Disusun Oleh :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT., yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit Umum Daerah dr.Fauziah Bireuen. Adapun Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Tjut Nyak Dhien untuk mencapai gelar Apoteker.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. i
RINGKASAN ......................................................................................... ii
iv
2.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit ........................ 16
v
2.5. Instalasi Sterilisasi Pusat/Central Sterile supply Department ....... 42
vi
3.4.2.2 Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat .............. 74
LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
Lampiran 22. Depo UPIP ................................................................. 114
ix
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Salah satu pelayanan yang dilakukan di
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi farmasi
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan
masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang
1
Peranan apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi 2
(dua) kegiatan, terdiri dari kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai (BMHP) dan farmasi klinis. Pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, meliputi: pemilihan,
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO),
dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD)
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit, maka
2
Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien menyelenggarakan Praktik Kerja
Apoteker, yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah.
pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab
rumah sakit.
profesional.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1
Rumah Sakit
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Presiden RI,
2009).
b.
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
d.
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
Organisasi rumah sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan
misi rumah sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical
4
2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum
dan khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit sedangkan rumah sakit khusus
5
adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
sumber daya manusia, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit
Rumah sakit umum kelas A terdiri dari pelayanan paling sedikit meliputi:
pelayanan medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari 18 dokter umum
pelayanan medik dasar, 4 dokter gigi umum pelayanan medik gigi mulut, 6 dokter
RI, 2014
medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari: 12 dokter umum, 3 dokter gigi
6
kefarmasian), pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik,
medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari 9 dokter umum pelayanan medik
paling sedikit terdiri dari 8 apoteker dan 12 tenaga teknis kefarmasian), pelayanan
medik (tenaga medis paling sedikit terdiri dari 4 dokter umum, 1 dokter gigi, 1
diklasifikasikan menjadi rumah sakit ibu dan anak, mata, otak, gigi dan mulut,
7
Rumah sakit khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan, paling
undangan;
tugas, koordinasi kewenangan, fungsi dan tanggung jawab rumah sakit (Menkes
tentang rumah sakit, setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif,
efisien dan akuntabel. Organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala
rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
8
unsur penunjang medis, komite medis dan satuan pemeriksaan internal serta
administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis
Indonesia.
farmasi dan terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan
di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua
spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker instalasi farmasi serta tenaga
kesehatan lainnya apabila diperlukan. Tim Farmasi dan Terapi harus dapat
membina hubungan kerja dengan tim lain di dalam rumah sakit yang berhubungan
Tim farmasi dan terapi dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang
apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun
Tim farmasi dan terapi harus mengadakan rapat secara teratur, minimal 2
(dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu
bulan. Rapat tim farmasi dan terapi dapat mengundang pakar dari dalam maupun
dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan. Komite /
9
tim farmasi dan terapi, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau
pendapat tertentu yang bermanfaat bagi tim farmasi dan terapi (Menkes RI, 2016).
tugas:
2) Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium
rumah sakit.
medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan bersifat
10
a. Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
kefarmasian.
Fungsi instalasi farmasi rumah sakit dapat dibagi menjadi dua bagian
utama yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dan pelayanan farmasi klinis. Adapun sub fungsi masing-masing yaitu:
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,
antara lain:
11
a) Memilih Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
c) Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
berlaku.
d) Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
e) Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
f) Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
12
m) Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
13
- Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.
k. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
2016).
harus menggambarkan uraian tugas, fungsi dan tanggung jawab serta hubungan
yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran
dan tujuan instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan
klasifikasi dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri (Menkes RI,
2016).
14
jalan yang meliputi pelayanan farmasi manajerial dan pelayanan farmasi klinis
edukasi dan visite, idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 apoteker
untuk 30 pasien.
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada
dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun
sesuai kebijakan dan prosedur di instalasi farmasi rumah sakit. Penilaian terhadap
kefarmasian (TTK).
pelaksana.
