Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker
Disusun oleh :
UNIVERSITAS KADIRI
KEDIRI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PROGRAM STUDI PROFESI
APOTEKER DI RS MARDI WALUYO PERIODE BULAN JANUARI – FEBRUARI 2022
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Apoteker (Apt.) Program
Studi Profesi Apoteker
Disusun oleh :
2
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum
Daerah Mardi Waluyo,Blitar. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum Daerah Mardi Waluyo ini berlangsung mulai tanggal 3 Januari sampai 26 Februari
2022. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker yang kami laksanakan di
Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri agar setiap
calon Apoteker mendapatkan pengetahuan dan gambaran yang jelas mengenai rumah sakit
yang merupakan salah satu tempat pengabdian profesi apoteker. Selama menjalankan praktek
kerja profesi ini, penulis banyak menerima arahan, bimbingan, dorongan semangat dan
motivasi dari banyak pihak. Dalam kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Rumah Sakit Umum Daerah Mardi
Waluyo, khususnya Kepala Instalasi Farmas Depo 1sebagai pembimbing 1 yaitu Ibu
Apt. M. Hari Pristantiningtiyas,S.Si. yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2. Ibu Anggi Restyana, M.Farm., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.
3. Ibu Apt. Tsamerotul Ilmi,S.Farm, M.Farm., pembimbing 2 dari Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kadiri yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4. Seluruh preseptor Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo yang telah meluangkan
waktu memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker yang tidak dapat kami sebut satu persatu, atas semua kerja sama dan
bantuan yang berarti bagi penulis
3
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan......................................................................................................................2
Kata Pengantar..............................................................................................................................3
Daftar Isi.......................................................................................................................................4
BAB I Pendahuluan
4
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB V Penutup
5.1 Kesimpulan................................................................................................................................74
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................75
5
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB I
PENDAHULUAN
6
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
7
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Manfaat yang dapat diperoleh dalam proses pembelajaran praktek kerja profesi
Apoteker ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami tugas serta tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit.
3. Meningkatkan keterampilan para calon Apoteker mengenai kemampuan
berkomunikasi dengan baik dengan tenaga kesehatan, Pemerintahan, ataupun
masyarakat.
8
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB II
Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
9
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
1) Rumah Sakit Umum kelas A Rumah Sakit tipe ini paling sedikit memiliki
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan medik
spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
subspesialis, dan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut. Rumah Sakit
kelas A memiliki fasilitas tempat tidur minimal 400 buah. Tenaga medis
Rumah Sakit kelas A meliputi delapan belas dokter umum untuk pelayanan
medik dasar, empat dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut,
enam dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan spesialis penunjang, tiga
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, dua dokter
subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis, dan satu dokter
gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut. Tenaga
kefarmasian paling sedikit terdiri atas satu apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi rumah sakit, lima apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu
paling sedikit sepuluh tenaga teknis kefarmasian, lima apoteker di rawat inap
yang dibantu oleh paling sedikit sepuluh tenaga teknis kefarmasian, satu
apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal dua tenaga
teknis kefarmasian, satu apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling
sedikit dua tenaga teknis kefarmasian, satu apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian rumah sakit, dan satu apoteker sebagai koordinator produksi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap
atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah sakit.
2) Rumah Sakit Umum kelas B Rumah Sakit tipe ini paling sedikit memiliki
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan medik
spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik
subspesialis, dan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut. Tenaga medis
Rumah Sakit kelas B meliputi dua belas dokter umum untuk pelayanan
10
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
medik dasar, tiga dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut, tiga
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar, dua
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang, satu
dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain, satu dokter
subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis, dan satu dokter
gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut. Tenaga
kefarmasian paling sedikit terdiri atas satu Apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi rumah sakit, empat apoteker yang bertugas di rawat jalan yang
dibantu paling sedikit delapan tenaga teknis kefarmasian, empat apoteker di
rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit delapan tenaga teknis
kefarmasian, satu apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh
minimal dua orang tenaga teknis kefarmasian, satu apoteker di ruang ICU
yang dibantu oleh paling sedikit dua orang tenaga teknis kefarmasian, satu
apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat
jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah sakit, dan satu
apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian rumah sakit.
