KELOMPOK : 4
DISUSUN OLEH:
KELAS B
RIMA AN NISA 2030122057
RORI DWI AGUSTI 2030122058
ROSMELIA 2030122059
RUT TRINITHATIS GEA 2030122060
SEPTA GUNA EFI 2030122061
SHERLY ASHWITA A. F 2030122062
DOSEN PENGAMPU:
Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
asam urat dalam darah. Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin
pada manusia, konsentrasi serum asam urat yang tidak lebih dari 7 mg/dL pada
laki-laki dan 6 mg/dL pada perempuan (Kim et al, 2010; Peixoto et al, 2001; Putra,
pada ras Mongolia sebesar 24,50%, sedangkan pada non Mongolia sebesar
21,06%, lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (Kumar et al, 2010;
data yang pasti. Mengingat Indonesia terdiri dari berbagai suku sangat mungkin
rumah sakit ditemukan angka prevalensi yang lebih tinggi, yaitu antara 17-28%
adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan (Hensen, 2007).
Asam urat sebagai hasil sintesis purin pada kondisi hiperurisemia,
merupakan faktor resiko stroke selain hipertensi, diabetes melitus (DM), penyakit
kegemukan, kurang aktivitas, alkohol, usia, dan genetik (Gilroy, 2000). Selain itu
faktor status sosial ekonomi, urbanisasi dan lingkungan juga berperan terhadap
Indonesia maupun di seluruh dunia. Di lihat dari frekuensi tertinggi gout di dunia
Baru memiliki prevalensi gout yang sangat tinggi yaitu pada pria adalah sebesar
10.4–13.9 % (Paul & James, 2017). Di Bali khususnya belum banyak publikasi
kabupaten buleleng tahun 2016 sebanyak 10.528 kasus atritis gout lainya (Profil
kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan masyarakat perkotaan akibat jenis
konsumsi yang kurang beragam seperti halnya tahu, ikan teri, dan daun bayam
yang merupakan bahan makanan sumber purin tinggi serta faktor ekonomi yang
kadar asam urat, seperti Status Gizi (kegemukan), konsumsi tinggi purin, dan
pengobatan (Yunita, Fitriana, & Gunawan, 2018). Menurut Untari dan Wijayanti
(2017) kadar purin yang tinggi disebabkan oleh pola konsumsi yang salah, akibat
berkurang, kadar asam urat di dalam darah menjadi tinggi, keadaan ini disebut
Hiperurisemia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
PEMBAHASAN
A. Definisi Hiperurisemia
darah. Batasan hiperurisemia untuk pria dan wanita tidak sama tergantung dari
golongan umur. Seorang pria dewasa dikatakan menderita hiperurisemia bila kadar
asam urat serumnya lebih dari 7,0 mg/dl. Sedangkan hiperurisemia pada wanita
dewasa terjadi bila kadar asam urat serum di atas 6,0 mg/dl (Berry et al., 2004).
Ginjal merupakan organ yang berperan megendalikan kadar asam urat di dalam
darah agar selalu dalam batas normal. Organ ginjal mengatur pembuangan asam
urat melalui urin. Namun bila produksi asam urat menjadi sangat berlebihan atau
B. Etiologi Hiperurisemia
1) Nutrisi Asupan
Beberapa penyakit seperti asam urat merupakan salah satu penyakit dimana
konsumsi memiliki kadar purin hanya saja kadarnya berbeda. Purin yang
berasal dari makanan memiliki peranan 70-80% dalam pembentukan asam urat
di dalam tubuh. Sisanya sekitar 20-30% merupakan sintesis tubuh yang
dihasilkan dari bahan seperti glitamin, glisin, dan asam aspartat (Misnadiarly,
2007).
2) Obat- Obatan
dapat menurunkan ekskresi asam urat urin, sehingga tak jarang dapat
2007).
3) Obesitas
faktor resiko tinggi (Waspadji, 2010). Menurut Moore, 2002, ada beberapa
tinggi
2. Indeks masa tubuh (IMT) lebih besar dari 27,8 untuk pria, atau 27,3 untuk
wanita.
