Anda di halaman 1dari 23

plcindonesia.

com

DISLIPIDEMIA

oleh Elin Yulinah Sukandar, Irianti Bahana M.R., M.Si., Apt.

ABSTRAK

Dislipidemia didefinisikan sebagai peningkatan kadar kolesterol total, LDL,


trigliserida, penurunan kadar HDL, atau kombinasi dari beberapa kelainan tersebut.
Faktor risiko dislipidemia di antaranya adalah peningkatan usia, genetik, penyakit
lain (hipertensi, diabetes melitus), merokok, dan konsumsi alkohol. Terapi untuk
dislipidemia dibedakan menjadi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.
Terapi non farmakologi diantaranya adalah pengaturan diet, aktivitas fisik, dan
penurunan berat badan. Sedangkan terapi farmakologi dengan menggunakan
golongan inhibitor HMG CoA-reduktase (statin), inhibitor absorpsi kolesterol, resin
pengikat asam empedu, fibrat, dan niasin. Pengontrolan yang harus dilakukan
selama terapi adalah kadar profil lipid pada serum (LDL, HDL, kolesterol total,
trigliserida), efek samping dan interaksi obat yang mungkin terjadi, dan risiko
komplikasi pada penyakit lain.

TUJUAN

Untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang penyakit dislipidemia dan


tatalaksana terapinya, pemilihan obat ditinjau dari kondisi pasien dan efek samping
obat serta kontra indikasi.

OBJEKTIF

Pada tinjauan literatur ini akan dipelajari mengenai definisi, tanda dan gejala
dislipidemia, tatalaksana terapinya, serta faktor-faktor risikonya.

1
plcindonesia.com

Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (2013),


prevalensi dislipidemia di Indonesia mencapai 39,8%. Beberapa faktor risiko
dislipidemia yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, kebiasaan merokok, DM tipe
2, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan makanan tinggi lemak.

1. Definisi

Dislipidemia didefinisikan sebagai peningkatan kadar kolesterol total, LDL,


trigliserida, penurunan kadar HDL, atau kombinasi dari beberapa kelainan
tersebut1.

2. Etiologi

Terdapat 3 faktor penyebab peningkatan kadar lipid plasma yaitu genetik, nutrisi,
dan penyakit metabolik2. Berdasarkan Dipiro et al., (2014), ada dua faktor
penyebab abnormalitas lipid yaitu genetik dan penyebab sekunder.

Penyebab Genetik

Beberapa tipe dislipidemia disebabkan oleh masalah genetik, yang dapat berupa
gangguan sintesis apoprotein, kekurangan reseptor LDL, gangguan reseptor LDL
atau gangguan penanganan kolesterol intraselular. Gangguan atau kekurangan
reseptor LDL dalam gangguan genetik disebut sebagai hiperkolesterolemia familial.
Kadar kolesterol darah meningkat pada orang yang menderita gangguan tersebut.
Walaupun heterozigot umumnya meningkatkan kadar kolesterol dari sejak lahir,
mayoritas kondisi ini tidak mengalami gejala sampai usia dewasa, ketika xanthoma
menyerang terlihat deposit kolesterol berkembang sepanjang tendon dan
aterosklerosis dapat muncul. Gangguan genetik homozigot umumnya lebih parah,
yang mengembangkan xanthoma kulit pada anak-anak dan mungkin mengalami
infark miokard pada usia kurang dari 20 tahun. Dislipidemia yang disebabkan oleh
mutasi gen terbagi menjadi kelas I, IIA, IIB, III, IV dan V 2.

2
plcindonesia.com

Penyebab Sekunder

Penyebab sekunder pada abnormalitas kadar lipid dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyebab Sekunder Dislipidemia 3

Komponen Lipid yang terpengaruh Penyebab

Peningkatan kolesterol total dan LDL-C Hipotiroid, Nefrosis, Disgamaglobulinemia, terapi

dengan progestin atau steroid anabolik, penyakit

kolestasis, terapi dengan inhibitor protease.

Peningkatan trigliserida dan VLDL-C Gangguan ginjal kronis, Diabetes melitus tipe 2,

obesitas, asupan alkohol yang berlebihan, hipotiroid,

terapi antihipertensi (diuretik tiazid dan agen ß-

blocker, terapi kortikosteroid, kontrasepsi oral,

kehamilan, terapi dengan inhibitor protease.

