Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG
Periode :
2 Mei - 12 Juni 2021
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk mengikuti
Ujian Profesi Apoteker
Pada Universitas Perintis Indonesia (UPERTIS)
Padang
Disetujui Oleh
Pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker
PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG
Diketahui Oleh
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Perintis Indonesia
Disetujui oleh :
Disahkan oleh :
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
Nanggalo Padang. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker
yang penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar apoteker
apoteker.
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak (Alm) Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben selaku Rektor Universitas
Perintis Indonesia.
2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Ibu. apt. Mimi Aria, M.Farm. selaku Ketua Program Profesi Apoteker
7. Kedua Orang tua dan keluarga atas dukungan serta semangat luar biasa
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran guna perbaikan penuli harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
tentang puskesmas.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUA
mungkin sepanjang riwayat adanya umat manusia berada di bumi. Pada tahun
1920 seorang bakteriologis (C.E.A) dan ahli kesehatan masyarakat warga Amerika
masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang
(Puskesmas).
peran yaitu menyediakan data dan informasi obat dan Pengelolaan obat (kegiatan
1
perencanaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan,
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
Kefarmasian di Puskesmas.
habis pakai, pelayanan resep berupa peracikan obat, penyerahan obat, dan
bawah pembinaan dan pengawasan Apoteker yang ditunjuk oleh kepala dinas
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
2
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
juga merupakan hak asasi manusia serta merupakan salah satu unsur kesejahteraan
pembangunan nasional.
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
dapat menjadi calon apoteker yang berkompeten. Salah satunya dengan praktek
Kesehatan Kota, Instalasi Farmasi Kota dan Puskesmas. Praktek kerja di Bidang
Kerja Profesi Apoteker) untuk belajar mengenai cara pengelolaan dan manajemen
Adapun Praktek Kerja Profesi Apoteker ini juga sebagai suatu upaya untuk
3
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
a) Mampu memahami tugas dan peran Apoteker di Dinas Kesehatan Kota Padang
kepentingan pasien.
5
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA di Puskesmas
dari tanggal 31 Mei – 12 Juni 2021 yaitu di Dinas Kesehatan Kota Padang,
Instalasi Farmasi Kota, dan Puskesmas Lubuk Buaya, Kota Padang. Praktek di
jadwalkan dari hari Senin – Kamis, mulai pukul 07.30-14.30 WIB, hari jum’at
TINJAUAN UMUM
sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan Organisasi dan Tata
meliputi:
4. Kualifikasi jabatan.
5. Jabatan fungsional.
kabupaten / kota dengan beban kerja yang besar. Dalam hal jumlah unit kerja
pada daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe A. mempunyai unit kerja yang
terdiri atas
kabupaten/ kota dengan beban kerja yang sedang. Dalam hal jumlah unit
kerja pada daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe B. mempunyai unit kerja
kabupaten dengan bebas kerja yang kecil. Dalam hal jumlah unit kerja pada
daerah provinsi/ kabupaten/ kota tipe C, mempunyai unit kerja yang terdiri atas:
yang menjadi kewenangan daerah. Dinas kesehatan kota dipimpin oleh kepala
dinas kesehatan kota yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber
daya kesehatan.
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh kepala daerah terkait dengan
bidang kesehatan.
a. Sekretariat
daerah.
b. Bidang kesehatan masyarakat
dibidang kesehatan.
bidang kefarmasian, alat kesehatan dan PKRT serta sumber daya manusia
tradisional.
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah yang menerangkan bahwa Instalasi
Farmasi Kota merupakan unsur pelaksana teknis yang mengelola perangkat dan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1426 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Kegiatan ini bukan
Secara Bottom Up
akan merekap dan menjumlahkan semua kebutuhan obat untuk satu tahun
yang akan datang dengan memperkirakan buffer stock dan sisa stok obat
yang ada.
yang lain harus dengan alasan yang kuat dan disetujui Kadinkes di IFK
memperhitungkan sisa stock, buffer stock dan lead time. Hasil dibawa
Farmasi Kota).
langsung
8. Jika sesuai faktur ditanda tangani, jika Tidak memenuhi syarat maka
C. Penyimpanan
harus selalu terjaga. Obat dismpan pada suhu yang sesuai sifat kimia
fisika/kestabilan obat.