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
jawabnya.
15
b. Persyaratan sumber daya manusia
harus di bawah supervisi apoteker. Apoteker dan tenaga teknik kefarmasian harus
Instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh seorang apoteker yang
sakit. Kepala instalasi farmasi rumah sakit diutamakan telah memiliki pengalaman
bekerja di instalasi farmasi rumah sakit minimal 3 (tiga) tahun (Menkes RI, 2016).
kesehatan dan bahan medis habis pakai di rumah sakit untuk menjamin seluruh
rangkaian kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas,
manfaat dan keamanannya. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
16
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Berdasarkan
rumah sakit menyatakan bahwa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi
bahan medis habis pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
Berdasarkan hal di atas, rumah sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai.
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai.
17
e. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan
f. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
obat yang berisiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan
a. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
18
b.
Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalum klorida 2 meq/ml atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida pekat dari 0,9% dan magnesium
c. Obat-obat sitostatika.
2.4.1.1 Pemilihan
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan
kepada:
2. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan.
3. Pola penyakit.
6. Mutu.
7. Harga.
8. Ketersediaan di pasaran.
Formularium rumah sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi Terapi yang ditetapkan pimpinan rumah sakit.
Formularium rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat
dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium rumah sakit
19
harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah
pemberi obat dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium
rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim Farmasi dan Terapi, jika
20
h. Melakukan edukasi mengenai formularium rumah sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
penderita.
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based
terjangkau.
2.4.1.2 Perencanaan
dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
21
pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien (Menkes RI, 2016).
2. Penetapan prioritas.
3. Sisa persediaan.
2.4.1.3 Pengadaan
jumlah dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
22
Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
3. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain) atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat
instalasi farmasi tutup. Pengadaan dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara
lain:
a. Pembelian
1. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
2. Persyaratan pemasok.
23
4. Pemantauan pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dapat membantu
pelayanan kesehatan, maka jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di rumah sakit.
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak bermanfaat
24
2.4.1.4 Penerimaan
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
2.4.1.5 Penyimpanan
dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
ventilasi dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
dilengkapi dengan pengaman, harus diberilabel yang jelas dan disimpan pada
25
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang harus
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat dan diberi penandaaan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
sediaan dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakaidan
disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out
(FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA/ Look Alike Sound Alike) tidak
26
ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan.
2.4.1.6 Pendistribusian
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus
dan pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
27
1) Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
farmasi.
2) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang disimpan
di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock.
pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
instalasi farmasi.
pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau
ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan
28
d. Sistem kombinasi
habis pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b +
c atau a + c.
pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini tingkat kesalahan pemberian obat
stock atau resep individu yang mencapai 18% (Menkes RI, 2016).
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
(Menkes, 2016).
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
laporan kepada kepala BPOM. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis
Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh menteri.
29
Pemusnahan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
2) Telah kadaluarsa.
1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
terkait.
2.4.1.8 Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai dapat dilakukan oleh instalasi farmasi harus bersama dengan Komite/Tim
30
a. Penggunaan obat sesuai dengan formularium rumah sakit.
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
pengembalian pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
2) Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
3) Stock opname yang dilakukan secara periodik dan berkala (Menkes RI, 2016).
2.4.1.9 Administrasi
31
3) Dasar audit Rumah Sakit.
4) Dokumentasi farmasi.
farmasi.
b. Administrasi Keuangan
kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode
c. Administrasi Penghapusan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak terpakai
karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat
usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku (Menkes RI, 2016).
32
2.4.2 Pelayanan Farmasi Klinis
tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit bahwa pelayanan farmasi klinis
samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
menganalisis adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan (Menkes RI,
2016).
a) nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien.
33
2) Persyaratan farmasetik meliputi:
b) duplikasi pengobatan.
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau sediaan farmasi lain yang
RI, 2016).
penggunaan obat.
(ROTD).
