Kata Pengantar.......................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................2
A. Anatomi...............................................................................................................3
B. Patologi................................................................................................................3
C. Appendicogram ..................................................................................................4
A. Data Pasien..........................................................................................................6
D. Prosedur Pemeriksaan.........................................................................................6
A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
i
DAFTAR PUSAKA............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untukuk
mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga pada kelainan Patologis
maupun Traumatis dapat membantu menentukan diagnosa. Sinar-x ditemukan oleh
Wilhelm Cornad Rontgen pada tahun 1895, teknik radiografi sangat bermanfaat bagi
penegak diagnosa suatu klinis.
Radiologi Konvensional memiliki prinsip penembusan gelombang
elektromagnetik dari sumber cahaya ke tubuh manusia, lalu menembus hingga
mencapai plat film untuk menghasilkan gambaran berupa citra tubuh manusia (foto
rontgen) Proses terbentuknya sinar-x main switch on, terjadi pemanasan filamen
sehingga terciptanya awan elektro pada filamen, expose ditekan tegangan positif
menuju anoda dan negatif ke katoda. Karena beda potensial anoda menarik awan
elektron seingga bertumbukan dengan hasilnya 99% panas 1% x-ray.
Banyak pemeriksaan yang dapat kita lakukan menggunakan Radiologi
Konvensional, maka dari itu makalah ini menjelaskan Teknik Pemeriksaan
Appedicogram pada indikasi Appendicitis dengan posisi AP, PA dan RPO.
Appendicitis merupakan nama penyakit yang menyerang usus buntu, Appendicitis
terjadi ketika appendix, nama lain dari usus buntu telah meradang dan membuatnya
rentan pecah, imi termasuk darurat medis serius .
Pada pelayanan Radiologi Di RS Dr. Suyoto memiliki suatu prosedur
pelayanan kesehatan Radiologi yang bermacam – macam salah satunya pemeriksaan
yang menggunakan kontras media. Maka kami menulis judul makalah dengan judul
“Laporan Praktek Kerja (PKL) TEKNIK RADIOGRAI APPENDICOGRAM
DENGAN INDIKASI APPENDICITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RS Dr.
SUYOTO”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kontras Appendicogram?
2. Apa yang dimaksud dengan indikasi Appendicitis?
1
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan kontras dari Appendicogram?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mendeskripsikan penataklaksanaan pemeriksaan Appendicogram kasus
Appendicitis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Persahabatan
2. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan Appendicogram
D. MANFAAT PENULISAN
1. Mengetahui pengertian Appendicoram
2. Mengetahui pemeriksaan radiografi pada traktus digestivus (Appendicogram)
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. ANATOMI
Appendiks (usus buntu) merupakan bagian dari susunan saluran pencernaan yang
bersama- sama dengan caecum membentuk pagian pertama dari usus besar ( colon),
bentuknya berupa tabung tumpul pada bagian proximal dari usus besar yang muncul
sebagai diverticulum dari caecum, letaknya menggantung pada permukaan dorsomedial
dari caecum, letak dan arah appendiks biasanya di pengaruhi caecum, jaraknya berfariasi
antara dari valvula illeocecalis biasanya kurang lebih 2,5 caudally.
B. PATOLOGI
Appencisitis adalah kondisi yang mana adanya infeksi di umbai cacing atau pada
umumnya disebut penyakit radang usus buntu , appendicitis termasuk keadaan darurat
medis yang membutuhkan operasi yang cepat untuk mengangkat apendiks. Tanpa
diobati, usus buntu yang meradang akhirnya akan meledak, atau dalam bahasa medis
disebut perforasi, sehingga mengeluarkan isinya ke dalam rongga perut. Hal ini dapat
menyebabkan peritonitis, peradangan serius dari rongga lapisan perut (peritoneum) yang
bisa berakibat fatal kecuali jika ditangani dengan cepat dengan antibiotik yang
kuat.Kadang-kadang Radang usus buntu berisi nanah abses yang dapat menuju keluar
3
usus buntu yang meradang dan jika abses pecah akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut dan abses inilah membuat apendiks menjadi bengkak, dan tersumbat.
