Anda di halaman 1dari 20

RESPONSI KASUS

Bayi Usia 22 Hari Berat Lahir 3000gr Dengan Ascariasis Neonatal Di Ruang
Perinatologi RSUD Jayapura

Oleh:
Srywahyuni Silamba
M. Wawan Syaifullah

Pembimbing :
dr. James Thimoty, Sp. A (K) M.Kes.

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
JAYAPURA - PAPUA
2022
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS
Nama : By. D.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 30 Mei 2022
Berat Badan : 3000gr
Alamat : Dok IX
Agama : Kristen
No. DM : 491611
MRS : 19 Juni 2022

Identitas Orang Tua


Ayah : Tn. Y.W (39 tahun)
Ibu : Ny. M.W (26 tahun)
Pekerjaan
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Tanggal Pemeriksaan : 19 Juni 2022

1.2 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama: BAB cair
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merupakan bayi baru lahir dengan sectio caesarea atas indikasi
ibu B20 pada tanggal 30 Mei 2022 pukul WIT, jenis kelamin perempuan
dengan berat badan lahir 3000gr. Pasien datang dibawa ke RS dengan
keluhan BAB cair ±3hari sebelum masuk rumah sakit, ampas (+) lendir (-)
darah (-). Pasien juga demam ±3 hari, pada saat di bawah ke RS pasien

1
muntah 5x, BAB cair 4x, batuk (-) sesak (-). Pasien juga sedang
mengkonsumsi zidovudin 2x1 ±3 minggu namun obat habis sehari sebelum
masuk RS dan belum kontrol kembali.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal, penyakit jantung
disangkal, penyakit ginjal disangkal, pengobatan OAT disangkal, asma
disangkal, HIV/AIDS (+)
4. Riwayat Kehamilan Ibu
Pasien merupakan anak dari kehamilan ke-3. HPHT pada tanggal 20
Agustus 2021 dan taksiran partus pada tanggal 27 Mei 2022. Interval jarak
kehamilan sekarang dengan kehamilan sebelumnya adalah 5 tahun.
Riwayat penyakit infeksi disangkal, hipertensi disangkal.
5. Riwayat Persalinan
Bayi lahir secara sectio caesarea atas indikasi B20 dengan berat lahir 3000
gr di RSUD Jayapura pada tanggal 30 Mei 2022.

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik berdasarkan status pada tanggal 19-6-2022 :
BB : 2000 gr
PB : 45 cm
Keluhan : BAB cair (+) demam (+) Sianosis (-) PCH (-) retraksi (-)
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Denyut jantung : 128x/ menit
Frekuensi Napas : 30x/ menit
Suhu badan : 36,5oC
SpO2 : 98%

STATUS GENERALIS
 Kepala : Normocephal
 Kulit : cokelat, tugor cepat, sianosis (-)
 Mulut: Oral Candidiasis (-), bibir kering (-/-)
 Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+),
cowong (-/-), reflek cahaya (+/+)

2
 Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-)
 Telinga : bentuk normal, tragus (-)
 Leher : >KGB (-), peningkatan JVP (-)
 Pulmo
 Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka/scars, ikut gerak napas,
retraksi (-)
 Palpasi : Taktil fremitus (Dextra = Sinistra)
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Suara bronkovesikuler (+/+); Rhonki (-/-); Wheezing
(-/-)
 Cor : Bunyi jantung I-II regular, gallop (-) murmur (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Datar, supel
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, hepar/lien tidak teraba, turgor kembali cepat (+)
normal
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas : Akral hangat, CRT<3”, Edema (-), Ulkus (-)
 Down Score
Pernafasan : 0
Retraksi : 0
Sianosis : 0
Air Entry : 0
Merintih : 0
Total Skor 0

3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 20-05-2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal

HB 8.5 13,6 – 17.3 g/dl


Hematocrit 24.4 41,3 - 52,1 %
Leukosit 12.12 4.79 – 11.34 x 103/uL
Trombosit 560 210 - 451 x 103/uL
Eritrosit 2.78 4,11 - 5,55 x 106/uL
Sel Basofil 0.2 0-1%
Sel Eosinofil 1.1 0.7 – 5.4 %
Sel Neutrofil 46.6 42.5 – 71.0 %
Sel Limfosit 37.7 20.4 – 44.6 %
Sel Monosit 14.4 3.6 – 9.9 %
NLR 1.24 < 3,13