34
e. melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.
digunakan.
sepengetahuan dokter
35
2.4.2.3 Rekonsiliasi Obat
akan dilakukan dengan obat yang telah didapat pasien sebelumnya. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah terkait obat (drug related problem).
Drug related problem rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit
ke rumah sakit lain, antar ruang perawatan serta pada pasien yang keluar dari
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif
yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit (Menkes RI, 2016).
obat atau sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai,
a. Menjawab pertanyaan.
36
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
f. Melakukan penelitian.
b. Tempat.
c. Perlengkapan.
2.4.2.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan keluarganya. Konseling
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat
37
meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan
dengan penyakitnya.
penggunaan obat.
6) Dokumentasi.
38
Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling:
1. Kriteria Pasien
fenitoin).
2.4.2.6 Visite
apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang
sudah keluar rumah sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan
39
program rumah sakit yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah
dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain (Menkes RI, 2016).
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak
tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi
1) Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat,
2) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru
saja ditemukan.
40
4) Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.
RI, 2016).
d) Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat (Menkes RI, 2016).
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas
1) Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan.
permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas
41
usulan dari apoteker kepada dokter. Tujuan PKOD adalah mengetahui kadar obat
dalam darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat (Menkes
RI, 2016).
Sterilisasi merupakan satu unit atau department dari rumah sakit yang
atau bahan yang membutuhkan kondisi steril. Rumah sakit sebagai institusi
infeksibagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan
dalam pelayann rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nasokomial di rumah
dihasilkan.
42
Tugas CSSD di rumah sakit adalah:
4. Memilih peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta bermutu.
nasokomial.
2009).
43
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai
alat/bhan steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka
kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Depkes
menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih, maka
1. Ruangan dekontaminasi
keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunya filter, tekanan udara
tertutup.
44
3. Ruang produksi dan prossesing
Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-bahan seperti kain
4. Ruang sterilisasi
5. Ruang penyimpanan
ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat sehingga mudah dibersihkan,
alat steril disimpan pada jarak 19-24 cm dari lantai dan minimum 43 cm
steril tidak disimpan dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Akses ke
45
2.6 Gas Medik dan Vakum Medik
Gas Medik terdiri atas Gas Medik murni dan Gas Medik campuran. Gas
a. Oxygen (O2)
c. Nitrogen (N2)
e. Helium (He)
f. Argon (Ar)
murni.
cairan tubuh pada pasien secara medik, bedah medik, dan buangan
analgesi.
46
Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik di fasilitas
instalasi Gas Medik dan Vakum Medik harus diuji dan diperiksa
47
Tabung Gas Medik, Oksigen Konsentrator portabel dan alat
48
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RSUD dr. Fauziah Bireuen merupakan rumah sakit kelas B sesuai dengan
tetap rumah sakit umum kelas B ditetapkan dalam keputusan Gubernur Aceh
dan Rumah Sakit Rujukan Regional pada tanggal 13 Februari RSUD dr. Fauziah
Bireuen ditetapkan sebagai salah satu Rumah Sakit Regional di Provinsi Aceh.
Visi RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah “Menjadi Rumah Sakit Rujukan
mutakhir.
49
c. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di
bidangnya.
terlantar.
B : Bersih
I : Islami
R : Ramah Tamah
E : Efektif
U : Unggul
E : Efisien
N : Nyaman
Tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen mempunyai tugas
50
b. Fungsi RSUD dr. Fauziah Bireuen
umum Daerah dr. Fauziah Bireuen RSUD dr. Fauziah Bireuen menyelenggarakan
fungsi:
i. Pelayanan medis.
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen,
a. Direktur
51
d. Kepala Bidang Pelayanan Medis
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. fauziah Bireuen dapat
Terapi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen, TFT mempunyai tugas,
b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk kedalam Formularium
Rumah Sakit.