3. Faktor Risiko (NCEP ATP III)

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

• Usia

Laki-laki ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun memiliki risiko mengalami ASCVD


(Atheroschlerotic Cardiovascular Disease)

• Genetik

Pasien yang memiliki orang tua yang terkena dislipidemia atau gangguan
kardiovaskular lainnya lebih berisiko untuk terkena dislipidemia

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

• Diabetes melitus

3
plcindonesia.com

Resistensi insulin merupakan mekanisme utama untuk peningkatan risiko


dislipidemia pada pasien DM. Resistensi insulin perifer menyebabkan
peningkatan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan adiposa, yang
menyebabkan peningkatan ambilan (uptake) asam lemak bebas hepatik dan
mengakibatkan peningkatan sintesis trigliserida. Sintesis trigliserida
menstimulasi produksi VLDL-kaya trigliserida hepatik dan peningkatan
sekresi ApoB. Molekul trigriliserida yang tinggi LDL tersebut kemudian
dihidrolisis oleh hati atau lipoprotein lipase dan menyebabkan produksi
LDL10

• Obesitas

Pasien yang mengalami overweight/obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk


mengalami abnormalitas metabolisme lipid. Abnormalitas tersebut antara
lain adalah

peningkatan trigliserida serum karena peningkatan produksi VLDL hepatik


dan penurunan klirens trigliserida. Sekitar 60-70% pasien obesitas
mengalami dislipidemia11 .

• Kadar LDL-C atau trigliserida yang tinggi

• Kadar HDL-C yang rendah

• Merokok

Efek merokok pada progresi penyakit aterosklerosis dan kardiovaskular


lainnya adalah melalui berbagai mekanisme termasuk kerusakan vaskular,
thrombosis, disfungsi vaskular, dan peroksidasi lipid. Merokok juga diketahui
memiliki efek aterogenik melalui abnormalitas metabolisme lipid yaitu
peningkatan kolesterol total dan trigliserida serta penurunan HDL12

• Konsumsi alkohol

Alkohol dapat menyebabkan disregulasi beberapa komponen lipid terutama


menyebabkan peningkatan trigliserida13. Maka dari itu, penghentian

4
plcindonesia.com

penggunaan alkohol merupakan salah satu strategi penting pada


penanganan pasien dislipidemia yang mengkonsumsi alkohol secara rutin.

4. Tanda dan Gejala

Pada umumnya, pasien tidak menunjukkan gejala (asimptomatik), terutama pada


awal penyakit. Pasien dengan sindrom metabolik dapat memiliki tiga atau lebih
kriteria berikut : obesitas abdominal, dislipidemia aterogenik, peningkatan tekanan
darah, resistensi insulin ± intoleransi glukosa, keadaan protrombotik, atau keadaan
pro-inflamasi

Tanda 1

Pankreatitis, xantoma eruptif, polineuropati perifer, tekanan darah tinggi, atau


ukuran pinggang >40 in (102 cm) pada laki-laki (35 in (89 cm)) pada wanita.

Gejala 1

Nyeri dada (dapat terjadi atau tidak), palpitasi, berkeringat, ansietas (rasa cemas),
kesulitan bernafas, kehilangan kesadaran atau kesulitan dalam berbicara atau
bergerak, nyeri abdominal, kematian secara tiba-tiba.

5. Patofisiologi

Dislipidemia merupakan peningkatan kolesterol total, LDL, trigliserida, penurunan


HDL, atau kombinasi beberapa gangguan tersebut. Lipid tidak hadir dalam bentuk
bebas pada plasma , tetapi bersirkulasi dalam bentuk lipoprotein.
Hiperlipoproteinemia menggambarkan peningkatan konsentrasi makromolekul
lipoprotein yang mentranspor lipid pada plasma.

Kilomikron terbentuk dari diet lemak yang dilarutkan oleh garam empedu di sel
mukosa intestinal. Dalam kondisi normal, kilomikron tidak berada di plasma setelah
berpuasa 12-14 jam dan dikatabolisme oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diaktifkan

