Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

FRAKTUR CHANCE

Oleh :

dr. Dario A. Nelwan, Sp.Rad

DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan…………………………….………………….. 1
II. Insidens………………………….…………………………. 3
III. Etiologi……………………………….…………………….. 3
IV. Anatomi……………………………….……………………. 3
V. Patofisiologi………………………….…………………….. 5
VI. Diagnosis………………………….………………………... 6
VII. Pemeriksaan Laboratorium…….…………………………… 7
VIII. Pemeriksaan Radiologi.……….…………………………..... 7
IX. Penatalaksanaan.……….…………………………................ 9
X. Prognosis……………………….…………………………. 11
XI. Komplikasi ……………………..………………………….. 11
Daftar Pustaka…………………….………………………… 13
Laporan Kasus…………………….………………………… 14
FRAKTUR CHANCE

I .PENDAHULUAN
Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1948 oleh George Quentin Chance, ahli
radiologi dari Inggris, Fraktur Chance merupakan cedera tulang dari posterior ke anterior
melalui processus spinosus, pedicle dan badan vertebra. FrakturChance paling sering
ditemukan pada upper lumbar spine tapi bisa juga di midlumbar terutama pada anak. Pada
anak-anak FrakturChanceterjadi pada level yang lebih rendah.5,6,9
Pasien mengeluh sakit punggung setelah kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh
dari ketinggian, harus dicurigai sebagai cedera tulang belakang. Dengan mekanisme flexi
distraksi seperti yang terjadi pada penumpang yang memakai seatbelt, cedera dari posterior
columna vertebralis thoracolumbar harus diobservasi lebih dini.5
Kekuatan flexi distraksi menyebabkan terjadinya FrakturChance, dimana terjadi
distraksi pada columna media dan posterior dan kompresi pada columna anterior. Biasanya
berhubungan dengan penggunaan seatbelt, mekanisme ini bisa mengakibatkan cedera
komplit ligament atau kombinasi antara tulang, ligament dan discus. 1,5
FrakturChance klasik dimanifestasikan sebagai fraktur horizontal melalui processus
spinosus dan atau lamina, meluas melalui pedikel dan badan vertebra dengan kerusakan
ligament pada complex ligamentum posterior.Kompresi pada thoracolumbar junction, yang
mengakibatkan distraksi element posterior dan media. FrakturChance juga disebut Fraktur
Seatbelt karena berhubungan dengan penggunaan seatbelt pada kendaraan bermotor.3
Tulang belakang memiliki mobilitas yang cukup tinggi, dan ini memungkinkan kita
menekuk dan memutar tubuh kita. Selama membungkuk atau memutar normal, ada banyak
ligament kuat yang menahan corpus vertebra pada posisinya dan mencegah perpindahan
yang dapat merusak spinal cord. Namun jika ada kekuatan yang cukup besar yang bekerja
pada kanal tulang belakang, ligament ini bisa robek, dan kemudian vertebra ini bisa
bergeser dari posisinya.8

1
Gambar 1.Mekanisme klasik cedera ini
adalah lap-belt injury, jika tidak
memiliki tambahan shoulder belt, badan
akan tertekuk kedepan.4

Gambar 2.Gambaran FrakturChance


pada thoracolumbal junction. Defek
irregular pada bidang horizontal
(panah) yang mengakibatkan
kerusakan columna anterior, middle
dan posterior .5

Gambar 3.Mekanisme cedera flexi-


distraksi, columna media dan
posterior rusak karena distraksi,
columna anterior rusak karena
kompresi.10

2
II .INSIDENS
Kurang dari 10% Fraktur Chance yang melibatkan columna vertebra lumbalis
karena adanya kekuatan flexi distraksi. Cedera ini sering terjadi antara Th12 dan L4,
dengan insiden tertinggi pada L1 dan L2.5,7

III .ETIOLOGI
Riwayat yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor atau
penumpang yang duduk di kursi belakang atau orang yang jatuh dari ketinggian.5

