Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

HIPERURISEMIA

Disusun Oleh:
Regina Grace
NIM. I4061202050

Pembimbing:
dr. R Sony Yusuf Wibisono, Sp.PD, K.GH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RSUD DR. SOEDARSO
PONTIANAK
2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan kasus dengan judul :


“Hiperurisemia”

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Pontianak, September 2022

Pembimbing Disusun oleh:

dr. R Sony Yusuf Wibisono, Sp. PD, K.GH Regina Grace, S.Ked

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Nilai spesifik
berdasarkan usia dan jenis kelamin untuk serum UA umumnya 3,5 - 7,0 mg/dl (208–
416 mol/l) pada pria dan wanita pascamenopause, dan 2,6–5,7 mg/dl (155–339
mol/l) pada wanita pramenopause, nilai-nilai ini telah ditentukan berdasarkan
kapasitas kelarutan UA.5 Peningkatan kadar ini merupakan hasil dari peningkatan
produksi, penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi dari kedua proses tersebut.
Peningkatan asam urat juga dapat dilihat pada degradasi purin yang dipercepat, pada
keadaan pergantian sel yang tinggi (hemolisis, rhabdomyolisis, dan lisis tumor) dan
penurunan ekskresi (insufisiensi ginjal dan asidosis metabolik). Hiperurisemia dapat
menyebabkan gout dan nefrolitiasis. Ini juga telah terlibat sebagai indikator penyakit
seperti sindrom metabolik, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, dan penyakit
ginjal kronis.1
Hiperurisemia adalah keadaan di mana terjadi peningkatan kadar asam urat (
AU ) darah di atas normal. Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan
metabolisme AU (over production), penurunan pengeluaran AU urin (under
excretion),atau gabungan keduanya. Banyak batasan untuk menyatakan
hiperurisemia, secara umum kadar AU di atas 2 standar deviasi hasil laboratorium
pada populasi normal dikatakan sebagai hiperurisemia. Batasan pragmatis yang
sering digunakan untuk hiperurisemia adalah suatu keadaan di mana terjadi
peningkatan kadar AU yang bisa mencerminkan adanya kelainan patologi. Dari data
didapatkan hanya 5-10 % pada laki normal mempunyai kadar AU di atas 7 mg % ,
dan sedikit dari gout mempunyai kadar AU di bawah kadar tersebut. Jadi kadar AU
di atas 7 mg % pada laki dan 6 mg % pada perempuan dipergunakan sebagai batasan
hiperurisemia. 2
Kejadian yang pasti dari hiperurisemia dan gout di masyarakat pada saat ini
belum jelas. Prevalensi hiperurisemia di masyarakat diperkirakan antara 2,3 sampai
17,6 %. Sedangkan prevalensi gout bervariasi antara 1,6 sampai 13,6 per seribu

3
penduduk. Prevalensi hiperurisemia gout pada penduduk Maori di Selandia Baru
cukup tinggi dibandingkan dengan bangsa Eropa. Prevalensi hiperurisemia pada laki
24,5 % dan perempuan 23,9 %, sedangkan prevalensi gout 6,4 %. 2 Hiperurisemia
yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai, namun tidak semua
hiperurisemia akan menimbulkan kelainan patologi berupa gout. Gout atau pirai
adalah penyakit akibat adanya penumpukan kristal monosodium urat pada jaringan
akibat peningkatan kadar AU. Penyakit gout terdiri dari artritis gout, pembentukan
tophus, kelainan ginjal berupa nefropati urat dan pembentukan batu urat pada saluran
kencing. 2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hiperurisemia
2.1.1. Definisi
Hiperurisemia merupakan kondisi peningkatan kadar asam urat darah di atas
normal. Secara biokomiawi akan terjadi hipersaturasi yaitu kelarutan asam urat di
serum yang melewati ambang batasnya. Batasan hiperurisemia secara ideal yaitu
kadar asam urat di atas 2 standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal. 3-
4
Namun secara pragmatis berdasarkan berbagai studi epidemologi dapat digunakan
patokan kadar asam urat > 7 mg/dL pada laki-laki, dan > 6 mg/dL pada perempuan.
Keadaan hiperurisemia akan berisiko timbulnya arthritis gout, nefropati urat, atau
batu ginjal. Hiperurisemia bisa terjadi akibat peningkatan metabolisme asam urat,
penurunan ekskresi asam urat urin, atau gabungan keduanya. 2-3 Sedangkan gout
merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal
monosodium urat pada jaringan, akibat gangguan metabolisme berupa
hiperurisemia. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi artritis gout, akumulasi
kristal di jaringan yang merusak tulang (tofus), batu urat, dan nefropati urat. 3
Hiperurisemia yang persisten menyebabkan pembentukan kristal urat pada
sendi dan jaringan. Studi pada hewan menunjukkan bahwa pada penyakit ginjal
kronik terjadi hiperurisemia ringan, yang terjadi lewat dua mekanisme yang
mengkompensasi penurunan efisiensi ekskresi ginjal yaitu peningkatan ekskresi
asam urat usus dan penurunan produksi karena penurunan aktivitas xantin oksidase.
6

2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi hiperurisemia kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai
populasi. Sedangkan prevalensi gout bervariasi antara 1-15,3%. Pada suatu studi
didapatkan insidens gout 4,9% pada kadar asam urat darah > 9 mg/dL, 0,5% pada
kadar 7-8,9 mg/dL, dan 0,1% pada kadar <7 mg/dL.3 Prevalensi gout di Jawa Tengah
bagian Utara sebesar 1,7% di daerah rural dan 4,8% di daerah urban. Hiperurisemia
berhubungan dengan hipertensi, kelainan vaskular dan gagal ginjal, namun

5
mekanisme cedera ginjal langsung akibat hiperurisemia masih kontroversial.
Diperkirakan sebanyak 21% dari populasi umum dan 25% pasien rawat inap
mengalami hiperurisemia tanpa gejala. Komplikasi yang paling umum dari
hiperurisemia adalah gout yang terlihat pada 3,9% dari populasi AS. Hiperurisemia
sendiri tidak menunjukkan keadaan patologis karena sangat lazim pada populasi
umum. 7-8
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di
Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali 19,3%, diikuti Aceh 18,3%,
Jawa barat 17,5%, dan Papua 15,4%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%),
diikuti Jawa Barat 32,1%, dan bali 30%. Jika dilihat dari karakteristik umur,
prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun 54,8%. Penderita wanita juga lebih banyak
13,4 % dibandingkan laki-laki 10,3% demikian juga yang gejala pada perempuan
27,5% lebih tinggi daripada laki-laki 21,8. 9

2.1.3. Etiologi 10
a. Produksi asam urat berlebihan
a) Diet kaya purin
b) Kesalahan metabolisme purin yaitu defisiensi hypoxanthine
phosphoribosyltransferase (HPRT), phosphoribosylpyrophosphate (PRPP)
synthetase over aktivitas.
c) Kerusakan atau pergantian sel yaitu penyakit limfoproliferatif, penyakit
mieloproliferatif, polisitemia vera, penyakit paget, psoriasis, lisis tumor,
hemolisis, rhabdomyolisis, olahraga.
b. Penurunan ekskresi asam urat
Penyakit ginjal akut atau kronis, asidosis (asidosis laktat, ketoasidosis),
hipovolemia, obat/toksin (diuretik, niasin, pirazinamid, etambutol, siklosporin,
berilium, salisilat, timbal, alkohol), sarkoidosis, hiperparatiroidisme,
hipotiroidisme, sindrom bartter, sindrom down.

