“GOUT ATHRITIS”
Oleh :
HERDYANSYAH USMAN
N 111 18 016
Pembimbing :
dr. WINARTI A, Sp. PD
Artritis gout atau yang biasa dikenal dengan artritis pirai adalah suatu
penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan
atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Artritis gout
merupakan suatu penyakit metabolik yang terkait dengan peradangan sendi akibat
peningkatan kadar asam urat dalam darah/hiperurisemia. Hiperurisemia adalah
suatu keadaan dimana kadar asam urat serum diatas normal yaitu lebih dari 7 mg/dL
pada laki-laki dan lebih dari 6 mg/dL pada wanita 1. Keadaan hiperurisemia terjadi
akibat ekskresi asam urat menurun atau sintesis asam urat meningkat. Keadaan
sintesis asam urat meningkat diakibatkan oleh pengaruh asupan makanan yang
tinggi akan purin, faktor genetik dan asupan alkohol. Peningkatan asam urat dalam
darah merupakan faktor utama terbentuknya kristal-kristal monosodium urat
(MSU) yang terdeposit dalam sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal tersebut
berbentuk seperti jarum dan apabila menumpuk maka akan memicu reaksi
peradangan, bila berlanjut maka akan menimbulkan nyeri hebat di daerah terkait2.
1
Tenganan Pegrisingan Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%.
Di daerah Minahasa pada tahun 2003, proporsi kejadian artritis gout sebesar 29,2%
dan pada etnik tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah
menderita gout 6,5 tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah3.
Oleh karena itu, semakin cepat dan tepat dalam mencegah dan mengobati
serangan gout akut maka dapat mengurangi insiden dan prevalensi artritis gout yang
terjadi khususnya di Indonesia, maka referat ini akan membahas kriteria diagnosis
dan penatalaksanaan dari artritis gout.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum jelas karena data
yang masih sedikit. Hal ini disebabkan negara Indonesia memiliki berbagai macam
jenis etnis dan kebudayaan sehingga kejadian artritis gout lebih banyak variasi
namun telah dilakukan penelitian untuk mencari prevalensi hiperurisemia.
Penderita artritis gout pada pria terjadi pada usia yang lebih muda yaitu pada usia
di bawah 34 tahun sebesar 32% 2. Pada wanita, kadar asam urat umumnya rendah
dan meningkat setelah usia menopause. Prevalensi di desa Tenganan Pegrisingan
Karangasem, Bali pada tahun 2011 didapatkan sebesar 28%. Di daerah Minahasa
pada tahun 2003, proporsi kejadian artritis gout sebesar 29,2% dan pada etnik
tertentu di Ujung Pandang sekitar 50% penderita rata-rata telah menderita gout 6,5
tahun atau lebih setelah keadaan menjadi lebih parah3.
2.2 Etiologi
3
Hiperurisemia dan gout sekunder adalah hiperurisemia atau gout disebabkan karena
penyakit lain atau penyebab lain. Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah
hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan genetik, tidak ada
kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.
Hiperurisemia dan gout primer terbagi menjadi dua yaitu dengan kelainan
molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia primer karena adanya
kelainan enzim spesifik.
4
(Von Gierkee) dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1-phosphate
aldolase.5
2.3 Patofisiologi
Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa,
yaitu 5-phosporibosyl-1-porphosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat
yang disintesis dengan ATP (adenosinetriphosphate) dan merupakan sumber gugus
ribosa.3 Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk
fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini kemudian
dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotransferase, suatu enzim yang dihambat oleh
produk nukleotida IMP, AMP dan GMP.3 Ketiga nukleotida ini juga menghambat
produksi nukelotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP. IMP
merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan
mengandung basa hipoxanthine. IMP berfungsi sebagai titik cabang dari nukelotida
5
adenine dan guanine. AMP berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus
amino aspartate ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan
guanosine triphosphate (GTP).3 GMP berasal dari IMP melalui pemindahan satu
gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini
membutuhkan ATP. Selanjutnya AMP mengalami deaminasi menjadi inosin,
kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin.3
Basa hypoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah
oleh xanthine oxidase menjadi xhantine serta guanine akan mengalami deaminasi
untuk menghasilkan xanthine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxidase
menjadi asam urat.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa asam urat dalam peredaran
darah dalam bentuk monosodium urat (MSU). Apabila konsentrasi MSU dalam
plasma berlebih atau dalam keadaan hiperurisemia yaitu lebih dari 7,0 mg/dL maka
akan membentuk kristal. Hal ini terjadi dikarenakan kristal MSU tersebut tingkat
6
kelarutan dalam plasma sangat rendah. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya
serangan artritis gout pada penderita hiperurisemia belum diketahui pasti. Diduga
kelarutan asam urat dipengaruhi oleh pH, suhu dan ikatan antara asam urat dan
protein plasma.