3. Pengukuran lemak subkutan; lipatan kulit triseps 18,6 mm untuk pria atau
hiperurisemia mempunyai risiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita yang
tidak memiliki riwayat genetik/ keturunan (Widodo, 2007). Kadar asam urat
Heart, Lung, and Blood Institute Family studies menunjukkan hubungan antara
faktor keturunan dengan asam urat sebanyak kira-kira 40%. Kelainan genetik
yang diturunkan secara autosomal dominant, dan secara klinis sering terjadi
pada usia 14 muda. Pada kelainan ini, terjadi penurunan Fractional Uric Acid
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia
dan jenis kelamin. Asam urat tergolong normal apabila pria dibawah 7mg/dl
dan wanita dibawah 6mg/dl. Sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dl. Setelah
pubertas pada pria kadarnya meningkat secara bertahan dan dapat mencapai 5,
mg/dl. Pada perempuan, kadar asam urat biasanya tetap rendah , baru pada usia
mencapai 4,7 mg/dl. Jadi faktor resiko hiperurisemia meningkat pada laki-laki
ketika usia pubertas sampai diatas usia 40tahun. Sedangkan pada perempuan
meningkat ketika usia pra menopause hal tersebut diakibatkan karena hormon
esterogen. Perempuan yang telah menopause dan memasuki masa usia lanjut
tulang dan ligamen, seperti kekuatan dan keselarasan, kelemahan ligamen atau
laki.
C. Patofisiologi
Pada manusia, asam úrat merupakan produk akhir degradasi purin. Tidak
ekskresi.
Purin yang menghasilkan asam urat dapat berasal dari tiga sumber, yaitu purin
dari makanan, konversi asam nukleat jaringan menjadi nukleotida purin, dan
PRPP, sebuah kunci penentu sintesis purin dan menyebabkan produksi asam
asam inosinat. Dua perubahan ini memerlukan PRPP sebagai ko-substrat dan
guanin dan hipoxantin menjadi asam urat dan lebih banyak PRPP yang
berinteraksi dengan glutamin pada tahap awal jalur purin. Ketidak hadiran
Purin yang berasal dari mäkanan memiliki peran tidak penting dalam
Sekitar dua pertiga asam urat yang dihasilkan setiap hari diekskresikan
degradasi enzimatik oleh bakteri usus. Penurunan ekskresi asam urat melalui
peningkatan asam urat terjadi akibat produksi asam urat yang berlebih,
biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel DNA dan RNA. Hal
metabolism). Produksi asam urat dibantu oleh enzim Xantin Oksidase dengan
digunakan untuk memproduksi asam urat. Selain itu aktivitas berlebih enzim
(genetik).
melalui urin (sekitar 300 sampai dengan 600mg perhari). Sedangkan sisanya
darah sebagai monosodium urat yang pada suhu 370C kelarutannya dalam
Secara normal, pengeluaran asam urat seecara otomatis akan lebih banyak
jika kadarnya meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau
pembentukan purin. Tapi pada penderita gout kadar asam urat tetap lebih tinggi
menjadi alotinin yang mudah dibuang. Apabila terjadi gangguan pada enzim
urikinas akibat proses penuaan atau stress maka terjadi hambatan pembuangan
asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Hambatan
karena akumulasi asam-asam organik lain yang berkompetisi dengan asam urat
untuk diekskresikan. Hal ini terjadi pada keadaan starvasi, asidosis, keracunan
dan pada penderita diabetes. Hiperurisemia yang terjadi karena peningkatan
reabsopsi asam urat banyak dialami oleh penderita diabetes dan terapi
D. Farmakologi
Mekanisme Kerja
analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai terutama
untuk pasien usia lanjut. Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus
memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna
pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu,
walau parasetamol sering mengatasi nyeri dengan baik pada osteoartritis, AINS lebih
tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (yaitu
namun ada variasi yang cukup besar dalam respon pasien secara individual. Sekitar
60% pasien akan beraksi terhadap semua AINS. Sementara yang lainnya ada yang
tidak bereaksi terhadap salah satunya, dan bereaksi baik terhadap yang lain. Efek
antiinflamasi mungkin belum tercapai. Jika respon memadai belum diperoleh dalam
natrium, rofecoxib)
Dismenorea primer mefenamat.
2. Kortikosteroid
Mekanisme Kerja
memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek terhadap metabolism
karbohidrat, protein, dan lipid; efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan
efek terhadap pemeliharaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat
rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, secara umum
efeknya dibedakan atas efek retensi Na, efek terhadap metabolism karbohidrat
di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan
menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang
akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh, misalnya, efek
berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda, agar dapat dijamin rasio
manfaat/resiko setinggi-tingginya.
Sediaan Beredar
Deksametason
Hidrokortison
mg/mL (K).