5
plcindonesia.com

oleh ApoC-II serta lipase hepatik untuk membentuk kilomikron remnan. Kandungan
trigliserida pada VLDL selama di dalam pembuluh darah dieliminasi oleh LPL. Obat-
obatan yang meningkatkan aktivitas LPL seperti fibrat meningkatkan proses
eliminasi lipid dan menurunkan kadar trigliserida di dalam darah. Trigliserida yang
dieliminasi diubah menjadi asam lemak dan disimpan sebagai energi di dalam
jaringan adiposa. Pengeleminasian trigliserida dari VLDL menjadikan VLDL menjadi
lebih kecil dan relatif mengandung kolesterol yang lebih sedikit. Partikel yang
terbentuk dari sisa VLDL ini disebut intermediate-density lipoprotein (IDL) dan LDL.
Sekitar 50% sisa VLDL serta IDL dieliminasi dari sirkulasi sistemik oleh reseptor
yang terdapat pada permukaan hati (LDL atau B-E reseptor) dan 50% sisanya
dieliminasi menjadi partikel LDL. Sisa VLDL ditemukan di dinding arteri meskipun
dalam jumlah yang lebih kecil dari LDL 4. Partikel LDL membawa 60% sampai 70%
kolesterol darah total dan memberikan kontribusi yang besar terhadap
perkembangan aterosklerosis. Oleh sebab itu, LDL-C (kolesterol yang dibawa LDL)
merupakan target utama dalam terapi penurunan kolesterol. Sekitar setengah dari
partikel LDL dieliminasi dari sirkulasi sistemik oleh hati, setengah lainnya dapat
diserap oleh sel perifer atau disimpan di dalam ruang intimal koroner, karotis, dan
arteri perifer lainnya, di mana aterosklerosis dapat berkembang 4. Terdapat bukti
kuat hubungan antara kolesterol LDL dengan kejadian kardiovaskular berdasarkan
studi luaran klinis, sehingga kolesterol LDL merupakan target utama dalam
tatalaksana dislipidemia 5. HDL membawa kolesterol dari sel perifer (misalnya lipid
yang kaya mediator inflamasi di dinding arteri) kembali ke hati, dan proses ini
disebut dengan transport balik kolesterol). Berlawanan dengan LDL-C, peningkatan
kadar HDL-C sangat diinginkan karena kolesterol dieliminasi dari pembuluh darah
dan tidak memicu/menyebabkan aterogenesis. Adenosin trifosfat mengikat
transporter A-1 (ABCA-1) dan transporter G-1 di sel perifer sehingga membantu
pengeluaran kolesterol dan fosfolipid. HDL kemudian membawa keduanya langsung
ke hati melalui interaksi reseptor HDL pada hepatosit (SR-B1), atau mentransfernya
ke VLDL dan LDL melalui mekanisme Cholesterol Ester Transfer Protein (CETP)
dalam pertukaran trigliserida sehingga menjadikan HDL partikel yang miskin
kolesterol. Kolesterol yang diperoleh dari sel perifer oleh HDL diubah menjadi

6
plcindonesia.com

bentuk ester melalui mekanisme enzim lesitin kolesterol asetil transferase (LCAT)
4 . Sel menghasilkan kolesterol melalui dua cara yaitu dengan sintesis intraseluler
atau menyerap dari sirkulasi sistemik. Kolesterol di dalam setiap sel disintetis
melalui serangkaian tahapan biokimia, yang dikatalisasi oleh banyak enzim.
Tahapan awal dan penting di dalam sintetis kolesterol adalah konversi β-hydroxyl-

β-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) menjadi asam mevalonat yang dikatalisis oleh


enzim HMG-CoA reduktase. Kolesterol intraseluler disimpan dalam bentuk
teresterifikasi. Kolesterol bebas (yang diserap melalui sirkulasi sitemik) dengan
bantuan enzim asetil CoA transferase (ACAT) diubah menjadi bentuk ester. Terdapat
dua enzim ACAT yang telah teridentifkasi yaitu ACAT1 yang hadir di dalam banyak
jaringan termasuk sel-sel inflamasi, sedangkan ACAT2 hadir di dalam sel mukosa
usus dan hepatosit. ACAT2 diperlukan untuk esterifikasi dan penyerapan kolesterol
makanan dari usus 1 .

6. Penentuan Jenis Dislipidemia

Penegakan diagnosis dislipidemia dilakukan dengan melihat hasil uji laboratorium


peningkatan kadar kolesterol, LDL, trigliserida, ApOB dan CRP, serta penurunan HDL
1 . Tes diagnostik lainnya, yaitu Lipoprotein (a), LDL (pola B), subklasifikasi HDL,
ApoE isoform, ApoA-I, fibrinogen, folat, dan lipoprotein-terkait fosfolipase A2.
Berbagai tes skrining untuk manifestasi dari penyakit pembuluh darah (indeks
ankle-brachial, pengujian olahraga, magnetic resonance imaging) dan diabetes
(glukosa puasa, glukosa oral tes toleransi, hemoglobin A1c) 1 .