Kristal MSU yang menumpuk akan berinteraksi dengan fagosit melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama adalah dengan mengaktifkan sel-sel melalui rute
konvensional yaitu opsonisasi dan fagositosis serta mengeluarkan mediator
inflamasi.3 Mekanisme kedua adalah MSU berinteraksi langsung dengan membran
lipid dan protein melalui membran sel dan glikoprotein pada fagosit. Dari interaksi
tersebut mengaktivasi beberapa jalur transduksi seperti protein G, fosfolipase C dan
D, Srctyrosine-kinase, ERK1/ERK2, c-Jun N-terminal kinase, dan p38 mitogen-
activated protein kinase. Mediator-mediator tersebut akan menginduksi
pengeluaran interleukin (IL) pada sel monosit dan merupakan faktor penentu
terjadinya akumulasi neutrofil.3
7
leukosit ke dalam jaringan.3 Aktivasi endotel akan menghasilkan molekul adhesi
seperti E-selectin, intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) dan vascular cell
adhesion molecule-1 (VCAM-1) yang kemungkinan disebabkan karena adanya
faktor TNF-alfa yang dikeluarkan oleh sel mast.3
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kadar MSU dalam darah
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu produksi dan ekskresi. Apabila kedua faktor tersebut
terganggu maka akan memengaruhi kadar MSU, bisa berlebih ataupun bisa
berkurang. Hiperurisemia adalah kadar MSU dalam darah yang berlebih yaitu lebih
dari 7 mg/dL. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hiperurisemia antaralain:
Nutrisi
MSU merupakan produk hasil metabolisme dari purin. Purin merupakan
suatu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat atau asam inti
dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk
protein. Makan-makanan yang mengandung purin tinggi (150 – 180 mg/100
gram) misalnya jeroan baik dagin sapi, kambing maupun babi, makanan
hasil laut (seafood), kacang-kacangan, bayam, jamur, kembang kol, sarden,
kerang, minuman beralkohol.1 Gaya hidup seseorang yang senang dengan
makanan-makanan yang disebut diatas berisiko tinggi terjadinya
hiperurisemia asimptomatik maupun serangan gout akut. Namun terdapat
makanan yang tinggi purin yang tidak meningkatkan kadar MSU. Makanan
tersebut bersumber dari nabati seperti asparagus, polong-polongan,
kembang kol dan bayam.
Obat-obatan
Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan diuretika seperti furosemide dan
hidroklorotiazida, obat-obatan kanker, vitamin B12 dapat meningkatkan
8
kadar MSU dalam darah yaitu dengan meningkatkan absorbsi asam urat di
ginjal sehingga menurunkan ekskresi asam urat urin.3
Obesitas
Kelebihan berat badan (IMT>25 kg/m2) dapat meningkatkan kadar asam
urat dan juga memberikan beban penopang sendi tubuh yang lebih berat.
Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin. Insulin diduga meningkatkan
reabsorbsi asam urat pada ginjal melalui urate dependent anion transporter-
1 (URAT1) atau melalui sodium dependent anion cotransporter pada brush
border yang terletak pada membran ginjal bagian tubulus proksimal.3 Hal
ini mengakibatkan gangguan pada proses fosforilasi oksidatif sehingga
kadar adneosin dalam tubuh meningkat. Peningkatan adenosine dalam
tubuh menyebabkan retensi sodium, asma urat dan air oleh ginjal.3
Usia
Hiperurisemia dapat terjadi pada semua tingkat usia namun kejadian ini
meningkat pada laki-laki dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan wanita
setelah menopause atau berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini disebabkan oleh
karena pada usia ini wanita mengalami gangguan produksi hormon
estrogen. Hormon tersebut berisfat urikosurik yaitu meningkatkan ekskresi
asam urat dalam urin.
Genetik
Mutasi genetik dapat diasosiasikan dengan kelebih produksi asam urat atau
memengaruhi ekskresi asam urat oleh karena defek sistem transport asam
urat pada ginjal. Orang-orang berkulit hitam juga memiliki risiko tinggi
terjadinya hiperurisemia.
9
Gambar 2. Lokasi Serangan Gout pada umumnya10.
Gambaran klinis artritis gout terdapat beberapa tahapan yaitu terdiri dari
artritis gout asimptomatik, artritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun
dengan tofus.
10
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah. Pada 50% kasus, serangan artritis gout akut
terjadi pada metatarsophalangeal-1 (MTP-1) yang biasa disebut dengan
podagra.3 Apabila berlanjut dan tidak terobati maka serangan dapat bersifat
poliartikular yaitu terjadi pada sendi-sendi lainnya misalnya sendi lutut,
pergelangan kaki, sendi-sendi pada jari tangan, dll, selain itu dapat timbul
rekurensi yang multipel, interval antara serangan singkat dan tidak menentu.
3. Interkritikal gout
Fase ini merupakan kelanjutan daripada serangan akut gout dan biasanya
dapat sembuh sendiri walaupun tidak diobati. Setelah serangan terdapat
interval waktu atau jeda waktu dimana pasien tidak timbul gejala dan
sifatnya asimptomatik. Fase ini merupakan interkritikal. Secara klinis tidak
menimbulkan gejala namun pada aspirasi sendi dapat ditemukan kristal urat
yang menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut atau
kemungkinan deposit asam urat secara silent.1,3 Keadaan ini dapat terjadi
satu atau beberapa kali pertahun atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan
akut.
4. Gout menahun dengan tofus
11
Pada stadium ini umumnya disertai dengan tofus yang banyak dan bersifat
poliartikuler. Tofus terbentuk pada masa artritis gout kronis akibat
insolubilitas (kemampuan kelarutan relatif asam urat). Tempat-tempat yang
sering dihinggapi adalah bursa olecranon, tendon Achilles, permukaan
ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar dan heliks telinga. Tofus dapat
menghilang apabila diterapi dengan cepat. Tofus yang besar dapat
dilakukan ekspirasi namun hasilnya kurang memuaskan.3 Pada stadium ini
biasanya tofus disertai dengan penyakit ginjal menahun. Tofus biasanya
sangat sulit dibedakan dengan nodul pada artirits rheumatoid sehingga perlu
observasi yang lebih teliti untuk menegakkan diagnosis gout menahun.
12
mengetahui apakah penyebab hiperurisemia disebabkan oleh overproduction atau
underexcretion. Kadar asam urat dalam urin 24 jam pada orang normal adalah
dibawah 600 mg/hari.5 Pemeriksaan cairan sendi yang dilakukan dibawah
mikroskop untuk melihat Kristal urat atau monosodium urate (Kristal MSU) dalam
cairan sendi. Hal ini dilakukan dengan mengaspirasi cairan sendi dengan
menggunakan spuit. Selanjutnya adalah pemeriksaan dengan rontgen. Pemeriksaan
ini sebaiknya dilakukan diawal setiap pemeriksaan sendi. Pemeriksaan ini paling
efektif apabila penyakit sudah berlangsung kronis dan sering kumat, bahkan apabila
tidak membaik dianjurkan untuk dilakukan magnetic resonance imaging (MRI).5
Hal ini dilakukan untuk melihat kelaianan baik pada sendi maupun pada tulang dan
jaringan di sekitar sendi.
