Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH HIPERURISEMIA

DISUSUN OLEH:

ANGELINA E. F. KOUNANG
N111 14 337
FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Gout merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda
dari penyakit gout adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperurisemia adalah jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), asupan
karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling
kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia.
Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout, sangat
berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti hipertensi, intoleransi
glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit
kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular.
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia termasuk hiperurisemia
asimptomatik, mempunyai latar belakang penyebab primer, sehingga
memerlukan pengendalian kadar asamurat jangka panjang. Perlu komunikasi
yang baik dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal itu dapat
diperoleh dengan edukasi dan diet rendah purin yang menjadi tatalaksana.
Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi alkohol dan penurunan
berat badan. Gejala dari gout berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut,
biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik
dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi
kronis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin. Asam urat
sebenarnya berperan sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan
dalam darah. Namun bila kadarnya berlebih, asam urat akan berperan
sebagai prooksidan yang akan mengakibatkan terjadinya pengkristalan dan
dapat menimbulkan gout. Sekitar 60 % radikal bebas di dalam serum
dibersihkan oleh asam urat.
Kadar darah asam urat normal pada laki - laki yaitu 3.6 - 7 mg/dl
sedangkan pada perempuan yaitu 2.3 - 6.1 mg/dl. Penyakit asam urat (gout
atau hiperurisemia) adalah suatu penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi (gout
arthritis), benjolan pada bagian-bagian tertentu dari tubuh dan batu pada
saluran kemih.
Penyebab hiperurisemia dan gout dapat dibedakan menjadi
hiperurisemia primer, sekunder, dan idiopatik. Hiperurisemia dan gout primer
disebabkan bukan dari penyakit atau penyebab lain sedangkan hiperurisemia
sekunder disebabkan oleh penyakit atau penyebab lain. Hiperurisemia
idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primer, kelainan
genetik, dan tidak ada kelainan anatomi, fisiologi yang jelas.
Hiperurisemia primer dapat terjadi akibat produksi yang berlebih atau
sekresi yang berkurang. Produksi berlebih dapat diakibatkan asupan yang
berlebihan (eksogen) atau endogen sedangkan seksresi berkurang biasanya
diakibatkan oleh gangguan sekresi di ginjal. Pada umumnya penyebab
hiperurisemia dan gout adalah sekresi berkurang (80%-90%), tetapi tidak
jarang dikombinasikan dengan asupan purin yang berlebih (10%-
20%). Hiperurisemia karena sekresi yang berkurang kemungkinan
disebabkan oleh faktor genetik.
Kelainan patologi ginjal yang menyebabkan underexcretion belum
ditemukan secara spesifik. Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik
jarang terjadi, biasanya karena peningkatan Phosporibosylpyrophospate
(PRPP) sintase atau defisiensi enzim HPRT (Hypoxantine
Phosporibosyltransferase). Salah satu kelainan herediter yang menyebabkan
produksi asam urat berlebih adalah defisiensi enzim HPRT (Hypoxantine
Phosporibosyltransferase). Enzim ini berperan dalam mengubah purine
bases menjadi purin nukleotida melalui syntesis de novo. Kelainan ini bersifat
pautan-X. Pada kelainan yang sedang seperti sindrom Kelley-Seegmiller
hanya didapatkan produksi berlebih asam urat, tetapi pada kelainan yang
berat seperti pada sindrom Lesch-Nyhan, akan disertai gangguan susunan
saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental, spasitas dan korea
atetosis. Defisiensi HPRT akan menyebabkan hipoxantine tidak dapat diubah
menjadi IMP sehingga terjadi peningkatan oksidasi menjadi asam urat atau
dnegan kata lain akan terjadi peningkatan produksi asam urat.
Faktor yang mempengaruhi pengurangan sekresi urat adalah
alkoholisme, obesitas, dan keracunan timah. Pada alkoholisme, terjasi
perubahan keseimbangan antara piruvat dan laktat di dalam plasma
meningkat dan ekspresi urat akan menurun. Selain itu, pada alkoholisme juga
terjadi degradasi berlebih nukleotida adenin, sehingga terjadi produksi
berlebih asam urat. Pada obesitas juga terjadi penurunan eksresi urat melalui
ginjal, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Keadaan ini akan
makin berat ketika disertai peningkatan asupan purin dan alkohol. Pada
keracunan timah hitam, sekresi urat yang menurun dihubungkan lewat
nefropatinya.
Kolkisin merupakan obat pilihan untuk mengatasi artritis gout akut.