Pada tabel 2 dapat dilihat klasifikasi dari pemeriksaan lipoprotein :

Tabel 2. Kategori Pemeriksaan Profil Lipid Serum (NCEP ATP III)

Parameter Kadar (mg/dL) Kategori

<100 Optimal

100-129 Mendekati optimal/diatas optimal

130-159 Batas tinggi

7
plcindonesia.com

160-189 Tinggi

LDL ≥ 190 Sangat tinggi

<200 Diinginkan

Kolesterol total 200-239 Batas tinggi

≥ 240 Tinggi

<40 Rendah
HDL
≥ 60 Tinggi

<150 Normal

150-199 Batas tinggi


Trigliserida
200-499 Tinggi

≥ 500 Sangat tinggi

7. Penatalaksanaan Terapi

Terapi Non Farmakologi

- Modifikasi diet

Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet asam lemak
tidak jenuh karena faktor diet yang paling berpengaruh terhadap peningkatan
konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Asam lemak trans dapat
meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol HDL. Sumber asam lemak
trans di dalam diet biasanya berasal dari produk yang terbuat dari minyak
terhidrogenasi parsial seperti biskuit asin, kue kering manis, donat, roti, dan
makanan lain seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai minyak
nabati yang dihidrogenasi. Sehingga penggunaan asam lemak trans sebaiknya
dihindari 6 .

Makanan yang direkomendasikan untuk pasien dislipidemia adalah susu dan yogurt
skim, pemanis tanpa kalori, sayuran (contoh: kacang polong), produk unggas
(misalnya ayam) tanpa bagian kulit, dan buah-buahan segar. Cara memasak yang
disarankan adalah memanggang, merebus, atau mengkukus 6.

8
plcindonesia.com

- Aktivitas Fisik

Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat badan ideal,
mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan mengontrol faktor risiko
penyakit jantung koroner. Pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter lipid
terutama berupa penurunan TG dan peningkatan kolesterol HDL. Olahraga aerobik
dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL sampai 10%. Efek penurunan TG dari aktivitas fisik sangat
tergantung pada konsentrasi TG awal, tingkat aktivitas fisik, dan penurunan berat
badan. Tanpa disertai diet dan penurunan berat badan, aktivitas fisik tidak
berpengaruh terhadap kolesterol total dan LDL. Aktivitas fisik yang dianjurkan
adalah aktivitas yang terukur seperti jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari per
minggu. Beberapa jenis latihan fisik lainnya antara lain berjalan cepat (4,8-6,4 km
per jam) selama 30-40 menit, berenang selama 20 menit, bersepeda baik untuk
kesenangan atau transportasi, jarak 8 km dalam 30 menit, bermain voli selama 45
menit, menyapu halaman selama 30 menit, menggunakan mesin pemotong rumput
yang didorong selama 30 menit, bermain basket selama 15 hingga 20 menit, dan
berdansa selama 30 menit 6.

- Penurunan Berat Badan

Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang dipakai sebagai ukuran untuk
menilai obesitas umum dan obesitas abdominal. Obesitas terutama dihubungkan
dengan sindrom metabolik. Untuk semua pasien dengan kelebihan berat badan
hendaknya diusahakan untuk mengurangi 10% berat badan. Walaupun ukuran
antropometri lain seperti lingkar pinggang atau rasio pinggul terhadap pinggang
dapat menambah informasi. IMT adalah prediktor kuat untuk mortalitas secara
keseluruhan. Lingkar pinggang normal untuk Asia adalah <90 cm untuk pria dan
<80 cm untuk wanita. Bertambahnya mortalitas secara progresif akibat
peningkatan IMT terutama berhubungan dengan mortalitas penyakit vaskular.
Walau pengaruh penurunan berat badan terhadap kolesterol total dan LDL hanya
sedikit, untuk semua pasien dengan kelebihan berat badan direkomendasikan
untuk mengurangi 10% berat badan. Setiap penurunan 10 kg berat badan

9
plcindonesia.com

berhubungan dengan penurunan kolesterol LDL sebesar 8 mg/dL. Konsentrasi


kolesterol HDL justru berkurang saat sedang aktif menurunkan berat badan dan
akan meningkat ketika berat badan sudah stabil. Setiap penurunan 1 kg berat
badan berhubungan dengan peningkatan kolesterol HDL sebesar 4 mg/dL dan
penurunan konsentrasi TG sebesar 1,3 mg/dL 6.

- Menghentikan Kebiasaan Merokok

Menghentikan merokok dapat meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sebesar


5-10%. Merokok berhubungan dengan peningkatan konsentrasi TG, tetapi
menghentikan merokok diragukan menyebabkan penurunan konsentrasi TG 6.

Terapi Farmakologi

Guideline terapi Dislipidemia berdasarkan Burns et.al., 2016 adalah seperti pada
Gambar 1.