1.5 DIAGNOSIS KERJA


 Diare akut dehidrasi ringan sedang
 Observasi Febris
 BIHA
 Susp.Anemia

1.6 TERAPI
 IVFD KaEN Mg3 150cc/hari
 Ampicilin 3x150mg
 Gentamisin 15mg/36 jam
 Zinc 1x5mg
 L.Bio 1x1/2 sachet
 Zidovudin 2x12mg
 Cek TCM
 Minum Lactogen 30cc/3 jam

1.7 PROGNOSIS
 Ad vitam : Dubia

4
 Ad fungtionam : Dubia
 Ad sanationam : Dubia

1.8 FOLLOW UP PASIEN


Hari/Tgl S O A P

Rabu, Demam (+) KU: - Diare Akut - Hangatkan di


21/6/2022 BAB (+) 3x Tampak sakit dehidrasi inkubator
konsistensi sedang ringan-sedang - Perawatan rutin
cair, - BIHA - Kebutuhan cairan
berampas, Kes: - Anemia 150x3,000=450cc/har
warna Compos mentis i→7,5cc/jam
kekuningan, Vital sign - Minum 8x65cc =520
muntah (-) HR: 134 x/m cc/hari
PCH(-) RR: 55 x/m - Asupan Kalori
retraksi (-) SB: 38,6 ᴏC 520x67:100 =
SpO2: 97% O2 348:2,084 =
Usia : 22 120kkal/hari
hari - IVFD KAEN Mg3
Status generalis
HP : 1 hari K/L: - Inj.Bactesin 3x150mg
Normocephal, (H2)
BBL : - gr CA(+/+), - Inj.Gentamicin
BBK : SI(-/-), OC(-), 1x15mg (H2)
3000gr Peningkatan - Zinc 1x5mg
JVP(-) - L.Bio 1x1/2 sachet
BBS : - Zidovudin 2x12mg
2984gr Thorax: (pulv)
Tampak - Cek TCM
Down
simetris, ikut - Transfusi PRC 50cc
Score
gerak nafas, (Stop)
F:0
retraksi (-), SN - Premed Lasix 2mg
R:0
Bronkovesikule (Stop)
A:0
r, Rho -/- Whe - Cek Hb post transfusi
S:0
M:0 -/-
Total 0 Cor:
BJ I II regular,
Input murmur (-),
Min : 120 gallop (-)
cc Abdomen:
Inf : 230cc Datar, Supel,
120+230=3 BU(+) normal,
50 cc H/L: tidak
teraba

Output Eksremitas:
Urin : 170cc Akral hangat,

5
Defek : 60 CRT ˂ 2”,
IWL: 93,6 Udem -/-,
170+60+93, sianosis (-)
6=23,6
Vegetatif:
Input- Minum baik,
Output BAB/BAK baik

350-
323,6=26,4

Hasil TCM
Non Reaktif

22 Mei Demam (+) KU: - Diare Akut - Hangatkan di


2022 naik turun, Tampak sakit dehidrasi inkubator
BAB (+) 2x sedang ringan-sedang - Perawatan rutin
lunak, - BIHA - Kebutuhan cairan
berampas, Kes: - Obs. Febris ec. 150x3,050=457,5cc/h
warna Compos mentis sepsis dd ari
kekuningan, Vital sign meningitis - Minum 8x75cc =600
muntah (-) HR: 143 /m
x cc/hari
PCH (-) RR: 46 x/m - Asupan Kalori
retraksi (-) SB: 37,4ᴏC 600x67:100 =
SpO2: 98% 402:3,050 = 131
kkal/hari
Usia : 23 Status generalis - IVFD KAEN Mg3
hari K/L: - Inj.Bactesin 3x150mg
Normocephal, (H3)
HP : 2 hari CA(-/-), SI(-/-), - Inj.Gentamicin
BBL : -gr OC(-), 1x15mg (H3)
Peningkatan - Zinc 1x5mg
BBK : 2984 JVP(-) - L.Bio 1x1/2 sachet
- Zidovudin 2x12mg
BBS :
Thorax: (pulv)
3050gr
Tampak - Cek DPL, CRP, ITR,
Down simetris, ikut DDR
Score gerak nafas,
F:0 retraksi (-), SN
R:0 Bronkovesikule
A:0 r, Rho -/- Whe
S:0 -/-
M:0
Total 0 Cor:
BJ I II regular,
murmur (-),

