FITOTERAPI
“SISTEM IMUN”
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
Anggota :
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
dapat tetap hidup dibawah naungan cahaya rahmat dandapat terus menuntut
rangkai dengan baik dan benar gunamelengkapi tugas presentasi kami pada
mata kuliah Fitoterapi. Kami harap makalah ini dapatberguna bagi para pembaca
dan kesalahan ini.Semoga makalah ini dapat dipahami dengan baik bagi
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.3 TUJUAN................................................................................................ 2
1.4 MANFAAT............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 4
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 29
3.2 Saran........................................................................................................ 29
PENDAHULUAN
kondisi tubuh karena tubuh manusia secara terus – menerus terpapar oleh agen
ancaman dari luar lainnya dicegah masuk ke dalam tubuh oleh sistem pertahanan
dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Jika sistem kekebalan
bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta mengahancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika
Patogen juga dapat mengganggu kerja sistem imun tubuh. Sistem imun
baik selular maupun humoral. Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas
alami atau sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik (Baratawidjaja,
2009).
yang mampu menyerang agen penginfeksi dalam darah. Antibodi adalah molekul
protein yang dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B sebagai
respon terhadap stimulasi antigen yang bersifat antigenik. Antibodi bersifat sangat
akan memproduksi beberapa antibodi sesuai dengan jenis epitop yang dimiliki
fungsi sistem imun yang merupakan sistem utama yang berperan dalam
ini adalah:
1.3 Tujuan
Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui mengenai sistem imun serta
gangguannya.
BAB II
ISI
Kata imun berasal dari bahasa Latin immunis yang berarti bebas dari
lingkungan hidup yang dianggap asing bagi tubuh (Baratawidjaja dan Rengganis,
berperan dalam resistensi terhadap infeksi yang disebabkan oleh berbagai unsur
patogen yang terdapat di lingkungan sekitar kita seperti virus, 6 bakteri, fungus,
Rengganis, 2009).
dengan cara memusnahkan sel-sel yang sudah tidak berguna) dan pengawasan
maupun zat kimia. Sistem imun akan mengenali sel abnormal tersebut dan
mencegah infeksi dan melakukan eradikasi terhadap infeksi yang sudah ada
imunitas bawaan (innate imunity) dimana respon imun terhadap zat asing dapat
terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut
(Kresno, 1996). Imunitas non spesifik berperan paling awal dalam pertahanan
dan dengan segera mengeliminasi mikroba yang masuk ke jaringan tubuh (Abbas
etal., 2014). Respon imun jenis ini akan selalu memberikan respon yang sama
terhadap semua jenis agen infektif dan tidak memiliki kemampuan untuk
didapat dari stimulasi oleh agen infektif (antigen/imunogen) dan dapat meningkat
pada paparan berikutnya. Target dari respon imun spesifik adalah antigen, yaitu
suatu substansi yang asing (bagi hospes) yang dapat menginduksi respon imun
patogen maupun toksin yang diproduksi oleh antigen yang bersangkutan.Ada tiga
tipe sel yang terlibat dalam respon imun spesifik yaitu sel T, sel B dan APC
Respon imun spesifik meliputi aktivasi dan maturasi sel T, sel mediator
dan sel B untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk melawan antigen
spesifik terdiri dari respon imun seluler (cell-mediated immunity) dan respon
imun humoral. Perbedaan kedua respon imun tersebut terletak pada molekul yang
berperan dalam melawan agen infektif, namun tujuan utamanya sama yaitu untuk
dalam sel (intraseluler) seperti virus dan bakteri.Respon ini dimediasi oleh
yang menghancurkan patogen dan membantu sel B membuat antibodi yang efektif
(Abbas et al., 2015).Agen infektif yang berada di luar sel dapat dilawan dengan
respon imun humoral.Respon ini dimediasi oleh serum antibodi, suatu protein
menjadi satu klon sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik
(Kresno, 1996).