Gambar 1. Tatalaksana Terapi Dislipidemia 7

10
plcindonesia.com

Rekomendasi terapi berdasarkan Burns et.al., 2016 adalah :

a. Inhibitor HMG-CoA reductase

-Simvastatin -Atorvastatin

-Lovastatin -Rosuvastatin

-Pravastatin -Pitavastatin

-Fluvastatin

Statin sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL, dan dapat menurunkan risiko
gangguan kardiovaskular, stroke, dan kematian. Mekanisme kerja statin adalah
menghambat perubahan HMG-CoA menjadi asam L-mevalonat, dan selanjutnya
menjadi kolesterol. Statin menurunkan kadar kolesterol sebesar 25%-62%, dan
memiliki efek moderat dalam menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan
kadar HDL. Statin umumnya ditoleransi dengan baik, namun terdapat beberapa efek
samping yang dapat timbul yaitu peningkatan parameter fungsi hati (SGOT,SGPT),
miopati termasuk rabdomiolisis. Golongan statin selain pravastatin dan pitavastatin
mengalami metabolisme melibatkan sitokrom P-450. Sehingga konsumsi
bersamaan dengan obat lain yang dimetabolisme pada enzim yang sama harus
dihindari. Waktu untuk mencapai efek maksimum dari golongan statin umumnya
4-6 minggu.

b. Inhibitor Absorpsi Kolesterol

-Ezetimibe

Ezetimibe memblok/menghambat absorpsi kolesterol dan fitosterol melalui


interaksi dengan transporter NPC1L1. Ezetimibe dapat menurunkan kolesterol
dengan rata-rata sekitar 18%. Ezetimibe dikontraindikasikan pada pasien dengan
gangguan hati aktif, atau peningkatan dari tes fungsi hati yang persisten. Kombinasi

11
plcindonesia.com

Ezetimibe dengan simvastatin dapat menurunkan risiko ASCVD pada pasien infark
miokardial dibandingkan dengan penggunaan simvastatin tunggal.

c. Resin Pengikat Asam Empedu

-Kolestiramin -Kolesevelam

-Kolestipol

Resin merupakan molekul yang dapat berikatan dengan kompleks asam empedu
yang dikemudian dieksresikan melalui feses. Resin memiliki efek moderat dalam
penurunan LDL, tapi tidak dapat menurunkan trigliserida. Penurunan kolesterol HDL
oleh resin berkisar antara 15-30%, dan dapat meningkatkan HDL (3%-5%). Resin
dapat digunakan dalam kombinasi dengan statin untuk menurunkan kolesterol
aterogenik. Karena obat ini tidak diabsorpsi, maka efek samping yang terjadi
umumnya adalah efek samping pada saluran cerna. Pasien harus menyiapkan obat
pada golongan ini pada cairan non-karbonasi (biasanya adalah air atau jus).
Peningkatan asupan cairan sebaiknya dilakukan untuk mencegah konstipasi.
Interaksi resin umumnya melibatkan proses absorpsi yaitu mencegah penyerapan
beberapa obat yaitu digoksin, warfarin, tiroksin, tiazida, beta blocker, vitamin larut
lemak, dan asam lemak. Sehingga, solusi yang dapat dilakukan adalah
mengkonsumsi resin 1 jam sebelum atau 4 jam sesudah obat yang berinteraksi
dengan golongan ini.

d. Niasin (Vitamin B3)

Niasin dapat digunakan secara luas, yaitu sebagai suplemen dan sebagai penurun
kadar lipid pada dosis yang lebih tinggi. Niasin menghambat pelepasan asam lemak
dari jaringan adiposa dan produksi asam lemak serta trigliserida di sel hati.
Mekanisme ini menurunkan jumlah partikel VLDL yang disekresikan, sehingga
menyebabkan penurunan kolesterol LDL. Niasin diindikasikan untuk pasien dengan

12
plcindonesia.com

peningkatan trigliserida, HDL rendah, dan peningkatan LDL. Penggunaan Niasin


terbatas karena dapat menyebabkan efek pada kutan seperti pruritus dan flushing
(warna kulit menjadi kemerahan). Penggunaan aspirin atau AINS lainnya pada 30
menit sebelum konsumsi Niasin dapat membantu meredakan gejala tersebut,
karena reaksinya dimediasi oleh prostaglandin D2. Penggunaan Niasin bersamaan
dengan makanan, dan menghindari konsumsi bersamaan dengan cairan/minuman
panas dan alkohol juga dapat meminimalisir reaksi efek samping yang dapat terjadi.
Secara umum, Niasin dapat menurunkan LDL sebesar 5%-25%, trigliserida sebesar
20%-50%, dan meningkatkan HDL sebesar 15%-35%.