52
Susunan organisasi TFT diwakili oleh seluruh Staf Medis Fungsional
apoteker yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada Pelayanan Medis
dan Penunjang. Menurut Surat Keputusan Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen
umum daerah dr. Fauziah Bireuen menyatakan bahwa instalasi farmasi adalah unit
perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk
penderita rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik
rumah sakit.
53
b. Fungsi Instalasi Farmasi RSUD dr. Fauziah Bireuen
medis habis pakai untuk kebutuhan RSUD dr. Fauziah Bireuen serta
farmasi.
untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di gudang
rumah sakit.
Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD dr. Fauziah Bireuen di lihat pada
Lampiran 1 .
54
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah
- IGD
- OKA
- UPIP
- RAWAT JALAN
Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah suatu siklus kegiatan yang dimulai dari
3.4.1.1 Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilaksanakan secara kolaborasi oleh instalasi farmasi dengan TFT yang dijadikan
55
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUD dr. Fauziah Bireuen Nomor
sakit umum daerah dr. Fauziah Bireuen, pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan
b. E-katalog
d. Mutu
e. Harga, dan
f. Ketersediaan di pasaran.
kepada Daftar Obat Esesial Nasional (DOEN) oleh Tim Farmasi dan Terapi.
Daftar Obat esensial ini direvisi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
56
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
b. Penetapan prioritas.
c. Sisa persediaan.
f. Rencana pengembangan.
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis Pakai
dilakukan secara E-Purchasing oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) RSUD dr.
epidemiologi.
57
3.4.1.3 Pengadaan
jumlah, waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
kekosongan stok obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan
mendapatkan obat saat instalasi farmasi tutup. Pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan
(ULP) RSUD dr. Fauziah Bireuen. Apoteker dan /atau tenaga teknis kefarmasian
bertindak sebagai tim teknis pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai harus
farmasi e-katalog sementara untuk perbekalan farmasi non e-katalog dengan cara
penunjukan langsung/kontrak.
58
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:
a. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, yang
b. Persyaratan pemasok.
mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di RSUD dr.
Fauziah Bireuen. Instalasi Farmasi RSUD dr. Fauziah Bireuen hanya melakukan
dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
gudang obat farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen seperti: vaksin dan obat
TB.
3.4.1.4 Penerimaan
rumah sakit umum daerah dr. Fauziah Bireuen, penerimaan sediaan farmasi, alat
59
kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan oleh Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan (P2HP). Setelah penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai selesai dilakukan kemudian dibuat berita acara serah terima
(BAST) oleh panitia penerima hasil pekerjaan (P2HP). Hal-hal yang diperhatikan
3. Kondisi fisik barang dan tanggal kadaluarsa minimal 2 (dua) tahun kecuali
untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu
bawah 2 tahun harus melampirkan surat pernyataan dari Distributor bahwa obat
(MSDS).
medis habis pakai dengan faktur (jumlah, spesifikasi, nomor faktur, harga),
termolabil yang harus disimpan pada suhu dingin, yaitu harus disimpan
60
2. Bila sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diterima
telah sesuai dengan faktur, Surat Pesanan (SP) dan Surat Perjanjian Kerjasama
(SPK), maka P2HP menerima sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai tersebut dan membubuhkan tanda tangan dan tanggal penerimaan
3.4.1.4 Penyimpanan
dapat menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
farmasi, depo farmasi dan ruang perawatan (kebutuhan logistik ruangan dan
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
61
c. Konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien disimpan
dilemari khusus dengan diberi garis merah (Red line), harus diberi label
yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restriced) untuk
d. Sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dibawa
diinspeksi secara periodik. sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang harus disimpan terpisah yaitu bahan yang mudah terbakar, disimpan
didalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya.
dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan
dan penamaannya mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
a. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar Obat emergency yang ditetapkan.
