Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH FITOTERAPI

“Anti Dislipidemia”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
KELAS B

Qatrun Nada Febri Sarly 2030122049


Qori Annisa Akbar 2030122050
Rahmat Hidayat 2030122051
Rahmat Yudia Putra 2030122052
Rani Nasution 2030122054
Reski Mulia 2030122056

DOSEN PENGAMPU:
Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


ANGKATAN XXVIII
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA INDONESIA
PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan


peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma dan merupakan faktor
resiko berbagai penyakit yang masih menjadi masalah besar di Indonesia seperti
penyakit jantung koroner (PJK). Dislipidemia merupakan faktor resiko berbagai
penyakit yang masih menjadi masalah besar di Indonesia (Irmadoly dkk, 2014).
Dislipidemia dapat dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, seperti
predisposisi genetik, penyebab sekunder, atau gabungan keduanya. Kolestrol dan
trigliserida dapat menghasilkan tiga bentuk dislipidemia, yaitu
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan kombinasi keduanya. Pada setiap
kasus, disiplidemia merupakan akibat dari peningkatan lipoprotein spesifik, baik
jumlahnya maupun komposisinya. Istilah dislipidemia digunakan untuk
menjelaskan permasalahan yang lebih luas, termasuk rendahnya kadar HDL
kolesterol.
Penatalaksanaan dislipidemia dapat dilakukan secara farmakologi dan non
farmakologi. Disamping itu, beberapa tumbuhan juga dapat digunakan oleh
masyarakat sebagai obat, salah satunya sebagai antidislipidemia. Beberapa
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek antidislipidemia pada tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan dislipidemia?
2. Apa sajakah etiologi dari dislipidemia?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari dislipidemia?
4. Apa saja komplikasi dari dislipidemia?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia?
6. Tumbuhan apa saja yang memiliki aktivitas antidislipidemia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dislipidemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari dislipidemia
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari dislipidemia
4. Untuk mengetahui komplikasi dari dislipidemia
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit dislipidemia
6. Untuk mengetahui tumbuhan yang memiliki aktivitas antidislipidemia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Dislipidemia


Dislipidemia adalah peningkatan kolesterol total, kolesterol Low Density
Lipoprotein (LDL) atau trigliserida; penurunan kolesterol High Density
Lipoprotein (HDL), atau kombinasi dari kelainan tersebut (Dipiro dkk, 2012).
Dislipidemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL kolesterol dalam
darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertaipenurunan kadar HDL
kolesterol (Hartono, 2006). Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis
semuanya memiliki peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang
lain, sehingga tidak mungkin dibahas sendiri-sendiri. Dimana hasil pengukuran
kadar kolesterol serum memenuhi salah satu atau keseluruhan kriteria berikut:
1. Kadar kolesterol total meningkat, > 200 mg/dl.
2. Kadar trigliserida meningkat, > 150 mg/dl.
3. Kadar kolesterol LDL meningkat, > 100 mg/dl
4. Kadar kolesterol HDL menurun, < 40 mg/dl
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko dari penyakit
kardioserebrovaskular. Faktor tersebut disebabkan karena terbentuknya
atherosklerosis yang akan mengganggu peredaran darah dari sistem
kardioserebrovaskular.
Secara umum dislipidemia dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a. Dislipidemia primer
Tipe I : Hiperkilomikronemia
Tipe IIa : Familial hiperkolesterolemia (LDL serum>>)
Tipe IIb : Familial kombinasi hiperkolesterolemia (LDL, VDL >>)
Tipe III : Familial disbetalipoproteinemia (Broad-beta-VLDL)
Tipe IV : Familial hipertrigliseridemia (TG, VLDL >>)
Tipe V : Mixed Hyperlipidemia (VLDL, kilomikron >>)
b. Dislipidemia sekunder
Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit-
penyakit dasar sebagai berikut: Gagal ginjal, Sindroma nefrotik, Diabetes
mellitus, Sepsis, Hipotiroidisme, dan Sirosis hati.
Berikut klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida.

2.2 Etiologi
Dislipidemia dapat terjadi akibat faktor asupan (intake) lemak yang tinggi
dan adanya faktor keturunan atau riwayat penyakit keluarga, alkohol, hormon
estrogen, dan obat-obatan. Pada wanita, saat usia menopause akan meningkat
resiko dislipidemianya lebih tinggi. Asupan lemak total berkaitan dengan
kegemukan (berat badan berlebih). Etiologi dari dislipedemia dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Jenis Kelamin
Risiko terjadinya dislipidemia pada pria lebih besar dari pada wanita. Hal
tersebut disebabkan karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari
hormon reproduksi. Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan
hormon seks pria (testosteron) mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan
hormon seks wanita (estrogen) mempunyai efek perlindungan terhadap
aterosklerosis. Akan tetapi pada wanita menopause mempunyai risiko lebih besar
terhadap terjadinya aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.