3) Rumah Sakit Umum kelas C Rumah Sakit tipe ini paling sedikit memiliki
pelayanan gawat darurat, pelayanan medik umum, pelayanan medik spesialis
dasar, pelayanan medik spesialis penunjang, pelayanan medik spesialis lain,
pelayanan medik subspesialis, dan pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
Tenaga medis Rumah Sakit kelas C meliputi sembilan dokter umum untuk
pelayanan medik dasar, dua dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut, dua dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
dasar, satu dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis
penunjang, dan satu dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
11
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
spesialis gigi mulut. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas satu
apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, dua apoteker yang
bertugas di rawat jalan yang dibantu paling sedikit empat tenaga teknis
kefarmasian, empat apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit
delapan tenaga teknis kefarmasian, dan satu apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi, dan produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian rumah sakit.
4) Rumah Sakit Umum kelas D (kelas D dan kelas D pratama) Rumah Sakit
tipe ini paling sedikit memiliki pelayanan gawat darurat, pelayanan medik
umum, pelayanan medik spesialis dasar, dan pelayanan medik spesialis
penunjang. Tenaga medis rumah sakit kelas D meliputi empat dokter umum
untuk pelayanan medik dasar, satu dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut, dan satu dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar. Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas satu apoteker
sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, satu apoteker yang bertugas di
rawat inap dan rawat jalan yang dibantu paling sedikit dua orang tenaga
teknis kefarmasian, dan satu apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi, dan produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi
klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian rumah sakit.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ, atau jenis penyakit. Rumah Sakit khusus diklasifikasikan
menjadi kelas A, B, dan C. Klasifikasi rumah sakit khusus ditetapkan berdasarkan
pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta
administrasi, dan manajemen. Klasifikasi dari unsur pelayanan rumah sakit khusus
12
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit
paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan
medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan
internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang
tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang rumah sakit. Pola
organisasi rumah sakit di negara kita pada umumnya terdiri atas Badan Pengurus
Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasihat, dan Badan
Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik,
satuan pengawas dan berbagai bagian instalasi. Tergantung pada besarnya rumah sakit,
dapat terdiri atas satu sampai empat wakil direktur. Wakil direktur pada umumnya terdiri
atas wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik dan keperawatan,
wakil direktur keuangan dan administrasi. Staf medik fungsional (SMF) berada di bawah
koordinasi komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dan dokter
spesialis dari semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah
non struktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua- ketua SMF (Siregar, 2004).
Struktur organisasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045 tahun 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
berbeda-beda untuk setiap kelas rumah sakit, yaitu :
13
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
1) RSU Kelas A : dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi paling
banyak 4 Direktorat. Setiap Direktorat terdiri dari paling banyak 3 bidang/
bagian yang masing – masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi atau tiap
bagian terdiri dari paling banyak 3 sub bagian.
2) RSU Kelas B Pendidikan : dipimpin seorang Direktur Utama yang membawahi
paling banyak 3 Direktorat. Tiap Direktorat membawahi paling banyak 3
bidang/ bagian. Masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi dan
masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 sub bagian.
3) RSU Kelas B Non Pendidikan : dikepalai oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi paling banyak 2 Direktorat. Setiap Direktorat memiliki paling
banyak 3 bidang/ bagian. Tiap bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi atau tiap
bagian terdiri dari paling banyak 3 sub bagian.
4) RSU Kelas C : dipimpin seorang Direktur yang membawahi paling banyak 2
bidang dan 1 bagian. Setiap bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi dan setiap
bagian terdiri dari paling banyak 3 sub bagian.
5) RSU Kelas D : dipimpin oleh seorang Direktur yang membawahi 2 seksi dan 3
sub bagian (Depkes RI, 2006).
14
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
15
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
16
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
17
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
18
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
A. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
19
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini
berdasarkan :
1. Formularium dan standar pengobatan/ pedoman diagnosa dan terapi
Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang telah ditetapkan
2. Pola penyakit
3. Efektifitas dan keamanan
4. Pengobatan berbasis bukt
5. Mutu
6. Harga
7. Ketersediaan di pasaran
B. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain
konsumsi, epidemiologi, serta kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan :
20
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
1. Metode Konsumsi
21
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
3. Metode Kombinasi
Metode ini digunakan karena adanya keterbatasan pada kedua metode
konsumsi dan epidemiologi, dengan metode kombinasi bisa meminimalkan
kekurangan dari masing-masing metode konsumsi maupun epidemiologi
22
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
23
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
C. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan
metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran (Permenkes No. 58, 2014).
Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara
lain:
1. Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa
2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai Nomor Izin Edar.
3. Waktu kadaluarsa minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan
lain-lain).
D. Penerimaan.
24
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penerimaan :
E. Penyimpanan
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluwarsa dan peringatan khusus
2. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi
dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang
dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati
4. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
25
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang harus disimpan
terpisah yaitu :
1. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda
khusus bahan berbahaya.
2. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas
medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan
tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamata.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, jenis
sediaan, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO)
disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dengan penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,
Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah sakit harus
dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat emergensi harus menjamin :
1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah
ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain.
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti.
4. Cek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa.
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain
F. Pendistribusian
Distribusi obat secara umum terbagi menjadi dua, yaitu distribusi internal dan
eksternal. Sistem internal dengan cara sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisaasi
adalah sistem distribusi obat dimana semua pelayanan yang berhubungan dengan obat
ditangani langsung oleh IFRS pusat, mulai dari resep orisinil dikirim oleh perawat ke
26
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
IFRS, kemudian resep tersebut diproses dan disiapkan untuk didistribusikan pada
penderita. Sedangkan desentralisasi adalah suatu sistem distribusi yang dilokasikan di
daerah perawatan/ unit-unit pelayanan. Dengan sistem desentralisasi, pelayanan
farmasi menjadi lebih dekat pada penderita dan staf professional. Ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pendistribusian obat di rumah sakit, yaitu :
1. Individual Prescribing
Sistem individual prescribing merupakan order/ resep yang ditulis oleh dokter
untuk setiap pasien dan obat disiapkan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada
resep.
Kelebihan :
Memberi kesempatan interaksi professional antara apoteker, dokter,
perawat dan penderita.
Mempermudah penagihan biaya obat penderita
Kekurangan:
27
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Kekurangan :
28
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Kekurangan:
29
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
5. Sistem Kombinasi.
Sistem kombinasi merupakan system gabungan dari peresepan individual, udd,
serta floor stock. Yang digunakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat
yang disediakan di ruang adalah obat yang diperlukan oleh banyak penderita,
dan biasanya adalah obat yang harganya relative murah, mencakup obat resep
atau obat bebas.
Kelebihan :
Semua resep atau oder individual dikaji langsung oleh apoteker.
Adanya kesempatan berinteraksi professional Antara apoteker, dokter,
perawat, dan penderita.
Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita.
Beban IFRS dapat berkurang.
Mengurangi terjadinya kesalahan terapi obat.
Kekurangan:
Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita
(obat resep individual).
Kesalahan pemberian obat yang disiapkan dari persediaan ruang dapat
terjadi membtuhkan tempat yang cukup untuk penyimpanan obat.
G. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
30
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penarikan sediaan
farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM
(mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
(voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap produk
yang izin edarnya dicabut oleh Menteri (Menkes, 2016). Pemusnahan dilakukan
untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila :
1. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang akan dimusnahkan.
2. Menyiapkan berita acara pemusnahan, sekurang-kurangnya memuat:
1) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan.
2) Nama dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
3) Nama apoteker pelaksana pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan.
4) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan.
5) Laporan pemusnahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
ditanda tangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan
pemusnahan.
31
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
H . Pengendalian.
32
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
I. Administrasi
33
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
34
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Peran fungsional apoteker di rumah sakit sangat penting terkait pengelolaan dan
penggunaan obat. Berikut peran fungsional apoteker di rumah sakit, antara lain :
1) Menjawab pertanyaan.
2) Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
35
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
36
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
a. Kriteria Pasien
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu
hamil dan menyusui).
2) Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
3) Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi dan lain-lain).
4) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off).
5) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin).
6) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
b. Sarana dan Peralatan
37
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
38
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
1) Kerjasama dengan Komite/ Tim Farmasi dan Terapi dan ruang rawat
2) Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
D. Interaksi Obat
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk
peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian Obat (medication error).
E. Keselamatan Pasien (Patien Safety)
1. Definisi Keselamatan pasien (patient safety)
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien agar lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko (Depkes RI, 2008).