Obat ini mempunyai efek penghambat motilitas dan asadesi netrofil,
mengurangi pelepasan eikasinoid, PGE2, dan LTB4 oleh monosit dan netrofil
dengan cara menghambat fosfolipase-A2, mengubah kemotaksis fagosit.
Kolkisin diberikan 0,5mg/jam sampai tercapainya perbaikan nyeri dan
inflamasi, atau timbul toksisitas gastrointestinal seperti muntah dan diare,
atau tercapai dosis maksimal per hari 8 mg. Pada orang dengan gangguan
fungsi ginjal kolkisin harus diturunkan. Glukortikoid bisa digunakan untuk
mengobati serangan akut gout artritis tapi terbatas hanya untuk kasus
resistensi atau untuk pasien dengn kontraindikasi untuk terapi kolkisin dan
NSAID.
Indometasin sama efektif dengan kolkisin pada perawatan gout artritis
akut dan lebih disukai karena toksisitas saluran cerna akut lebih jarang terjadi
dari pada kolkisin. Mulai perawatan dengan dosis relatif besar untuk 24-48
jam pertama dan lalu kurangi bertahap selama 3-4 hari untuk meminimalisir
resiko serangan berulang. Sebagai contoh, 75 mg indometasin bisa diberikan
awalnya, diikuti 50 mg tiap 6 jam selama 2 hari, lalu 50 mg tiap 8 jam selama
1 atau 2 hari. Efek samping khusus indometasin termasuk sakit kepala dan
pusing. Semua NSAID telah dihubungkan menyebabkan ulserasi dan
perdarahan lambung, tapi ini mungkin tidak terjadi untuk terapi singkat.
Diet rendah purin memegang peranan penting. Obat yang dapat
menurunkan kadar asam urat darah dibagi dua, yaitu golongan urikosurik dan
golongan penghambat xantine-oksidase. Obat golongan urikosurik yang
penting adalah probenesid dan sulfinpirazon. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat reabsorpsi asam urat di tubulus secara kompetitif, sehingga
eksresi asam urat melalui ginjal ditingkatkan. Dosis awalnya adalah
0,5mg/hari dan secara berkala dapat ditingkatkan menjadi 1-3 mg/hari dalam
dosis terbagi 2-3 kali sehari. Obat golongan ini tidak boleh diberikan bila
produksi urin kurang dari 1400ml/24 jam. Pemberian ini dikontraindikasikan
bila terdapat produksi dan eksresi asam urat berlebih, riwayat batu ginjal,
volume urin berkurang, dan hipersensitif terhadap probenesid. Obat golongan
inhibitor xantine-oksidase (allupurinol) merupakan obat yang poten untuk
mencegah konversi hipoxantine dan xantin menjadi asam urat. Akibatnya
kadar kedua zat tersebut akan meningkat dan akan dibuang melalui ginjal.
Allupurinol adalah obat hiperurisemic bagi pasien dengan riwayat batu
saluran kemih atau kelainan fungsi ginjal, pada pasien yang mempunyai
myeloproliferasi atau kelainan limfoproliferasi dan membutuhkan perawatan
awal dengan inhibitor xanthine oxidase sebelum memulai terapi sitotosik
untuk melindungi terhadap nefropati asam urat akut, dan pada pasien dengan
gout karena overproduksi asam urat. Efek samping utama allupurinol adalah
kulit kemerahan, leukopenia, toksisitas saluran cerna, dan peningkatan
frekuensi serangan gout akut dengan dimulainya terapi.
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal,
gangguan ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar
10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat
pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam,
kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu. Gout dapat merusak
ginjal sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk. Gangguan
ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan
dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi
akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat
menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal
pada ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.
BAB III

PENUTUP

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam


urat dalam darah yang disebabkan karena penumpukan asam urat yang
berlebih. Salah satu faktornya adalah karena konsumsi minuman beralkohol
yang berlebihan dan sebagainya. Pengobatannya berbagai macam, salah
satunya adalah dengan terapi dari golongan obat urikosurik seperti
probenesid dan sulfinpirazon atau dapat juga diberikan allopurinol yang
menghambat enzim xantin oksidase yang menghambat produksi asam urat di
dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia Pustaka Umum. 2002

2. Bennet. P. N, Brown M J. Clinical Pharmacology Tenth Edition. London:


Churchill Livingstone. 2008

3. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Pertama.


Jakarta:
Salemba Medika. 2001

4. Gunawan, Gan Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:


Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007

5. Goodman, Gilman. Manual of Pharmacology and Therapeutics. USA: The


McGraw Hill. 2008

6. Mycek, Richard., Harvey, and Chawpe. Farmakologi Ulasan Bergambar


Edisi II. Jakarta : Widya Medika. 2001

7. Syamsudin. Buku Ajar Farmakologi Efek Samping Obat. Jakarta: Salemba


Medika. 2011

Anda mungkin juga menyukai