6
Tabel 1 Faktor yang meningkatkan risiko perburukan fungsi ginjal pada pasien
3-4
hipertensi primer

Gambar 1 Faktor resiko

7
2.1.4. 2 Patofisiologi 11
Asam urat merupakan asam lemah yang dihasilkan sebagai produk akhir
metabolisme purin, yang membentuk partikel biologis penting seperti DNA, RNA,
ATP, GTP, c-AMP dan NADH. Sebagian besar UA serum berasal dari sumber
endogen (misalnya pemecahan asam nukleat dan de novo biosintesis purin).
Produksi purin endogen harian diperkirakan sekitar 500-600 mg, sedangkan asupan
purin eksogen dengan diet sekitar 100-200 mg per hari. Produk makanan yang kaya
purin termasuk daging organ (terutama hati dan ginjal), ikan teri, kacang kacangan,
sarden, ragi dan bir. Meskipun produk yang kaya fruktosa bukan merupakan sumber
langsung purin, konsumsinya dapat meningkatkan produksi asam urat serum dengan
mengintensifkan degradasi adenosin trifosfat (ATP). Enzim penting yang
mengkatalisis konversi purin menjadi asam urat pada manusia dan target beberapa
obat adalah xanthine oxidase. Konsentrasi tertinggi diamati di hati, yang merupakan
organ utama produksi asam urat. Namun, xanthine oxidase juga terdapat di organ
lain seperti usus, ginjal, paru-paru, jantung, otak, otot, dan pembuluh darah .
Menariknya, katabolisme UA berbeda pada manusia dibandingkan dengan spesies
mamalia lainnya. Pada manusia, asam urat adalah produk akhir dari metabolisme
purin, sementara mayoritas mamalia lain menghasilkan uricase yang memecah asam
urat menjadi allantoin larut yang lebih baik, mudah diekskresikan dengan urin
Aktivitas pro-oksidatif asam urat dapat mengakibatkan cedera endotel yang
menyebabkan hipertensi dan gangguan kardiovaskular, gangguan keseimbangan
oksidatif di dalam jaringan adiposa yang mengakibatkan risiko sindrom metabolik
dan resistensi insulin yang lebih tinggi, iskemia ginjal karena penurunan kadar
oksida nitrat dan peningkatan vasokonstriksi local. Ginjal memainkan peran kunci
dalam menjaga keseimbangan metabolisme asam urat.

8
Gambar 2 Renal exeretion of uric acid

Hiperurisemia disebabkan oleh ekskresi ginjal yang tidak memadai pada


sekitar 90% kasus dan produksi yang berlebihan hanya pada 10% kasus. Ginjal
menghilangkan sekitar 2/3 UA yang diproduksi setiap hari dan 1/3 sisanya
dikeluarkan melalui saluran pencernaan. Sekitar 90% dari beban UA yang disaring
diserap kembali oleh tubulus proksimal ginjal, mungkin karena fungsi fisiologisnya
yang penting.

Gambar 3 Patofisiologi asam urat

9
Reabsorpsi asam urat ginjal melibatkan beberapa transporter seperti urat
transporter 1 (URAT1) dan glc-cose transporter 9 (GLUT9), yang fungsinya
mungkin dipengaruhi oleh sejumlah faktor, misalnya gen, obat-obatan, peningkatan
konsentrasi timbal serum, laktat atau keton. Ketidakseimbangan antara produksi dan
eliminasi asam urat, terutama bergantung pada ekskresi ginjal, menyebabkan
hiperurisemia.

12
2.1.5. Manifestasi Klinis
Sebagian besar pasien dengan peningkatan asam urat tidak menunjukkan
gejala dan tidak memerlukan terapi jangka panjang. Pasien mungkin memiliki
riwayat diet kaya purin atau konsumsi alkohol, khususnya bir. Riwayat medis masa
lalu, serta pengobatan saat ini, harus ditinjau untuk menemukan korelasi dengan
ekskresi urat ginjal yang buruk atau peningkatan produksi. Dua keluhan paling
umum yang terkait dengan hiperurisemia adalah gout dan nefrolitiasis asam urat.
Dengan gout, pasien akan mengeluh sendi bengkak merah panas, paling sering di
jempol kaki. Dengan nefrolitiasis, pasien akan mengeluh nyeri pinggang, hematuria,
mual/muntah, dan nyeri kolik.

Gambar 4 Mekanisme nyeri pada arthritis 12

10
Tidak akan ada temuan pemeriksaan fisik spesifik yang akan menunjukkan
hiperurisemia kecuali pasien datang dengan keluhan gout atau nefrolitiasis. Dengan
asam urat, ada bukti sendi eritematosa, hangat, dan bengkak. Paling sering
mempengaruhi jempol kaki, tetapi dapat mempengaruhi setiap sendi di tubuh.
Biasanya, asam urat mempengaruhi satu sendi pada satu waktu. Nefrolitiasis tidak
memiliki temuan pemeriksaan fisik yang spesifik tetapi mungkin memiliki nyeri
sudut costovertebral.