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien
di Rumah Sakit, meningkatkan akuntanbilitas Rumah Sakit terhadap
pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di
Rumah Sakit, terlaksananya program – program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI, 2008).
Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar, yaitu hak pasien,
mendidik pasien dan keluarga, keselamatan dan kesinambungan
pelayanan, penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien, peran
kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, mendidik staf
tentang keselamatan pasien, komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
39
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
40
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
41
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
tepat harga, tepat informasi dan waspada efek samping obat (WHO,
2014).
42
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
43
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
44
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada
pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan
sebaliknya.
4. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan kepasien rawat inap yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan
untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak
dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan
informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit
baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit
yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home
Pharmacy Care).
5. Pemnatauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan
interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan
dari Apoteker kepada Dokter. PKOD bertujuan:
1) Mengetahui Kadar Obat dalam Darah.
2) Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.
45
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
1. Pengertian CSSD
Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan
Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap
semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril. Rumah sakit
sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah
risiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya
angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Pengendalian infeksi di rumah
sakit dilakukan untuk meminimalkan angka infeksi nosokomial. (Depkes
RI, 2009).
2. Tujuan sterilisasi menurut Depkes RI tahun 2009 tentang Pedoman
Instalasi Pusat Sterilisasi, yaitu :
1) Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril,
untuk mencegah terjadinya infeksi.
2) Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nosokomial.
3) Efisiensi tenaga medis/ paramedis untuk kegiatan yang berorientasi
pada pelayanan terhadap pasien.
4) Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk
yang dihasilkan. 2
3. Tugas CSSD
Tugas CSSD di rumah sakit adalah (Depkes RI, 2009) :
1) Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2) Melakukan proses sterilisasi alat/ bahan.
3) Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,
kamar operasi maupun ruangan lainnya.
4) Memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
5) Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun
sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.
46
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
47
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
48
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
3) Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran,
taman, halaman yang dapat dimanfaatkan lagi apabila ada
teknologinya.
4) Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
5) Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat sitotoksik.
6) Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
7) Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stok bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan
yang sangat infeksius.
8) Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang
mempunyai kemampuan untukmembunuh atau menghambat
pertumbuhan hidup.
O. Persyaratan Limbah
Persyaratan limbah menurut Kepmenkes RI No
1204/MENKES/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, yaitu :
1. Limbah Medis Padat
Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
49
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
50
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
51
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
52
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB III
Tinjauan Umum RS Mardi Waluyo
A. Profil dan Sejarah RS Mardi Waluyo
Rumah Sakit Daerah Mardi Waluyo Kota Blitar kondisi saat ini, dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, mengalami metamorfosis yang hebat. Hal tersebut tidak
berlebihan diungkapkan jika dirunut bagaimana sejarah keberadaannya mulai tahun
1942. Pada jaman revolusi tersebut, pelayanan hanya untuk pasien yang akan operasi,
yang dilayani dua dokter berkebangsaan Belanda yang datangnya tidak menentu, dr.
SHINKO dan dr. KARL BOOM. Pasca kemerdekaan, tahun 1949, baru memiliki dua
dokter tetap, dr. TEDJO sebagai Kepala Rumah Sakit dan dr. TRISULA sebagai
Kepala Dinas Kesehatan. Saat TBC mewabah di Blitar tahun 1958, dr. TRISULA
sebagai dokter spesialis paru, mendirikan pusat pendidikan "Ngrukti Nirmala" bagi
pasien TBC. Di lembaga ini, pasien TBC dikumpulkan dan diberi penyuluhan
tentang TBC dan Gizi. Tahun 1966, ada tambahan satu dokter, dr. AW SOEHAPTO,
yang dalam masa-masa pengabdiannya melakukan empat pengembangan pelayanan:
Pertama, pemeriksaan dan tes kehamilan dengan metode Galili Manini,
menggunakan kodok jantan dengan cara memencet bagian punggung, kalau berbunyi
KOOOK, maka kodok tersebut jantan. Kedua, melakukan operasi kecil dan operasi
caesar dengan peralatan seadanya, berhasil baik dan dilaporkan ke Kantor Inspeksi
Kesehatan di Jakarta. Laporan itu direspon baik dengan mengirimkan peralatan
operasi seperti meja dan lampu operasi ke Kota Blitar. Ketiga dan keempat,
membuka pelayanan poliklinik umum dan poliklinik gigi. Tahun 1975, menjalin
hubungan dengan dokter spesialis dari Surabaya dan Malang, yang dua kali seminggu
datang ke Blitar memberikan bimbingan kepada dokter-dokter umum. Hingga tahun
1996, berhasil merangkul empat dokter spesialis tetap di Rumah Sakit Mardi
Waluyo/ yaitu spesialis anak dr. IBNU SUSANTO, Sp.A, spesialis bedah dr.