IV .ANATOMI
Biasanya lokasi FrakturChance pada orang dewasa yaitu pada thoracolumbal
junction (Th12-L4) dan anak pada midlumbar spine. Garis fraktur ditemukan pada
processus spinosus posterior melalui lamina, pedicles dan badan vertebra anterior. 5
Secara konseptual thoracolumbal spine terdiri dari tiga columna.Pola cedera dapat
dijelaskan pada 3 konsep columna yang dijelaskan oleh ahli bedah ortopedi Francis Denis
pada tahun 1976.Columna anterior melibatkan ligament longitudinal, annulus anterior dan
2/3 anterior corpus vertebra.Columna tengah terdiri dari 1/3 corpus vertebra, posterior
annulus, dan ligament posterior longitudinal.Columna posterior terbentuk oleh element
posterior dan complex ligamentum posterior.5,9
Pada FrakturChance kekuatan flexi menyebabkan fraktur horizontal dengan
distraksi sekunder akibat kegagalan ketiga columna. Cedera ini tergolong tidak stabil
karena paling tidak 2 dari 3 columna dalam konsep Denis 3 model columna yang
terganggu. Bila terjadi gangguan gerakan segmental abnormal dapat menyebabkan
peningkatan insiden cedera jaringan lunak.Contusio conus medularis dan atau cauda equine
dapat menyebabkan komplikasi neurologis. Insiden gejala sisa neurologis seperti
incontinensia, nyeri kaki , kelemahan dan mati rasa terjadi sekitar 15%. Fraktur Chance
sangat unik dibandingkan dengan cedera flexi tulang belakang lainnya karena terkait
insiden cedera intraperitoneal, yang terlibat terutama pancreas, duodenum dan mesenterium
yang dilaporkan setinggi 50%. Oleh karena itu CT abdomen direkomendasikan untuk
semua pasien dengan anterior abdominal wall sign yang sesuai dengan cedera seatbelt.3

3
Columna anterior dan media terlibatdalam menahan beban axial tulang belakang.
Yang lebih penting lagi, columna media berkaitan dengan dekatnya spinal canal dan
elemen syaraf. Displacement columna tengah dapat menyebabkan kompresi dan defisit
neurologis. Columna posterior terutama berfungsi untuk menahan gaya tarik, seperti yang
ditemukan pada flexi distraksi injuri. Pada FrakturChance, element tulang yang terlibat
hilang, dan komponen ligament biasanyatetap intak.5
Fraktur ringan wedging anterior atau hanya cedera ringan pada ligament posterior
merupakan cedera stabil, tetapi fraktur wedging dengan rupture pada ligament interspinosus
merupakan cedera tidak stabil, karena posterior dan anterior columna terganggu. Burst
fraktur selalu tidak stabil karena paling kurang anterior dan midle columna juga terganggu.
Kriteria untuk memprediksi cedera jaringan lunak dari cedera tulang yaitu angulasi lebih
besar dari 200dan translasi 3,5 mm atau lebih.4

Gambar 4.Columna vertebralis thoracolumbal


terdiri dari 3 regio biomechanical.Regio upper
thoracic (T1-T8) sangat kaku karena costa
yang stabil.Upper thoracic T9-L2 merupakan
bagian zona transisi antara bagian upper
thoracic yang rigid dan kyphotic dengan
vertebra lumbal yang flexible lordotik.Disini
banyak terjadi cedera. Terakhir zona L3-
sacrum yang flexible dan disini region yang
paling banyak terjadi cedera beban axial.4

4
Gambar 5.Tulang belakang upper thoracic
merupakan pusat gravitasi anterior tulang
belakang.Beban axial menghasilkan tekanan
anterior dan tegangan posterior.Menghasilkan
cedera tipe-flexi.Vertebra lumbalis yang
lordosis, merupakan pusat gravitasi
posterior.Cedera tipe-flexi yang meluruskan
vertebra lumbal menghasilkam beban axial.
Daerah ini banyak terdapat burst fraktur.4

Gambar 6.Terdapat 3 model columna


menurut Denis.Model ini digunakan untuk
memprediksi cedera jaringan lunak yang
berasal dari cedera tulang.Tulang belakang
yang stabil tergantung pada paling kurang
dua columna. Ketika dua pada ketiga
columna terganggu, akan memberikan
gerakan segmental yang abnormal yaitu
instabilitas.4