6
Input gallop (-)
Min : 520
cc Abdomen: datar,
Inf : Supel,
520+0 =520 BU(+) normal,
cc H/L: tidak
teraba
Output Eksremitas:
Urin : 220cc Akral hangat,
Defek : 120 CRT ˂ 2”,
IWL: 93.10 Udem -/- ,
220+120+9 sianosis (-)
3.10 =433.1
Vegetatif:
Input- minum baik,
Output BAB/BAK
lancar
520-
433,1=+86,
9

Diuresis
220:24 =
91,6:2,984
= 3,06

- Diare Akut
23 Juni Demam (-) KU: dehidrasi - Hangatkan di
2022 BAB (+) 3x Tampak sakit ringan-sedang inkubator
konsistensi sedang - BIHA - Perawatan rutin
lunak, - Obs. Febris ec. - Kebutuhan cairan
berampas, Kes: sepsis 150x3,020=453
warna Compos mentis - Trombositosis cc/hari
kuning Vital sign - Minum 8x75cc =600
muda, HR: 147 /m x cc/hari
muntah (-) RR: 47 /m
x - Asupan Kalori
PCH(-) SB: 36,8 Cᴏ 600x67:100 =
Retraksi (-) SpO2: 97% 402:3,050 = 131
kkal/hari
Usia : 23 - IVFD KAEN Mg3
hari Status generalis
K/L: ( Aff→vemplon)
HP : 3 hari Normocephal, - Inj.Bactesin 3x150mg
CA(-/-), SI(-/-), (H4)
BBL : -gr OC(-), - Inj.Gentamicin
BBK : Peningkatan 1x15mg (H4)

7
3050gr JVP(-) - Zinc 1x5mg
- L.Bio 1x1/2 sachet
BBS : 3020 Thorax: - Zidovudin 2x12mg
gr Tampak (pulv)
Down simetris, ikut - Cek FL
Score gerak nafas,
F:0 retraksi (-), SN
R:0 Bronkovesikule
A:0 r, Rho -/- Whe
S:0 -/-
M:0 Cor:
Total 0 BJ I II regular,
murmur (-),
GDS : - gallop (-)
Input Abdomen: datar,
Min : 600cc Supel,
Inf : - cc BU(+) normal,
600+0=600 H/L: tidak
cc teraba
Output Eksremitas:
Urin : 230cc Akral hangat,
Defek : 130 CRT ˂ 2”,
IWL: 95,16 Udem -/- , jari
230+130+9 tabuh (+/+),
5,16=455,1 sianosis (-)
6
Vegetatif:
Input- minum baik,
Output BAB/BAK
lancar
60-455,16=
144,84

Diuresis
230:24=
9,58 : 3,050
= 3,14

Hasil Lab
22/6/2022

Hb : 12,7
g/dL
HCT : 36,2
%
Eritrosit :

8
4,33
MCV : 83,6
MCHC :
35,1
RDW-SD :
52,8
RDW-CV:
17,3
Leukosit :
13,66
Trombosit :
721
Monosit :
14,6

