.Meluluskan obat kembalian ke dalam stok.
12.Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program dan
tersedian tindakan perbaikan yang diperlukan
13.Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk mengkarantina
atau memusnahkan obat kembalian, rusak, hasil penarikan kembali
atau didugapalsu.
14. Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk obat
tertentu sesuai peraturan perundang-undangan.
D. Petugas Gudang
19
6. Memelihara kebersihan, kerapian, keutuhan, dan keamanan barang-
barang dengan baik.
7. Bertanggung jawab terhadap keluar masuk barang.
8. Membantu melaksanakan stok opname.
E. Administrasi
F. Kolektor
Tugas dan tanggung jawab kolektor di PT. Bengkulu Dispo Farma (BDF)
meliputi:
1. Melakukan penagihan atas nota yang sudah jatuh tempo kepada
pelanggan sesuai dengan faktur yang diberikan oleh bagianinkaso.
2. Melakukan penyetoran dan atau membuat laporan hasil dari penagihan
ke bagian inkaso.
3. Untuk kolektor luar wilayah kota Bengkulu wajib menyetorkan atau
transfer tagihannya maksimal 2 (dua) hari tagihan terkumpul ke Bank
yang telah ditentukan.
4. Untuk kolektor wajib melakukan pelaporan tiap harinya di waktu akhir
kerja pada hari itu melaui via sms atau media sosial grupkantor.
20
G. Salesman
H. Expedisi
Tugas dan tanggung jawab delivery order di PT. Bengkulu Dispo Farma
(BDF), meliputi:
1. Membantu administrasi dalam meneliti faktur pengirimanbarang.
2. Melakukan pemeriksaan kembali kebenaran dan jumlah barang
3. Bertanggung jawab atas pengiriman barang yang tepat waktu.
4. Bertanggung jawab atas keselamatan barang, faktur dan kendaraan
pada saat pengiriman barang sampai ketujuan.
5. Membuat dan mengatur rute pengiriman barang.
21
terlaksana evaluasi atas semua kegiatan yang menyangkut fungsi dalam
organisasi.
Sumber daya kefarmasian di PBF Bengkulu Dispo Farma memiliki
seorang Apoteker sebagai penanggung jawab. PBF Dispo Farma telah
sesui dengan peraturan yang berlaku bahwa di PBF harus memiliki
Apoteker (sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34
tahun 2014). Yang menjabat sebagai apoteker di PBF Dispo Farma saat
ini adalah Apt. Muthia Dwi Syasmi S.Farm. kegiatan yang dilaksanakan
di PBF Dispo Farma telah sesuai dengan aspek-aspek CDOB (Cara
Distribusi Obat dengan Baik).
Jumlah sarana dan Prasarana yang ada di PBF Bengkulu Dispo Farma
Kota Bengkulu sudah dapat dikatakan memenuhi standar karena memiliki
kelengkapan fasilitas yang memadai yang bersih dan nyaman serta di
lengkapai fasilitas penujang yang lengkap. PBF Bengkulu Dispo Farma
memiliki 2 gudang dengan ukuran yang berbeda yang terdiri dari :
a. Gudang obat
b. Gudang alkes
Pada gudang sudah memenuhi standar gudang yang baik selain dari
ukuran yang sudah lebih dari standar dan dilengkapi fasilitas penujang
seperti pendingin ruangan (AC),dilengkapi dengan Pallet / rak serta
terdapat alat pengukur suhu.
22
2.8 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
a. Perencanaan
Perencanaan di PBF Bengkulu Dispo Farma dilakukan
berdasarkan kebutuhan, di PBF Bengkulu Dispo Farma perencanaan
dilakukan dengan cara salesmen membuat estimasi penjualan atau
daftar obat, kemudian diserahkan ke supervisor untuk selanjutnya
dihitung perkiraan penjualan oleh bagian pembelian, setelah itu
estimasi penjualan di cetak dan dilanjutkan pengadaan barang.
b. Pengadaan
Dari estimasi penjualan dibuatlah surat pesanan obat,
kemudian surat pesanan atau po rangkap 2 ditandatangani dan di cap
oleh Apoteker. Surat pesanan terbagi menjadi 3 yaitu surat pesanan
biasa, surat pesanan obat OOT dan surat pesanan obat Prekursor,
bentuk form surat pesanan itu berbeda-beda. Untuk surat pesanan obat
Prekursor dan OOT harus mencantumkan alamat Apoteker dan harus
tertera bahwa obat yang dipesan adalah obat prekursor atau OOT,
untuk obat prekursor dan OOT surat pesanan asli sudah harus ada di
tangan Apoteker Supllier, Jika tidak ada hutang maka dalam proses 2
hari barang sudah sampai di PBF.
c. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan menerima barang yang telah
diadakan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat barang datang barang
23
akan diperiksa terlebih dahulu oleh petugas gudang. Pemeriksaan yang
di lakukan yaitu surat pesanan dicocokkan dengan surat jalan. Yang
pertama dicek ialah surat pesanan ( jumlah koli, dari PT mana dan
untuk PT siapa) jika sesuai surat jalan ditanda tangan, barang
diterima,lalu cocokkan faktur dengan surat pesanan, lalu cocokkan
faktur dengan fisik barang yang mana meliputi kesesuaian antara nama
obat, jumlah barang, bentuk sediaan,expired date, nomor bacth, dan
kondisi sediaan. Jika salah satu kondisi tersebut tidak terpenuhi atau
terdapat ketidaksesuaian yang tertera di faktur maka barang akan di
kembalikan kepada supplier. Barang yang tidak sesuai akan di retur.
Akan tetapi, jika seluruh barang sudah sesuai dengan faktur, dalam
kondisi yang baik, dan belum mendekati ED maka barang akan
diterima. Setelah itu di konfirmasikan kepada Apoteker untuk di tanda
tangani surat jalan serta faktur yang dibawa. Kemudian arsip faktur
untuk supplier atau distributor dikembalikan kepada kurir yang
mengantar
d. Penyimpanan
Proses penyimpanan sudah dilakukan berdasarkan teori dan
menggunakan penempatan barang berdasarkan tempatnya dengan
prosedur sebagai berikut :
a. Petugas gudang mencatat seluruh penerimaan barang pada saat
barang masuk dan dalam buku penerimaan barang.
b. Kemudian barang yang diterima dan diletakkan di
penyimpanan setelah penerimaan (staging area)
c. Penyimpanan barang sesuai dengan penggolongan obat, bentuk
sediaan, dan sesuai alfabet
d. Mencatat surat pengiriman barang yang dilakukan
menggunakan sistem komputerisasi secara up to date
24
e. Barang tertentu disimpan ditempat terpisah, misalnya Alkes di
ruang tersendiri, Obat-obat bebas dan bebas terbatas dalam
ruang sendiri.
f. Obat harus disimpan
1. Pada tempat yang bersih, bebas debu, bebas serangga,
penerangan dan sirkulasi udara cukup, tidak panas, aman,
tidak mudah dicuri.
2. Suhu dikenal ada beberapa macam, yaitu:
a. Tempat penyimpanan obat suhu kamar (250-300C)
b. Tempat penyimpanan obat suhu sejuk (150-250C)
c. Tempat penyimpanan obat suhu dingin (20-80C)
3. Kelompok produk
Kelompok produk ini didasarkan pada OTC (Over The
Counter), Ethical Brand, Generik dan Lisensi tetapi tetap
dibedakan berdasarkan bentuk sediaan obat, hal ini untuk
mempermudah dalam memantau stok obat dalam gudang,
sehingga distribusi obat di monitoring.
4. First In First Out (FIFO)/First Expired First Out (FEFO).
Barang yang datang pertama kali harus dikeluarkan
terlebih dahulu daripada yang baru datang, agar tidak terjadi
penumpukan barang atau produk mati yang kemungkinan
dapat kadaluarsa sehingga berakibat pada kerugian. Barang
yang masa kadaluarsanya lebih awal harus dikeluarkan
terlebih dahulu daripada masa kadaluarsanya yang masih
lama. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kemungkinan
penumpukan obat kadaluarsa yang mengakibatkan kerugian.
5. Abjad
Penyusunan obat berdasarkan alphabet dilakukan agar
25
dalam mengakses atau mengambil obat lebih mudah dan
cepat, karena telah tersusun rapi berdasarkan susunan
alphabet tersebut.
e. Metode Pemasaran
Personal selling adalah suatu proses komunikasi antara seles
person dengan pembeli potensial dengan tujuan untuk menjual produk
dan jasa,biasanya akan lebih efektif jika dilakukan dengan cara
komunikasi tatap muka langsung (face-to-face), krospondensi personal
atau percakapan melalui telepon.