Gambar 5 Disease progression in gout 25

2
a) Stadium Artritis Gout Akut
Radang sendi pada stadium ini sangat akut dan yang timbul sangat cepat
dalam waktu singkat. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat dan tidak
dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan utama berupa
nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam,

11
menggigil dan merasa lelah. Lokasi yang paling sering pada MTP-1 yang
biasanya disebut podagra. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena sendi
lain. yaitu pergelangan tangan / kaki, lutut dan siku. Serangan akut ini disebut
sydenham yaitu sembuh beberapa hari sampai beberapa minggu, bila tidak
diobati, rekuren yang multipel, interval antar serangan singkat dan dapat
mengenai beberapa sendi. Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan - keluhan
dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat
sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Faktor pencetus serangan
akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres,
tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam
urat. Penurunan asam urat darah secara mendadak dengan alopurinol atau obat
urikosurik dapat menimbulkan kekambuhan .
b) Stadium Interkritikal 2
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda - tanda
radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini
menunjukkan bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10
tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang baik dan pengaturan
asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang
dapat mengenai beberapa sendi dan biasanya lebih berat. Manajemen yang tidak
baik, maka keadaan interkritik akan berlanjut menjadi stadium menahun dengan
pembentukan tofi .
c) Stadium Artritis Gout Menahun 2
Stadium ini umumnya pada pasien yang mengobati sendiri (self
medication) sehingga dalam waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter.
Artritis gout menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat
poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang kadang
dapat timbul infeksi sekunder. Pada tofus yang besar dapat dilakukan ekstirpasi ,
namun hasilnya kurang memuaskan. Lokasi tofi yang paling sering pada cuping

12
telinga , MTP - 1, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan. Pada stadium ini
kadang - kadang disertai batu saluran kemih sampai penyakit ginjal menahun .

2
2.1.6. Klasifikasi
1. Hiperurisemia Primer
Hiperurisemia primer terdiri dari hiperurisemia dangan kelainan
molekular yang masih belum jelas dan hiperurisemia karena adanya kelainan
enzim spesifik. Hiperurisemia primer kelainan molekular yang belum jelas
terbanyak didapatkan yaitu mencapai 99 %, terdiri dari hiperurisemia karena
underexcretion (80-90%) dan karena overproduction (10-20%). Hiperurisemia
primer karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1 % yaitu karena
peningkatan aktivitas varian dari enzim phoribosylpyrophosphatase (PRPP)
synthetase, dan kekurangan sebagian dari enzim hypoxanthine
phosphoribosyltranferase (HPRT)
Hiperurisemia primer karena underexcretion kemungkinan disebabkan
karena faktor gene dan menyebabkan gangguan pengeluaran AU sehingga
menyebabkan hiperurisemia. Peneliti Garrod telah lama mengetahui, terjadi
gangguan pengeluaran AU ginjal yang menimbulkan hiperurisemia primer.
Kelainan patologi ginjal yang berhubungan dengan underexcretion tidak
menunjukkan gambaran spesifik . Peneliti Massari PU mendapatkan gambaran
patologi pada ginjal berupa sklerosis glomerulus yang global fokal dan segmental
dengan fokus atropi tubulus, peradangan intersisial kroni, perubahan basal
membran tanpa adanya deposit electro-dense, Leuman EP mendapatkan focal
tubuloinsterstitiil nephropathy, Puig mendapatkan gambaran lesi interstitiil
tubulus ginjal dan Simmond mendapatkan kelainan nefritis interstitil non spesifik.
Kadar fractional uric acid clearance pada hiperurisemia primer tipe
underexcretion didapatkan lebih rendah dari orang normal. Terdapat suatu
kelainan yang disebut familial juvenile gout atau familial juvenile hyperuricaemic
nephropathy (FJHN) yaitu hiperurisemia akibat adanya penurunan pengeluaran
AU pada ginjal dalam suatu keluarga yang diturunkan secara genetic. Kelainan
ini sering diturunkan secara autosomal dominant. Secara klinis sering terjadi pada

13
usia muda , mengenai laki dan perempuan, terjadi penurunan fractional uric acid
clearance (FUAC) dan sering menyebabkan penurunan fungsi ginjal secara cepat.
Kelainan molekular dari FJHN belum diketahui, kemungkinan karena kelainan
pada gen yang menyebabkan penurunan fungsi pengeluaran AU ginjal,
kemungkinan melalui kelainan transporter AU pada basal membran atau pada
brush border dari tubulus proksimalis ginjal. Hiperurisemia primer karena
kelainan enzim spesifik akibat peningkatan aktivitas varian dari enzim PRPP
synthetase menyebabkan peningkatan pembentukan purine nucleotide melalui
sintesis de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction . Telah
diketahui enzim ini disandi oleh DNA pada kromosom X dan diturunkan secara
dominan.
Hiperurisemia primer karena kelainan enzim spesifik yang disebabkan
kekurangan sebagian dari enzim HPRT disebut sindrom Kelley- Seegmiller.
Enzim HPRT berperan dalam mengubah purine bases menjadi purine nucleotide
dengan bantuan PRPP dalam proses pemakaian ulang dari metabolisme purin.
Kekurangan enzim HPRT menyebabkan peningkatan produksi (overproduction)
AU sebagai akibat peningkatan de novo biosintesis. Diperkirakan terdapat tiga
mekanisme overproduction AU. Pertama, kekurangan enzim menyebabkan
kekurangan inosine monophosphate IMP atau purine nucleotide yang mempunyai
efek feedback inhibition proses biosintesis de novo. Kedua , penurunan
pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP yang tidak
dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de novo
meningkat . Ketiga kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxanthine tidak
bisa di ubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi
hypoxathine menjadi AU. Kekurangan enzim HPRT diturunkan secara X - linked
dan bersifat resesif , sehingga didapatkan terutama pada laki - laki . Telah
diketahui terjadi berbagai jenis mutasi genetik dari kelainan enzim ini
2. Hiperurisemia Sekunder
Hiperurisemia dibagi menjadi beberapa kelompok , yaitu kelainan yang
menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan
peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang

14
menyebabkan underexcretion. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan
biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim
HPRT pada sindrom Lesh - Nyhan, kekurangan enzim glucosa 6-phosphatase
pada glycogen storage disease (Von Gierkee), dan kelainan karena kekurangan
enzim fructose 1 - phosphate aldolase Sindrome Lesh - Nyhan disebabkan karena
kekurangan menyeluruh enzim HPRT yang diturunkan secara X - linked dan
bersifat resesif. Telah diketahui terdapat berbagai jenis mutasi dari kelainan gen
penyandi enzim ini. Kekurangan enzim HPRT akan menyebabkan peningkatan
biosintesis de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe over production. Sindrom
ini terjadi pada usia anak - anak dengan gejala hiperurisemia tipe over production
dan gout premature bersama gejala neurologis berupa retardasi mental berat, self
mutilation , choreoathetosis dan spastisitas.
Kelainan neurologis ini kemungkinan karena aktivitas enzim HPRT
berkurang sehingga menyebabkan disfungsi neurokemikal otak. Diagnosis
sindrom ini dibuat berdasarkan klinis dengan pemeriksaan aktivitas enzim HPRT
pada eritrosit . Kekurangan aktivitas enzim ini dapat mencapai 1-70 %. Penyakit
glycogen storage disease tipe I (Von Gierke ) , akibat penurunan enzim glucosa
6-phosphatase (G 6-Pase) menyebabkan hiperurisemia bersifat automal resesif.
Hiperurisemia terjadi karena kombinasi overproduction dan underexcretion
karena peningkatan pemecahan dari ATP (adenosine triphosphate Enzim G 6-
Pase berperan mengubah glucosa 6-phospate (G 6 - P ) menjadi glukosa dalam
metabolisme karbohidrat, sehingga kekurangan enzim ini gampang menyebabkan
hipoglikemia. Untuk memenuhi kebutuhan glukosa , tubuh mengadakan
pemecahan glikogen di hati (glikogenolisis). Karena kekurangan enzim G6-Pase
, glukosa tidak terbentuk sehingga menimbulkan penumpukan G6-P. Terjadi juga
glikolisis anaerob yaitu pemecahan glukosa menjadi G6 - P dengan pemecahan
ATP dengan hasil lain berupa peningkatan asam laktat, asam lemak bebas,
trigliserida dan piruvat.
Hiperurisemia disebabkan karena overproduction melalui peningkatan
melalui biosintesis de novo akibat peningkatan PRPP. Peningkatan PRPP ini
diperkirakan melalui dua mekanisme. Pertama, peningkatan glukosa - phospate