V .PATOFISIOLOGI
Thoracolumbal spinal junction mewakili area transisional dari tulang belakang
thoracic yang rigid kedaerah lumbal yang lebih mobile. Stabilitas intrinsic vertebra thoracal
adalah costa dan tulang belakang serta persendiannya, discus spaces yang lebih sempit dan
mengarah pada frontal facet joint. Sebagai dua vertebra thoracic yang lebih rendah (Th11-
12) , hilangnya sambungan costa anterior (floating ribs) dan facet joint juga bisa berganti
arah menjadi oblique atau sagital, sehingga memungkinkan peningkatan pergerakan.5

5
Kekuatan flexi distraksi menyebabkan terjadinya FrakturChance. Biasanya
berhubungan dengan pemakaian seatbelt, mekanisme ini mengakibatkan cedera ligament
komplit atau kombinasi antara tulang, ligament dan keterlibatan discus.5
Terkait dengan perbedaan anatomi dengan mekanisme cedera, Smith dan Kaufer
melaporkan pada tahun 1969 bahwa Fraktur Chanceterjadi antara LI dan L2. Sebagian
besar cedera pada punggung bagian bawah berada di thoracolumbal junction karena
mobilitasnya relative meningkat.Hal ini juga berlaku pada cervicothoracic junction. Tingkat
cedera bervariasi sesuai dengan usia pasien dan perubahan anatomi karena ketuaan. Argan
dkk menggambarkan variasi anatomi anak-anak dan meningkatnya incident fraktur pada
anak dan yang terbesar berkaitan dengan luka internal . Mereka menyimpulkan bahwa rasio
berat badan kepala lebih tinggi pada anak-anak karena pusat gravitasi anak-anak lebih
rendah yang menghasilkan gaya tarik yang lebih besar yang mengelilingi sumbu rotasi.
Anak-anak dengan Fraktur Chance memiliki internal injuries yang lebih berat karena
belum berkembangnya tulang rusuk dan panggul. Dengan demikian ada banyak bukti
bahwa anatomi berperan dalam mekanisme dan pola cedera.2

VI .DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan klinis pasien mengalami nyeri punggung, mungkin juga ada
abrasi seatbelt di seluruh perut. Sangat penting untuk memperhatikan insiden tertinggi yang
ada kaitannya dengan cedera intra abdomen, seperti laserasi hati, cedera limpa, ruptur usus,
pancreas dan meseterium. Oleh karena diperlulan evaluasi awal pemeriksaan perut secara
menyeluruh.3,5
Sangat penting untuk konsultasi pada dokter bedah umum untuk memastikan cedera
usus dan atau cedera viscus lainnya.Meskipun temuan radiologis jarang terjadi pada cedera
ini, namun penting untuk melakukan pemeriksaan neurologis menyeluruh yang mencakup
evaluasi motor, sensorik dan reflex. Pemeriksaan rectal dan kandung kemih juga harus
dilakukan , termasuk sisa berkemih/post voided. Palpasi tulang belakang thoracolumbar
dilakukan untuk menilai titik nyeri tekan maksimum dan defek yang ada.5
Selain mendapatkan semua gambaran tulang belakang, diperlukan pemeriksaan
neurologis yang sangat rinci untuk menentukan tingkat kerusakan spinal cord dan juga

6
untuk melokalisasi lokasi cedera.Dengan menilai dimana pasien merasakan kelemahan otot
atau matirasa, dokter dapat menunjukkan titik dimana vertebra yang cenderung rusak.
Semua informasi ini sangat penting saat dokter memutuskan rencana pengobatan.4

VII .PEMERIKSAAN LABORATORIUM


Pemeriksaan laboratorium secara umum sama dengan pasien trauma lainnya. Sesuai
indikasi mencakup darah lengkap, urinalisis, profil kimia. Karena tingginya insidens yang
berkaitan dengan patologi intra abdominal, lebih diutamakan pemeriksaan test fungsi hati.5