2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin
menurun, begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak
perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol
total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10
tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan
meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun.

3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya
dislipidemia. Dalam ilmu genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat
tertentu (spesific – trait) diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan
satu gen dari ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi
dapat diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor kelainan genetik.
4. Faktor Kegemukan
Kegemukan erat hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah
komplikasi yang dapat terjadi sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara energi yang masuk bersama makanan,
dengan energi yang dipakai. Kelebihan energi ini ditimbun dalam sel lemak yang
membesar. Pada orang yang kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida
yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan
dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan
HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas
ini secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
5. Faktor Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, dan trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL
meningkat secara bermakna. Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai
trigliserida. Olahraga memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan asam
lemak dan gliserol ke dalam aliran darah.
6. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
trigliserida, dan menekan kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok
akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap
rokok akan merangsang hormon adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme
lemak yang dapat menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah.

7. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan
aterosklerosis. Asupan tinggi kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol total dan LDL sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.

2.3 Patofisiologi (Wahjuni, 2015).


a. Jalur metabolisme eksogen
Makanan berlemak yang dikonsumsi terdiri atas trigliserida dan kolesterol.
Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol
dari hati yang diekskresikan bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus
halus yang berasal dari makanan maupun organ hati disebut dengan lemak
eksogen yang sebagian diperoleh dari asupan makan.
Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam
enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas
sedang kolesterol sebagai kolesterol teresterifi kasi. Di dalam usus halus, asam
lemak bebas akan diubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol
mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama-sama
dengan fosfolipid dan apoliprotein membentuk lipoprotein yang dikenal sebagai
kilomikron. Kilomikron masuk ke dalam saluran limfa dan akhirnya melalui
duktus torasikus (saluran limfa) masuk ke dalam aliran darah.
Trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein
lipase yang berasal dari endotel pembuluh darah menjadi asam lemak bebas/free
fat acid (FFA) dan non-esterified fat acid (NEFA). Asam lemak bebas dapat
disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila
terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian akan diambil oleh hati menjadi
bahan untuk pembentukan trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan
sebagian besar trigliserida akan menjadi kilomikron remnant (kilomikron sisa)
yang mengandung ester kolesterol dan dibawa ke hati.

b. Jalur metabolisme endogen


Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati disekresikan ke dalam sirkulasi
sebagai lipoprotein B100 yang merupakan alat transportasi lemak di dalam aliran
darah. Dalam sirkulasi, trigliserida di fraksi VLDL akan mengalami hidrolisis
oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan mengubah VLDL menjadi IDL
(intermediate Density Lipoprotein) yang juga akan mengalami hidrolisis dan
berubah menjadi LDL (Low Density Lipoprotein). Sebagian dari VLDL, IDL dan
LDL akan mengangkut ester kolesterol kembali ke hati.
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol.
Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik
lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor
untuk kolesterol–LDL. Sebagian lagi dari kolesterol–LDL akan mengalami
oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger (reseptor yang bisa membawa
kembali kelebihan lemak ke hati) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam
cell).
Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang
akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol
yang akan teroksidasi tergantung pada kadar kolesterol yang terkandung di LDL.
Beberapa keadaan yang mempengaruhi tingkat oksidasi antara lain: meningkatnya
jumlah LDL seperti pada sindrom metabolik dan diabetes mellitus. Kadar
kolesterol - HDL, makin tinggi kadar HDL, maka HDL bersifat protektif terhadap
oksidasi LDL.