15
menyebabkan peningkatan reaksi pentosa phosphate pathway peningkatan ribose
6-phosphate dan menghasilkan PRPP. Kedua, berkurangnya feedback inhibition
terhadap biosintesis de novo pada hati selama terjadi hipoglikemia sehingga
menyebabkan peningkatan enzim amido PRT dan PRPP synthetase.
Underexcretion diperkirakan karena adanya hasil metabolit yaitu hiperlaktemia
dan ketonemia.
Tanda klinis sindrom ini adalah terjadi pada usia anak - anak dengan tanda
yang khas berupa bentuk tubuh pendek, dengan hepatomegali dan gejala
hipoglikemia yang berulang. Hiperurisemia juga dapat disebabkan oleh penyakit
glycogen storage disease tipe III, V dan VI yang disebut hiperurisemia miogenik.
Aktivitas fisik yang berat secara normal dapat menyebabkan hiperurisemia karena
terjadi pemecahan ATP dan adanya resorpsi abnormal pada ginjal . Pada keadaan
normal atau keadaan anaerob , aktivitas yang pemecahan ATP berupa inosine,
hypoxanthine, dan didalam hati dipecah menjadi xantine dan AU. Pada penyakit
glycogen storage disease tipe III , V dan VI, akan terjadi hiperurisemia walaupun
hanya melakukan aktivitas fisik ringan, terjadi pemecahan ATP yang tinggi akibat
tidak cukup bahan karbohidrat pembentuk ATP. Pemecahan ATP akan
membentuk adenosine mono phosphate (AMP) dan berlanjut membentuk inosine
mono phosphate (IMP) atau purine nucleotide dalam metabolisme purin.
Penyebab glycogen storage disease tipe III karena gangguan debranching enzime
, tipe V karena kekurangan enzim myophosphorilase dan tipe VII karena
kekurangan enzim phosphocytokinase pada otot. Pada penyakit hereditary
fructose intolerance karena kekurangan enzim Fructose - 1 - phosphate aldolase
dapat menyebabkan hiperurisemia. Enzim Fructose phosphate aldolase mengubah
fructose 1-phosphate menjadi dihidroksi-asetofosfonat dan gliseraldehida.
Kekurangan enzim ini dan dengan diet tinggi fruktosa menyebabkan penumpukan
fructosa 1-phosphate , kemudian akan diubah menjadi fructosa 6-phosphate
dengan bantuan ATP sebagai sumber fosfat. Fructose 6-phospate juga merupakan
salah satu senyawa antara di jalur glikolisis anaerob. Peningkatan pemecahan
ATP menyebabkan pembentukan AU meningkat, dan laktic acidosis serta renal
tubular acidosis menyebabkan hambatan pengeluaran AU melalui ginjal,

16
sehingga terjadi hiperurisemia. Hiperurisemia sekunder tipe overproduction dapat
disebabkan karena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP
atau peningkatan pemecahan asam nukleat dari intisel. Peningkatan pemecahan
ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine
nucleotide dalam metabolisme purin.
Keadaan ini bisa terjadi pada penyakit akut yang berat seperti pada infark
miokard , status epileptikus atau pada pengisapan asap rokok yang mendadak.
Pemecahan inti sel akan meningkatkan produksi purine nucleotide dan berlanjut
menyebabkan peningkatan produksi AU. Keadaan yang sering menyebabkan
pemecahan inti sel adalah penyakit hemolisis kronis polisitemia, psoriasis,
keganasan dari mieloproliferatif dan limfoproliferatif atau keganasan lainnya.
Beberapa penyakit atau kelainan dapat menyebabkan hiperurisemia sekunder
karena gangguan pengeluaran AU melalui ginjal (underexcretion). Gangguan
pengeluaran AU melalui ginjal dapat melalui gangguan dalam filtrasi, reabsorpsi,
sekresi dan reabsorpsi paska sekresi. Hiperurisemia sekunder yang disebabkan
karena underexcretion dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu karena
penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric
acid clerance dan pemakaian obat - obatan. Hiperurisemia karena penurunan masa
ginjal disebabkan penyakit ginjal kronik yang menyebabkan gangguan filtrasi
AU.
Hiperurisemia karena penurunan filtrasi glomerulus dapat terjadi pada
dehidrasi , dan diabetes insipidus. Hiperurisemia karena gangguan fractional uric
acid clerance adalah pada penyakit hipertensi , myxodema , hiperparatiroid,
sindrom down, peningkatan asam organik seperti pada latihan berat, kelaparan,
peminum alkohol keadaan ketoasidosis, lead nephropaty , sarkoidosis sindrom
Barter dan keracunan berilium. Pemakaian obat seperti obat diuretik dosis
terapeutik , salisilat dosis rendah pirasinamid, etambutol, asam nikotinat dan
siklosporin. Gangguan pengeluaran AU melalui ginjal dapat di hitung dengan
pemeriksaan fractional uric clerance Pada keadaan normal pengeluaran AU
melalui ginjal (kliren urat) berbanding lurus dengan kliren kreatinin, sehingga
kadar AU darah berkorelasi dengan kadar kreatinin darah. Pada keadaan gagal

17
ginjal karena penyakit ginjal primer penurunan pengeluaran AU akan diikuti
dengan peningkatan kadar AU darah, namun tidak pernah melebihi 10 mg %.
Diperkirakan terjadi peningkatan pengeluaran AU melalui ekstra renal, sebagai
kompensasi hambatan pengeluaran melalui ginjal walaupun belum diketahui
secara pasti jumlahnya. Hiperurisemia sekunder karena gangguan fungsi ginjal
jarang sampai menyebabkan penyakit gout