ANDRY MANNARY, Sp.B, spesialis penyakit dalam dr. JIMMY PELEALU,
53
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
54
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
(BLUD), hingga menjadikan Rumah Sakit Mardi Waluyo sebagai Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB),
prestasi yang diraih membanggakan, terpilih sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi terbaik kedua tingkat nasional tahun 2010, dan mendapatkan penghargaan
langsung dari Presiden SUSILO BAMBANG YUDHOYONO.
B. Visi dan Misi
VISI
Menuju Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Sebagai Rumah Sakit Pilihan
Utama Yang Terpercaya Melayani Semua Masyarakat Pada Tahun 2021
MISI
55
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
56
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
57
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
D. Struktur Organisasi
58
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB IV
Kegiatan PKPA dan Pembahasannya
4.1. Tinjauan Umum Instalasi Farmasi
Pelayanan instalasi farmasi RSUD Mardi Waluyo kota Blitar berpedoman pada
peraturan menteri kesehatan RI nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan
farmasi di rumah sakit dan telah beroperasional 24 jam selama 7 hari dalam 1 minggu
4.1.2 Sasaran
A. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di instalasi farmasi ditujukan kepada:
1. Pasien regular/umum rawat jalan dan rawat inap
2. Pasien BPJS rawat jalan dan rawat inap
3. Pasien IKS dengan PIHAK III
B. Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling ditujukan kepada:
1. Pasien baru masuk (rawat inap)
2. Pasien rawat inap dengan polifarmasi
3. Pasien keluar rumah sakit (KRS)
C. Pelayanan informasi obat (PIO)
Pelayanan informasi obat (PIO) ditujukan kepada:
1. Pasien dan keluarga pasien
2. Dokter
3. Tenaga medis lainnya
4. Tenaga non medis
5. Masyarakat umum
59
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
60
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
KEPALA INSTALASI
SEKRETARIS
KOORDINATOR KOORDINATOR
KOORDINATOR
PENGELOLAAN PERBEKALAN PENGELOLAAN MANAJEMEN
FARMASI KLINIK
FARMASI MUTU
PELAKSANAAN PELAYANAN
PELAKSANAAN PERENCANAAN
INFORMASI OBAT
PELAKSANAAN PELAYANAN
PELAKSANAAN PENERIMAAN
KONSELING
PELAKSANAAN PELAYANAN
PELAKSANAAN PENYIMPANAN
RESEP DAN PELAKSANAAN
DAN PENYALURAN
VISITED
61
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
62
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Instalasi Farmasi RS
- cek kelengkapan
administrasi
BPJS Rawat Jalan - verifikasi obat
- pelayanan obat-obat
di luar BPJS mengikuti
kunjungan umum
Instalasi Farmasi RS
- cek kelengkapan
administrasi
BPJS rawat inap - verifikasi obat
- pelayanan obat-obat
diluar BPJS mengikuti
prosedur kunjungan
umum
pelayanan resep
berdasarkan jenis
kunjungan
Instalasi Farmasi RS
- cek kelengkapan
JAMKESDA/SPM administrasi
- verifikasi obat
- pelayanan resep
catatan
63
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
64
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
A. Tunai
Pembayaran tunai diberlakukan untuk pasien regular/umum, pasien menyerahkan resep
dokter kepada petugas instalasi farmasi, diberi harga oleh petugas instalasi farmasi dan
pasien membayar sejumlah yang tertera pada nota pembelian
B. Klaim
Pembayaran dengan cara klaim diberlakukan untuk pasien yang menjadi peserta dari
instalasi atau perusahaan asuransi yang menjalin ikatan kerja sama (IKS) dengan RSUD
Mardi Waluyo, pelayanan obat/alkes habis pakai berdasarkan daftar obat/alkes yang telah
disepakati bersama dalam IKS.