13
Secara klinis
o Pola lokasi nyeri yang bersangkutan saat episode
gejala/simptomatis. Hal tersebut dapat terjadi secara monoartikular
atau poliartikular, umumnya di ankle atau mid-foot dapat
disertai/tidak dengan keterlibatan sendi metatarsophalangeal.
o Karakteristik dari episode simptomatisnya. Terdapat tiga
karakteristik yaitu adakah eritema disekitar sendi-sendi yang
terserang (dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh klinisi atau
keluhan utama pasien datang berobat), pasien tidak berani untuk
menyentuh bagian-bagian yang terserang dan keluhan tersebut dapat
disertai dengan kesulitan untuk berjalan atau ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi-sendi yang terlibat.
o Lamanya serangan tanpa memperdulikan penggunaan anti-
inflamasi. Kriterianya yaitu lamanya nyeri maksimal kurang dari 24
jam, mengalami resolusi gejala dalam waktu kurang dari 14 hari dan
resolusi komplit yang terjadi diantara episode simptomatik.
o Bukti klinis dari tofus. Hal ini ditandai dengan adanya nodul
subkutaneus yang kering atau putih seperti kapur. Lokasi yang
sering terkena di sendi, daun telinga, bursa olecranon, pada jari dan
tendon (Achilles).
Laboratorium
o Kadar serum urat. Idealnya pasien diperiksa kadar serum uratnya
saat tidak mengonsumsi ULT dan lebih dari 4 minggu setelah awal
episode serangan
o Analisis cairan sendi/synovial yang diaspirasi dari sendi atau bursa
yang bersangkutan
Imaging
o Adanya bukti nyata deposit urat pada sendi atau bursa yang
mengalami gejala yang dideteksi menggunakan ultrasound evidence
of double contour sign atau dual-energy computed tomography.6
14
o Adanya bukti kerusakkan sendi yang diduga oleh karena gout
dengan radiografi konvensional pada tangan atau kaki serta
menunjukkan paling sedikit satu erosi.6
Table 2
Categories Score
Clinical
15
Categories Score
Laboratory
16
Categories Score
Imaging§
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana farmakologis
17
EULAR tahun 2016 mengeluarkan beberapa butir rekomendasi dalam
penanganan pasien dengan serangan gout akut dan terapi selanjutnya yaitu:7
18
siklosporin atau
klaritromisin
Kontraindikasi NSAID:
pada pasien dengan
gangguan ginjal berat
4. Terapi Uric Lower Diberikan pada pasien Dosis
Therapy (ULT) yang mengalami serangan Allopurinol 200-300 mg/hari
gout akut lebih dari 2
kali/tahun, terdapat tophi,
artropati urat dan atau
batu ginjal.
5. Monitoring pada pasien Serum asam urat harus
dengan terapi ULT dimonitor dan dijaga < 6
mg/dL
Kadar serum urat < 5
mg/dL harus dicapai pada
pasien dengan gout berat
yang ditandai dengan
tophi, artropati kronik dan
serangan yang sering
Kadar asam urat < 3
mg/dL tidak
direkomendasi dengan
terapi ULT jangka
panjang
6. Inisisasi terapi ULT Pada saat awal terapi ULT Dosis
harus menggunakan dosis Allopurinol
rendah yang kemudian Dosis awal: 100 mg/hari,
dosis di tritasi sampai kemudian ditingkatkan
kadar serum asam urat menjadi 600-800 mg/hari
mencapai target yaitu < 6
mg/dL Febuxostat
Kadar asam urat harus Dosis: 80-120 mg/hari
dijaga < 6 mg/dL seumur
hidup Urikosurik
Obat yang digunakan Benzbromarone
adalah kombinasi Dosis: 50-200 mg/hari
allopurinol dengan
urikosurik, febuxostat Probenesid
(menjadi pilihan apabila Dosis: 1-2 g/hari
pasien tidak respon
dengan kadar asam urat
belum mencapai target)
7. Terapi ULT pada pasien Pada pasien seperti ini,
dengan gangguan ginjal berat dosis alluporinol yang
dipakai maksimum harus
di setarakan dengan
klirens kreatinin. Apabila
target serum asam urat
tidak tercapai, maka
19
diganti dengan febuxostat
atau benzbromaron
dengan atau tanpa
allopurinol, termasuk pada
pasien dengan laju filtrasi
glomerulus < 30
mL/menit
8. Terapi ULT pada pasien Pegloticase, ULT yang
dengan kronik gout tofus dan sangat kuat berasal dari
angka harapan hidup rendah strain yang dimodifikasi
secara genetik dari kuman
Escherichia coli yang
mengkatalisasi oksidasi
dari asam urat menjadi
bentuk yang mudah larut
yaitu allantoin
20
Gambar
3.