2.1.7. Diagnosis
Secara umum penyebab hiperurisemia dapat ditentukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Anamnesis terutama
ditujukan untuk mendapatkan factor keturunan dan kelainan atau penyakit lain
sebagai penyebab sekunder hiperurisemia. Apakah ada keluarga hiperurisemia atau
gout. Untuk mencari penyebab hiperurisemia sekunder apakah pasien peminum
alkohol, memakan obat-obatan tertentu secara teratur, adanya kelainan darah,
kelainan ginjal atau penyakit lainnya. 2 Pemeriksaan fisik untuk mencari kelainan
atau penyakit sekunder, terutama menyangkut tanda-tanda anemia, pembesaran
organ limfoid, keadaan. kardiovaskular dan tekanan darah, keadaan dan tanda
kelainan ginjal serta kelainan pada sendi. Pemeriksaan penunjang yang rutin
dikerjakan pada hiperurisemia adalah pemeriksaan darah rutin untuk AU darah dan
kreatinin darah.2
Pemeriksaan AU dalam urin 24 jam penting dikerjakan untuk mengetahui
penyebab dari hiperurisemia apakah overproduction atau underexcretion. Kadar AU
dalam urin 24 jam di bawah 600 mg / hari adalah normal pada orang dewasa yang
makan pantang purin selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan.2 Namun anjuran untuk
pantang makan purin selama 3-5 hari sering tidak praktis. Maka pada orang yang
makan biasa tanpa pantang purin kadar AU urin 24 jam di atas 1000 mg / hari adalah
abnormal hipereksresi AU, dan kadar 800 sampai 1000 mg/hari adalah borderline.
Kadar AU urin 24 jam di atas 800 mg / hr dengan makan biasa tanpa pantang purin
merupakan tanda hipereksresi AU. Batasan overproduction AU adalah kadar AU
urin 24 jam di atas normal, kadar 1000 mg / hari pada orang yang makan biasa tanpa
pantang purin dapat dikatakan. Apabila kadar AU urin 24 jam lebih dari 670 mg /

18
hari pada diet rendah purin perlu diteliti kemungkinan adanya kelainan
overproduction karena keturunan. Overproduction dapat juga diketahui dengan
menghitung perbandingan AU urin 24 jam dan kreatinin urin 24 jam atau
perbandingan kliren AU dan kliren kreatinin fractional uric acid clearance (FUAC)
yaitu perbandingan kliren urat dibagi kliren kreatinin dikalikan 100. Nilai
perbandingan AU kreatinin urin lebih dari 0.75 menyatakan adanya overproduction.
Dengan data dari anamnesis , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
terutama kadar AU darah dan pemeriksaan AU dan kreatinin urin 24 jam dapat
diperkirakan faktor penyebab hiperurisemia sehingga penanganan hiperurisemia
dapat diberikan sacara menyeluruh dan rasional.2

Gambar 6 kriteria diagnosis artritis gout akut ACR/EULAR Tahun 2015 22

Subkomite The American Rheumatism Association menetapkan kriteria


diagnostik untuk gout yaitu: 12
1) Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi
2) Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi
dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.

19
3) Diagnosis lain, seperti ditemukan 6 dari beberapa fenomen klinis,
laboratorium, dan radiologis sebagai tercantum dibawah ini:
a) Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b) Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c) Serangan artrtis monoartikuler
d) Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.
e) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit
atau membengkak
f) Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
g) Serangan unilateral pada sendi MTP 1
h) Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat)
di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
i) Hiperurikemia
j) Pembengkakan sendi secara asimetris

20
Gambar 7 Kriteria Diagnosis Gout dari ACR/EULAR 2015 22

Pada artritis gout diagnosis pasti dari ditentukan hanya dengan


membuktikan adanya kristal asam urat dalam cairan sinovia/bursa atau tophus.
Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui aspirasi persendian yang mengalami
inflamasi akut atau dicurigai topus. Bila tak ada cairan, sinovia/bursa atau

21
tophus sebagai bahan untuk diperiksa, maka diagnosis yang dibuat, adalah
sementara dan dasar-dasar kriteria klinik berupa serangan-serangan yang khas
dari arthritis yang hebat dan periodik dengan kesembuhan yang nyata diantara
serangan, podagra, tofi, hiperurekemia, hasil yang baik dengan pengobatan
kolkisin.12

2.1.8. Tatalaksana
Tujuan utama pengobatan asam urat adalah untuk menghilangkan semua
kristal urat dengan menurunkan kadar asam urat di bawah 6 mg/dL. Proses
pengendapan kristal urat bersifat reversibel kristal terus terbentuk pada pasien asam
urat dan bertahan pada pasien dengan hiperurisemia, tetapi larut ketika asam urat
serum diturunkan di bawah titik jenuh dan peradangan yang terkait mereda dengan
13
hilangnya kristal urat Yang penting, kadar asam urat yang lebih rendah
menyebabkan laju pembubaran kristal yang lebih cepat nilai asam urat serum di
bawah 4 mg/dL mengurangi diameter batu gout dengan kecepatan dua kali lebih
cepat dari nilai asam urat serum di atas 5 mg/dL.14 Pedoman American College of
Rheumatology (ACR) 2020 merekomendasikan colchicine merupakan obat
antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan glukokortikoid oral sebagai pilihan
pengobatan lini pertama untuk asam urat.15 Namun pilihan pengobatan untuk
serangan asam urat dengan fungsi ginjal residual minimal atau tidak ada terbatas,
dengan potensi risiko kerusakan ginjal lebih lanjut. Kortikosteroid telah diakui
sebagai pilihan paling aman untuk sebagian besar pasien dengan serangan asam urat
dengan CKD.13 Penggunaan glukokortikoid jangka pendek dianggap sebagai risiko
yang dapat diterima dan penggunaan glukokortikoid jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan risiko efek samping terkait, terutama infeksi.16
Penggunaan NSAID adalah pengobatan yang sangat umum untuk serangan
asam urat tetapi tidak diindikasikan untuk pasien dengan cedera ginjal dan banyak
komorbiditas pada orang dewasa yang lebih tua. Dalam uji klinis AGREE, colchicine
dosis rendah sebanding dengan colchicine dosis tinggi untuk pengobatan serangan
asam urat dengan efek samping minimal. Oleh karena itu, colchicine dosis rendah
telah direkomendasikan untuk pencegahan dan pengobatan serangan asam urat . 17