c. Jalur reverse cholesterol transport


HDL dilepaskan sebagai partikel kecil yang minim kolesterol, terdiri atas
apoliprotein (apo) A, C, dan E, yang disebut dengan HDL nascent (minim
kolesterol). HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk
gepeng dan mengandung apoliprotein tipe A1. HDL nascent mendekati makrofag
untuk mengambil kolesterol yang tersimpan. Setelah mengambil kolesterol dari
makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL berisi kolesterol dan berbentuk
bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol bebas) di
bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag
oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding casse e
transporter-1 atau disingkat ABC-1 (Sorace, 2006). Setelah mengambil kolesterol
bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifi kasi menjadi kolesterol
ester enzim/lecithin cholesterol acyl transferase (LCAT). Selanjutnya, sebagian
kolesterol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama
ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 (dikenal dengan
SR-B1). Jalur kedua dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester
transfer protein (CETP). Dengan demikian, fungsi HDL sebagai “penyiap”
kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur, yaitu langsung ke hati dan jalur
tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke
hati.
Bila kadar HDL rendah, kondisi itu harus diimbangi dengan olah raga
yang teratur. Olah raga membuat otot dan rangka tubuh bergerak, denyut jantung
meningkat sehingga darah beserta oksigen dan nutrisi bisa disalurkan dengan baik
ke seluruh tubuh. Jarang berolah raga membuat distribusi oksigen ke seluruh
tubuh terganggu. Dampaknya, otot tubuh akan kekurangan oksigen sehingga
membuat badan terasa pegal-pegal dan kaku.

2.4 Komplikasi
a.       Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah suatu bentuk ateriosklerosis yang terutama mengenai
lapisan intima dan umumnya terjadi di arteri muskuler ukuran besar dan sedang serta
merupakan kelainan yang mendasari penyakit jantung iskemik.
Lesi aterosklerosis diklasifikaiskan alas 3 tahap secara morfologik: bercak
perlemakan, plak fibrosa, dan lesi terkomplikasi. Sebelum terjadinya bercak
perlemakan sudah ada gel-gel busa. Bercak perlemakan sudah bisa ditemukan pada
usia 10 tahun dan meningkat kekerapannya pada usia 30 tahun. Flak fibrosa adalah
bentuk lesi yang khas untuk aterosklerosis yang sudah berkembang. Lesi
terkomplikasi adalah plak fibrosa yang sudah mengalami perubahan oleh peningkatan
nekrosis sel, perdarahan, deposit kalsium atau diquamasi permukaan endotel
diatasnya dan pembentukan trombus. Lesi terkomplikasi dapat mengakibatkan
gangguan aliran di lumen pembuluh darah.
d. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner merupakan suatu
manifestasi khusus dan arterosklerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada
percabangan arteri yang kearah arteri koronaria kiri, arteri koronaria kanan dan
agak jarang pada arteri sirkum flex. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.

2.5 Penatalaksanaan
2.5.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pengobatan adalah penurunan kolesterol
total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama atau berulang dari infark
miokardiak, angina, gagal jantung, stroke iskemia, atau kejadian lain pada
penyakit arterial perifer seperti karotid stenosis atau aneurisme aortik abdomial
(Sukandar dkk, 2008).
2.5.2 Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi dilakukan dimulai sejak awal kedatangan dan
termasuk terapi diet, pengurangan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik.
Induksi penuruna berat badan hingga 10% harus didiskusikan dulu dengan pasien
yang kelebihan berat badan. Pada umumnya, aktivitas fisik teratur dan ridak
terlalu berat, yaitu 30 menit tiap harinya untuk sebagian besar hari dalam
seminggu harus diusahakan. Setiap pasien harus dianjurkan untuk berhenti
merokok.
Terapi diet yang objektif adalah menurunkan langsung konsumsi lemak
total, lemak jenuh, dan kolesterol untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai.
Konsumsi kolesterol dan asam lemak jenuh yang berlebihan akan membawa ke
pengurangan klirens hepatik LDL, dan deposisi LDL dan oksidasi LDL dalam
jaringan lemak (Sukandar dkk, 2008).
2.5.3 Terapi Farmakologi (Sukandar dkk, 2008).
Obat yang direkomendasikan untuk fenotip lipoprotein terpilih diberikan
pada tabel berikut:

Efek terapi obat terhadap lipid dan lipopotein ditunjukkan pada tabel
berikut:
Berikut penjelasan tentang terapi farmakologi dislipidemia:
1. Resin Asam Empedu
 Yang termasuk golongan ini adalah Kolesteramin dan Kolestipol.
 Mekanisme kerja: obat ini merupakan resin (damar) penukar ion yang
bersifat basa, yang mempunyai afinitas tinggi terhadap asam empedu.
 Asam empedu akan diikat oleh resin ini, membentuk senyawa yang tidak
larut dan tak dapat direabsorbsi untuk selanjutnya diekskresi melalui feses.
 Dengan demikian ekskresi asam empedu yang biasanya sedikit akibat
peredaran darah enterohepatik dapat ditingkatkan hampir 10 kalinya
 Resin asam empedu digunakan dalam pengobatan hiperkolesterolemia
primer dan untuk detoksifikasi keracunan digitalis.
 Keluhan gastrointestinal seperti konstipasi, mulas, penuhnya epigastrik,
mual dan kembung biasa dolaporkan. Efek samping ini dapat diatur
dengan peningkatan asupan cairan, perubahan makan untuk meningkatkan
pengeluaran.
 Kontraindikasi Kolesteramin dan Kolestipol: penyumbatan saluran
empedu.
 Interaksi Kolesteramin dan Kolestipol: mempengaruhi obat-obat oral yang
lain, sehingga waktu minum obat diberi sela yang pantas, yaitu obat-obat
yang mengalami sirkulasi enterohepatik (misal kumarin).