Respon imun humoral ada dalam darah dan cairan sekresi seperti mukosa,
saliva, air mata dan ASI. Elemen lain yang berperan penting dalam respon imun
antara antigen dan antibodi. Ketika aktif sistem komplemen akan melisiskan sel
2000). Interaksi respon imun seluler dengan humoral disebut antibody dependent
cell mediated cytotoxicity (ADCC) karena sitolisis baru terjadi bila dibantu
antibodi. Dalam hal ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran sehingga sel
NK dapat melekat pada sel atau antigen sasaran dan menghancurkannya (Kresno,
1996).
terdapat dalam semua cairan tubuh, tetapi konsentrasi tertinggi dan termudah
diperoleh dalam jumlah banyak untuk analisis dari serum darah.Sistem antibodi
sebelumnya. Jika seekor hewan terpapar suatu antigen yang sama dengan antigen
Antibodi adalah molekul protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai akibat
interaksi limfosit B peka-antigen dan antigen khusus. Antibodi ini akan berikatan
imunoglobulin yang khas tetapi tidak memiliki aktivitas antibodi (Tizard, 1987).
respons imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang
1. kelenjar timus
2. kelenjar limfe
3. limfa
4. tonsil
unsur-unsur lain yang berperan dalam mekanisme respons imun, dan factor faktor
2.4.1 Alergi
A. Definisi
dari sel mast dan basofil yang terpapar antigen (alergen).Gangguan ini
B. Patofisiologi
Urtikaria terjadi pada superfisial dermis dan terlihat sebagai bentol bulat
dengan tepi yang lebih tebal dan memucat ditengahnya.Bentol tadi dapat
A. Patofisiologi
Kondisi ini ditandai dengan pembentukan edema massif dermis dan
B. Diagnosis
selama 48 jam.
terhirup
Diagnosis pembanding
dilakukan
D. Terapi
ALERGI RINITIS
sinusitis.
rumah yang mengandung antigen kutu debu) dan bulu / kutu hewan.
A Patofisiologi
Pemaparan polen dan alergen lain pada mukosa hidung orang yang
jaringan lebih dalam yang merupakan tempat kontak dengan sel mas
B. Diagnosis
peliharaan.
Diagnosis Pembanding
Rinitis vasomotor, infeksi saluran nafas atas, pemaparan iritan,
adrenergik.
C. Pencegahan
D. Terapi
a. Antihistamin
menyetir mobil.
berhasil.
b. Kromolin / Kromoglikat
rinitis.
hidung.
eustakhius.:
B. Manifestasi Klinis
usia melahirkan, dan lebih sering pada ras kulit hitam di banding ras kulit
putih. Perjalanan penyakit selatif lambat dan sering pada suatu periode
arteri
Nefritis
serebritis
C. Terapi
Suatu gambaran kilinik dan imunologi yang mirip dengan LES spontan
mata.
Glukokortikoid sistemik.
pasien LES
siklofosfamid.
trombotik
A. Definisi
gejala dan gambaran gejala neurologi dan gejala oleh area sklerosis
B. Etiologi
terdiagnosa pada umur antara 15-45 Matahari dan puncak terjadi pada
umur dekade keerapat kehidupan dan lebih terjadi pada perempuan
pada usia lebih lanjut dibánding pada perempuan dan juga lebih
C. Patofisiologi
protein myelin yang spesifik, dan jumlah sel imun ig yang terdapat pada
baru) yang berlangsung tidak 24 jam dan terpisah dengan gejala baru
selama fase ini.Lesi dan atropi otak baru ditemui dari gambaran
3. Primary Progressive(PPMS)
D. Terapi
pasien.
jerawat dan infeksi jamur, perubahan mood dan gangguan saluran cerna
(jarang).
40% pasien.
2. Glatiramer asetat
3. Mitoksantron
Obat
1. Interferon beta
formula. Kehamilan
hati
2. Glatiramer asetat
diketahui
limfadenopatie (12%)
3. Mitoksantron
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Resume Jurnal 1
Ness)
TERHADAP SISTEM IMUN TUBUH
I. PENDAHULUAN
Sistem pertahanan tubuh atau disebut juga dengan sistem imun.Sistem ini
reaksi dalam tubuh terhadap bahan asing yang masuk ke dalam tubuh secara
molekuler atau selular.Sel yang terlibat dalam sistem imun dalam tubuh adalah sel
T yangdihasilkan oleh timus dan sel B yang dihasilkan sumsum tulang belakang.