susunan obat, alfabetis, FIFO/FEFO, susunan rak leter U atau L, dan susunan
D. Pendistribusian
dikirm dengan kendaraan beruang Ac, pengiriman obat disertai Bukti barang
keluar.
a. Pencatatan
DKK dan Puskesmas. Pemberitahuan obat menipis dan obat yang kurang
Obat Kadaluarsa
Penghapusan bertujuan
tahun)
Pemusnahan obat
terlindungi
Cara Pemusnahan
a. Insenerasi,
b. Innertisasi,
c. Pengenceran dan
d. Penimbunan.
G. Evaluasi
adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung
Sistem Rujukan.
keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang efisien,
meliputi:
Perencanaan kebutuhan
Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan
1. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
seleksi sediaan farmasi dan bahan medis habis Pakai juga harus mengacu pada
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi
ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter,
dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan
pengobatan.
a. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
setempat.
b. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dan bahan medis habis pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO, ditanda tangani oleh tenaga kefarmasian, dan diketahui oleh kepala
bulan.
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman
(tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya
perundang-undangan
1. Pendistribusian
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
2. Puskesmas Pembantu
3. Puskesmas Keliling
4. Posyandu
5. Polindes
dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
2. Telah kadaluwarsa
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
dari:
1. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
pihak terkait
3. Pengendalian
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
dasar.
1. Pengendalian persediaan
2. Pengendalian penggunaan
4. Administrasi
rangkaian kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
telah dilakukan
Habis Pakai
pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
Puskesmas.
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
3. Tanggal resep.
2. Duplikasi pengobatan.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Tujuan:
pengobatan.
Tujuan:
memadai).
C. Konseling
pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan obat, efek samping, tanda-
Kegiatan:
Pasien geriatrik.
Pasien pediatrik.
Ruangan khusus.
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah sangat
Kegiatan:
Tujuan:
Kriteria pasien:
3. Adanya multidiagnosis.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi.
berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman
Penggunaan obat rasional ditinjau dari tiga indikator utama yaitu peresepan, pelayanan
tidak tercapai nya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat,
meningkatnya resistensi antibiotik, penyebaran infeksi melalui injeksi yang tidak steril,
dan pemborosan obat. Sehingga diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat.
bersama profesi kesehatan lainnya serta pasien, untuk tercapainya tujuan terapi yaitu
obat dengan harga terjangkau. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat
terhadap mutu pelayanan kesehatan. Secara praktis, penggunaan obat dikatakan rasional
Tujuan:
TINJAUAN KHUSUS
Puskesmas Lubuk Buaya didirikan pada tahun 1976 dan pada waktu berdirinya
puskesmas Lubuk Buaya adalah berupa puskesmas rawat jalan dengan wilayah
kerja 13 kelurahan dan pada waktu itu puskesmas pembantu berjumlah 6 masih
Kelurahan Lubuk Buaya, Batang Kabung Ganting, Pasia Nan Tigo, Parupuak
(1986), pustu Bungo Pasang (2003), pustu Pasia Nan Tigo (1992), pustu Tabing
(1998), pustu Tunggul Hitam (2007), pustu Pasir Putih (2008) dan pustu Padang
Sarai (1991).
Namun, pada tahun 2012, terjadi lagi pemekaran wilayah kota padang, dan
Puskesmas Lubuk Buaya juga terkena imbas dari pemekaran wilayah tersebut
sehingga wilayah kerja puskesmas lubuk buaya hingga saat ini adalah kelurahan
Lubuk Buaya, Batang Kebun Ganting, Pasia Nan Tigo, Parupuak Tabing, Dadok
Tanggul Hitam dan masih memiliki 4 puskesmas pembantu yaitu pustu Gantiang
(1986), pustu Pasia Nan Tigo (1992), pustu Tabing (1998), pustu Qatar.
.
Dalam menjalankan manajemen di Puskesmas Lubuk Buaya, telah beberapa
106.055 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 52.981 dan jumlah perempuan
3.3.1 Visi
masyarakat yang berperilaku hidup bersih, sehat dan mendapat pelayanan yang
3.3.2 Misi
SDM puskesmas.