62
c. Bila dipakai untuk keperluan emergency harus segera diganti.
perbekalan farmasi.
pakai, yaitu:
a. Dingin adalah suhu tidak lebih dari 8°C, lemari pendingin mempunyai suhu
2°C dan 8°C sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu -2°C dan -10°C.
b. Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu
a. Obat high alert ditandai dengan penempelan label high alert warna merah,
dengan obat lain di kotak pasien dilemari obat dengan berlabelkan stiker
63
2. Penyimpanan obat dengan nama obat dan rupa mirip (look alike sound alike =
LASA)
a. Ketegori obat LASA di RSUD dr. Fauziah ditulis dalam daftar obat
LASA.
d. Pada saat hari libur atau diluar jam kerja penanggungjawab kunci lemari
narkotika diserahkan kepada TTK yang sedang berdinas pada saat itu
a. Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sediaan farmasi yang bersifat
64
racun, korosif, karsinogen, teratogenik, mutagenik, iritasi atau bahan
berbahaya lainnya.
b. Bahan berbahaya dan beracun (B3) harus disimpan ditempat terpisah dan
disertai tanda bahan berbahaya sesuai sifat fisika kimia bahan yang
5. Penyimpanan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan untuk
menyelamatkan jiwa pasien (life saving) pada kasus gagal napas dan gagal
jantung.
b. Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai troli code blue
c. Obat high alert pada troli emergency disimpan terlokalisir dan diberi tanda
garis merah.
6. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di troli
persediaan ruangan.
a. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
65
b. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di dalam troli
persediaan ruangan selalu tersedia dengan jenis dan jumlah sesuai daftar
mudah dijangkau.
d. Troli emergency ruangan hanya boleh diisi dengan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk persediaan diruangan tidak
boleh dicampur dengan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai.
troli tersebut.
f. Obat high alert pada troli emergency disimpan terlokalisir dan diberi tanda
garis.
3.4.1.6 Pendistribusian
pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
66
RSUD dr. Fauziah Bireuen menentukan sistem distribusi yang dapat
Resep perorangan adalah yang ditulis dokter untuk tiap pasien.Dalam sistem
c. Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
rawat inap disiapkan dalam unit dosis, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien
distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) yang diberikan keruang perawatan untuk
pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan dilakukan oleh tim penghapusan barang.
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang mendekati
tanggal kadaluarsa (3-6 bulan) ditarik kembali oleh Instalasi Farmasi. Apabila
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai masih bisa digunakan
67
oleh pasien maka digunakan terlebih dahulu, dan apabila tidak bisa digunakan
dan dibuat berita acara pemusnahan. Acara pemusnahan obat narkotik psikotropik
Balai POM, perwakilan dari instalasi farmasi, bagian keuangan RSUD dr. Fauziah
Penarikan sediaan farmasi, alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dikarenakan instruksi dari pemerintah (BPOM), atau inisiatif dari pemilik izin
edar karena alasan tertentu. Obat yang sudah ditarik ke instalasi farmasi kemudian
1. Pemusnahan
2. Penarikan
a. Penarikan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di
gudang dan Depo/Pokja dilakukan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai yang ditarik dari peredaran oleh pemerintah,
distributor atau pabrik pembuatnya oleh TTK gudang dan TTK depo/Pokja.
b. Semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang
direktur.
68
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang mendekati
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak
3.4.1.8. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.
Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
c. Memastikan persediaan efektif dan efesien atau tidak terjadi kelebihan dan
habis pakai.
69
d. Stok Opname Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
3.4.1.9. Administrasi
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi
berlaku.
c. Stockopname.
d. Jumlah resep.
70
e. Kepatuhan terhadap Formularium Nasional.
g. Kelengkapan resep
d. Narkotika:
71
3.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
3. Rekonsiliasi Obat.
5. Konseling.
6. Visite.
Obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait
obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter
admnistrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
72
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
c. Rute
b. Duplikasi pengobatan;
d. Kontraindikasi; dan
e. Interaksi Obat.
2. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca, meggunakan istilah dan singkatan
yang lazim atau yang sudah ditetapkan sehingga tidak menimbulkan salah
pengertian.