Perkembangan dan aktivitas dari sel T dapat distimulasi dengan cara penambahan
tubuh dengan dinamisasi regulasi sel-sel imun seperti sitokin (Spelman et al.,
prospek cukup baik yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun biasanya dari
II. METODE
substansi patogen.Sistem ini dapat mendeteksi bahan patogen, mulai dari virus
sampai parasit dan cacing serta membedakannya dari sel dan jaringan normal.
Sistem imun bila terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis
respon imun yang mungkin terjadi, yaitu: respon imun non spesifik dan respon
imun spesifik. Respon imun non spesifik umumnya merupakan imunitas bawaan
(innate immunity) dalam arti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi
merupakan respon imun didapat (acquired) yang timbul terhadap antigen tertentu
(Kresno, 2001).
dalam methanol, ethanol, pyridine, asam asetat, dan aceton, tetapi sedikit larut
dalam ether dan air. Sifat fisika dari andrographolide adalah sebagai berikut: titik
2007).
yang mampu meningkatkan kerja sistem imun (Muhlisah, 2006). Zat ini diketahui
maupun tidak spesifik melalui sel NK, makrofag, dan induksi sitokin (Alkandahri,
2018).
meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti sel darah putih untuk
respon kekebalan tubuh saat sistem kekebalan tubuh meningkat melebihi kondisi
imunosupresan sangat terkait dengan keberadaan dari kelenjar adrenal. Hal ini
(ACTH) dari kelenjar pituitari anterior yang berbeda di dalam otak yang
efek samping yang serius, sampai saat ini jarang ditemui efek samping yang tidak
pemberian oral dosis tunggal. Pada uji toksisitas, dosis uji tertinggi yang diuji
adalah 5000mg/kg BB mencit maka ekstrak etanol daun sambiloto baik yang tidak
IV. KESIMPULAN
dapat merangsang system imun tubuh baik berupa respon antigen spesifik maupun
juga bisa menjadi imunosupresor yang dapat menurunkan respon kekebalan tubuh
saat sistem kekebalan tubuh meningkat melebihi kondisi tubuh normal.Namun
secara umum sambiloto tidak menimbulkan efek samping yang serius, sampai saat
ini jarang ditemui efek samping yang tidak diinginkan saat sambiloto digunakan.
Resume Jurnal 2
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EKSTRAK MENIRAN (Phyllanthus niruri
I. PENDAHULUAN
pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat
umur 4 minggu.
Timbulnya kasus penyakit yang disebabkan oleh virus dapat dicegah dengan
bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Titer antibodi dapat ditingkatkan
dengan cara memberikan bahan tambahan sebagai perangsang sistem imun atau
Penggunaan produk herbal kini mulai digunakan oleh peternak, salah satunya
pada broiler maupun air minum pada broiler.Salah satu tanaman herbal yang
salah satu obat imunomodulator, yaitu obat yang dapat memperbaiki atau
Flavonoid bekerja pada sel-sel tubuh dengan cara mengirimkan sinyal intraseluler
pada reseptor sel, sehingga sel bekerja secara optimal. Senyawa yang terkandung
imunitas.
II. METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada April — Mei 2019 di unit kandang Laboratorium
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu DOC broiler jantan jenis
CP 707 strain Cobb sebanyak 60 ekor yang akan dipelihara selama 28 hari;
ransum dengan kode HI-PRO 611 yang diberikan secara ad libitum; sediaan
Phyllanthus niruri L. dalam bentuk kapsul; air minum sesuai perlakuan yang
diberi esktrak meniran (phyllanthus niruri L) dan air minum yang diberi secara ad
libitum setelah perlakuan; bahan untuk pengujian titer antibodi dengan metode
pH 7,4, cairan chorion allantois, antigen ND dan AI, serta RBC (red blood cell)
1%;
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang broiler; bambu
untuk membuat 20 petak kandang; sekam dan koran bekas sebagai litter; plastik
terpal untuk tirai; lampu pijar sebagai sumber pemanas; chik feeder tray sebanyak
20 buah; tempat minum manual sebanyak 20 buah; ember sebanyak 1 buah;
nampan air dipping sebanyak 1 buah; hand sprayer sebanyak 1 buah; timbangan
untuk mengukur suhu dan kelembaban dalam kandang; karung dan plastik;
Metode
Perlakuan yang diberikan, yaitu air minum tanpa ekstrak meniran /kontrol PO),
air minum dengan 1,5 mg/kg BB/hari ekstrak meniran(P1), air minum dengan 3
mg/kg BB/hari ekstrak meniran (P2), dan air minum dengan 4,5 mg/kg BB/hari
ekstrak meniran(P3).
minimal satu minggu sebelum DOC datang (chick in), melakukan pemeliharaan
umur 1 hari dan setiap petak kandang terdiri dari 3 ekor ayam, melakukan
program vaksinasi agar ayam tidak terserang penyakit. Vaksin yang diberikan
terdiridari vaksin ND-AI (killed), ND (live) dan Gumboro. Vaksin ND-AI (killed)
diberikan saat ayam berumur 7 hari melalui injeksi subkutan bersamaan dengan
Pengambilan sampel darah dilakukan ketika broiler berumur 28 hari yaitu saat
ml melalui vena brachialis sebanyak 1– 1,5 ml. Sampel darah yang telah diambil
terjadi pemisahan antara darah dengan serum darah yang berwarna kuning. Serum
darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan diberi label sesuai
Data titer antibodi dari masing-masing perlakuan dan kontrol disusun dalam
Pengaruh perlakuan terhadap Titer Antibodi Avian Influenza (AI) pada Broiler
Jantan
Hasil pemeriksaan titer antibodi Avian Influenza (AI) pada broiler jantan dapat
ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) pada air minum broiler jantan tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap titer antibodi Avian Influenza (AI).
yaitu 6,8. Namun, titer antibodi AI yang dihasilkan pada P0 masih belum berada
sehingga pada dosis yang sesuai, titer antibodi AI pada broiler dapat
unggas dapat terhindar dari beberapa penyakit seperti avian influenza atau flu
level protektif. Rataan titer antibodi AI tertinggi pada broiler jantan terdapat pada
P3 dengan dosis 4,5 mg/kg BB/hari. Titer antibodi AI yang terbentuk belum
kurangnya dosis dalam pemberian ekstrak meniran pada air minum broiler jantan.
Apabila dosis yang diberikan semakin tinggi maka semakin banyak pula senyawa-
senyawa yang ada di ekstrak meniran (Phyllanthus niruri L) yang terserap oleh
suatu antigen telah dilampaui, maka semakin tinggi dosisnya, semakin meningkat
testosteron sehingga maternal antibodi pada jantan lebih cepat habis dibandingkan
hanya dimiliki oleh unggas dan berfungsi sebagai penghasil dan tempat
pendewasaan limfosit serta berisi makrofag dan sel plasma.Adanya titer antibodi
Pengaruh perlakuan terhadap Titer Antibodi Newcatle Disease (ND) pada Broiler
pada Tabel 2.
digunakan dalam penelitian ini tidak efektif untuk meningkatkan titer antibodi ND
pada broiler jantan. Block dan Mead (2003) menyatakan bahwa sifat
(menurunkan sistem imun). Titer antibodi ND yang dihasilkan pada broiler jantan,
imun).
oleh suhu lingkungan. Rata-rata suhu lingkungan di dalam kandang pada saat
suhu lingkungan yang optimum untuk broiler umur 22-35 hari sekitar 26 0C
stress lebih banyak terjadi pada ayam dewasa karena sudah memiliki bulu yang
lengkap atau sempurna sehingga sulit untuk melepaskan panas dari tubuhnya,
selain itu ukuran tubuh broiler yang besar juga memproduksi lebih banyak panas.