VIII .PEMERIKSAAN RADIOLOGI


Radiografi awal dilakukan dengan anteroposterior (AP) dan lateral view pada
thoracolumbar junction. Elemen posterior harus diobservasi dengan jelas untuk
mengidentifikasi garis fraktur dan penyebarannya.5
CT mungkin diperlukan untuk menggambarkan secara jelas seluruh sifat tulang
dari cedera ini, sangat baik dengan potongan sagital dan coronal. MRI tidak membantu
kecuali pada individu dengan defisit neurologis yang tidak diketahui, tapi jarang terjadi
pada cedera ini. Pemindaian dapat menunjukkan adanya kontusio conus dan kompresi
cauda equine yang berkorelasi dengan pemeriksaan lain.Radiografi dimulai dengan posisi
anteroposterior (AP) dan lateral thoracolumbar. Garis fraktur dapat dilihat dimulai dari
processus spinosus, pedicles dan corpus vertebra. Secara umum diagnosis dapat ditentukan
berdasarkan radiografi foto polos, namun kadang-kadang, computed tomography (CT) scan
dengan rekonstruksi frontal dan sagital sangat bermanfaat.5
Namun belakangan ini UGD yang menangani trauma akan membawa pasien
secara langsung ke CT scan sebelum mendapatkan sinar X. Pemindaian CT dianggap
paling baik yang menghasilkan banyak irisan sinar X, yang diambil dari berbagai sudut,
yang memberikan gambaran 3D pada tulang belakang. Sangat membantu dalam
menunjukkkan fraktur tulang belakang atau vertebra displacement. MRI juga sangat baik
untuk mencari cedera pada spinal ligament dan spinal cord(CT scan sangat baik dalam
menunjukkan tulang, tapi tidak membantu dalam menunjukkan cedera jaringan lunak
seperti tendon, ligament dan syaraf)

7
Gambar 7.Contoh klasik chance fraktur,
tampak cedera 3 columna dengan fraktur
horizontal. 4

Gambar 8.Gambar CT potongan


sagital chance fraktur terdapat
fraktur horizontal.4

Gambar 9.CT potongan coronal pada Chance


Fraktur juga terdapat fraktur horizontal.4

8
Gambar 10.CT potongan sagital tampak
fraktur horizontal yang melewati badan,
pedicle, pars interarticularis dan procesus
spinosus dengan distraksi sekitar 1,1 cm.
Fraktur kompresi wedging anterior pada
level yang sama.3

IX .PENATALAKSANAAN

Pengobatan chance fraktur bergantung pada tingkat gejala neurologis.Jika pasien


datang dengan tanda-tanda cedera spinal cord dan CT scan atau MRI menunjukkan
kemungkinan cedera yang tinggi pada spinal cord, maka direkomendasikan pembedahan.
Operasi dilakukan untuk menekan spinal cord dan untuk menstabilkan tulang belakang
digunakan batang logam dan sekrup, ini mencegah tulang belakang bergerak lebih jauh dari
posisi, sehingga menekan spinal cord.8
Pengobatan chance fraktur pada seseorang yang tidak memiliki tanda cedera
neurologis lebih sulit.Tujuan utamanya adalah untuk melindungi spinal cord dari cedera
lebih lanjut (Ini terjadi jika tulang belakang tidak stabil dan vertebra tergelincir lebih jauh
dari posisi). Jika tulang belakang tidak mengalami kerusakan yang signifikan dan tidak ada
kerusakan posterior spinal ligament maka pasien dapat diobatidengan cara close reduction
dan immobilisasi, braceyang mengelilingi dada dan punggung untuk memberikan stabilitas
sementara, atau disebut Thoracolumbar Orthosis (TLSO) atau hyperekstensi cast. Operasi
merupakan indikasi pada beberapa kasus. Obesitas merupakan kontraindikasi relatif pada
penanganan non operasi .Dan juga dalam kasus multiple trauma, operasi dapat dilakukan
untuk menstabilkan cedera.Namun ada tanda-tanda cedera ligament posterior pada MRI,
atau perubahan alignment vertebra pada sinar-X, maka operasi biasanya dilakukan untuk
mencegah perkembangan deformitas tulang belakang dan resiko potensial untuk masalah
neurologis.8