22
Namun, penggunaan colchicine untuk pengobatan serangan asam urat pada pasien
cedera ginjal telah dilarang.18 Penelitian melaporkan fungsi ginjal yang memburuk
dengan colchicine, sementara tujuh penelitian lainnya melaporkan fungsi ginjal yang
19
stabil dengan colchicine. Semua NSAID secara luas dianggap sebagai
kontraindikasi pada CKD lanjut, dan pasien dengan gagal ginjal biasanya diberikan
steroid intraartikular atau sistemik.
Untuk penderita asam urat, kontrol diet dianjurkan. Untuk intervensi
farmakologis, obat lini pertama yang direkomendasikan adalah inhibitor xanthine
oxidase (seperti allopurinol dan febuxostat). Obat ini memblokir transformasi
prekursor UA menjadi UA. Obat yang paling umum digunakan adalah allopurinol,
inhibitor xanthine oksidase purin-selektif. Dosis awal yang biasa adalah≤
100mg/hari.
Padoman Amerika menggaris bawahi bahwa pada populasi tertentu, yaitu
keturunan Asia Tenggara atau Afrika Amerika, sebelum terapi dengan allopurinol,
pengujian untuk alel HLA-B*5801 harus dipertimbangkan karena peningkatan risiko
reaksi hipersensitivitas yang diinduksi allopurinol termasuk reaksi obat yang
berpotensi mengancam jiwa dengan sindrom eosinofilia dan gejala sistemik
(DRESS)20, 21
Reaksi merugikan lainnya terhadap allopurinol termasuk ruam,
pruritus, sitopenia, diare, epidermolisis toksik, dan sindrom Stevens-Johnson.
Penggunaan allopurinol dalam dosis standar juga dapat menyebabkan perkembangan
gagal ginjal pada pasien dengan insufisiensi ginjal yang sudah ada sebelumnya.
Klirens ginjal oxypurinol, metabolit utama allopurinol, berbanding lurus dengan
klirens kreatinin ginjal. Oleh karena itu, pada pasien dengan insufisiensi ginjal,
allopurinol harus digunakan dalam dosis yang dikurangi (misalnya dosis awal 50
mg/hari) untuk mencegah toksisitas yang mengancam jiwa. Dalam kasus inefisiensi
atau intoleransi allopurinol, febuxostat, inhibitor selektif xanthine oksidase non-
purin, dapat diresepkan.
Kedua xantin inhibitor oksidase tidak boleh digunakan secara bersamaan.
Dosis awal febuxostat yang direkomendasikan adalah 40-80 mg/hari. Jika kadar
asam urat target yang ditentukan oleh ambang kristalisasi asam urat sekitar 6,8 mg/dl
tidak tercapai setelah dua minggu, dosis febuxostat dapat ditingkatkan 40 mg/hari.

23
Febuxostat dimetabolisme di hati dan reaksi merugikan yang paling umum terhadap
obat ini adalah peningkatan transaminase ringan. Untuk mencapai target terapi yang
didefinisikan sebagai resolusi lengkap gejala sisa termasuk tofi dan UA di bawah
tingkat target, agen urikosurik dapat ditambahkan ke inhibitor xanthine oksidase atau
digunakan sebagai monoterapi. Urikosurik meningkatkan ekskresi ginjal UA dengan
menghambat URAT1 di tubulus ginjal. Menurut pedoman ACR terbaru,
pemeriksaan ekskresi asam urat sebelum memulai pengobatan dengan urikosurik dan
alkalisasi urin tidak lagi direkomendasikan. Selama terapi urikosurik, peningkatan
asupan cairan dapat mengurangi risiko urolitiasis. Urikosurik harus dihindari pada
pasien dengan batu ginjal dan/atau CKD stadium III-V Probenesid mungkin adalah
urikosurik yang paling umum digunakan. American College of Rheumatology
merekomendasikan 500 mg sekali atau dua kali sehari dan titrasi dosis untuk
mencapai target terapi 21

24
Gambar 8. Algoritme EULAR pengelolaan hiperurisemia pada pasien gout
tahun 2016 22

25
Gambar 9. Penyesuaian Dosis Alopurinol pada Gangguan Fungsi Ginjal
(GFR) 22

Gambar 10. Mekanisme kerja obat penurun asam urat11

a) Hiperurisemia asimtomatik
Tatalaksana hiperurisemia tanpa gejala klinis dapat dilakukan dengan
modiikasi gaya hidup, termasuk pola diet seperti pada prinsip umum
pengelolaan hiperurisemia dan gout. Penggunaan terapi penurun asam urat pada
hiperurisemia tanpa gejala klinis masih kontroversial. The European League

26
Against Rheumatism (EULAR), American Colleague of Rheumatology (ACR)
dan National Kidney Foundation (NKF) tidak merekomendasikan penggunaan
terapi penurun asam urat dengan pertimbangan keamanan dan efektiitas terapi
tersebut. Sedangkan rekomendasi dari Japan Society for Nucleic Acid
Metabolism, menganjurkan pemberian obat penurun asam urat pada pasien
hiperurisemia asimptomatik dengan kadar urat serum >9 atau kadar asam urat
serum >8 dengan faktor risiko kardiovaskular (gangguan ginjal, hipertensi,
diabetes melitus, dan penyakit jantung iskemik). 22

Gambar 11. Rekoomendasi pengelolaan Hiperurisemia asimtomatik 22


b) Gout Akut 22
Serangan gout akut harus mendapat penanganan secepat mungkin.
Pasien harus diedukasi dengan baik untuk dapat mengenali gejala dini dan
penanganan awal serangan gout akut. Pilihan obat untuk penanganan awal harus
mempertimbangkan ada tidaknya kontraindikasi obat, serta pengalaman pasien
dengan obat-obat sebelumnya. Rekomendasi obat untuk serangan gout akut
yang onsetnya <12 jam adalah kolkisin dengan dosis awal 1 mg diikuti 1 jam
kemudian 0.5 mg. Terapi pilihan lain diantaranya OAINS, kortikosteroid oral
dan/atau bila dibutuhkan aspirasi sendi diikuti injeksi kortikosteroid. Kolkisin
dan OAINS tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami gangguan fungsi
ginjal berat dan juga tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat terapi
penghambat P-glikoprotein dan/atau CYP3A4 seperti siklosporin atau
klaritromisin. Serangan gout akut dapat dipicu oleh :
1. Perubahan kadar asam urat mendadak. Peningkatan mendadak maupun
penurunan mendadak kadar asam urat serum dapat memicu serangan
artritis gout akut. Peningkatan mendadak kadar asam urat ini dipicu oleh

27
konsumsi makanan atau minuman tinggi purin. Sementara penurunan
mendadak kadar asam urat serum dapat terjadi pada awal terapi obat
penurun asam urat.
2. Obat-obat yang meningkatkan kadar asam urat serum, seperti:
antihipertens golongan thiazide dan loop diuretic, heparin intravena,
siklosporin.
3. Kondisi lain seperti trauma, operasi dan perdarahan (penurunan volume
intravaskular), dehidrasi, infeksi, dan pajanan kontras radiograi.
Obat penurun asam urat seperti alopurinol tidak disarankan memulai
terapinya pada saat serangan gout akut namun, pada pasien yang sudah dalam
terapi rutin obat penurun asam urat, terapi tetap dilanjutkan. Obat penurun asam
urat dianjurkan dimulai 2 minggu setelah serangan akut reda. Indikasi memulai
terapi penurun asam urat pada pasien gout adalah pasien dengan serangan gout
≥2 kali serangan, pasien serangan gout pertama kali dengan kadar asam urat
serum ≥ 8 atau usia <40 tahun.