2. Penghambat Sintesa Protein / Niasin


 Mekanisme kerja: menghambat lipolisis trigilierida menjadi
asam lemak bebas.
 Niasin (asam nikotinat) mengurangi sintesis hepatik VLDL, yang akan
mengarah pada pengurangan sintesis LDL. Niasin juga meningkatkan
HDL dengan mengurangi katabolimenya.
 Prinsip dalam penggunaan niasin adalah untuk hiperlipidemia campuran
atau agen sekunder dalam terapi kombinasi untuk hiperkolesterolemia.
Obat ini merupakan agen primer aatau alternatif untuk pengobatan
hipertrigliseridemia dan dislipidemia diabetik.
 Efek samping: kemerahan pada kulit (di sertai perasaan panas) dan
pruritus (rasa gatal  pada  kulit),  pada  sebagian  pasien mengalami
mual dan sakit pada abdomen, meningkatkan kadar asam urat
(hiperurisemia) dengan menghambat sekresi tubular asam urat, toleransi
glukosa dan hepatotoksik.
3. Penghambat Koenzim A Reduktase
 Yang termasuk golongan ini adalah Lovastatin, Pravastatin, Simvastatin
dan Fluvastatin.
 Mekanisme kerja: menghambat enzim HMG Co A reduktase dalam
sintesis kolesterol, dengan demikian akan meningkatkan penguraian
kolesterol intrasel sehingga mengurangi simpanan kolesterol intrasel.
 Penggunaan : efektif untuk menurunkan kadar kolesterol plasma pada
semua jenis hiperlipidemia.
 Efek samping : kelainan biokimiawi, fungsi hati dan gangguan otot
(miopati).
 Interaksi obat : meningkatkan kadar Kumarin (antikoagulan) sehingga
meningkatkan risiko pendarahan.
 Kontra indikasi : ibu hamil dan menyusui, anak-anak dan remaja.
4. Derivat Asam Fibrat
 Yang termasuk golongan ini adalah Fenofibrat, Klofibrat, Bezafibrat dan
Gemfibrozil
 Terapi tunggal efektif dalam penurunan VLDL, tapi akibatnya terjadi
peningkatan LDL dan kadar kolesterol total akan cenderung berubah
 Mekanisme kerja: memacu aktivitas lipase lipoprotein, sehingga
menghidrolisis trigliserida pada kilomikron dan VLDL.
 Efek samping :
- Asam Klofibrat atau derivatnya: keluhan abdominal ringan, ruam
kulit, kecendrungan terbentuknya batu empedu (kolesterol), miositis
toksik, kenaikan konsentrasi AP (alkalifosfatase) dan transaminase.
- Asam nikotinat atau derivatnya: keluhan abdominal, kenaikan asam
urat, penurunan toleransi glukosa pada terapi jangka panjang
 Kontraindikasi: kehamilan, masa menyusui
 Interaksi:
- Asam Klofibrat atau derivatnya: penuatan efek kumarin,
antidiabetik oral
- Asam nikotinat atau derivatnya: pengurangan efek obat
antidiabetik
5. Ezetemibe
 Ezetimibe mengganggu absorbsi kolesterol dari membran fili saluran cerna
(brush border), mekanisme baru yang membuatnya menjadi pilihan baik
untuk terapi tambahan.
 Obat ini dapat digunakan baik dalam terapi tunggal atau digunakan dengan
statin. Dosisnya 10 mg per hari, diberikan dengan atau tanpa makanan.
 Ketika digunakan tunggal obat ini menurunkan lebih kurang 18%
kolesterol LDL. Ketika ditambahkan statin, Ezetimibe menurunkan LDL
dengan penambahan sekitar 12-20%.
 Ezetimibe dapat diterima dengan baik, sekitar 4% pasien mengalami
keluhan gastrointestinal.
 Contoh sediaan beredar: Ezetrol
6. Suplementasi minyak ikan
 Makanan tinggi omega-3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh
(dari minyak ikan), lebih dikenal dengan asam eikosapentanoat
(EPA), mengurangi kolesterol, trigliserida, LDL, dan VLDL, dan
dapat meningkatkan kolesterol HDL.
 Pasien yang diobati untuk gangguan sekunder, gejala penyakit
jantung, aterosklerosis, seperti angina atau iskemia yang
menyebabkan nyeri seperti kram, dapat meningkat dari bulan ke
tahun.
BAB III
FITOTERAPI