berefek meningkatkan sistem imun, tetapi juga menekan sistem imun apabila
flavonoid dalam meniran akan mengirimkan sinyal intraseluler pada reseptor sel
mengatur fungsi kekebalan tubuh bawaan dari monosit, sel dendritik, makrofag,
estrogen dan testosteron juga dapat berdampak secara tidak langsung pada sel-sel
IV. KESIMPULAN
Simpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat diambil
berpengaruh nyata terhadap titer antibodi Newcastle Disease dan Avian Influenza
pada broiler jantan, namun pemberian ekstrak meniran (Phyllanthus niruri linn)
dengan dosis 4,5 mg/kg BB/hari menghasilkan rataan tertinggi titer antibodi
I. PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein harus diusahakan agar
tidak mengandung penyakit, namun juga tidak boleh ditemukan residu bahan
kimia di dalam dagingnya. Obat dan bahan lain yang digunakan sebagai bahan
pemasaran.
Suryani dan Ayu (2014), menyebutkan bahwa Centella asiatica pada mencit
mampu meningkatkan total sel darah putih secara signifikan dan meningkatkan
proses pembentukan pertahanan tubuh. Pertahanan tubuh yang baik akan memberi
II. METODE
2018.
Materi Penelitian
Ayam yang dipakai adalah ayam sebanyak 100 ekor.Ayam dibagi menjadi empat
Metode Pelaksanaan
Ayam dipelihara sejak umur satu hari.Sampai umur 7 hari diberikan ransum
hari setelah vaksinasi diambil serum dari vena ulnaris pada sayap.Kemudian
Titer Antibodi
semua kelompok (A,C, B dan D). Secara tidak nyata (P<0,05) pegagan tidak
pegagan 0%) titer antibodinya adalah 6,2 log2 berada di atas standar,
Sedangkan pada kelompok B dan D berturut-turut titernya adalah 8,2 dan 7,8
log2. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pegagan (1,5 dan 4,5) %
(kelompok C) terlihat bahwa titer antibodi menurun menjadi 5,8 (Gambar 1).
kombinasi ekstrak pegagan dan bluntas yang diberikan kepada tikus dengan dosis
yang dikeluarkan ketika terjadi nekrosis (kematian sel) atau pada peningkatan
penumpukan lemak hepar namun tidak mengakibatkan kebocoran sel hepar, dan
sebagai antioksidan.
berat badan pada konsentrasi 1,5% (kelompok B) dan 4,5% (kelompok D) dan
tidak berbeda terhadap kontrol (kelompok A, 0%) dan; Sejalan dengan pengaruh
pertambahan berat badan paling tinggi(Gambar 2). Hal ini menguatkan bahwa
kandungan pegagan yang tinggi meningkatkan berat badan, selain itu kandungan
IV. KESIMPULAN
berbeda nyata terhadap titer antibodi. Berat badan tertinggi diperoleh pada
I. PENDAHULUAN
organ dan jaringan.Sistem imun tidak terbatas pada satu bagian tubuh saja. Sel
induk (stem cells) dari sstem imun terbentuk di sumsum tulang sampai terjadi
proses maturasi, atau dapat juga bermigrasi ke bagian organ tubuh yang berbeda
tetapi saling tumpang tindih, yaitu sistem pertahanan yang dimediasi antibodi
immunity).
itu, berbagai jenis obat telah dikembangkan yang secara selektif menghambat atau
dari sitokin. Sehingga hal ini dapat menjelasan efek herbal pada sistem imun dan
maupun negara maju semakin meningkat. Obat herbal Indonesia yang disebut
“Jamu” telah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk kesehatan dan
kesehatan melalui penelitian baik secara invitro maupun invivo. Didalam artikel
review ini, kami menjelaskan potensi tanaman obat yang telah diteliti, diantaranya
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dan Widuri (Calotropis gigantea (L.)),
yang dimiliki oleh masing-masing tanaman tersebut terhadap sitokin melalui studi
literatur.