e. Fibrat

-Gemfibrozil

-Fenofibrat

Efek utama dari Fibrat adalah menurunkan kadar trigliserida sebesar 20%-50% dan
meningkatkan HDL sebesar 9%-30%. Golongan Fibrat direkomendasikan pada
pasien hipertrigliseridemia parah (TG >500 mg/dL) 3. Mekanisme kerja dari
golongan Fibrat adalah dengan mengaktivasi Peroxisome Proliferator-activated
receptor alpha (PPAR-α), sehingga terjadi penurunan lipoprotein tinggi trigliserida
(VLDL dan IDL), dan peningkatan HDL. Efek samping umum dari golongan fibrat
adalah dispepsia, nyeri abdominal, diare, ruam, nyeri otot, dan kelelahan. Efek
samping miopati dan rabdomiolisis dapat terjadi, dan lebih berisiko pada pasien
dengan gangguan ginjal atau penggunaan bersamaan dengan obat golongan statin.
Jika harus digunakan bersamaan dengan golongan statin, maka Fenofibrat lebih
direkomendasikan dibandingkan Gemfibrozil karena memiliki efek inhibisi
glukoronidasi statin yang lebih rendah. Kadar kreatinin kinase pasien harus dicek
sebelum terapi dengan golongan Fibrat dan saat timbul gejala rabdomiolisis. Fibrat
dapat meningkatkan kolesterol pada empedu dan menyebabkan gangguan pada
kandung dan saluran empedu, seperti kolelitiasis dan kolesistitis. Fibrat

13
plcindonesia.com

dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit kandung empedu, gangguan hati,


dan gangguan ginjal parah.

Daftar obat untuk penanganan dislipidemia beserta dosisnya terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Obat Dislipidemia dan Dosisnya 4,8

No. Nama Obat Dosis umum Dosis maksimal

Inhibitor HMG-CoA reduktase

1 Atorvastatin 10-40 mg/hari 80 mg/hari

Fluvastatin 20-80 mg/hari 40 mg, dua kali sehari

Lovastatin 20-40 mg (saat makan malam) 40 mg, dua kali sehari

Pitavastatin 1-2 mg/hari 4 mg/hari

Pravastatin 10-40 mg/hari 80 mg/hari

Rosuvastatin 10-20 mg/hari 40 mg/hari

Simvastatin 20-40 mg/hari (malam hari) 80mg/hari

Fibrat

Gemfibrozil 600 mg, dua kali sehari 600 mg, dua kali sehari

Fenofibrat 200 mg/hari 200 mg/hari

Resin Pengikat Asam Empedu

Kolestiramin 4 g, dua kali sehari, sebelum 8 g, dua kali sehari, sebelum makan

makan utama berat

Kolestipol 5 g serbuk atau 4 g tablet, dua kali 10 g serbuk atau 8 g tablet, dua kali

sehari, sebelum makan berat sehari, sebelum makan berat

Kolesevelam 1,875 g (3 tablet), dua kali sehari, 4,375 g (7 tablet)/hari

atau 3,75 g (6 tablet), 1 kali sehari

Niasin

Niaspan 1-2 g, 1 kali sehari 2 g, 1 kali sehari

14
plcindonesia.com

Frammingham Risk Score

Frammingham risk score merupakan nilai untuk estimasi risiko penyakit atau
gangguan kardiovaskular dalam 10 tahun kedepan.

• Langkah ke-1

Tabel 4. Tabel Penentuan Skor Risiko Kardiovaskular

Faktor risiko Poin Faktor Poin

Pria Wanita

Usia

30-34 0 0

35-39 2 2

40-44 5 4

45-49 7 5

50-54 8 7

55-59 10 8

60-64 11 9

65-59 12 10

70-74 14 11

75+ 15 12

HDL-C (mg/dL)

>61.9 -2 -2

50.3-61.9 -1 -1

46.4-49.9 0 0

34.8-46 1 1

<34.8 2 2

Kolesterol total (mg/dL)

<158.6 0 0

158.6-200.7 1 1

201.1-239.4 2 3

239.8-278.4 3 4

>278.4 4 5

15
plcindonesia.com

Tekanan darah sistolik (mmHg) Tidak Diobati Tidak Diobati

dioba dioba

ti ti

<120 -2 0 -3 -1

120-129 0 2 0 2

130-139 1 3 1 3

140-149 2 4 2 5

150-159 2 4 4 6

160+ 3 5 5 7

Merokok Ya 4 3

Tidak 0 0

Diabetes Ya Membutuhkan statin

Tidak 0 0

Total Poin

• Langkah ke-2

Gunakan poin total pada langkah ke-1 untuk menentukan risiko gangguan
kardiovaskular dalam 10 tahun (%)