1. Judul Uji Aktivitas Antidislipidemia In Vivo Fraksi


Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) pada
Tikus Galur Wistar yang diinduksi Diet Tinggi
Lemak
Tahun 2014
Penulis Nini Irmadoly, Frandi Wirajaya, Shelvia Chalista,
Felicia Ivanty Fam, Ha Sakinah Se
Abstrak Dislipidemia merupakan faktor resiko berbagai
penyakit yang masih menjadi masalah besar di
Indonesia. Daun salam (Eugenia polyantha) terbukti
dapat digunakan sebagai antidislipidemia. Untuk
mengetahui fraksi apakah yangberpengaruh terhadap
aktivitas antidislipidemia dilakukan penelitian
eksperimental secara in vivo dengan desain penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL), hasil yang
didapatkan adalah Fraksi etil asetat ekstrak daun salam
menurunkan kadar trigliserida serum secara bermakna
(p=0,033) dan fraksi n-heksan ekstrak daun salam
meningkatkankadar HDL serum secara bermakna
(p=0,030).
Fitoterapi
Tanaman Daun Salam (Eugenia polyantha)
Klasifikasi Botani Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Family : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyyanthum (Wight) Walp.
Kandungan Kimia Flavonoid, Vitamin C dan Tanin
Hasil Penelitian Penurunan kadar trigliserida secara bermakna
yang inikarena adanya kandungan senyawa aktif di
membuktikan dalamfraksi etil asetat ekstrak daun salam, yaitu tannin,
Khasiatnya flavanoid, serat, dan vitamin C. Kandungan flavonoid
dalam daun salam bersifat sebagai hipolipidemia dan
antioksidan yang dapat menghambat stress oksidatif.
Penurunan trigliserida berhubungan dengan penurunan
penyerapan trigliserida di usus dan peningkatan
ekskresi trigliserida melalui feses. Selain itu flavonoid
jenis Hesperetin dapat menurunkan kadar trigliserida
plasma.
Flavonoid jenis quercetin dapat meningkatkan
aktivitas lipoprotein lipase sehingga dapat
mempengaruhi kadar trigliserida serum tikus
hiperkolesterolemia
Mekanisme Kerja Daun salam juga mengandung banyak
Senyawa Kimia vitamin.Vitamin C yang terdapat di dalamnya
sebagai mempunyai efek membantu reaksi hidroksilasi dalam
Antidislipidemia pembentukan asam empedu sehingga meningkatkan
ekskresi kolesterol, sekaligus sebagai antioksidan.
Daun salam juga mengandung tannin.
Tannin berfungsi sebagai antioksidan,
astringent,dan hipokolesterolemia. Tannin bekerja
dengan cara bereaksi dengan protein mukosa dan sel
epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak
sehingga menurunkan kadar trigliserida darah
Kesimpulan Jadi kesimpulan pada penelitian ini bahwa
pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun salam pada
tikus putih galur wistar yang diinduksi diet tinggi
lemak dengan dosis 20mg/200gBB setiap hari selama
21 hari dapat menurunkan kadar trigliserida serum
tikus secara bermakna dengan p=0,033 dan fraksi n-
heksan ekstrak daun salam dengan dosis yang sama
dapat meningkatkan kadar kolestrol HDL serum tikus
secara bermakna dengan p=0,030. Sementara tidak
terdapat perbedaan bermakna pada kolestrol total dan
koletrol LDL sebelum dan setelah perlakuan.
2. Judul PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KAKAO
(Theobroma cacaoL') TRRHADAP PROFIL
LIPID dAN KADARNOX TIKUS PUTIH
JANTAN (Rattus nomegiczs) DISLIPIDEMIA
Tahun 2015
Penulis Dewi Wiryanthini IAr, Sutadarma Iw Gl,
Yulianaz
Abstrak Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid
yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol
total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan
penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) yang
mengakibatkan penurunan enzim antioksidan dan
memicu terjadinya stres oksidatif, ditandai salah
satunya dengan peningkatan perioksidasi lipid. Stres
Oksidatif menyebabkan menurunnya kadar nitrat dan
nitrit (Nox) darah sebagai metabolit antara nitric oxide
(NO). Ekstrak Biji kakao kaya akan kandungan
flavonols yang terdiri dari catechin, epicatehin, dan
procyanidin
Fitoterapi
Tanaman BIJI KAKAO (Theobroma cacaoL')
Kandungan Kimia catechin, epicatehin, dan procyanidin
Hasil Penelitian Penelitian menunjukkan bahwa setelah
yang pemberian ekstrak biji kakao terjadi penurunan kadar
membuktikan kolesterol total, triglise da dan LDL pada kelompok
Khasiatnya P1, P2 dan P3 yang bermakna (p=0,000), peningkatan
kadar HDL yang bermakna pada kelompok- P.l, P?^gn
P3 (p=0,000) serta p'eningkai; tadar NOx yang tidak
bermakna pada kelompok P1, P2 dan P3 (p=0,486)
Mekanisme Kerja Antioksidan Flavanols yang terdapat pada
Senyawa Kimia ekstrak biji kakao bekerja di membran sel dengan
sebagai menangkap radikal bebas yang terbentuk di membran
Antidislipidemia sel.