73
4. DPJP harus mengenali Obat-obatan yang masuk dalam daftar Look ALike
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat atau Sediaan Farmasi lain yang
74
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
b. Mencegah agar tidak terjadi duplikasi atau terhentinya suatu terapi obat.
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
samping obat yang pernah terjadi. Khusus untuk data alergi dan efek
reaksi alergi dan efek samping, efek yang terjadi, dan tingkat keparahan.
daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam medik/
medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3 (tiga)
bula sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik resep
b. Komparasi
dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda, ditambahkan atau
75
dokter pada saat penulisan resep maupun tidak disengaja (unintentional)
dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada saat menuliskan resep.
dokumentasi
disengaja,
dan
rekonsiliasi obat
d. Komunikasi
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat,
dan profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
76
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dengan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit.
dengan obat/sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
a. Menjawab pertanyaan.
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
b. Tempat.
c. Perlengkapan.
3.4.2.5 Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap disemua fasilitas kesehatan dapat
77
dilakukan atas inisiatif apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau
keluarganya, atau kepada pasien yang dinilai membutuhkan konseling dan bisa
penyakitnya.
78
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
penggunaan obat.
f. Dokumentasi.
1. Kriteria Pasien:
fenitoin);
79
3.4.2.6 Visite
Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung dan mengkaji masalah terkait Obat,
memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan
terapi obat yang rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya. Pasien yang divisite ditulis dilembar kerja
apoteker.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit
baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang
dari rekam medik atau sumber lain. Di Rs dr. Fauziah Bireuen belum pernah
oleh Apoteker mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien. PTO dilakukan di ruang perawatan yang
dilakukan pelayanan farmasi klinik. Hasil pemantauan terapi obat dicatat dalam
lembar kerja apoteker apabila ditemukan reaksi obat yang tidak diinginkan maka
ditulis pada form terintegrasi di rekam medik dan di lembaga kerja apoteker.
80
Kegiatan meliputi:
Tahapan PTO:
d. Pemantauan, dan
e. Tindak lanjut.
ISP yang juga disebut CSSD merupakan instalasi dari rumah sakit yang
dan pengemasan terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi
steril. Ada ruangan pada ISP RSUD dr. Fauziah Bireuen yaitu ruang
kelengkapan setiap hari sesuai dengan standart yang ditentukan. Sterilisasi dapat
81
dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan suhu tinggi (121ºC-134ºC), suhu rendah
kotor yang akan disterilkan. Serah terima ini dilakukan oleh dengan petugas
precleaning yaitu membersihkan barang kotor dari kotoran (protein, lemak, darah,
kemudian disterilkan.
Alat kemas yang digunakan yaitu linen, wrapping, pouches, dan container
zip. Pada saat pengemasan diletakan indikator eksternal pada alat kemas, dan
Barang yang sudah steril disimpan diruang yang disusun secara alfabetis,
First in First Out (FIFO) dan First Expire First Out (FEFO). Barang yang sudah
steril dapat didistribusikan sesuai permintaan user dan dilakukan serah terima
barang steril.
Gas Medik dan Vakum Medik merupakan instalasi dari rumah sakit yang
digunakan untuk memenuhi kebutahan gas medis dirumah sakit. Jenis gas medis
yang disistemkan di rumah sakit umum dr. Fauziah Bireun adalah gas oksigen,
82
gas vakum dan gas udara tekan. Gas oksigen dirumah sakit dibutuhkan untuk
membantu pernafasan pada pasien yang ditandai dengan warna pipa putih, gas
udara tekan digunakan mengerakan alat untuk operasi, seperti operasi mata yang
ditandai dengan warna pipa kuning dan gas vakum digunakan untuk membantu
operasi contohnya operasi melahirkan, yang ditandai dengan warna pipa hitam.