9
Sistem scoring disebut TLICS (Pronounced T-Licks), memberikan rekomendasi
yang lebih pasti untuk operasi dan pengobatan non surgical dengan scoring berdasarkan
cedera. 1. Pola fraktur yang terkena(vertebra), 2.cedera kompleks ligament posterior, 3.
Apakah ada defisit neuroliogis. Meskipun telah dipakai oleh banyak institusi medis ,
penggunaan system scoring penentuan pengobatan ini tetap controversial.8
Non Operatif
Chance Fraktur umumnya dapat ditangani dengan immobilisasi, menempatkan
pasien pada Risser table dengan hiperextensi pada thoracolumbar junction. Dapat
diaplikasikan dengan fiberglass dan plaster cast. Alternatif, dibuat cetakan dan TLSO
untuk stabilisasi. Seleksi pasien sangat penting untuk memastikan kepatuhan penggunaan
orthosis.5,6,7,
Cedera flexi distraksi melewati elemen tulang dan kyphosis dikurangi dengan
extensi pada tulang belakang thoracolumbalis.Pasien dipertahankan dengan TLSOatau
hiperextenssi selama 2-3 bulan. Setelah immobilisasi diambil foto radiografi lateral untuk
menilai deformitas.Union rate tinggi dan hasilnya baik dengan manajement tertutup.
Program rehabilitasi yang terdiri dari latihan extensi dapat dilakukan , dan kebanyakan
individu kembali bekerja dalam waktu 6 bulan . Sakit punggung mungkin masih ada pada
tahun pertama setelah cedera.5
Operatif
Jika immobilisasi tidak berhasil (misalnya karena tubuh yang besar) atau pasien
memiliki politrauma, ini merupakan indikasi pembedahan.5 Dilakukan dengan pendekatan
posterior untuk merekonstruksi posterior tension band.Hal ini dapat dilakukan dengan
konstruksi rod-hook, hook-pedicle screw-rod atau pedicle screw-rod, tergantung pada
anatomi masing-masing pasien dan lokasi cedera.Operasi serupa dapat digunakan dengan
variasi ligament.Perbaikan kembali tulang belakang sangat penting, diikuti dengan
stabilisasi dan arthrodesis.5
Dengan munculnya teknik perkutaneus dan minimal invasive pada pedicle-screw
insersi, alat ini dapat diterapkan dengan mudah pada pasien multiple trauma dan lainnya
yang mana penanganan dengan manajemen tertutup tidak praktis dilakukan. Dalam meta
analisis yang fokus pada open versus minimal invasive fixation pada fraktur trauma

10
thoracolumbal, Mc Anany dkk telah menemukan fixation invasive minimal yang memiliki
kelebihan sehubungan dengan banyaknya kehilangan darah dan waktu operasi, walaupun
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua pendekatan tersebut terhadap tinggi
corpus vertebra, sudut kyposis, dan score Visual Analog Scale (VAS).5
Le dkk menekankan pentingnya mendefinisikan pola cedera pada anak untuk
menentukan ketepatan penanganan. Arkader dkk menyimpulkan bahwa perawatan bedah
pada anak memberikan hasil yang terbaik.5
Post Operatif
Dengan operasi fixasiyang optimal, mobilisasi dini dapat dilakukan. Masalah post
operasi yang berhubungan dengan fungsi usus dan kandung kemih serta diet lanjutan harus
ditangani dengan hati-hati dan individual. Profilaksis thrombosis deep vein biasanya
diberikan dengan menggunakan selang kompresi dan alat kompresi dinamis intermiten
seperti foot pump atau Venodyne foot. Cara lain yaitu antikoagulan dapat digunakan
dengan sangat hati-hati dengan mempertimbangkan resiko dan manfaatnya.5

X .PROGNOSIS

Dengan identifikasi yang tepat dan penanganan dini FrakturChance, bisa didapatkan
penyembuhan anatomis yang baik. Setelah 3 bulan imobilisasi dengan thoracolumbosacral
orthosis (TLSO), program latihan rehabilitasi dengan penekanan pada otot extensor
thoracolumbosacral spine dapat membantu mengembalikan tingkat aktivitas, Kesembuhan
mungkin tidak didapatkan dalam setahun setelah cedera dan nyeri punggung kronis menjadi
keluhan utama.5