21
Gambar 4. Algoritme Manajemen Terapi Hiperurisemia. 7
Tatalaksana non-farmakologi
Beberapa gaya hidup yang dianjurkan antara lain adalah dengan
menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan sehat, olahraga,
menghindari rokok dan konsumsi air yang cukup. Modifikasi diet untuk
penderita obesitas adalah dengan target mencapai indeks masa tubuh yang
ideal. Diet yang terlalu ketat dan diet tinggi protein atau rendah karbohidrat
harus dihindari. Pada penderita gout dengan riwayat batu saluran kemih
disarankan untuk mengonsumsi 2 liter air tiap harinya.3
22
Gambar 5.Algoritma Manajemen Terapi pada Serangan Akut Gout.7
2.8 Komplikasi
23
Selain itu nefropati gout kronik merupakan penyakit tersering yang
ditimbulkan karena hiperurisemia yang terjadi akibat dari pengendapan kristal
MSU dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang
menyumbat dan merusak glomerulus.
2.9 Prognosis
24
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Kasus
1. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Tanggal Lahir : 10/06/1963
Alamat : Jl. Trans layana Blok E
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 07-09-2018
Ruangan : Seroja
2. Anamnesis
a. Keluhan utama:
Nyeri pada panggul.
25
c. Riwayat Penyakit Terdahulu:
- Riwayat Gastritis disangkal
e. Riwayat Sosial :
Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan dan dan tidak
merokok.
f. Riwayat Alergi:
Pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan atau benda
tertentu.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum:
Kondisi : sakit sedang / compos mentis / gizi kurang
BB : 45 kg
TB : 157 cm
IMT : 18,25 kg/m2
b. Vital Sign:
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 104 kali/menit (reguler)
Pernapasan : 28 kali/menit
Suhu axilla : 36,2°C
c. Pemeriksaan Kepala
26
Kepala : normocephal, deformitas (-), jejas (-), benjolan (-)
Rambut : warna hitam, distribusi normal
Wajah : tampak lemas, warna normal, edema (-), ruam (-),
jejas (-)
Mata
– Palpebra : normal, edema (-), radang (-)
– Konjungtiva : anemis (-/-)
– Sklera : ikterik (-/-)
– Pupil : ukuran ± 2 mm, bulat, isokor, refleks pupil +/+
– Lensa : jernih, katarak (-)
Mulut
– Bibir : warna normal
– Gigi : susunan normal, karies (-), oklusi (-)
– Lidah : bentuk normal, warna merah muda, tremor (-)
– Mukosa mulut : kesan normal, lesi (-), stomatitis (-)
– Faring : warna merah muda, kesan normal
– Tonsil : ukuran T1/T1
Hidung
Bentuk simetris, deviasi (-),sekret (-), darah (-), benjolan (-).
d. Pemeriksaan leher
- Otot : eutrofi, tonus normal,
- Kelenjar getah bening : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
- Kelenjar tiroid : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
- JVP : R5 + 2 cm H20
- Arteri karotis : pulsasi teraba, frekuensi102 x/m, reguler
- Trakea : deviasi (-).
27
e. Pemeriksaan Paru-paru
- Inspeksi
Ekspansi dada simetris, retraksi otot interkosta (-), jejas (-), bentuk
dada normal, frekuensi napas 28x/m, pola pernapasan kesan
normal.
- Palpasi
ekspansi dada simetris, Vocal fremitus simetris kanan = kiri, nyeri
tekan (-).