24 Juni Demam (-) KU: - Diare Akut - Hangatkan di


2022 BAB (+) 3x Tampak sakit dehidrasi inkubator
konsistensi sedang ringan-sedang - Perawatan rutin
lunak, - BIHA - Kebutuhan cairan
berampas, Kes: - Obs. Febris ec. 150x3,050=457,5cc/h
warna Compos mentis sepsis dd ari
kuning Vital Sign meningitis - Minum 8x75cc =600
kehijauan, HR: 140 /mx - Trombositosis cc/hari
muntah (-) RR: 52 x/m - Ascariasis - Asupan Kalori
PCH (-) SB: 36,7 C
ᴏ Neonatal 600x67:100 =
retraksi (-) SpO2: 99% 402:3,050 = 131,8
kkal/hari
Terpasang - Inj.Bactesin 3x150mg
vemplon (+) Status generalis (H5)
K/L:
Usia : 24 Normocephal, - Inj.Gentamicin
hari CA(-/-), SI(-/-), 1x15mg (H5)
OC(-), - Zinc 1x5mg
HP : 4 hari Peningkatan - L.Bio 1x1/2 sachet
BBL : -gr JVP(-) - Zidovudin 2x12mg
(pulv)
BBK : 3020 Thorax: - Pirantel Pamoat
gr Tampak 1x30mg (single dose)
BBS : 3050 simetris, ikut
gr gerak nafas,
retraksi (-), SN
Down Bronkovesikule
Score r, Rho -/- Whe
F:0 -/-
R:0
A:0 Cor:
S:0 BJ I II regular,
murmur (-),

9
M:0 gallop (-)
Total 0
Abdomen: datar,
Supel,
GDS : - BU(+) normal,
Input H/L: tidak
Min : 600cc teraba
Inf : -
Eksremitas:
Output Akral hangat,
Urin : 185cc CRT ˂ 2”,
Defek : 90 Udem -/-,
IWL: 94,22 sianosis (-)
185+90+94, Vegetatif:
22= 369,22 minum baik,
BAB/BAK
Input- lancar
Output

600-
369,22=230
,78

Hasil FL
23/6/2022

Warna :
kuning
Konsistensi
: lunak
Bau : khas
Lendir : -
Darah : -
Nanah :-
Sisa
makanan : +
Parasit/
cacing :
Tidak
ditemukan

Telur
cacing
Ascariasis :
1-3

10
1.9 DIAGNOSIS AKHIR
 Ascariasis Neonatal
 Diare Akut Dehidrasi Ringan-Sedang
 BIHA

1.10 PROGNOSIS AKHIR


 Quo ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

11
BAB II
PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan ascariasis neonatus berdasarkan hasil


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pada pasien.
2.1 Ascariasis Neonatal
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascariasis Lumbricoides, yang
merupakan nematoda usus terbesar. Angka kejadiannya didunia lebih banyak dari
infeksi cacing lainnya dacn cacing ini hampir tersebar diseluruh dunia terutama
daerah dengan sanitasi buruk.1
1. Epidemiologi
A. Lumbricoides tidak jarang dijumpai infeksi campuran dengan cacing
lain terutama Trichuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan ditanah,
yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia mendapat infeksi dengan
cara tertelan telur cacing Ascaris Lumbricoides yang infektif (telur yang
mengandung larva). Hal ini akrena termakan makanan dan minuman yang
tercemar oleh cacing tadi. Didaerah tropis infeksi cacing ini, mengenai
hampir seluruh lapisan masyarakat dan anak lebih sering terinfeksi. Bayi
akan terinfeksi oleh jari ibunya yang mengandung telur Ascaris
Lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran tanah oleh telur cacing
lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan intensitas
infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh akrena
berbeda dalam kebiasan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang
didapat. Penelitian di Kenya menunjukan bahwa infeksi Ascaris
Lumbricoides mempengaruhi pertumbuhan pada anak. Prevalensi tertinggi
askariasis didaerah tropis pada usia 3-8 tahun.1
2. Morfologi dan Siklus Hidup
Cacing dewasa berbentuk silinder, berwarna merah muda. Cacing
jantan berukuran lebih kecil (120-150mm x 3-4mm) betina (200-
400mmx5-6mm). Cacing jantan mempunyai panjang 10-30 cm sedangkan