Tabel 5. Penentuan Risiko Gangguan Kardiovaskular-10 tahun

Poin Total Risiko Gangguan Kardiovaskular-10 tahun (%)

Pria Wanita

≤-3 <1 <1

-2 1,1 <1

-1 1,4 1

0 1,6 1,2

1 1,9 1,5

2 2,3 1,7

3 2,8 2

4 3,3 2,4

16
plcindonesia.com

5 3,9 2,8

6 4,7 3,3

7 5,6 3,9

8 6,7 4,5

9 7,9 5,3

10 9,4 6,3

11 11,2 7,3

12 13,3 8,6

13 15,6 10

14 18,4 11,7

15 21,6 13,7

16 25,3 15,9

17 29,4 18,51

18 >30 21,5

19 >30 24,8

20 >30 27,5

21+ >30 >30

• Langkah ke-3

Gunakan poin total pada langkah ke-1 untuk menentukan usia jantung (tahun).

Tabel 6. Poin Penentuan Usia Jantung (tahun)

Usia jantung (tahun) Pria Wanita

<30 <0 <1

30 0

31 1

32 1

34 2 2

36 3 3

38 4

17
plcindonesia.com

39 4

40 5

42 6 5

45 7 6

48 8 7

51 9 8

54 10

55 9

57 11

59 10

60 12

64 13 11

68 14 12

72 15

73 13

76 16

79 14

>80 ≥17 15+

• Langkah ke-4

Gunakan Risiko Gangguan Kardiovaskular-10 tahun dari langkah 2. Tentukan pasien


berada pada kategori rendah, sedang, atau tinggi dan target profil lipid.

Tabel 7. Kriteria Terapi Berdasarkan Kategori Risiko Kardiovaskular

Kategori risiko Kriteria dimulainya terapi Target utama (LDL- Target tambahan

C)

Tinggi (skor risiko Pertimbangkan terapi ≤ 2 mmol/L atau -Apo B ≤ 0,8 g/L atau

≥20%) ≥50% penurunan -Non HDL-C ≤2,6

LDL-C mmol/L

18
plcindonesia.com

Intermediet (skor -LDL-C ≥3,5 mmol/L ≤ 2 mmol/L atau -Apo B ≤ 0,8 g/L atau

risiko 10-19%) -Jika LDL-C <3,5 mmol/L. ≥50% penurunan -Non HDL-C ≤2,6

Pertimbangkan terapi jika : LDL-C mmol/L

Apo B ≥1,2 g/L atau non HDL-

C ≥4,3 mmol/L

-Pria ≥50 dan wanita ≥60

dengan 1 faktor risiko : HDL-C

rendah, impaired fasting

glucose, lingkar pinggang

tinggi, merokok, hipertensi

Rendah (skor Statin secara umum tidak Statin secara umum Statin secara umum

risiko <10%) diindikasikan tidak diindikasikan tidak diindikasikan

Kondisi yang • Aterosklerosis

membutuhkan • Aneurisme aortic abdominal (Pembesaran aorta, pembuluh darah

statin utama yang menyalurkan darah pada tubuh pada abdomen)

• Diabetes melitus : Usia ≥40 tahun

• Gangguan ginjal kronik (usia ≥50 tahun), eGFR <60 mL/menit/1,73 m2

atau ACR >3 mg/mmol

Contoh penentuan risiko kardiovaskular-10 tahun adalah :

Seorang pria (36 tahun) memiliki tekanan darah 120/80 mmHg, kadar HDL-C 41
mg/dL, dan kadar kolesterol total 200 mg/dL. Pria tersebut tidak merokok dan tidak
memiliki penyakit lain.

Risiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun kedepan berdasarkan skor


Frammingham adalah :

• Berdasarkan tabel 4 (untuk jenis kelamin pria) :

19
plcindonesia.com

- Usia : 36 tahun (rentang 35-39 tahun) -> skor 2

- HDL-C : 41 mg/dL (rentang 34,8-46 mg/dL) -> skor 1

- Kolesterol total : 200 mg/dL (rentang 158,6-200,1 mg/dL) -> skor 1

- Tekanan darah sistolik : 120 -> skor 0

- Merokok : Skor 4

- Tidak punya diabetes melitus : Skor 0

Maka, skor total adalah 8. Berdasarkan tabel 5 risiko kardiovaskular dalam 10


tahun adalah sebesar 6,7%

• Berdasarkan tabel 6 untuk menentukan usia jantung :

Skor dari tabel 4 adalah 8. Maka untuk jenis kelamin pria, usia jantungnya
adalah 48 tahun.