- Perkusi
Bunyi sonor di semua lapang paru, batas paru-hati SIC VI linea
midclavicularis dextra.
- Auskultasi
Suara napas: Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
f. Pemeriksaan Jantung
- Inspeksi
Pulsasi di katup trikuspid, aorta, pulmonal dan ictus cordis tidak
terlihat.
- Palpasi
Pulsasi di trikuspid, aorta, pulmonal dan apeks tidak teraba.
- Perkusi
Batas atas jantung : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan jantung : SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri jantung : SIC V linea midclavicularis sinistra
- Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi tambahan (-).
g. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Bentuk perut tidak simetris,warna kulit normal. Penonjolan(-),
Striae alba (-), Sikatriks (-).
28
- Auskultasi
Bunyi peristaltik usus terdengar, frekuensi kesan normal.
- Perkusi
Tympani (+) lapangan abdomen, nyeri ketuk (+) region epigastrium
dan region umbilicalis.
- Palpasi
o Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium dan region umbilicalis.
o Palpasi ginjal tidak teraba, nyeri tekan (-). Nyeri ketok ginjal -
/-
i. Pemeriksaan khusus
Tidak ada
4. Resume
Pasien laki-laki 55 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama
nyeri pada pelvis. Nyeri dirasakan di daerah pelvis dan menjalar hingga
kaki, nyeri terasa seperti ditekan dan dirasakan sejak 3 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri meningkat saat hendak tidur dan bangun,
kemudian sakit mereda (sakit hilang timbul). Pasien juga mengeluhkan
nyeri epigastium (+), nausea (+), namun vomitus (-) sejak masuk rumah
sakit. Sebelumnya pasien belum pernah mengalami hal serupa. Dalam hal
ini pasien tidak mengalami Febris (-), batuk (-), flu (-), pasien sering
merasa sesak napas pada saat mengalami nyeri . BAB dan BAK lancar
dengan konsistensi lunak. Pasien bukan perokok.. Serta pasien tidak
memiliki riwayat sebelumnya.
29
Dari pemeriksaan fisik, pada abdomen terlihat nyeri ketuk (+)
region epigastrium dan region umbilicalis. Nyeri tekan (+) pada
epigastrium dan region umbilicalis. Palpasi ginjal tidak teraba, nyeri tekan
(-). Nyeri ketok ginjal -/-. Pada ekstremitas bawah, bentuk otot eutrofi,
kekuatan otot 3/5, edema -/-, dan Keterbatasan gerak (-/+), Nyeri panggul
(-/+).
5. Diagnosis kerja
- Athralgia et causa Susp. Osteoarthritis
- Susp. Gastritis Akut
6. Diagnosis banding
- Athralgia Et Causa Gout Atrhritis
- Infeksi Saluran Kemih
7. Penatalaksanaan
a. Non medikamentosa
- Kurangi pergerakan sendi panggul.
- Jangan Sering menahan BAK.
- Menjaga pola makan.
- Perbanyak Konsumsi Air Putih
b. Medikamentosa
Berdasarkan Diagnosis Kerja
- IVFD Ringer Lactat 500 cc 20 tpm
- Ranitidine Hcl Inj. 50 mg/2 ml
- Ketorolac Inj. 30 mg/ml
- Vit. B Complex Tab. 2x1
- Meloxicam tab. 15 mg
- Sucralfat Syr 500 mg/5 ml 3 x II Cth
30
Terapi Diagnosis Akhir
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Rujukan
7-09-2018 WBC 10,3 x 103/uL 3,8 – 10,6 N
RBC 3,23 x 106/uL 4,4 – 5,9 ↓
Darah Lengkap
b. Diagnosis Akhir
- Athralgia Et Causa Gout arthritis
- Anemia
9. Prognosis
Ad Vitam : Dubia ed Bonam
Ad Functionam : Dubia ed Bonam
Ad Sanationam : Sanam
31
BAB IV
DISKUSI
32
articulatio pelvicofemoralis sinistra . Hal ini juga biasa ditemukan pada pasien
pasien Osteoarthritis.