12
cacing betina 22-35 cm dan ujung posterior cacing jantan ada sedikit
melingkar.1
Cacing betina dapat bertelur 100.000 – 200.000 butir sehari, terdiri
atas telur dibuahi dan telur tidak dibuahi. Ditanah yang sesuai, telur yang
dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih tiga
minggu. Bila telur infektif tertelan, telur akan menetas menjadi larva
diusus halus. Selanjutnya larva menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe, lalu terbawa aliran darah ke jantung
dan paru. Di paru, larva menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding
alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju ke faring dan
menimbulkan rangsangan di faring sehingga penderita batuk dan larva
tertelan ke dalam esofagus, lalu ke usus halus. Di usus halus larva berubah

menjadi cacing dewasa. Sejak telur infektif tertelan sampai cacing dewasa
bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan.2
Gambar 1. Siklus Hidup
3. Gejala Klinis
a. Fase migrasi larva
Pada fase migrasi, larva dapat mencetus timbulnya reaksi
pada jaringan yang dilaluinya. Di paru, antigen larva
menimbulkan respons inflamasi berupa infiltrat yang tampak pada foto

13
toraks dan akan menghilang dalam waktu tiga minggu. Terdapat gejala
pneumonia atau radang paru seperti mengi, dispnea, batuk kering,
demam dan pada infeksi berat dapat timbul dahak yang disertai darah.
Pneumonia yang disertai eosinofilia dan peningkatan IgE disebut
sindrom Loeffler. Larva yang mati di hati dapat menimbulkan
granuloma eosinofilia.2
b. Fase intestinal
Cacing dewasa yang hidup di saluran intestinal jarang
menimbulkan gejala klinis. Jika terdapat gejala klinis biasanya tidak
khas yaitu mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi, lesu,
tidak bergairah, dan kurang konsentrasi. Cacing Ascaris dapat
menyebabkan intoleransi laktosa, malabsorsi vitamin A dan
mikronutrisi. Pada anak infeksi kronis dapat menyebabkan kegagalan
pertumbuhan akibat dari penurunan nafsu makan, terganggunya proses
pencernaan dan malabsorbsi. Efek yang serius terjadi bila cacing
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Selain
itu cacing dewasa dapat masuk ke lumen usus buntu dan dapat
menimbulkan apendisitis (radang usus buntu) akut atau gangren. Jika
cacing dewasa masuk dan menyumbat saluran empedu dapat terjadi
kolik, kolesistitis (radang kantong empedu), kolangitis (radang saluran
empedu), pangkreatitis dan abses hati. Selain ke bermigrasi ke organ,
cacing dewasa juga dapat bermigrasi keluar melalui anus, mulut atau
hidung. Migrasi cacing dewasa dapat terjadi karena rangsangan seperti
demam tinggi atau obat-obatan.2
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan tinja, bila dijumpai cacing
dewasa atau telur didalam tinja maka diagnosis dapat ditegakan.1
5. Pengobatan
Obat-obat yang dapat digunakan:1
a. Pirantel pamoat, dosis 10mg/KgBB/hari, dosis tunggal memberikan
hasil yang memuaskan

14
b. Mebendazole dosis 100mg, dua kali sehari diberikan selama tiga hari
berturut-turut. Hasil pengobatan baik, tetapi efek samping berupa irtasi
terhadap cacing sehingga cacing dapat terangsang untuk bermigrasi ke
tempat lain harus dipertimbangkan.
c. Oksantel-pirantel pamoat dosis 10mg/kgBB, dosis tunggal
memberikan hasil yang baik
d. Albendazole pada anak diatas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet
albendazole (400mg) atau 20ml suspensi berupa dosis tunggal. Hasil
cukup memuaskan.
6. Pencegahan
Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat
mempunyai arti dalam penangulanganinfeksi cacing ini.1

Pada tahun 1949, Ochsner dkk melaporkan kasus A. lumbricoides ke


jantung. Pada tahun 1965, Phuac dan Schmauss G melaporkan emboli oleh A.
lumbrieoides di arteri femoralis. Mereka menyatakan bahwa cacing dalam hal
ini hanya dapat mencapai arteri femoralis melalui saluran empedu →abses
hati → vena hepatika → vena cava→jantung kanan→foramen ovale→
jantung kiri → aorta→arteri femoralis. Pada individu terkena, cara yang
mungkin. Yang pertama adalah invasi banyak telur tahap infektif, beberapa
larva dapat melewati kapiler paru ke jantung kiri dan sirkulasi sistemik dan
dapat disaring di berbagai organ dan jaringan tubuh. tubuh, seperti pada
kelenjar getah bening, tiroid, timus, limpa, otak, dan sumsum tulang
belakang. Mereka mungkin juga terakumulasi di ginjal dan dikeluarkan dalam
urin, atau mereka mungkin jarang melewati saringan plasenta dan mencapai
janin. Jalur ascariasis plasenta dalam kasus ini dapat dipostulasikan dalam dua
langsung cacing dari usus ke rahim dan plasenta, dan kami menemukan
perlengketan antara usus kecil dan rahim pada saat operasi. Kemungkinan
kedua adalah migrasi larva ke dalam plasenta, di mana mereka berkembang
menjadi dewasa. Mungkin ada tiga jalur yang mungkin untuk ascari ascari
neonatus. Yang pertama adalah invasi langsung Lumbricoides A. dari usus ibu
ke plasenta dan rongga amnion, untuk ditelan oleh janin. Rute kedua yang