1. Pelanggan nyaman
2. Mendengarkan orang lain
3. Kemampuan menjual masalah
4. Kemampuan mengenal produk
5. Closing
26
f. Metode Pendistribusian
Pendistribusian obat di PBF BDF (Bengkulu Dispo Farma)
meliputi penyaluran pemesanana obat oleh oulet seperti apotek, rumah
sakit, klinik, toko obat, dan PBF. Pemesanan obat di PT BDF (Bengkulu
Dispo Farma) dilakukan dengan cara SP (Surat Pesanan) dari outlet
datang terlebih dahulu, SP (Surat Pesanan) sesuai dengan golongan obat
seperti Prekursor dibuat di SP Prekursor, sedangkan untuk obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, dibuat di SP biasa. Kemudian pihak PBF
BDF (Bengkulu Dispo Farma) mengecek ketersediaan obat yang ada di
gudang dan menginput barang yang akan dijual, serta melakukan
pemeriksaan atau skrining terhadap SP yang datang, Skrining SP meliputi
nama outlet, alamat outlet, Nomor SP, tujuan PBF, alamat PBF, tanggal
pemesanan, tanda tangan pemesan, nama penanggung jawab,
SIPA/STRTTK. Kemudian barang disiapkan terlebih dahulu, catat
expired date dan nomor batch, jika sudah kembali ke APJ, dientry, lalu
faktur dicetak oleh fakturis dan ditandatangani oleh Apoteker dan di
stempel dengan nama PBF serta nama Apoteker dan Surat Izin Apoteker.
Setelah itu beri ke gudang, packing barang dan kemudian disalurkan ke
outlet-outlet.
27
5. Faktur yang telah di cetak diberikan ke gudang dan dilakukan
pengecekan dan dilakukan packing pesanan.
6. Faktur penjualanan ada empat rangkap yaitu :
a. Warna kuning ( untuk ke outlet )
b. Warna hijau ( untuk arsip gudang )
c. Warna pink ( untuk arsip apoteker )
d. Warna putih ( untuk penagihan )
h. Metode Pelaporan
Metode Pelaporan yang dilakukan di PBF Bengkulu Dispo Farma
yaitu laporan E-Report PBF, E-was BPOM dan Laporan Stock Opname :
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
29
c. Kepada adik kelas agar dapat meningkatkan cara belajar, kreatifitas,
ketelitian dan keterampilan untuk memperbaiki dan mempelancar Praktik
Kerja Industri.
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan, (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI. No. HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat
dan MakananRI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, (2017). Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI. No. 25 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Sesrtifikasi Cara
Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: Kepala Badan Pengawas Obat dan
MakananRI.
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI, 2014, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 34 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/Menkes/ Per/VI/2011
tentang Pedagang Besar Farmasi, Jakarta: Depkes RI.
31
L
A
M
P
I
R
A
N
32
Lampiran 1 : Gedung PBF Bengkulu Dispo Farma
33
Lampiran 2 : Ruang Admin
34
Lampiran 3 : Ruang PT. Bintang Toedjoe dan PT. Unza Vitalis
35
Lampiran 4 : Ruang Direktur
36
Lampiran 5 : Ruang arsip dokumen
37
Lampiran 6 : Ruang Bengkel Dan Mushola
38
Lampiran 7 : Ruang Dapur
39
Lampiran 8 : Ruang Gudang Kosmetik.
40
Lampiran 9 : Ruang Gudang Alat kesehatan.
41
42
Lampiran 10: Ruang Suplemen.
43
Lampiran 11 : Ruang obat
44
45
Lampiran 12 : Ruang karatina Obat.
46
Lampiran 13 : Faktur untuk penagihan (putih).
47
Lampiran 14 : Faktur Arsip outlet (kuning).
48
Lampiran 15 : Faktur Arsip Gudang (Hijau).
49
Lampiran 16 : Faktur Pembelian Obat , Surat Jalan dan Surat Pesanan.
50
Lampiran 17 : Faktur Penjualan Obat dan Surat Pesanan.
51
Lampiran 18 : Retur Penjualan
52
Lampiran 19 : Denah Ruang
Ruang Obat
Gudang Kosmetik
Ruang Suplemen
Barang
& Herbal
masuk
Barang Ruang
Keluar karantina
Gudang Alkes
Gudang Alkes
Gudang Alkes Ruang Packing
Tempat
WC
wudhu
R. Bengkel Mushola
Ruang Berkumpul
RuangBintang
Ruang Unza Vitalis
7
Ruang Admin
Ruang Arsip
WC
Ruang Direktur
Dapur
53