No Saran a Jumla h
1 Puskesmas Induk 1
2 Pustu 6
3 Poskeskel 6
4 Poskestren 2
5 Dokter Praktek Swasta 17
6 Posyandu Balita 68
7 Posyandu Lansia 10
8 BPS 47
9 Apotik/Rumah Obat 5
10 Dokter Spesialis 2
11 BATRA 84
12 UKK 10
13 TOGA 430
14 SBH 2
15 Kendaraan roda 2 8
16 Kendaraan roda 4 2
17 TK 30
18 SD 26
19 SLTP/SMP/SEDERAJAT 6
20 PESANTREN 2
21 SMA 2
19 PERGURUAN TINGGI 3
5. Keluarga berencana
6. Konsultasi gizi
07.30 WIB sampai pukul 14.30 WIB, pada hari jum`at pukul 07.30 sampui pukul
11.30 wib, dan hari sabtu pukul 07.30 sampai pukul 13.00 wib. Khusus untuk
- Tersedia fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir/hand sanitizerdi
petugas
sebagai berikut:
Puskesmas.
Lubuk Buaya yaitu bagian Umum, Poli, Gigi, Imunisasi, KIA, KB,
disusun berdasarkan nomor antrian dan siap mendapat pelayanan dari dokter.
3. Kemudian setelah didiagnosa oleh dokter atau bidan dan mendapatkan resep,
pasien membawa resep tersebut kebagian apotek. Jika untuk pasien yang
4. Dari loket apotek, resep diletakkan pada tempat yang sudah disiapkan oleh
bagian apotek. Resep yang ada diambil dan petugas farmasi akan menyiapkan
obat sesuai resep. Sebelumnya dilakukan skrining resep oleh petugas farmasi,
obat yang dilakukan oleh Asisten Apoteker (AA) serta di cek kembali oleh
setelah itu obat diberikan kepada pasien disertai dengan menjelaskan cara
Lubuk Buaya:
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis, baik untuk pasien rawat inap
muka.
3.8.1 Perencananaan
Tujuan perencanaan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Stok penggunaan
1. Permintaan rutin
2. Permintaan khusus
Merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit kerja pada
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual
3.8.3 Penerimaan
LPLPO yang telah kita serahkan dikembalikan lagi oleh petugas IFK
dengan perbekalan farmasi yang kita rencanakan dan diisi pada kolom yang telah
jumlah perbekalan farmasi yang diterima dengan LPLPO yang telah disetujui dan
3.8.4 Penyimpanan
terhadap sediaan farmasi yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan
fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
3.8.5 Pendistribusian
pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu,
Nan Tigo), apotek, P3K dan unit-unit (Labolatorium, Gigi, KB, Imunisasi, dll).
3.8.6 Pemusnahan
kaladuarsanya dan obat-obat rusak. obat-obat ini dipisahkan dan dicatat (nama
sediaan, bentuk, jumlah, tanggal kaladuarsa, alasan obat rusak). dokumen obat-
obatan ini diserahkan ke IFK untuk dimusnahkan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan.
1. Bukti bahwa pengelolaan sedian farmasi dan bahan medis habis pakai telah
dilkukan.
sesuai dengan fornas . Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke IFK.
Pemakaian obat terbanyak ini dapat dilihat setelah laporan LPLPO sudah
selesai dibuat. Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke IFK.
Untuk melihat ketersediaan obat dan vaksin yang wajib ada dipuskesmas.
puskesmas.
Laporan ini dibuat tiap bulan dan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota
Padang.
apotik, pustu, IGD, P3K, dan unit. Laporan ini dibuat tiap bulan dan
diserahkan ke IFK.
1. Berdasarkan alfabetis
perlu perhatian untuk penyimpanan obat yang nama dan rupa ucapannya
mirip atau biasa disebut dengan LASA (Look Alike Sound Alike). Obat LASA
adalah obat yang nampak mirip dalam bentuk, tulisan, warna dan
kesalahan pengambilan dan pemberian obat kepada pasien. Untuk obat LASA
berdampingan.