II. METODE
Metode penulisan artikel review ini adalah dengan studi literasi dari berbagai
artikel jurnal yang di eksplorasi dari ncbi, PubMeb, dan sumber jurnal lainnya di
(L.) Urban dan Calotropis gigantea (L.).Kata kunci pencari yang digunakan
cytokine release from innate immune cells, cytokine release from adaptive
ilmiah mengenai penelitian tanaman obat yang dibahas dalam artikel review ini
Sitokin yang dilepaskan dari sel imun bawaan memainkan peran kunci dalam
regulasi respon imun. Sitokin dalam proses ini merupakan sumber pengaturan
sinyal yang akan menginisiasi dan membatasi respons inflamasi terhadap patogen
dan cedera [15]. Produksi dan pelepasan sitokin dari sel imun bawaan merupakan
respons penting terhadap peradangan dan infeksi di dalam tubuh. Sel imun
bawaan terdiri dari populasi sel leukosit seperti sel dendritik, neutrofil, sel Natural
diinduksi oleh sitokin dan reseptor spesifiknya, hanya ada sedikit informasi
tentang mekanisme yang mengontrol pelepasan sitokin dari jenis sel yang
sitokin harus diatur secara berurutan.Kaskade sitokin dilepaskan oleh sel imun
juga berfungsi untuk merekrut dan mengaktifkan limfosit T dan sel lain untuk
(84%).Pemberian oral ekstrak etanol Centella asiatica (L.) Urban dosis 50mg
peningkatan kadar IgG dalam serum darah mencit yang diinduksi oleh vaksin
BCG. Pemberian ekstak Centella asiatica (L.)Urban secara oral kepada tikus
makrofag.
Ekstrak alkohol dari akar Calotropis gigantea (L.) yang diberikan secara
oral dengan dosis 250 dan 500mg/kg berat badan pada tikus albino yang
diinduksi asam asetat dan metode pelat panas Eddy menunjukkan efek
menurunkan edema pada telapak kaki tikus model Artritis Adjuvan Freund.
Ekstrak etanol akar dan daun dari tanaman Calotropis gigantea aktif
Candida sp. Bunga Calotropis gigantea (L.) telah diketahui memiliki aktivitas
kisaran 16 ~ 128 µg/ml (76). Ekstrak getah Calotropis gigantea (L.) telah
terbukti dapat menurunkan jumlah sel limfosit pada tikus model inflamasi
IV. KESIMPULAN
dalam sistem imun. Perbedaan larutan ekstraksi dan obyek penelitian yang
penelitian yang telah ada dapat dikembangkan menjadi sebuah dasar untuk
I. PENDAHULUAN
dibagi ke dalam dua bagian (imunitas bawaan dan adaptif) yang saling bekerja
sama. Sistem kekebalan tubuh bawaan paling aktif di awal respon imun
waktu.
Salah satu tanaman yang memiliki spesifikasi sebagai tanaman obat, telah
diteliti dengan serius selama beberapa tahun, dan digunakan selama berabad-abad
untuk memerangi penyakit adalah bawang putih. Bawang putih (Allium sativum
L) adalah anggota tanaman dari keluarga Liliaceae (IT IS Report, 2016), telah
diakui secara luas sebagai tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi dan obat
antibody.
Bawang putih sebagai antibakteri alami adalah salah satu imunostimulan alami
yang efekt, bekerja dengan cara memfasilitasi fungsi sel-sel fagositik dan
dikaitkan dengan allicin yaitu komponen imunologi aktif bawang putih, telah
ditemukan untuk mempengaruhi stres oksidatif dan respon imun dalam beberapa
sistem eksperimental.