Maka, meskipun apendiks belum perforasi, semua kasus apendisitis diperlakukan
darurat, yang membutuhkan pembedahan sebagai bentuk penanganannya, meskipun bisa
menyerang pada usia berapa pun, apendisitis jarang terjadi di bawah usia 2 tahun dan
paling sering antara usia 10-30 tahun
Gejala
Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika bergerak ke
perut kanan bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama, Kehilangan selera makan,
mual atau muntah segera setelah sakit perut dimula, pembengkakan perut, demam,
ketidakmampuan untuk flatus (kentut), nyeri tajam di mana saja di perut bagian atas atau
bawah, punggung, atau rectum, nyeri ketika buang air kecil, kram parah, sembelit atau
justru diare
Diagnosa
Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan
(swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada
perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri
dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan
kunci dari diagnosis apendisitis akut. Pemeriksaaan laboratorium yang dapat ditemukan
adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000–18.000/mm3. Jika
terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami
perforasi (pecah),Pemeriksaan radiologi Appendicogram, CT Scan abdomen, USG
abdomen dapat menegakkan diagnose appendicitis.
C. APPENDICOGRAM
Teknik pemeriksaan Appendicogram adalah teknik pemeriksaan secara radiologis
untuk memperlihatkan appendiks, secara oral dengan meminum barium sulfat (media
kontras positif).
1. Persiapan Pasien :
48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan lunak tidak berserat,misal :
bubur kecap.
4
12 jam sebelum pemeriksaan pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk
diminum.
Pagi hari pasien diberi dulcolac supositoria melalui anus.
4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan
berlangsung
Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok.
2. Tujuan Persiapan Pasien
Untuk mengosongkan dan membersihkan usus besar dari feses,khususnya pada daerah
apendiks yang berada pada ujung saecum.
NOTE : dilakukan foto pendahuluan abdomen AP supine (dilakukan pada saat pasien
puasa dan tidak menggunakan kontras) sebelum dilakukan foto appendiks . Tujuan
untuk :
Mengetahui persiapan yang telah dilakukan
Mengetahui apakah ada kelainan lain khususnya yang berhubungan dengan
appendiksitis
Menentukan factor eksposi untuk selanjutnya
3. Persiapan Alat
Pesawat sinar-x yang dilengkapi fluoroskopi dan dilengkapi alat bantu
kompresi yang berfungsi untuk memperluas permukaan organ yang ada di
daerah ileosaekal/memodifikasi posisi pasien suoine menjadi prone
Kaset + film
4. Persiapan Bahan
Bahan kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 2 dengan air .
NOTE: waktu pengambilan yang tepat pengambilan gambar setelah minum
kontras adalah anatara jam ke-8 s/d jam ke-12 setelah minum bahan kontras
karena bila lebih dari 12 jam kemungkinan bahan kontras telah keluar dari
lumen appendiks.
5
5. Teknik Pemeriksaan
PA/AP PROJECTION
Posisi Pasien : pasien pada posisi pone atau supine,dengan bantal di kepala.
Posisi objek :
MSP berada di tengah-tengah meja pemeriksaan
Pastikan tidak ada rotasi
6
RPO / LPO (Right/Left Posterior Oblique)
Posisi Pasien : 35 to 450 menuju right dan left posterior oblique (RPO atau
LPO), dengan bantal pada bantal
Posisi Objek :
- Letakan bantal di atas kepala.
- Flexikan siku dan letakan di depan tubuh pasien
- Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margins
kiri dan kanan sama jauhnya dari garis tengah meja pemeriksaan
7
6. Tidak Tervisualisasikan Appendiks
Faktor yang menyebabkan tidak tervisualisasikannya appendiks adalah sebagai
berikut:
Letak anatomi apendiks
- Gagalnya pengisian bahan kontras kedalam lumen apendiks (terjadi
obstruksi atau perekatan dinding apendiks karena peradangan kronis)
- Tidak tepatnya waktu pengambilan foto setelah minum bahan kontras
8
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini antara lain kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui teknik pemeriksaan radiografi Appedicogram pada kasus
Appendicitis. Selain itu mahasiswa mengetahui kriteria gambar Appendicogram dengan
baik.
Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kasus Appedisitis di
B. SARAN
Semoga untuk kedepannya instruktur dapat mempertahan serta meningkatkan
perhatian dan bimbingan terhadap mahasiswanya yang sedang melakukan praktek agar
dapat melakukan teknik radiografi dengan baik dan benar,serta mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori yang telah diberikan di saat praktek berlangsung.
9
Daftar Pustaka
1. http://catatanradiograf.blogspot.co.id/2010/01/teknik-pemeriksaan-radiologi-pada-
kasus.html
2. https://www.google.com/search?q=appendiks+anatomi&client=firefox-
beta&rls=org.mozilla:en-
US:official&channel=np&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwip1LjAne_ZAh
XJsY8KHfuzBtIQ_AUICigB&biw=1366&bih=657#imgrc=6ZXGs4_x-dNYBM:
3. http://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/
4. Ballinger,Philip W. 2003. Radiographic Positions dan Radiologic Procedures volume 1.
Westline industrial drive St.louis. Missaori edisi 10,1999
10