XI .KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling banyak adalah khyposis dan nyeri punggung kronis.
Tekanan luka dibawah cast dapat dihindari dengan menggunakan padding dan aplikasi cast
yang tepat dengan cara pasien sering melakukan gerakan berputar. Luka tekan juga bisa
dihindari dengan mobilisasi dini.5
Fraktur Chance juga berhubungan dengan cedera retroperitoneal dan intraabdominal
(50-60%) khususnya cedera pancreas, duodenum, mesenteric,hati ,lien dan pendarahan

11
retroperitoneal/cedera ginjal. Terkait dengan cedera intraabdomen dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas meningkat.2,5,9
Bukti pendukung adanya cedera intraabdomen yaitu jika ada ekimosis
transabdomen.Jelas bahwa cedera abdominal terjadi pada lokasi thoracolumbal. Pada
pasien juga bisa terjadi cedera paru-paru (contusio), mendukung kesimpulan bahwa cedera
terkait bisa terjadi pada regio dengan kekuatan cedera yang terbesar.2

12
DAFTAR PUSTAKA

Clifford R Whelles, 2012 ,Chance fracture of the spine, Textbook of orthopaedics,


Presented by Duke Orthopaedics,
Davis Joel M, Beal Douglas P , Lastine Craig , Sweel Clifford et all, 2004, Chance fracture
of the upper thoracic spine, American Journal Roentgenology, Oklahoma City,
Pages 1475-1478
Durrel Ryan MD, Rudman Ernest MD, James Milburn James MD, Chance fraktur of the
lumbar spine, Clinical image a quarterly column, Departement of radiology,
Ochsner clinic foundation, New Orleans, LA
Flanders Adam, 2009, Spine thoracolumbal injury , Departement of radiology and regional
spinal cord, University hospital philadelpia
Goodrich J Allan MD, Goldsten Jeffrey A , September 2016, Chance fraktur, Emedicine
MedScape
Jones Jeremy et all, 2015, Chance fraktur, availablefrom :
https://radiopaedia.org/articles/chance-fraktur
Learning Radiology, 2015, Chance fracture, available from:
http://learningradiology.com/archives06
Micles MR, Vaccaro AR, et all, 2004, Spine Chance Fracture, Available from :
www.bonetalks.com>spinechancefracture
Morrisons William MD, Adcox Mariah , 2017, Chance fracture, Available from :
www.healtline.com/health/chancefrakture
Su Brian , 2017, Chance fracture (Flexion Distraction Injury), Orthobullets, Lineage
Medical Inc. Available from: https:/www.orthobullets.com.spine/2023
Thomas Bourne james, David Alexander, 2017, A Combined Bony and soft tissue,
Thoracic Chance Fracture, Lanchasire teaching hospital NHS, Departement of
trauma and orthopaedic surgery. Royal preston hospital, Sharoe Green Lane

13
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 24 Juli 2017
ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Nyeri tulang belakang
2. Riwayat penyakit sekarang:
Seorang laki-laki umur 22tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri punggung
lengan atas kanan dirasakan sejak 10 hari yang lalu, nyeri dirasakan setelah mengalami
kecelakaan, pasaien mengendarai motor dan ditabrak oleh motor lain dari arah
berlawanan, pasien terlempar dan sejak saat itu pasien tidak dapat berjalan.Riwayat
penyakit dahulu/factor resiko: tidak ada
3. Riwayat pengobatan : Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
Penilaian Nyeri
1. Nyeri : ya
2. Onset : kronis
3. Gambaran nyeri : tertusuk tusuk
4. Lokasi nyeri : punggung
5. Durasi : 3-4 menit
6. Skala nyeri : 4 (Metode NRS)
Tanda-tanda Vital
1. Keadaan umum baik
2. Gizi baik
3. GCS : E4M6V5
4. BB 65, TB 170