II. METODE
only control group design. Adapun metode penelitiannya sebagai berikut (No
Hewan oba menggunakan mencit jantan Galur Balb-C umur 12 minggu dan berat
badan 20± 5g sebanyak 25 ekor yang diperoleh dari Malang Murine Farm,
Singosari-Malang. Tumbuhan yang diuji adalah umbi bawang putih tunggal lokal
Bakteri uji yang digunakan adalah Escherichia coli (1,5 x 105 cfu/mL) yang
Ekstrak bawang putih tunggal diperoleh dengan cara ekstraksi soxhlet dengan
pelarut heksan. Satu kali running proses soxhletasi diperlukan sebanyak 200 g
serbuk bawang putih tunggal dengan heksan sebanyak 2,4 mL. Hasil ekstraksi
Mencit diaklimasi selama 7 hari diberi pakan berupa pellet Hi-Gro (10 gram/ekor)
serta diberi minum secara ad libitum. Dua puluh lima hewan coba (mencit) dibagi
(2%+ Hi-Gro). Ekstrak diberikan secara oral (gavage) sebanyak 0,3 ml/ekor/hari
bakteri E.coli dan dibiarkan selama 3 hari. Mencit dieutanasi dan disuntikkan 5
peritoneum diambil, dipulas pada gelas objek, difiksasi dengan methanol selama 3
menit, diwarnai dengan pewarna Giemsa, didiamkan 3 menit, dibilas dengan air
berdasarkan jumlah sel fagosit yang aktif melakukan fagositosis dalam 100 sel
bakteri E.coli yang difagositosis oleh 50 sel fagosit aktif. Berat limpa juga diamati
dengan menimbang limpa mencit (berat limpa relatif = (berat limpa: berat badan)
x 100%).
Analisis Data
berbagai serial konsentrasi dosis. Apabila nilai Fhitung lebih besar dari nilai
Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%, maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) untuk membandingkan hasil dan melihat perbedaan
yang diinduksi dengan bakteri E.coli dilihat dari aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag serta berat limpa relatif. Pemberian ekstrak bawang putih
dari kelompok yang tidak diberi ekstral bawang putih tunggal hingga kelompok
1% makrofag aktif (P4) (Gambar 1). Pemberian dosis ekstrak bawang putih
tunggal yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada aktivitas
fagositosis makrofag, di mana semakin tinggi dosis yang diberikan maka semakin
bawang putih tunggal.Berat limpa yang dihitung adalah berat limpa relatif.
terhadap berat limpa (p=0,000;α=0,05). Rata-rata berat limpa relatif mencit yang
diinfeksi bakteri E.coli bertutut-turut 0,072 ± 0,002% (N), 0,049 ± 0,002% (P1),
0,066 ± 0,003% (P2), 0,071 ± 0,002% (P3), dan 0,044 ± 0,003% (P4) (Gambar 3).
Pemberian dosis ekstrak bawang putih tunggal yang berbeda juga memberikan
pengaruh berbeda pada berat limpa, di mana berat limpa relatif P4 ≤ P1 < P2 < P3
≤ Kelompok N.
Aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag paling rendah dijumpai pada
seiring dengan tingginya dosis menunjukkan bahwa terdapat bahan aktif yang
kelompok yang diberi ekstrak bawang putih tunggal lebih ringan dibandingkan
makrofag maupun berat limpa relatif dari variasi dosis yang diberikan, dengan
kata lain terdapat perbedaan yang bermakna dari aktivitas dan kapasitas
fagositosis makrofag maupun berat limpa relatif dari variasi dosis yang diberikan.
besar dosis ekstrak yang diberikan semakin besar aktivitas dan kapasitas
fagositosisnya.
IV. KESIMPULAN
berat limpa seiring peningkatan dosis ekstrak yang diberikan dengan pengaruh
terbesar ditunjukkan oleh dosis tertinggi (P4 2% ekstrak bawang putih tunggal).
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S., 2014, Basic Immunology,
Abbas, A.K., Lichtman, A.H., & Pillai, S., 2015, Cellular and Molecular
Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I., 2000, Imunologi Dasar, edisi ke-4,
Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I., 2012, Imunologi Dasar, edisi ke-
Bellanti, J.A., 1993, Imunologi, diterjemahkan oleh Wahab, A.S., Edisi III,
Halaman 179.