Gambar 12. Rekoomendasi pengelolaan gout akut 22

28
Gambar 13. Rekoomendasi pengelolaan fase interkritikal dan gout kronis 22

Pasien gout dengan gangguan fungsi ginjal dosis obat penurun kadar
asam urat serum (misalnya: probenecid dan alopurinol) harus memperhatikan
bersihan kreatinin. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat dan mengalami
serangan gout akut. dapat diberikan kortikosteroid oral dan injeksi intraartikuler.
Bila nyeri masih belum teratasi dapat ditambahkan analgesia golongan opioid.
Alopurinol dan metabolitnya mempunyai waktu paruh yang panjang. Pada
gangguan fungsi ginjal dosis alopurinol disesuaikan dengan bersihan kreatinin.
Febuxostat dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dan
tidak membutuhkan penyesuaian dosis apabila bersihan kreatinin >30 ml/menit.
Pemberian kolkisin tidak memerlukan penyesuain dosis pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal yang memiliki bersihan kreatinin >60
ml/min/1.73m2. Sedangkan pada pasien yang memiliki bersihan kreatinin
30─60 ml/min/1.73m2 dosis yang diberikan dibatasi 0.5 mg, pasien dengan
bersihan kreatinin 10─30 ml/min/1.73m2 dosis dibatasi 0.5 mg setiap 2─3 hari,
dan pemberian kolkisin perlu dihindari pada pasien dengan bersihan kreatinin
<10 ml/min/1.73m2
.

29
Gambar 14. Rekomendasi pengelolaan gout pada pasien gangguan fungsi ginjal 22

2.1.9. Komplikasi 23
Tingginya kadar asam urat serum atau hiperurisemia dapat menimbulkan
penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di
jaringan yaitu :
a. Arthritis gout
Merupakan proses inflamasi yang terjadi karena deposit kristal urat pada
jaringan sekitar sendi. Apabila diabaikan dapat merusak sendi, hal ini terjadi karena
adanya penumpukan kristal MSU di persendian, timbulnya kristal di persendian ini
akan menimbulkan peradangan sendi kemudian memicu timbulnya arthritis gout
akut.

30
Gamber 14. Artritis gout

Gamber 13. Artritis gout


Apabila penanganannya tidak memadai selain menimbulkan rasa nyeri
yang hebat peradangan tersebut dapat merusak sendi dan menyebabkan kecacatan
dan menyebabkan kelainan bentuk sendi, osteoarthritis, keropos tulang.
b. Nefropati urat
Gangguan fungsi ginjal atau nefropati urat penyakit tersering yang
ditimbulkan karena hiperurisemia setelah arthritis. Pada jaringan ginjal bisa
terbentuk dan terjadi mikrotofi akibat gout dan hiperurisemia, mikrotofi ini dapat
menyumbat dan merusak jaringan ginjal yang disebut glomerulus. Ada 2 tipe
nefropati gout yaitu nefropati urat dan nefropati asam urat, pada nefropati urat
terdapat endapan kristal monosodium urat (MSU) di dalam jaringam ginjal.
Nefropati asam urat terjadi akibat dari peningkatan konsentrasi asam urat di dalam

31
urin. Keadaan ini akan meningkatkan menjadi kristal asam urat dan terbentuknya
batu asam urat.
c. Nefrolitiasis
Nefrolitiasis atau batu urat di ginjal terjadi akibat tingginya
kadar/konsentrasi asam urat di dalam urin, sedangkan batu urat di ginjal dapat
ditemukan pada 10- 25% penderita gout. Apabila kadar asam urat darah > 13mg/dl
atau ekskresi asam urat di urin > 1.100 mg/dl, kejadian timbulnya batu asam urat
akan meningkat 50%. Asam urat juga dapat menyebabkan komplikasi mata, seperti
konjungtivitis, uveitis, atau skleritis dari pengendapan kristal urat.

2.1.10. Pencegahan 24
Anjurkan pembatasan asupan purin yaitu indari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan (jantung, hati, lidah, ginjal, usus), sarden, kerang, ikan herring,
kacang- kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo. Anjurkan asupan kalori sesuai
kebutuhan jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Asupan tinggi karbohidrat kompleks
seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan
asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin. Asupan
rendah lemak dan protein, perbanyak minum air putih serta hindari penggunaan
alcohol.
Makan banyak sayuran, vitamin C, susu skim, yoghurt rendah lemak, produk
kedelai, minum banyak air (menjaga output urin harian di atas 2000ml), dan
menghindari makanan lengkap. Alkalinisasi urin hingga pH 6,2-6,5 (alkalinisasi
berlebihan cenderung membentuk batu kalsium fosfat atau kalsium karbonat).
Modifikasi gaya hidup seperti berolahraga dengan benar, menurunkan massa tubuh,
minum teh hijau, mempertahankan rasa lapar yang tepat (1 jam lapar
mengistirahatkan organ dan meningkatkan gen umur panjang), mempromosikan
makan malam lebih awal, dan di samping itu, mendidik pasien dengan benar untuk
meningkatkan kepatuhan dan hasil pengobatan.

32
23
2.1.11. Prognosis
Prognosis gout tergantung pada komorbiditas masing-masing individu.
Kematian lebih tinggi pada individu dengan komorbiditas kardiovaskular. Ketika
asam urat mendapat terapi yang tepat kebanyakan pasien akan menjalani kehidupan
normal dengan gejala sisa ringan. Pasien yang gejalanya muncul lebih awal dalam
kehidupan biasanya akan memiliki penyakit yang lebih parah saat datang. Bagi
mereka yang tidak mengubah gaya hidup mereka flare-up berulang sering terjadi.

