Anda di halaman 1dari 3

E.

Gangguan Metabolisme protein

Defisiensi protein

Bila pemasukan protein kurang maka akan kekurangan kalori disamping defisiensi asam-
asam amino yang diperlukan, mineral dan factor-faktor lain misalnya factor lipotropik.
Akibatnya pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh , pembentukan zat anti dan
serum serum protein akan terganggu. Hal ini nyata pada penderita yang kekurangan protein
dalam makanannya akan mudah terserang penyakit infeksi, luka sukar menyembuh, dam
mudah terkena penyakit.

Hypoproteinemi

Biasanya akibat ekskresi protein serum darah berupa albumin yang berlebihan melalui
air kemih. Selain itu juga pembentukan albumin yang terganggu, misalnya penyakit hati, atau
absorbs albumin kurang akibat kelaparan atau karena penyakit usus. Akibat hypoproteinemi
dalam klinik sering ditemukan penyakit ginjal.

Pirai (Gouty Arthritis)

Secara klinis penyakit ini merupakan arthritis akut yang sering kambuh secara menahun.
Pada berbagai jaringan ditemukan endapan urat yang merupakan tonjolan-tonjolan yang
disebut thopus biasanya terdapat disekitar sendi, sering juga ditemukan pada tulang rawan
daun telinga. Pengendapan juga terdapat pada ginjal dan jantung. Penyakit ini lebih sering
ditemukan pada pria usia pertengahan atau lebih tua.

KEP (Kekurangan Energi Protein)

Penyakit KEP merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Penyakit ini merupakan penyebab terpenting mortalitas dan
morbiditas penyakit pada anak. Penyakit KEP dibedakan menjadi gizi kurang, marasmus,
kwashiorkor, atau campuran marasmus-kwshiorkor. Marasmus dapat terjadi pada segala
umur, akan tetapi lebih sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak
diberi makanan pengganti atau sering terkena diare. Pada anak dengan marasmus, didapatkan
berat badannya < 60% berat badan anak normal seusianya. Penampilannya seperti orang tua
yang keriput dan terlihat sangat kurus. Kwashiorkor terjadi apabila anak kekurangan masukan
protein. Pada anak dengan kwashiorkor, berat badan anak 60-80% berat badan anak normal
seusianya.
a. Hypoproteinemi
Hipoproteinemia, dapat disebabkan eksresi protein darah berlebihan melalui air kemih,
pembentukan albumin terganggu seperti pada penyakit hati, absorpsi albumin berkurang
akibat kelaparan, penyakit usus, dan penyakit ginjal. (Hamdi, 2012)
Hipoproteinemia, penyebab dan tanda-tandanya:

1. Hipoproteinemia disebabkan karena penurunan protein secara berlebihan atau


adanya aktivitas katabolisme yang berlebihan dan sedikitnya produksi.
2. Hipoproteinemia lebih sering akibat hipoalbuminemia (misalnya pada kasus
amiloidosis ginjal), dan hanya kadang-kadang saja akibat rendahnya konsentrasi
globulin (pada kasus malabsorbsi intestinal). Defisiensi imun jarang menyebabkan
penurunan TPP.
3. Hipoalbuminemia terjadi pada penyakit hati stadium akhir.
- Pada kondisi ini kurang lebih 80% fungsi hati telah berkurang sebelum terdeteksi
adanya hipoalbuminemia.
- Katabolisme albumin dihati menurun dan half-life albumin menjadi diperpanjang.
meng-akibatkan tertundanya kejadian hipoalbuminemia.
4. Selama terjadi hipoalbuminemia terjadi kompensasi peningkatan konsentrasi
globulin. Pada keadaan ini dapat mengaburkan kejadian hipoproicinemia jika hanya
total protein plasma yang diukur.
5. Apabila secara bersamaan terjadi dehidrasi, kejadian hipoproteinernia bisa titik
terdeteksi

Gangguan-gangguan yang dapat menyebabkan hipoproteinemia:


1. Berkurangnya produksi:
a. Hipoalbuminemia
- malabsorbsi intestinal primer atau sekunder
- insufisiensi pankreatik eksokrin
- malnutrisi, diet. parasit
- penyakit hati, atrofi atau fibrosis hati
b. Hipoglobulinemia
- penyakit defisiensi imun
2. Meningkatnya kehilangan protein:
a. Hipoalburninemia
- penyakit gnjal, proteinuria dalam waktu lama
- hipoadrenokortismus
- penyakit eksudat kulit yang parah
b. Hipoalbuminemia dan hipoglobulinemia
- hemoragi ekstemal
- protein-losing enteropathy
- Johnes disease

Hiperproteinemia, penyebab dan tanda-tandanya:


1. Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan nilai protein sehingga terjadi
hiperproteinemia relatif (misal pada kasus panleukopenia infeksiosa akut dan
salmonellosis akut. Bila selarna dehidrasi ada hipoproteinemia, maka nilai TPP bias
normal.
2. Peningkatan konsentrasi imunoglobulin dapat menyebabkan peningkatan TPP,
sehingga hiperproteinemia secara absolute
3. Pada masa Iaktasi, sapi cenderung mempunyai nilai TPP yang tinggio yaitu 8-8,5
g/dl.
4. Hiperfibrinogenemia selama penyakit radang akanterjadi peningkatan TPP.
2. Pirai (Gouty Arthritis)

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/ penyakit pirai (arthritis
pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik
dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian
besar dieksresi melalu ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna (Syukri, 2007).

Anda mungkin juga menyukai