Pada abdomen terdapat nyeri ketuk pada region epigastrium dan region
umbilicalis. Kemudain, ditemukan juga nyeri palpasi pada regio epigastrium dan
regio umbilicalis, Nyeri perkusi dan palpasi ini tidak ada kaitan detail dengan
penyakit gout pasien akan tetapi lebih mengarah ke penyakit yang berhubungan
dengan sindroma dyspepsia. Palpasi ginjal tidak teraba, nyeri perkusi costovertebral
angel tidak ditemukan. Pada ekstremitas bawah, bentuk otot eutrofi, kekuatan otot
3/5, edema tidak ditemukan, namun ditemukan adanya keterbatasan Range Of
Motion dari tungkai bawah sebelah kiri. Penurunan kekuatan otot , keterbatasan
gerak dan rasa nyeri disebabkan penumpukan Kristal asam urat pada articulation
pelvicofemoralis tepatnya diarea acetabulum ossa pelvis.
Menurut kriteria yang dibuat oleh American College of Rheumatology
(ACR) dan European League Against Rheumatism (EULAR), ada beberapa
langkah yang harus diidentifikasi untuk memenuhi syarat kriterianya. Langkah
pertama adalah entry criterion, yang ditandai dengan pada pasien terdapat satu
episode bengkak, nyeri atau sensitive terhadap nyeri di daerah peripheral joint atau
di bursa. Kemudian langkah kedua adalah sufficient criterion yaitu adanya bukti
jelas kristal MSU pada sendi atau bursa yang mengalami keluhan tersebut atau
adanya presentasi tofus. Apabila pasien memenuhi kriteria pada langkah kedua
maka pasien tidak perlu memenuhi kriteria selanjutnya pada langkah ketiga, artinya
diagnosis pasien sudah tegak mengalami artritis gout. Langkah ketiga yaitu criteria,
digunakan apabila pada langkah kedua tidak terjadi pada pasien. Dalam kasus ini,
pasien memenuhi kriteria 1 serta kriteria 3, yang mana ditemukan kriteri 3, yakni
secara klinis berupa nyeri monoartikular, ketidakmampuan menggunakan sendi
dalam bergerak, serta Lamanya serangan tanpa memperdulikan penggunaan anti-
inflamasi. Serta kriteria laboratorium berupa Kadar serum urat. Idealnya pasien
diperiksa kadar serum uratnya saat tidak mengonsumsi ULT dan lebih dari 4
minggu setelah awal episode serangan. Dari pasien, kriteria yang terpenuhi ialah
krtieria 1 dan 3, yakni adanya nyeri dan bengkak pada area sendi serta adanya
pemeriksaan laboratorium yang mendukun dengan nilai Asam urat 8 mg/dl.
33
Gambaran klinis artritis gout terdapat beberapa tahapan yaitu terdiri dari
artritis gout asimptomatik, artritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun
dengan tofus. Merupakan tahap pertama hiperurisemia dan bersifat tanpa
gejala/asimptomatik. Kondisi ini dapat terjadi untuk beberapa jangka waktu lama
dan ditandai dengan penumpukan asam urat pada jaringan yang bersifat silent. Pada
tahap ini harus diupayakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah dengan
mengubah pola makan atau gaya hidup. Selanjutnya ialah Akut artritis gout . Tahap
ini terjadi radang sendi yang timbul sangat cepat dan dalam waktu yang singkat.
Radang sendi muncul tiba-tiba ketika bangun pagi, pasien akan merasakan sakit
yang hebat sampai kesulitan dalam berjalan. Radang sendi biasanya terjadi pada
salah satu sendi pada ekstremitas atas atau bawah (monoartikuler) dengan keluhan
utama nyeri seperti tertusuk-tusuk, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala
sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Pada 50% kasus, serangan
artritis gout akut terjadi pada metatarsophalangeal-1 (MTP-1) yang biasa disebut
dengan podagra. Untuk tahap berikut adalah interkritikal gout, pada Fase ini
merupakan kelanjutan daripada serangan akut gout dan biasanya dapat sembuh
sendiri walaupun tidak diobati. Setelah serangan terdapat interval waktu atau jeda
waktu dimana pasien tidak timbul gejala dan sifatnya asimptomatik. Fase ini
merupakan interkritikal. Secara klinis tidak menimbulkan gejala namun pada
aspirasi sendi dapat ditemukan kristal urat yang menunjukkan bahwa proses
peradangan tetap berlanjut atau kemungkinan deposit asam urat secara silent.