14
5. Tekanan darah : 120/80 mmhg
6. Denyut nadi : 80 x/menit
7. Pernapasan : 20x/menit
8. Suhu : 36,5 C
Primary Survey
1. Airway : bebas
Trachea ditengah : ya
2. Breathing
- Dada simetris : ya
- Sesak napas : ya
- Krepitasi : tidak
- Suara napas kanan dan kiri : ada dan jelas
3. Circulation
- Temperatur kulit : hangat
- Gambaran kulit : normal
4. Disability : Alert
Trauma Score
A. Frekwensi pernapasan |: 10-25 (4)
B. Usaha bernapas : Normal (1)
C. Tekanan darah : > 89 mmhg (4)
D. Pengisian kapiler : <2 detik (2)
E. GCS : 14-15 (5)
Total Trauma Score : 16
Reaksi pulpil : kiri dan kanan cepat
Secondary Survey
A. Vertebra region
Look : Deformitas (-), Hematome (-), Luka (-)
Feel : Nyeri tekan : ada level Th12 - L1

15
B. Status Motorik
Rigt Left
L2 S/S S/S
L3 S/S S/S
L4 S/S S/S
L5 S/S S/S
S1 S/S S/S
C. Status sensorik
Tidak ada hipestesi maupun anastesi
D. Reflex Fisiologis
Right Left
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achiles ++ ++
E. Reflex Patologis
Right Left
Caldwell - -
Babinsky - -
Oppenheim - -
Clonus - -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah rutin
a. WBC :11,43 x 103/ul
b. RBC : 5,05 x 106/mm3
c. HB :14,5 gr/dl
d. Hct :41,2 %
e. Plt : 471.000 u/l
2. Hematologi
a. Waktu bekuan : 7 menit

16
b. Waktu pendarahan : 3 menit
3. Kimia Darah
GDS : 102 mg/dl
4. Imunoserologi
Penanda Hepatitis HBs Ag (ICT) : Non reaktif

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

17
Hasil Pemeriksaan :
Telah dilakukan pemeriksaan CT scan thoracolumbal tanpa kontras irisan axial reformat
sagital dan 3D dengan hasil sebagai berikut :
- Alignment thoracolumbal tidak intak
- Tampak fraktur distraksi horizontal pada CV L1 dengan displacement fragmen
distal kesisi lateral dextra dan posterior
- Mineralisasi tulang baik
- Discus intervertebralis kesan baik

18
- Tampak dislokasi pada facet joint dextra setinggi Th12-L1 yang menyebabkan
pelebaran foramen neuralis pada level tersebut
- Jaringan lunak paravertebralis kesan baik
Kesan :Chance Fraktur CV L1 disertai dislokasi facet joint dextra padalevel tersebut

PENATALAKSANAAN
1. Non Operatif
- Infus RL 20 tetes/menit
- injeksi Ketorolac 30 mg/8 jam IV
- Injeksi E-Some 40 mg/24 jam IV
2. Operatif
Dorsal and dorsolumbar fusion, anterior technique+other expliorasi and decompresi of
spinal canal
Laporan Operasi :
1. Pasien terbaring prone dalam pengaruh general anastesi
2. Asepsis dan drapping procedure hingga hanya tampak lapangan operasi daerah T3
hingga S3
3. Dilakukan insisi dengan posterior approach pada midline vertebra setinggi vertebra
thoracal VIII – Lumbal IV
4. Perdalam incisi lapis demi lapis hingga tampak tulang vertebra
5. Dilakukan tindakan reduksi dan stabilisasi posterior pada pedicle vertebra thoracal
XI-XII dan lumbal I-III dengan menggunakan 2 buah rod 180mm, 10 buah GSS
polyaxial pedicle screw 65 x 40 mm, 1 Buah TCH 5 gram
6. Cuci luka dengan menggunakan NACL 0,9% hingga bersih
7. Operasi dilanjutkan laminectomy untuk dekompresi level dari thoracal XIII –
lumbal I tampak
Robekan dari durameter
8. Dilakukan duroplasty dari fascia
9. Luka dicuci kembali dengan menggunakan NaCl 0,9% hingga bersih

19
10. Refresh jaringan dan control pendarahan, pasang 1 buah colacure dan dilakukan
dorsolateral lumbal fusion menggunakan autogenous bone graft, 2 buah bongros-
HA, 1 bongener 2,5cc, pasang double vacuum drain
11. Jahit luka lapis demi lapis hingga kulit
12. Tutup luka dengan tule dan kasa steril
13. Operasi selesai
3.Post operatif
- Cefixime cap 200 mg/12 jam
- Meloxicam cap 7,5 mg/12 jam
- Ranin tab 150 mg/12 jam