• Berdasarkan tabel 7, skor risiko 6,7% (skor <10%) termasuk kategori risiko
rendah dan penggunaan Statin secara umum tidak diindikasikan.

8. Pengontrolan 7

• Parameter Lipid pada Serum

• Kolesterol total : <200 mg/dL

• LDL : <100 mg/dL

• HDL : >40 mg/dL

• Trigliserida : <180 mg/dL

• Efek samping obat

• Statin : Tanda rabdomiolisis, kreatinin kinase, fungsi hati

20
plcindonesia.com

• Fibrat : Tanda rabdomiolisis, kreatinin kinase, efek saluran cerna

• Niasin : Gejala ruam

• Risiko komplikasi : Stroke, CAD (Coronary artery disease)

• Interaksi Obat

• Statin : Inhibitor CYP 3A4, siklosporin, warfarin, inhibitor protease

• Resin pengikat asam empedu : Menurunkan absorpsi asam folat dan vitamin
larut lemak (vitamin A,D,E,K).

Terapi untuk dislipidemia dibedakan menjadi terapi non farmakologi dan terapi
farmakologi. Terapi non farmakologi diantaranya adalah pengaturan diet, aktivitas
fisik, dan penurunan berat badan . Sedangkan, terapi farmakologinya adalah
menggunakan golongan inhibitor HMG CoA-reduktase (statin), resin pengikat asam
empedu, inhibitor absorpsi kolesterol, fibrat, dan niasin. Pengontrolan yang harus
dilakukan selama terapi adalah kadar profil lipid pada serum (LDL, HDL, kolesterol
total, trigliserida), efek samping dan interaksi obat yang mungkin terjadi, dan risiko
komplikasi pada penyakit lain.

21
plcindonesia.com

DAFTAR PUSTAKA

1. Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Welss BG, Posey LM.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 9th Ed. McGraw Hill Company.
United States of America. 2014:712-769.

2. Porth, CM. Essential of Pathophysiology: concepts of altered health states 3 th


edition. Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams & Wilkins. 2011.

3. Jellinger PS, Handelsman Y, Rosenblit PD, Bloomgarden ZT, Fonseca VA, Garber
AJ, Grunberger G, Guerin CK, Bell DSH, Mechanick JI, Pollack RP, Wyne K, Smith
D, Brinton EA, Fazio S, Davidson M. American Association of Clinical
Endocrinologists and American College of Endocrinology Guidelines for
Management of Dyslipidemia and Prevention of Cardiovascular Disease. AACE
Guidelines. 2017 : 23(2).

4. Alldredge BK, Corelli RL, Ernst ME, Guglielmo BJ, Jacobson PA, Kradjan WA,
Williams BR. Koda-Kimble & Young’s Applied therapeutics: the clinical use of
drugs 10th ed. Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2013:
252-289.

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pedoman


Tatalaksana Dislipidemia. Centra Communication. 2013.

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). Pedoman


Tatalaksana Dislipidemia. Centra Communication. 2017.

7. Burns, MAC, Schwinghammer TL, Wells BG, Malone PM, Kolesar JM, Dipiro JT.
Pharmacotherapy Principles & Practices 4th edition. McGraw Hill Company.
United States of America. 2016: 207-226.

8. AHFS Drug Information. Bethesda. American Society of Health System


Pharmacists. 2011.

9. National Cholesterol Education Program. ATP III Guidelines At a Glance Quick


Desk Reference. National Institute of Health. 2001.

22
plcindonesia.com

10.Warraich, Haider J, Rana, Jamal S. Dyslipidemia in Diabetes Mellitus and


Cardiovascular Disease. Cardiovascular Endocrinology& Metabolism. 2017 ; 6(1)
: 27-32.

11.Feingold KR, Grunfeld C. Obesity and Dyslipidemia. 2018

12.Mouhamed DH, Ezzaher A, Neffati F, Gaha L, Douki W, Najjar MF. Association


Between Cigarette Smoking and Dyslipidemia. Immuno-analyse&Biologie
Specialisee. 2013 ; 28(4) : 195-200

13.Capurso NA, Petrakis I. Dyslipidemia Associated with Heavy Alcohol Use. Am J


Addict. 2018 ; 25(3) : 90-188.

23

Anda mungkin juga menyukai