Selanjutnya gout menahun dengan tofus, pada stadium ini umumnya disertai
dengan tofus yang banyak dan bersifat poliartikuler. Tofus terbentuk pada masa
artritis gout kronis akibat insolubilitas (kemampuan kelarutan relatif asam urat).
Tempat-tempat yang sering dihinggapi adalah bursa olecranon, tendon Achilles,
permukaan ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar dan heliks telinga. Dari
landasan hal tersebut pasien tergolong akut gout arthritis sesuai dengan tanda dan
gejala , namun tidak ditemukannya podagra.
Pada pasien ini, terdapat pula kondisi anemia. Karena ditemukan pada hasil
laboratorium darah lengkap yang mendukung. Pada pemeriksaan , Hb pasien pada
angka 7,9. Sehingga, diberikan terapi berupa transfuse packed Red Cell (PRC)
34
sebanyak 2 kolf. Transfusi dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan
transfuse darah (PRC) dan temukan pasien membutuhkan kurang lebih 2 kolf PRC.
Manejemen penatalaksanaan pada setiap penyakit dibagi menjadi 2 yaitu
secara farmakologis dan non-farmakologis. Secara farmakologis, tujuan
pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. Untuk terapi
non-farmakologis, tujuan pengobatan ialah untuk mengontrol kadar asam urat
maupun mempertahankan kondisi organ tubuh lainnya agar tetap berfungsi dengan
baik. Pada pasien terapi yang diberika ialah terapi ULT , yakni untuk menurukan
kadar asam urat agar <6 mg/dl. Terapi tersebut berupa pemberian kombinasi 2
golongan obat, yakni Allopurinol dan probenecid (urikosurik). Golongan
allopurinol bekerja menghambat perubahan hypoxanthin menjadi xhantin sehingga
tidak terbentuknya asam urat pada darah. Golongan urikosurik bekerja dengan
meningkatkan eksresi asam urat pada urin.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyanto, FW. Artritis Gout dan Perkembangannya. Ejournal. Vol. 10. No. 2.
Diakses 12 September 2017. http :// ejournal . umm . ac . id/index . php /
sainmed/article/viewFile/4182/4546.
2. Dianati, NA. Gout dan Hiperurisemia. J MAJORITY. Vol. 4. No. 3. 2015.
3. Khanna, D et al. American College of Rheumatology Guidlelines for
Management of Gout, Part 1: Systematic Nonpharmacologic and
Pharmacologic Therapeutic Approaches to Hyperuricemia. American College
of Rheumatology. Vol. 64. No. 10, pp. 1431-1446. 2012.
4. Sholihah, FM. Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. J MAJORITY. Vol. 3.
No. 7. 2014.
5. Putra, TJ. Buku Ajar ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. PAPDI.pp. 1213-
1216.
6. Neogi T, Jansen TLTA, Dalbeth N, et al. Ann Rheum Dis 2015;74:1789-1798.
Accesed From <http://ard.bmj.com/>. 26 September 2017.
7. Richette, P et al. 2016 Updated EULAR Evidence-Based Recommendations for
the Management of Gout. Group.bmj.com. 76:29-42. 2017.
8. Dorland, W.A Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. EGC :
Jakarta.2012.
9. Artikel Gout Australia. Arthritis Gout. Viewed at 23 September 2018 Accesed
From <Arthritis.org.au>.
10. Bone & Joint Institute of South Georgia. Anatomy of the hip.Viewed at 3
Desember 2018. Accesed From <http://bjisg.com/total-hip-replacement>
36
LEMBAR PENGESAHAN
37
ii
DAFTAR ISI
BAB IV DISKUSI.................................................................................. 29
iii
38
LEMBAR PENGESAHAN
ii
39