Hasil pemeriksaan :
Foto lumbosacral AP/lateral :
- Terpasang stabilisator posterior pada CV T12-L3dengan kedudukan baik
terhadap tulang
- Alignment CV lumbosacral intak tidak tampak listhesis, kurvatura lordotik
lumbalis kesan baik

20
- Masih tampak garis fraktur pada end plate superior CV L1, callus forming
minimal, cortex belum intak
- Mineralisasi tulang kesan baik
- Discus dan foramen intervertebralis kesan baik
- Jaringan lunak paravertebralis kesan baik
Kesan :
- Terpasang stabilisator posterior pada CV Th12-L3 dengan kedudukan baik
terhadap tulang
- Fraktur pada end plate superior CV LI

Hasil pemeriksaan :
Foto thoracal AP/lateral :
- Terpasang stabilisator posterior pada CV T12-L3 dengan kedudukan baik
terhadap tulang
- Alignment CV thoracal intak, tidak tampak listhesis, kurvatura kifotik
thoracalis kesan melurus
- Masih tampak garis fraktur pada end plate superior CV L1, callus forming
minimal, cortex belum intak

21
- Mineralisasi tulang kesan baik
- Discus dan foramen intervertebralis kesan baik
- Jaringan lunak paravertebralis kesan baik
Kesan :
- Terpasang stabilisator posterior pada CV Th12-L3 dengan kedudukan baik
terhadap tulang
- Fraktur pada end plate superior CV L1
- Kurvatura kifotik thoracalis kesan melurus

DISKUSI
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan Chance Fraktur, berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan radiologi.Pasien laki-laki umur 22 tahun. Pada anamnesis didapatkan
keluhan utama nyeri punggung yang dirasakan sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit,
nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan, pasien mengendarai motor dan ditabrak
oleh motor lain dari arah berlawanan, pasien terlempar dan sejak saat itu pasien tidak dapat
berjalan. Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya nyeri punggung, tidak ada deformitas,
tidak ada hematoma, tidak ada luka, ada nyeri tekan pada level Th12-L1, juga dilakukan
pemeriksaan neurologis yang menyeluruh mencakup evaluasi motorik, status sensorik dan
feflex fisiologis, gunanya untuk menentukan tingkat kerusakan spinal cord dan juga untuk
melokalisasi cedera, pada pasien ini didapatkan status motorik, Status sensorik dan Refleks
fisiologis normal, tidak ada reflex patologis, tidak didapatkan adanya abrasi diperut untuk
menyingkirkan cedera intraabdomen yang merupakan insidens tertinggi yang terjadi pada
Chance fraktur yang bisamenyebabkan laserasi hati, cedera limpa, ruptur usus, pancreas
dan mesenterium. Pada pasien ini tidak dilakukan foto radiologi X ray, tapi langsung
dilakukan CT scan thoracolumbal dan didapatkan kesan : Chance Fraktur L1 disertai
dislokasi facet joint dextra pada level tersebut.
Penanganan pasien ini berupa operasi : Dorsal and dorsolumbar fusion, anterior
technique+other exploration and decompresion of spinal canal, dilakukan untuk
menstabilkan tulang belakang serta untuk mencegah tulang belakang bergerak lebih jauh
dari posisi, serta melindung spinal cord dari cedera lebih lanjut. Pada post operatif

22
dilakukan foto control Lumbosacral AP/lateral dan Thoracal AP/lateral dengan hasil
sebagai berikut, Foto lumbosacral AP/Lateral : Terpasang stabilisator posterior pada CV
Th12-L3 dengan kedudukan baik terhadap tulang, Fraktur pada end plate superior CV L1,
Foto thoracal AP/lateral : Terpasang stabilisator posterior pada CV Th12-L3 dengan
kedudukan baik terhadap tulang, Fraktur pada end plate superior CV L1, Kurvatura kifotik
thoracalis kesan melurus.

23

Anda mungkin juga menyukai