33
BAB III
KESIMPULAN

Hiperurisemia adalah masalah umum dalam praktik klinis sehari-hari,


diperkirakan terjadi pada sekitar 8,9%-24,4% dari populasi umum. Adanya
peningkatan konsentrasi asam urat dapat membantu mengidentifikasi peningkatan
risiko asam urat, diabetes, dislipidemia, hipertensi, penyakit kardiovaskular dan
penyakit ginjal kronis. Skrining rutin untuk kondisi ini pada pasien hiperurisemia
dapat membantu dalam menetapkan intervensi pencegahan yang tepat, diagnosis
dini, dan pengobatan. Kadar asam urat juga dapat menjadi alat prognostik yang
relevan dalam pemantauan klinis penyakit ginjal kronis, gagal jantung dan
perkembangan penyakit kardiovaskular

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Barkas F, Elisaf M, Liberopoulos E, Kalaitzidis R, Liamis G. Uric acid and


incident chronic kidney disease in dyslipidemic individuals. Curr Med Res
Opin. 2018
Jul;34(7):11931199. [PubMed]https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459
218/
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
3. Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. Dalam: Firestein GS, Budd RC, Harris
ED, Rudy S, Sergen JS, (eds.) Kelley’s Textbook of Rheumatology. 8th ed.
Philadelphia:Saunders; 2009.hal.1481 – 506.
4. Edward NL. Gout: Clinical features. Dalam: Klippel JH, Stone JH, Croff ord LJ,
White PH (eds.) 3rd ed. New York:Springer; 2008.hal.241 – 9.
5. Putra TR. Hiperurisemia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, Eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4.
Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hal.1213 – 7.
6. Cameron JS, Moro F, Simmonds HA. Uric acid and the kidney. Dalam: Davison
AM, Cameron JS, Grunfeld JP, Kerr DNS, Ritz E, et.al. Oxford Textbook of
Clinical Nephrology. 2nd ed.: Oxford University Press, 2005; hal. 1267 – 79
7. Poor G, Mituszova M. History, Classifi cation and epidemology of crystal
related artropathies. Dalam: Hochberg MC, Silman AJ, Smolen JS, Weinblatt
ME, Weisman MH, Editors. Rheumatology. 3 rd ed. Edinburg: Elsevier;
2003.hal.1893 – 901
8. George C, Minter DA. Hyperuricemia. [Updated 2022 Jul 18]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459218/
9. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

35
10. Perez-Ruiz F, Calabozo M, Pijoan JI, Herrero-Beites AM, Ruibal A. Effect of
Urate-Lowering Therapy on the Velocity of Size Reduction of Tophi in Chronic
Gout. Arthritis Rheumatol (2002) 47(4):356–60. doi: 10.1002/ art.10511
11. Marta Skoczyńska. et al. Pathophysiology of hyperuricemia and its clinical
significanceDepartment and Clinic of Rheumatology and Internal Medicine,
Wroclaw Medical University Poland. 58,5: 312–323. 2020.DOI:
https://doi.org/10.5114/reum.2020.100140
12. Sholihah,F.M Diagnosis and treatment gout arthritis.JurnaL; Majority,2014
13. Mackenzie IS, Ford I, Nuki G, Hallas J, Hawkey CJ, Webster J, et al. LongTerm
Cardiovascular Safety of Febuxostat Compared With Allopurinol in Patients
With Gout (FAST): A Multicentre, Prospective, Randomised, OpenLabel, non-
Inferiority Trial. Lancet (2020) 396(10264):1745–57. doi: 10.1016/ S0140-
6736(20)32234-0
14. Perez-Ruiz F, Calabozo M, Pijoan JI, Herrero-Beites AM, Ruibal A. Effect of
Urate-Lowering Therapy on the Velocity of Size Reduction of Tophi in Chronic
Gout. Arthritis Rheumatol (2002) 47(4):356–60. doi: 10.1002/ art.10511
15. Stamp LK, Farquhar H, Pisaniello HL, Vargas-Santos AB, Fisher M, Mount DB,
et al. Management of Gout in Chronic Kidney Disease: A G-CAN Consensus
Statement on the Research Priorities. Nat Rev Rheumatol (2021) 17(10):633–
41. doi: 10.1038/s41584-021-00657-4
16. George MD, Baker JF, Winthrop K, Hsu JY, Wu Q, Chen L, et al. Risk for
Serious Infection With Low-Dose Glucocorticoids in Patients With Rheumatoid
Arthritis : A Cohort Study. Ann Intern Med (2020) 173 (11):870–8. doi:
10.7326/M20-1594
17. Terkeltaub RA, Furst DE, Bennett K, Kook KA, Crockett RS, Davis MW. High
Versus Low Dosing of Oral Colchicine for Early Acute Gout Flare:
TwentyFour-Hour Outcome of the First Multicenter, Randomized, Double-
Blind, Placebo-Controlled, Parallel-Group, Dose-Comparison Colchicine
Study. Arthritis Rheumatol (2010) 62(4):1060–8. doi: 10.1002/art.27327

36
18. Bardin T, Richette P. Impact of Comorbidities on Gout and Hyperuricaemia: An
Update on Prevalence and Treatment Options. BMC Med (2017) 15 (1):123.
doi: 10.1186/s12916-017-0890-9
19. Farquhar H, Vargas-Santos AB, Pisaniello HL, Fisher M, Hill C, Gaffo AL, et
al. Effi cacy and Safety of Urate-Lowering Therapy in People With Kidney
Impairment: A GCAN-Initiated Literature Review. Rheumatol Adv Pract (2021)
5(1):rkaa073. doi: 10.1093/rap/rkaa073
20. Khanna D, Fitzgerald JD, Khanna PP, dkk. Pedoman American College of
Rheumatology 2012 untuk pengelolaan asam urat. Bagian 1: pendekatan
terapeutik nonfarmakologis dan farmakologis sistematis untuk hiperurisemia.
Arthritis Care Res (Hoboken) 2012; 64: 1431-1446, DOI: 10.1002/akr.21772.
21. FitzGerald JD, Dalbeth N, Mikuls T, dkk. Pedoman American College of
Rheumatology 2020 untuk pengelolaan asam urat. Arthritis Care Res (Hoboken)
2020; 72: 744-760, DOI: 10.1002/ akr.24180.
22. Pedoman diagnosis dan pengelolaan gout. perhimpunan reumatologi indonesia
:2018
23. Fenando A, Rednam M, Gujarathi R, et al. Gout. [Updated 2022 May 21]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546606/
24. Albar, Z. Gout: Diagnosis and Management. Rheumatology division,
Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia,
Jakarta, Indonesia. 2010
25. Dalbeth, N., Choi, H.K., Joosten, L.A.B. et al. Gout. Nat Rev Dis Primers 5, 69
(2019). https://doi.org/10.1038/s41572-019-0115

37

Anda mungkin juga menyukai