Kortison
Triamsinolon
Obat yang digunakan untuk mengatasi gout dibedakan menjadi obat unhk
penanganan serangan akut gout dan obat yang digunakan untuk jangka panjang
penyakit ini. Obat jangka panjang akan menimbulkan kambuhan dan memperpanjang
Serangan gout akut biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkisin bisa
pengendalian gout dalam jangka panjang (interval), pembentukan asam urat dan purin
probenesid atau sułfinpirazon bisa digunakan untuk meningkatkan ekskresi asam urat
dalam urin.
a) KOLKISIN
Mekanisme kerja obat
asam laktat oleh leukosit secara langsung dan dengan mengurangi fagositosis
b) ALOPURINOL
oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi
asam urat. Allopurinol juga menurunkan konsentrasi intraselular PRPP. Oleh karena
waktu paruh metabolitnya yang panjang, allopurinol dapat diberikan sehari sekali.
Dosis oral harian sebesar 300 mg biasanya mencukupi. Adakalanya diperlukan dosis
c) PROBENESID
Mekanisme Kerja
Obat Probenesid merupakan agen pemblok tubulus ginjal. Obat ini secara
d) SULFINPIRAZON
E. Fitoterapi
MYRTIFOLIUM WALP.)
yang bermanfaat. Hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian bahwa isolasi
dari sisi aktif enzim xantin oksidase. Senyawa metabolit sekunder yang
terkandung pada ekstrak etanol daun hijau tanaman pucuk merah (Syzygium
dengan persentase penurunan tertinggi 55,04% pada dosis 7,40 mg/kg BB.
dapat ditemukan baik pada ekstraksi etanol maupun air. Uji aktivitas
flavonoid pada daun sirsak dengan menghambat enzim xanthin oxidase yang
adalah daun tempuyung (Sonchus arvensis L.). Daun tumbuhan ini memiliki
batu ginjal, kencing batu, batu empedu, bengkak, penenang batuk, asma,
terkandung dalam ekstrak etil asetat adalah senyawa saponin dan terpenoid.
Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan etil asetat mengandung senyawa
etanol dan etil asetat tidak lebih besar apabila dibanding dengan alopurinol.
dibanding senyawa induknya yaitu apigenin dan luteolin [14]. Senyawa yang
dengan pasti.
yang terjadi di dalam tubuh. Ekstrak etanol dari daun kluwih (Artocarpus
penekanan radikal bebas Reactive Oxygen Species (ROS), yaitu dengan cara
kadar asam urat adalah senyawa flavonoid. Golongan senyawa aktif dari
akumulasi asam urat dalam tubuh yang akan menyebabkan kadar purin dalam
tubuh menjadi asam urat endogen oleh xantin oksidase. Selain itu, senyawa
fenolik juga berpotensi dalam menurunkan resiko gout yang terjadi akibat
asam urat di atas nilai normal (hiperurisemia). Jika tidak diobati akan
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
Gillium, R.F. 1999. Risk factors for stroke in blacks: A critical review. Am J
Epidemiol, 150 pp. 1266-74.
Hensen, T.R.P. 2007. Hubungan konsumsi purin dengan hiperurisemia pada Suku
Bali di daerah pariwisata pedesaan. Jurnal Penyakit Dalam, Vol. 8 No.1.
Kim, S.Y., Guevara, J.P., Kim, K.M., Choi, H.K., Heitjan, D.F., & Albert, D.A..2010.
Hyperuricemia and Risk of Stroke: A Systematic Review and Metaanalysis.
NIH Public Access, pp: 885 – 892.
Kumar, S., Singh, A.R., Takhelmayum, R., Shrestha, P., Sinha, J.N. 2010. Prevalence
of hyperuricemia in Chitwan District of Nepal. Journal of college of Medical
Sciences-Nepal, Vol.6, No-2, 18-23.
Nakanishi, N., Nakamura, K., Suzuki, K., & Tatara, K.. 2000. The Incidence of
Hyperuricemia and Correlated Factors in Middle-Aged Japanese Men. J
Occup Health; 42: 1-7.
Poletto, J., Helena, A.H., Sandra, R.G.F., & Suely, G.A.G.. 2011. Hyperuricemia and
associated factors: a crosssectional study of Japanese-Brazilians. Cad. Saude
Publica, Rio de Janeiro, 27(2) : 369-78
Retno J, Chairul S, Saibun S. 2017. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Dari Daun Hijau
Tanaman Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.) Terhadap Mencit
Jantan (Mus Musculus). Jurnal Atomik. 02 (1) hal 162-168