Alur kegiatan Gas Medik dan Vakum Medik di rumah sakit umum dr.
penerimaan gas maksimal 6 Ton untuk pemesan awal dan pemesanan selanjutnya
maksimal 4 Ton dan penerimaan Gas Medik dalam bentuk tabung dengan
kapasitas 6 liter, serah terima ini dilakukan oleh petugas di instalasi Gas Medik
dan Vakum Medik, sangat penting untuk melakukan perhitungan ulang kebutuhan
oksigen setelah menerima atau memasang alat oksigenasi yang baru, mengingat
sering kali ada perubahan terkait kebutuhan atau kemampuan yang spesifik dari
masing-masing alat.
Penyimpanan Gas Medik dan Vakum Medik di rumah sakit umum dr.
Fauziah Bireun disimpan didalam tanki liquid dan tabung yang telah tersedia.
Pendistribusian Gas Medik dan Vakum Medik di rumah sakit umum dr. Fauziah
manual untuk gas yang tersedia dalam tabung dengan kapasitas 6 Liter dan 1 liter,
pendistribusian ini dilakukan dengan cara diantar langsung oleh petugas Gas
83
troli. Pendistribusian oksigen sentral merupakan pendistribusian yang disalurkan
secara langsung dari tanki ke seluruh ruangan melalui jaringan pipa distribusi
oksigen.
kontrol kompresor yang berfungsi untuk mengatur kinerja yang dilengkapi dengan
over load yang berfungsi untuk memutus arus listrik bila terjadi beban lebih disaat
itu alarm akan berbunyi dan lampu indikator warna merah pada panel akan
menyala kedip-kedip pertanda ada masalah. Pada saat mesin hidup, maka lampu
indikator panel akan menyala hijau dan pada saat mesin mati atau stanby lampu
merah menyala. Administrasi dan pelaporan Gas Medik dan Vakum Medik di
rumah sakit umum dr. Fauziah Bireun dilakukan setiap hari berdasarkan perhitung
kartu stok.
84
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinis sesuai dengan Permenkes
perizinan rumah sakit, rumah sakit kelas B harus memiliki 13 apoteker. RSUD
Fauziah Bireuen merupakan rumah sakit kelas B yang sudah memenuhi standar
rumah sakit tipe B terdiri dari, 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit, 1 (satu) apoteker di rawat jalan, 1 (satu) apoteker di rawat inap, 1
UPIP, 1 (satu) apoteker di unit gas medis, dan 1 (satu) apoteker di pelayanan
farmasi klinik.
Jumlah seluruh tempat tidur di RSUD Fauziah terdapat ±350 tempat tidur
yang ditinjau dari indikator pelayanan medis, sebagian besar item indikator
pelayanan medis telah memenuhi standar ideal. Ditinjau dari Bed Occupancy
Ratio (BOR) sebesar 73%, angka ini sudah termasuk dalam rentang ideal BOR
untuk rumah sakit tipe B yaitu 60-85%. Ini menunjukan bahwa BTO RSUD
85
Fauziah telah melebihi standar ideal BTO, sehingga membutuhkan penambahan
Habis Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
a. Pemilihan
(formularium rumah sakit) yang selalu diperbaharui setiap 1 tahun sekali dengan
b. Perencanaan
cara melihat kebutuhan pada periode yang lalu tetapi masih terdapat kekosongan
obat. Hal ini disebabkan data konsumsi/data obat/data jumlah kontak pasien
kemungkinan sulit untuk dapat, terjadinya kekurangan stock obat lebih dari 3
86
dilakukan 3 bulan sekaili, apabila dalam 3 bulan tidak ada barang, maka cukup
digudang BMHP biasanya juga dilakukan sesuai permintaan baru dari dokter serta
c. Pengadaan
umum daerah dr. Fauziah Bireuen sudah memenuhi permenkes 63 tahun 2014
untuk seluruh sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk non e-katalog.
dipesan secara langsung (secara manual) dan secara tidak langsung (e-katalog),
namun juga ada dipesan atau diadakan dengan cara tender, biasanya tender ini
yang diperhatikan adalah obat mana yang lebih murah harganya serta kualitasnya
bagus.