Mekanisme kerja flavanols pada membran sel
menetralisir radikal bebas asam lemak tidak jenuh
(peroxyl pobansaturated fatty acid) atan PUFA-OO.
pada membran phospholipid sel dan mengubahnya
menjadi hydroperoxy polyunsaturated fatty acld
(PUFA-OOH) yang tidak lagi bersifat radikal bebas,
sehingga oksidasi lipid membran sel menurun.
Kesimpulan Ekstak biji kakao dapat menghambat stres
oksidatif yang ditandai dengan penuruian secara
bermakna kadar kolestercl total, triglisedda, LDL
disertai peningkatan secaxa termakna kadar HDL,
namun belum mampu memperbaiki kadar Nox darah
tikus dalam keadaan dislipidemia.
3. Judul Aktivitas Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol
Daun Annona squamosa L
Tahun 2015
Penulis Siti Rofida, Ahmad Firdiansyah, Endah
Fitriyastuti
Abstrak Faktor resiko penyebab penyakit kardiovaskular,
salah satunya adalah kadar kolesterol dalam serum
yang tinggi. Kematian yang disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular sebanyak 17,3 juta orang. Annona
squamosa L. atau dikenal dengan srikaya merupakan
tanaman yang berasal dari suku Annonaceae dan
digunakan sebagai insektisida, antitumor, antidiabet,
antioksidan, antihiperlipidemia dan antiinflamsi.
Senyawa kimia yang terdapat pada daun Annona
squamosa L. Yaitu asetogenin, diterpen, flavonoida,
lignin, hidroksil keton dan benzoquinazolin. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui dosis yang optimum
untuk menurunkan kadar LDL pada tikus
hiperlipidemia. Pada pengujian ini, sampel tikus
hiperlipidemia dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan
yaitu kelompok kontrol negatif (pakan normal),
kelompok kontrol positif (pakan normal dan terapi
simvastatin dengan dosis 0,18 mg/gram BB tikus),
kelompok perlakuan 1 (pakan normal dan terapi
ekstrak etanol daun Annona squamosa L. dengan dosis
0,25 mg/gram BB tikus, kelompok perlakuan 2 (pakan
normal dan terapi ekstrak etanol daun Annona
squamosa L. dengan dosis 0,75 mg/gram BB tikus,
kelompok perlakuan 3 (pakan normal dan terapi
ekstrak etanol daun Annona squamosa L dengan dosis
1 mg/gram BB tikus). Hasil identifikasi dengan
metode kromatografi lapis tipis pada ekstrak etanol
daun Annona squamosa L. menunjukkan adanya
flavonoida.
Fitoterapi
Tanaman Daun srikaya (Annona squamosa L.)
Kandungan Kimia Asetogenin, diterpen, flavonoida, lignin,
hidroksil keton dan benzoquinazolin.
Hasil Penelitian Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian
yang ekstrak etanol daun Annona squamosa L. Pada tikus
membuktikan hiperlipidemia, dapat menurunkan kadar kolesterol
Khasiatnya LDL pada dosis 0,25 mg/gram BB tikus.
Mekanisme Kerja flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun
Senyawa Kimia Annona squamosa L. Selektif terhadap metabolisme
sebagai kolesterol LDL. Dengan terhambatnya metabolisme
Antidislipidemia kolesterol LDL maka jumlah kolesterol LDL dalam
darah akan menurun.
Kesimpulan Dari hasil penelitian pemberian ekstrak etanol
daun srikaya (Annona squamosa L.) terhadap tikus
hiperlipidemia dapat menurunkan kadar kolesterol
LDL pada dosis 0,25 mg/gBB.
4. Judul Potensi Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol
Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
Terstandar secara in Vivo Berdasarkan Parameter
LDL (Low Density Lipoprotein)
Tahun 2016
Penulis Dimas Adhi Pradana, Faras Sophia Rahmah &
Tri Ratna Setyaningrum
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi kuratif ekstrak etanolik daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) terstandar terhadap
penurunan kadar LDL secara in vivo. Hewan uji yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus
Wistar jantan berusia 2 – 3 bulan yang terbagi secara
acak dalam 6 kelompok meliputi kontrol normal,
kontrol negatif, kontrol positif dan 3 peringkat dosis
eksktrak. Induksi hiperlipidemia dilakukan dengan
menggunakan poloxamer pada hari ke-1 dan
propiltiourasil pada hari ke-5 sampai hari ke-18. Pada
kelompok kontrol positif diberikan terapi simvastatin
sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan 3
variasi dosis ekstrak pada masing – masing kelompok
yakni 200mg/kgBB, 400mg/ kgBB, dan 800mg/kgBB
tikus. Ekstrak etanolik daun bayam merah yang
digunakan telah melalui uji standardisasi berdasarkan
parameter spesifik dan non-spesifik. Penetapan kadar
LDL plasma dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0
(baseline), hari ke-4 (setelah proses induksi) dan hari
ke19 (setelah terapi)
Fitoterapi
Tanaman Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.)
Kandungan Kimia Saponin, skualen dan flavonoid.
Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh menunjukkan pemberian
yang ekstrak etanolik bayam merah (Amaranthus tricolor
membuktikan L.) terstandar pada dosis 800mg/kgBB dapat
Khasiatnya menurunkan kadar LDL yang signifikan secara
statistik (p
Mekanisme Kerja Mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar
Senyawa Kimia kolesterol total menurut berbagai hasil penelitian
sebagai diantaranya adalah dengan menurunkan aktivitas
Antidislipidemia HMG-KoA reduktase, menurunkan aktivitas enzim
Acyl-CoA cholesterol acyltransferase (ACAT), serta
menurunkan absorbsi kolesterol di saluran pencernaan
Kesimpulan Ekstrak etanolik daun bayam merah
(Amaranthus tricolor L.) terstandar memiliki aktivitas
antihiperlipidemia berdasarkan parameter kadar LDL
pada tikus wistar jantan yang diinduksi poloxamer dan
propiltiourasil pada dosis ekstrak 800 mg/kgBB dan
memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik
terhadap kontrol normal dan negatif (p < 0,05)
5. Judul PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN
RAMBUTAN (NAPALEUM LAPPACEUM L.)
TERHADAP KADAR LDL DAN HDL PADA
TIKUS JANTAN
Tahun 2018
Penulis Elis Susilawati , Ari Yuniarto, Lisnawati
Abstrak Daun rambutan (Napaleum lappaceum L.) diduga
memiliki aktivitas sebagai antihiperlipidemia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antihiperlipidemia ekstrak etanol daun rambutan pada
model hewan yang diinduksi dengan makanan tinggi
karbohidrat dan lemak. Metodologi penelitian yang
digunakan pada pemodelan hewan percobaan sebanyak
30 ekor tikus putih jantan galur Wistar berusia 2-3
bulan dan berat badan 150-220 gram dikelompokan
menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif
kelompok kontrol positif (kelompok induksi),
kelompok pembanding (simvastatin 0,9 mg/KgBB),
dan kempok uji ekstrak etanol daun rambutan dengan
dosis 17,5 , 35 dan 70 mg/kgBB. Semua kelompok
kecuali kontrol negatif diinduksi makan tinggi
karbohidrat dan lemak sebagai makanan setiap hari
selama 29 hari. Pembanding dan ekstrak uji diberikan
setiap hari secara peroral 3 jam setelah hewan
diinduksi. Parameter yang diamati yaitu kadar
kolesterol LDL dan HDL ditentukan secara enzimatik
Fitoterapi
Tanaman DAUN RAMBUTAN (NAPALEUM
LAPPACEUM L.)
Kandungan flavonoid, tanin dan saponin
Kimia
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak
yang etanol daun rambutan terhadap penurunan kadar LDL
membuktikan dan dapat meningkatkan kadar HDL pada dosis 70
Khasiatnya mg/KgBB memilki aktivitas aktivitas yang sama
dengan pembanding simvastatin dosis 0,9 mg/ KgBB.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
rambutan memiliki aktivitas dalam menurunkan kadar
LDL dan meningkatkan kadar HDL dengan dosis
paling baik adalah 70 mg/KgBB.
Mekanisme Kerja Kulit buah rambutan mengandung senyawa
Senyawa Kimia flavonoid yang memiliki aktivitas antihiperlipidemia.
sebagai Flavonid yang terkandung dalam daun rambutan
Antidislipidemia diduga memiliki mekanisme yang sama seperti obat
golongan statin dalam menurunkan kadar kolesterol
dalam darah yaitu sebagai inhibitor enzim HMG Co-A
reduktase, dimana enzim tersebut berperan dalam
pembentukan kolesterol didalam hati
Kesimpulan Dari hasil penelitian ekstrak etanol daun
rambutan (Napaleum lappaceum .L) terhadap aktivitas
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar
HDL terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang
diinduksi makanan tinggi karbohidrat, lemak dan
propiltiourasil. Efek anti hiperlipidemia dalam
menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar
HDL dari ekstrak etanol daun rambutan (Napaleum
lappaceum L) yang paling baik adalah uji 3 dosis 70
mg/kgBB.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Dislipidemia adalah peningkatan kolesterol total, kolesterol Low Density
Lipoprotein (LDL) atau trigliserida; penurunan kolesterol High Density
Lipoprotein (HDL), atau kombinasi dari kelainan tersebut.
b. Dalam penatalaksanaan penyakit ini dilakukan 2 jenis penatalaksanaan
yaitu penatalaksanaan non-farmakologik dan apabila tidak kunjung
sembuh maka selanjutnya dilakukan penatalaksanaan farmakologik berupa
obat penurun lipid.
c. Tumbuhan yang memiliki aktivitas farmakologik antidislipidemia
diantaranya yaitu Daun Salam (Eugenia polyantha), Biji Kakao
(Theobroma cacaoL), Daun Srikaya (Annona squamosa L.), Daun Bayam
Merah (Amaranthus tricolor L.), Daun Rambutan (Napaleum Lappaceum
L.)
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro JT, Barbara GW, Terry LS. Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition.
New York: Mc Graw Hill. Hal 65-74.