.
Pelayanan obat rawat inap Rsud Mardi Waluyo memiliki 1 apoteker penanggung
jawab, 2 apoteker Depo 1, dan 1 tenaga teknis kefarmasian, Strukture organisasi pelayanan
obat rawat inap :
65
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
DEPO 2
1 apoteker
(dalam depo) dahlia mawar melati
(2 apoteker) (1 apoteker) (1 apoteker)
1 apoteker
penanngung
2 TTK
66
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Alur pelayanan resep di pelayanan obat rawat inap RSUD Mardi Waluyo
dimulai dari resep yang ditulis oleh dokter dari masing masing ruangan rawat inap
setiap harinya akan diambil oleh transporter pelayanan obat rawat inap. Resep yang
telah diambil kemudian dilakukan kendali dan penulisan KPO oleh apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian di pelayanan obat.Setelah dikendali, resep di entry ke
komputer oleh admin.Kemudian dilakukan penyiapan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP oleh sesuai dengan resep oleh tenaga teknis kefarmasian pelayanan obat
berdasarkan resep.Sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang telah disiapkan dilakukan
dispensing oleh petugas berdasarkan sistem pendistribusiannya (UDD, ODD dan
resep perseorangan). Setelah itu sediaan farmasi, alkes dan BMHP akan dimasukkan
ke dalam kresek yang telah diberi penandaan/tulisan nama pasien dan ruangan rawat
inap pasien. Sebelum dilakukan pengiriman akan dilakukan double chek oleh petugas
antara KPO, resep dan sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang telah dimasukkan
kresek. Step terakhir setelah dilakukan double cheksediaan farmasi, alkes dan BMHP
akan diantarkan oleh transporter pelayanan obat ke masing-masing ruangan
menggunakan trolly.
RESEP + KPO
Entry Komputer
Penulisan Kpo
Penyiapan Obat
Dispensing (UDD,ODD,
dan Resep
perorangan)
Dilakukan Doubel check
68
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
4.6. Pembahasan
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai PMK No 72
Tahun 2016 Tentaelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
1. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alkes, dan
BMHP sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alkes dan BMHP di
Pelayanan Obat Rawat Inap Rsud Mardi Waluyo Blitar berdasarkan formularium
rumah sakit (Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh komite/tim farmasi dan terapi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit).
2. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan yang telah ditentukan. Metode perencanaan yang ditentukan di
Pelayanan Obat Rawat Inap Rsud Mardi Waluyo yaitu metode konsumsi. Dimana
perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data konsumsi
perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi
pedoman pengelolaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan
dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Memastikan sediaan
69
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan
maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi
harus melibatkan tenaga kefarmasian. PengadaanSediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Pelayanan Obat Rawat Inap Rsud Mardi waluyo
sesuai dengan stok barang yang hampir habis. Petugas pelayanan obat setiap hari
akan melakukan pencatatan pesanan ke bagian Gudang Farmasi dengan menulis di
buku BON DEFECTA. Buku bon defecta akan diambil oleh petugas dari gudang
farmasi.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.Penerimaan barang harus disertai faktur
pembelian, yang sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan terhadap faktur tersebut
dengan melihat alamat distributor, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), nomor
telepon yang menunjukkan keaslian faktur. Penerimaan barang di pelayanan obat
rawat inap Rsud mardi waluyo dimulai dari barang datang dari gudang farmasi
rumah sakit beserta buku bon defecta dan list entryan permintaan sediaan farmasi,
alkes dan BMHP dari gudang. Kemudian dilakukan penyesuaian apakah barang
yang ditulis dibuku defecta sudah sesuai/belum dengan barang yang datang (nama
obat, jumlah, jenis sediaan)
5. Penyimpanan
Setelah barang diterima di pelayanan obat perlu dilakukan penyimpanan sebelum
dilakukan pendistribusian.Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan
keamanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP sesuai dengan persyaratan
kefarmasian.Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi dan penggolongan
jenis sediaan farmasi, alkes, dan BMHP. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan
BMHP di pelayanan obat rawat inap berdasarkan :
70
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
2) Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan obat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sediaan
bentuk cair (larutan sejati, suspensi, dan emulsi), bentuk sediaan
semipadat (krim, lotion, salep, gel, supositoria), bentuk sediaan
solida/padat (tablet, kapsul, pil, granul, dan serbuk) dan alat kesehatan.