2. Berdasarkan farmakologi
pencarian obat yang cepat, terutama jika petugasnya baru dan belum
3. FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)
Seperti sediaan cair, bahan medis habis pakai, tablet, diletakkan terpisah
PEMBAHASA
untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional dan
jawab terhadap kesehatan perseorangan dan masyarakat. Untuk itu, banyak upaya
Salah satu puskesmas yang kami jadikan sebagai tempat praktek kerja
sekolah, dan bahkan berada ditepi jalan yang ramai dilewati oleh orang banyak
masyarakat dalam hal pengobatan dan perawatan. Puskesmas Lubuk Buaya juga
memiliki layanan Unit Gawat Darurat (UGD) dan klinik bersalin yang beroperasi
24 jam.
beroperasi dengan wilayah kerja saat ini adalah kelurahan Lubuk Buaya, Batang
Kabung Ganting, Pasia Nan Tigo, Parupuak Tabing. Puskesmas Lubuk Buaya
juga
memiliki ruang apotek untuk peracikan obat dan penyiapan obat yg kini tengah
dipimpin oleh seorang Apoteker yang bernama apt. Rizka Yolanda S.Farm Selain
itu, apotek Puskesmas Lubuk Buaya juga dibantu oleh 3 orang tenaga teknis
meracik obat, pengelolaan obat, penyerahan obat dan Pemberian Informasi Obat
(PIO) serta konseling. Pemberian Informasi Obat atau PIO serta konseling yang
daerah tempat tersebut, sehingga memudahkan pasien untuk lebih mengerti dan
masyarakat yang lebih baik. Adapun sumber obat-obatan yang didapatkan oleh
pihak puskesmas berasal dari instalasi farmasi kota dibawah naungan Dinas
Kesehatan Kota. Setiap Dinas Kesehatan Kota memiliki satu Instalasi Farmasi
Kota, berfungsi sebagai penyedia barang dan/ atau jasa yang diperlukan oleh
masyarakat dan/atau oleh perangkat daerah lain, penyedia barang dan jasa
obat dalam satu tahun kedepan ke Instalasi Farmasi Kota. Setelah itu Instalasi
anggaran dana daerah. Apabila anggaran daerah tidak mencukupi maka dilakukan
rapat antara pihak puskesmas, pihak dinkes dan Instalasi Farmasi Kota untuk
menyelesaikan permasalahan dan mencari solusi untuk tetap memesan obat sesuai
perbekalan farmasi, bahas medis habis pakai dan pelayanan kefarmasi klinik, juga
diluar puskesmas (pusling, pusbindu, imunisasi dan posyandu lansia). Semua tugas
Apoteker baik dari menerima resep hingga menyerahkan obat kepada pasien,
dengan baik. Selain itu, sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas Lubuk Buaya
Apotek Puskesmas Lubuk Buaya telah memiliki penanda yang jelas terlihat dari
ruang tunggu di Puskesmas Lubuk Buaya. Di Apotek Puskesmas Lubuk Buaya ini
tempat penerimaan resep serta penyerahan obat dilakukan pada tempat yang bebeda
dengan ada kotak tempat penyerahan resep, tapi antara resep dengan obat yang
sudah diambil diletakkan pada tempat yang terpisah, sehingga alur penerimaan
resep serta penyerahan obat dapat berjalan dengan teratur. Selain itu, Puskesmas
penggunaannya kurang tepat karena masih ada barang selain peralatan meracik
obat, tapi walaupun begitu, tempatnya cukup efektif dan efisien. Puskesmas Lubuk
Buaya belum mempunyai ruang konseling obat, sehingga pasien bisa mendapatkan
daftar, jenis, spesifikasi, dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang
Permintaan obat dan alat kesehatan dari Puskesmas Lubuk Buaya melalui e-
merupakan obat yang berada didalam anggaran daerah. Jadi, Dinas Kesehatan
akan memesan untuk permintaan dalam setahun. Setelah itu, obat datang ke
gudang secara bertahap yaitu dalam sekali tiga bulan barang akan datang ke
obat, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Setelah itu dibuatlah berita
acara dengan adanya bukti barang masuk (BBM). Lalu dimasukkan ke dalam
kartu stok dan bukti barang masuk (BBM) disimpan di dalam arsip barang masuk.