d. Penerimaan
Pada proses penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai, apoteker menjadi salah satu anggota Panitia Penerima Hasil
penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai,
87
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
pakai untuk memenuhi pelayanan pasien rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
dilaksanakan agar pelayanan perbekalan farmasi tersedia dalam jenis dan jumlah
yang cukup serta tepat waktu saat dibutuhkan di unit-unit pelayanan seperti:
a. Depo rawat inap, Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD), Depo rawat jalan,
(OK).
b. User lainnya seperti unit tranfusi darah, unit mikrobiologi, unit patologi
88
Pendistribusian obat dari depo ke ruang rawat inap dengan sistem one day
dose dispensing yang dikemas per unit dose masih dilakukan karena keterbatasan
g. Pemusnahan/penarikan
dan rusak ataupun yang tidak memenuhi syarat tidak dipakai lagi sehingga tidak
beredar lagi di RSUD dr. Fauziah Bireuen untuk keselamatan pasien dan
bahan medis habis pakai yang ditarik dari peredaran karena instruksi dari
pemerintah (BPOM), atau inisiatif dari pemilik izin edar karena alasan tertentu,
h. Pengendalian
untuk memastikan tidak ada kekosongan/ kelebihan obat di gudang maupun depo
dan tersedianya data yang akurat (kesesuaian real stock dibandingkan dengan data
yang ada dalam sistem kartu stok untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
i. Administrasi
kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dilakukan setiap hari dan data di input kedalam sistem informasi RS dan
89
4.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis
secara manual oleh Apoteker dan tenaga teknik kefarmasian pada pasien rawat
awal medik).
c. Rekonsiliasi obat
Rekonsiliasi obat di RSUD dr. Fauziah Bireuen dilakukan pada tiga tahap,
yaitu:
1. Ketika masuk rumah sakit dilakukan rekonsiliasi di IGD pada lembar form
2. Ketika pasien pindah antar ruangan pada form pindah antar ruang.
pasien rawat jalan dan juga pasien rawat inap, untuk PIO sendiri tidak ada
criteria psien khusus yang harus diberikan PIO, hampir semua pasien yang
menerima obat harus diberikan PIO, biasanya jika yang mengambil obat adalah
90
keluarga pasien maka PIO disampaikan kepada keluarga pasien, namun jika
langsung pasein yang menebus obat maka pio langsung disampaikan ke pasien
e. Konseling
Konseling di RSUD dr. Fauziah Bireuen telah dilakukan pada pasien rawat
inap dan rawat jalan berdasarkan kriteria pasien (pediatrik, geriatrik, gagal
ginjal, pasien yang menggunakan obat jangka panjang dan terapi sempit). Pada
pasien rawat inap dilakukan di bed pasien dan pasien rawat jalan dilakukan di
f. Visite
meliputi: pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi,
pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Reaksi obat yang tidak
91
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
terlatih.
melakukan PKOD.
92
BAB V
5.1 Kesimpulan
di Instalasi Farmasi RSUD dr. Fauziah Bireuen yang sudah sesuai dengan
di lapangan. bb
dr. Fauziah adalah dalam hal pelayanan farmasi klinis belum berjalan dengan
93
5.2 Saran
rawat jalan dan farmasi klinis agar berjalan optimal dan sesuai dengan
94
DAFTAR PUSTAKA
Bupati Bireuen. 2017. Peraturan Bupati Bireuen Nomor 20 Tahun 2017 tentang
Peraturan Internal Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
:Bireun
Bupati Bireuen. 2016. Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 3 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Bireuen.
Dirut JBUK. 2015. Surat Keputusan Direktur Utama Jenderal Bina Upaya
Kesehatan Nomor HK.02.03/1/0363/2015 tentang Penetapan RSUD dr.
Fauziah Bireuen Sebagai Rumah Sakit Regional di Provinsi Aceh.
95