3) Obat Penyimpanan Khusus (Psikotropika dan Narkotika, LASA, High
Alert)
Penyimpanan obat Psikotropika dan Narkotika di pelayanan
obat rawat inap Rsud Mardi waluyo blitar disimpan dalam
lemari khusus/tersendiri yang dilengkapi dengan kunci ganda
yang setiap pengambilan obat dilakukan penulisan kartu stock
yang diawasi langsung oleh apoteker penanggungjawab.
Penyimpanan sediaan farmasi, alkes dan BMHP yang
penampilan dan penamaan yang mirip atau Look Alike Sound
Alike (LASA) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi
penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan obat. Penandaan khusus LASA di pelayanan obat
rawat inap yaitu stiker garis berwarna kuning yang ditempel
pada rak penyimpanan.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
adalah obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan
71
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
72
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
73
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Rekonsiliasi Obat
Dispensing Obat
Pelayanan dispensing obat dilakukan di sebagian besar unit farmasi. Dalam
pelaksanaan PKPA periode januari sampai februari ini, mahasiswa melakukan
proses dispensingdi instalasi kanker Tulip dan farmasi Rawat Jalan. Pelayanan
dispensing obat terdiridari penerimaan resep, dan skrining resep, kemudian
entry di komputer dan pembuatan etiket, pengambilan obat, pengemasan obat
dan penempelan etiket, penyerahan obat. Setiap tahap pada proses dispensing
ini dilakukan oleh orang yang berbeda untuk meminimalisir kesalahan. Di unit
Tulip ini,
74
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum
Daerah Mardi Waluyo mulai tanggal 3 Januari 2022 sampai 26 Februari 2022, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Kegiatan PKPA di Rumah Sakit Umum Daerah Mardi Waluyo Blitar memberikan
kesempatan bagi calon Apoteker untuk mempelajari strategi dan pengembangan
rumah sakit, dalam bidang manajerial khususnya dalam mengelola perbekalan
farmasi dan penggunaan obat hingga sampai ke pasien.
2. Mahasiswa dapat memahami peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab Apoteker.
3. Kegiatan PKPA dapat memberikan bekal kepada mahasiswa calon apoteker
sebelum masuk ke dunia kerja khususnya ketika berhadapan dengan pasien dan
masyarakat sehingga dapat menjalankan profesi dengan baik dan bertanggung
jawab.
4. Seorang apoteker harus mampu memahami permasalahan yang ada di rumah sakit
dengan berperan aktif dalam pelayanan kefarmasian kepada pasien yaitu dengan
melakukan analisis resep, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) serta mampu
memberikan pelayanan swamedikasi demi tercapainya pengobatan yang rasional.
75
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Daftar Pustaka
Anonim, 2008, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1121 Tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2009, Pedoman Pemantauan Terapi Obat, Jakarta. Depkes RI, 2009a , Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 44 tentang Rumah Sakit, Departemen Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2009b , Pedoman Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply Departement) di
Rumah Sakit, Departemen Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI, 2009c , Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril, Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian Komunitas dan Klinis RI, Jakarta. Depkes RI, 2009d , Pedoman Pencampuran
Obat Suntik dan Penanganan Sediaan Sitostatika, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian
Komunitas dan Klinis RI, Jakarta
Kepmenkes RI, 1995, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 2015
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia, Jakarta.
Kepmenkes RI, 2004, Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
76
Laporan PKPA Apotek Program Studi Apoteker Angkatan II
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri, Kediri
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014. Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit. 18 Agustus 2014. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1223. Jakarta.
Permenkes RI, 2006, Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan, Menteri Kesehatan
RI, Jakarta
Permenkes RI, 2006, Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan, Menteri Kesehatan
RI, Jakarta.
Permenkes RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340 Tahun
2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Kemenkes RI, Jakarta.
Permenkes RI, 2014a , Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Kemenkes RI, Jakarta.
Permenkes RI, 2014 b , Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit.
Kemenkes RI, Jakarta. Permenkes RI, 2016a , Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana
Rumah Sakit.
Kemenkes RI, Jakarta. Permenkes RI, 2016b , Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit.
Kemenkes RI, Jakarta.
77