Obat di dalam gudang disimpan di lemari obat berdasarkan urutan abjad, dengan
posisi letak lemari leter U atau leter L. Kardus obat yang disimpan digudang harus
di alasi dengan pallet agar sediaan obat tidak berkontak langsung dengan lantai.
terkunci. Obat bebas, bebas terbatas dan obat keras lainnya di simpan di rak-rak
terpisah dengan sediaan obat dan alkes. Penyimpanan vaksin berdasarkan suhu,
ada suhu dingin yaitu 2-80C, dan suhu beku yaitu dibawah 00C. Instalasi Farmasi
Kota mendistribusian obat ke puskesmas yang ada di kota Padang salah satunya
dengan stok yang ada di IFK. Apabila stok IFK banyak, maka permintaan
puskesmas itu akan dipenuhi semua, tetapi apabila stok IFK terbatas, maka
puskesmas tidak akan mendapat obat sesuai dengan jumlah yang diminta, tetapi
akan dibagi sama rata dengan puskesmas lain yang memesan obat yang sama.
dengan dibuat berita acara bukti barang keluar (SBBK). Obat tersebut akan
diantar oleh petugas gudang. Setelah sampai di puskesmas tujuan obat akan
diperiksa ulang dengan di saksikan oleh Apoteker atau tenaga teknis yang
bertanggung jawab terhadap datangnya obat. Setelah semua obat dipesan dan
sesuai dengan pesanan, maka Apoteker atau tenaga teknis lainnya akan
menandatangani SBBK tersebut dan satu lembar SBBK jadi pertinggal untuk
puskesmas.
musnahkan. Petugas gudang akan mendata dan merekap obat dan perbekkes yang
akan dimusnahkan lalu di serahkan data tersebut ke Dinas Kesehatan, lalu dibuat
kemudian kepala IFK mengajukan telaah staf kepada Walikota dan dibuatlah
Surat Keputusan (SK) Walikota, lalu diadakan rapat Panitia Penghapusan dan
Pemeriksaan Obat yang mana dari hasil rapat tersebut dibuatlah surat keputusan
Pemusnahan obat dan sediaan farmasi ini tidak hanya menggunakan metode
inertisasi, namun ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode insinerasi,
obat ED dimana hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu perencanaan harus
Puskesmas terdiri dari 3 aspek, yaitu manajerial pengelolaan obat dan bahan
Perencanaan obat di puskesmas dibuat dan direkap oleh Apoteker berupa rencana
kebutuhan obat (RKO) yang mana data – data perencanaan kebutuhan obat
tersebut berasal dari laporan – laporan pemakaian obat dari apotek, IGD, pustu
dan polindes setelah dikumpulkan dan direkap lalu diberikan ke SP2TP untuk
ke Instalasi Farmasi Kota. Rencana Kebutuhan Obat (RKO) ini berupa rencana
kebutuhan obat dalam setahun yang akan datang ditambah dengan buffer stock
laporan pemakaian dan lembar permintaan (LPLPO), lalu petugas gudang akan
dan diantarkan oleh petugas gudang dengan membawa LPLPO beserta Surat
Bukti Barang Keluar (SBBK). Setelah barang tiba di puskesmas, maka dilakukan
penerimaan barang oleh petugas IFK dan bagian gudang di puskesmas akan
memeriksa kembali kepastian barang dari jumlah dan jenis item yang di pesan,
nomor batch serta expire date setelah itu ditandatangani oleh petugas IFK dan
jenis sediaan, untuk obat tablet, kapsul dan sirup di letakkan dilemari obat,
sedangkan obat suppositoria, injeksi dan vaksin diletakkan di suhu dingin. Selain
menggunakan sistem FIFO, FEFO dan LASA. Setelah itu, dimasukkan data obat
kedalam kartu stok. Hal ini bertujuan untuk pemantauan ketersediaan obat di
Puskesmas dan melihat stok obat apa saja yang sudah menipis.
lainnya seperti Apotek, IGD, Polindes, Pustu, Posyandu dan sub unit lainnya
setiap bulan sesuai dengan kebutuhan obat dari masing - masing sub unit.