Hartono. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta.

Irmadoly N, Frandi W, Shelvia C, Felicia IF, Sakinah HS. 2014. Uji Aktivitas
Antidislipidemia In Vivo Fraksi Ekstrak Daun Salam (Eugenia
polyantha) pada Tikus Galur Wistar yang diinduksi Diet Tinggi Lemak.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. 1 (1): 21-24.

Pradana P, Faras SR, Tri RS. 2016. Potensi Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol
Daun Bayam Merah (Amaranthus tricolor L.) Terstandar secara in Vivo
Berdasarkan Parameter LDL (Low Density Lipoprotein). Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis. 2 (2): 122-128.

Rofida S, Ahmad F, Endah F. 2015. Aktivitas Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol


Daun Annona squamosa L. Journal of Pharmaceutical Science and
Pharmacy Practice. 2 (1) : 1-3.

Sukandar EY, Retnosari A, Joseph IS, Ketut A, Adji PS, Kusnandar. 2008. Iso
Farmakoterapi, Buku I. Jakarta: ISFI Penerbitan.

Susilawati E, Ari Y, Lisnawati. 2018. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Rambutan


(Napaleum Lappaceum L.) Terhadap Kadar LDL Dan HDL pada Tikus
Jantan. Journal of Pharmacopolium. 1 (3): 143-148.
Sorace P. 2006. Clasification lipoprotein lipid and health guide for fi tness
professional Lipoet. American College Certifi ed sport medicener.

Wahjuni S. 2015. Dislipidemia Menyebabkan Stress Oksidatif Ditandai Oleh


Meningkatnya Malndialdehid. Denpasar: Udayana Universitas Press.

Wiryanthini D.IA, Sutadarma IWG, Yuliana. 2015. Pemberian Ekstrak Biji Kakao
(Theobroma Cacaol) Trrhadap Profil Lipid dan Kadarnox Tikus Putih
Jantan (Rattus Nomegiczs) Dislipidemia. Prosiding Seminar Ilmiah
PBBMI. 100- 105.

Anda mungkin juga menyukai