pendistribusian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat dan mencegah
data dari pencatatan secara online. Pelaporan obat narkotik dan obat psikotropik
dilaporkan setiap satu bulan sekali dan untuk mengetahui pemakaian obat
perbulan dapat dilihat dari dari buku laporan pemakaian obat harian. Pencatatan
pencatatannya sama seperti obat golongan lainnya, hanya saja dicatat dalam buku
yang berbeda
Di Apotek puskesmas Lubuk Buaya ada beberapa jenis laporan yang dilakukan
dilakukan perbulan. Obat kadarluarsa dipisahkan dari obat lainnya. Tiga bulan
mendekati kadarluarsa maka obat itu dikembalikan ke instalasi farmasi dan dibuat
Kota, kepala Gudang, tenaga kesehatan puskesmas. Laporan dibuat dua rangkap
yang terdiri dari lembar satu dikirim ke Dinas kesehatan Kota melalui Instalasi
melaporkan laporan pemakaian obat dan laporan lainnya. Laporan ini dibuat
farmasi klinik, yaitu dimulai dari penerimaan resep. Pasien datang membawa
resep, lalu resep di skrining baik secara administrasi, farmasetik maupun klinik.
dokter pembuat resep. Obat tersebut bisa diturunkan dosisnya atau diganti dengan
sediaan lain yang mempunyai khasiat yang sama, apabila sediaan itu tidak ada di
apotek. Setelah dikonfirmasi ke dokter lalu dilakukan penyiapan obat (non racikan
maupun racikan). Sebelum obat diracik, kita harus memastikan bahwa lumpang
sudah bersih dan aseptik dengan cara pembilasan dengan alkohol, sehingga kita
melakukan peracikan obat dalam kondisi yang bersih dan mengurangi resiko
kontaminasi obat.
Setelah obat selesai disiapkan, lalu obat diserahkan ke pasien dan disertai
dengan pemberian informasi obat. Pemberian informasi obat ini berupa nama
obat, dosis, aturan pakai, cara pakai dan lain sebagainya yang dilakukan di apotek,
Konseling ini dilakukan bisa atas permintaan dokter, keputusan Apoteker dan bisa
Pelayanan informasi obat ini tidak hanya ditujukan ke pasien saja, namun
bisa juga ke tenaga medis lainnya seperti dokter, perawat, bidan dan tenaga medis
lainnya. Jadi kita juga perlu sharing dan memberi edukasi ke tenaga medis lainnya
terkait obat, sehingga kita sebagai tenaga kesehatan bisa berkerja sama dalam
pengobatan pasien.
Konseling atas permintaan dokter ini, karena menurut dokter pasien ini
perlu diberi edukasi terkait obat oleh Apoteker. Konseling atas inisiatif Apoteker
ini dilakukan apabila dari resep dan obat yang akan dikonsumsi pasien ini banyak
dan pasien menderita penyakit degeneratif. Sehingga pasien ini perlu untuk diberi
arahan dan edukasi. Sebelum kita memberi edukasi, terlebih dahulu kita
penyakit yang diderita pasien. Setelah pasien bercerita semua keluh kesah yang
dirasakan baru disitu peran kita sebagai Apoteker memberi penjelasan apa yang
harus dilakukan pasien itu baik dari pengobatan maupun dari segi pola hidup
pasien itu sendiri. Konseling atas keinginan pasien itu dilakukan apabila pasien itu
sendiri yang menginginkan konsultasi tentang apa yang dirasa kurang paham dan
(seperti diabetes, hipertensi, dan lain-lain), lalu pasien pediatri dan geriatri,
selanjutnya pasien yang menggunakan obat indeks terapi sempit ) seperti pasien
yang menggunakan obat digoksin, teofilin, aminofilin dan obat indeks terapi
lebih dari 3 jenis obat) dan pasien dengan tingkat kepatuhan yang rendah. Dalam
terkait hal yang harus dilakukan untuk mendukung penggunaan obat menjadi
pengobatan yang rasional. Setelah kita lakukan PIO/Konseling maka kita harus
oleh pasien.
homecare, dimana pasien yang dilakukan home care itu pasien yang berobat ke
hipertensi, kolesterol, dll) atau pasien yang dirasa perlu untuk dipantau terapi
setelah pasien pulang. Hal yang perlu diperhatikan dalam homecare adalah
pengobatan atau pasien tidak patuh menggunakan obat. Untuk pasien yang sudah
lansia kita memerlukan PMO (pendamping minum obat) dari anggota keluarga
seperti anak atau adik yang berada dirumah yang memperhatikan ketika si ibu
dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu.
Konseling faktor resiko PTM tentang diet, aktifitas fisik, merokok, stress dll.
Aktifitas fisik bersama seperti olah raga bersama, kerja bakti dll.
meminum obat akan ada efek samping apa saja yang akan muncul, sehingga kita
dengan tim medis lain seperti dokter, perawat, bidan dan laboratorium untuk
menangani pasien sehingga kejadian Drug Related problem nya dapat diperkecil
sewaktu, gula darah 2 jam PP, dan gula darah puasa), pemeriksaan kolestrol,
lainnya. Pasien sebelum didiagnosa dokter dan diberi pengobatan terlebih dahulu
glukosa. Setelah diperiksa akan didapatkan hasil labor, dan dokterpun meresepkan
masyarakat telah menjalani pola hidup sehat. Hal ini juga beguna untuk
meningkatkan kinerja serta kualitas Apoteker dan tenaga medis lainnya terutama
5.1 Kesimpulan
buaya pada tanggal 31 Maret -12 Juni 2021, dapat disimpulkan bahwa :
2. Instalasi Farmasi Kota ini merupakan gudang tempat penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai, Pelayanan farmasi klinik serta upaya pemberdayaan
masyarakat
home care, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping obat dan
5.2 Saran
menciptakantempat parkir yang rapi dengan cara mengatur tata letak parkir
padasaatkunjungan sedang ramai oleh salah satu petugas yang tidak terlalu
keterangandi tempat parkir agar pasien merasa nyaman pada saat datang ke
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 49 tahun
2016 Tentang Otonomi Daerah.Mentri Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta
Syaiful Bakhri, 2018. Konstelasi Filsafat Ilmu dan Islam, UMJ Press. Tanggerang
Selatan.
KEPALA PUSKESMAS
dr, Sari Ramadhani
Keuangan
Kordinator Manajemen SIMPUS KEPEGAWAIAN RUMAH TANGGA Bendahara Pengeluaran: Drg. Yatmi D
Puskesmas Darma Yanti.SKM Sandra Dewi.SKM Metrizal.SH Yuniarti.SKM Bendahara Penerimaan: Aisyah
Akuntan: Ichsan Marsal, SE
TB Ko. Klinik
Ko. IGD Yusnaida Sari.Amd.Kep
Ns.Lidya Rusdi.S.Kep Syura
PP PN3 : Asfhadina.Amd.Keb
P Paru/Kusta Puspaweni IMS/HIV Syafrina S. Amd,Keb Novi.Amd.Kep
Syafrianto.Amd.Kep
Ko. Kelas Ibu Meta Andriani.AMK
Imunisasi/Ra Hamil Mira.Amd.Keb Dasmir.Amd.Kep Zonira
bies Ridwan.Amd.Kep
Lindagustina.S.SiT Ko. Kelas Ibu Lizawati.Amd.Kep
Balita Lindawati N.Amd.Keb Reni Indrawati.Amd.Kep
Campak/Diare Agung Gutama.S.Kep
/Hepatitis Deriwati.Amd.Keb
Pj. UKS Sandra Dewi.SKM Ko.Klinik Laila Bikor/BPS/Klinik Swasta
Ayureknaninggrum.Amd.Keb Kartika
Bafnidel.Bcs
Elida.S.siT Laila.M.Keb
Malaria/Filari Yeni Syamsuir.Amd.keb Rika
asis Desma Yeni.S.SiT Pratiwi.Amd.Keb Citra
Fartini.Amd.Keb
ISPA Lindagustina.S.SiT Nurul Fatma Dieni.Amd.Keb
Wulandari.Amd.Keb
Rini Mira Sari.Amd.Keb
Ko. PIS-PK Wahyu Miranti.Amd.Kep Mimi septinola.Amd.Keb
Ko. Ko.Bencana/P3K Dasmir.Amd.Kep
58
Lampiran 2 Struktur Organisasi Apotek Puskesmas Lubuk Buaya
Kepala Puskesmas
Apoteker
Penanggung
Jawab
apt. Rizka Yolanda,
S.Farm
59
Lampiran 3. Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Lubuk Buaya
60
Lampiran 4. Apotek Puskesmas Lubuk Buaya