15
mungkin adalah sebagai berikut: telur Ascaris yang terinfeksi→larva Ascaris
→bersarang di paru-paru→beberapa larva mencapai jantung
kiri→plasenta→umbilical vein→sirkulasi janin → duktus venosus→ vena
cava inferior→ jantung kanan →paru-
paru→alveolus→bronkiolus→trakea→faring→kerongkongan→lambung→us
us halus→cacing dewasa. Kemungkinan ketiga adalah bahwa telur Ascaris
yang dibuahi dihasilkan dengan bertelur cacing betina di dalam plasenta.
Telur yang telah dibuahi ini menjadi infektif di dalam plasenta dan rongga
amnion melalui proses penetasan intrakorporeal. Telur yang infektif ditelan
oleh janin dan berkembang menjadi cacing dewasa.3
Berdasarkan anamnesis pada ibu pasien selama kehamilan ibu pasien,
mengalami gejala terinfeksi cacing yaitu diare cair namun tidak terdapat
lendir dan darah, batuk dan demam. Namun pada ibu pasien tidak dilakukan
pemeriksaan feses lengkap untuk menegakan diagnosis askariasis sehingga
ibu pasien tidak mendapatkan pengobatan. Pada pasien ini berdasarkan
anamnesis dan teori pada jurnal, kemungkinan pasien ini dapat terinfeksi
melalui adalah invasi langsung cacing dari usus ibu ke plasenta dan rongga
amnion, kemudian ditelan oleh janin. Dan kemungkinan kedua telur ascariasis
yang terinfeksi masuk kedalam tubuh ibu kemudian masuk dan bersarang di
paru-paru ibu dan beberapa larva mencapai jantung kiri dan kemudian masuk
ke plasenta dan melalui sirkulasi janin dan masuk ke tubuh bayi melalui
aliran darah dan berkembang.
Transmisi yang berikutnya setelah bayi tersebut lahir. Berdasarkan
anamnesis mengenai perilaku hidup bersih dan sehat kepada ibu pasien, ibu
pasien mengaku terkadang lupa untuk mencuci tangan sebelum memegang
bayinya. Namun dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan telur askaris didalam
feses dan berdasarkan teori, dimana fase hidup cacing askaris untuk mencapai
fase dewasa dan menghasilkan telur 65-70 hari maka kemungkinan pasien
terinfeksi cacing tersebut ketika dia masih didalam kandungan ibu.
Penegakan diagnosa pada pasien juga sudah tepat berdasarkan teori
dengan pemeriksaan feses dan ditemukan telur Ascaris Lumbricoides.
Sehingga pemberian terapi pada pasien ini juga telah tepat dengan pemberian

16
pirantel pamoat 10mg/kgBB/hari dengan single dose pasien ini mendapatkan
1x30mg.
Setelah mendapatkan terapi keluarga juga telah mendapatkan edukasi
mengenai sanitasi dengan air bersih, membuat susu formula dari air bersih
layak minum dan di masak hingga matang, rajin memandikan bayi, menjaga
kebersihan rumah tempat bayi tinggal, terutama kamar bayi, selalu Mencuci
bersih alat makan/minum, dan juga pakaian bayi, tiap orang di rumah harus
dalam keadaan bersih tiap kali mau kontak dengan bayi (minimal pakai
pakaian bersih dan mencuci tangan sebelum kontak dengan bayi).

17
BAB III
PENUTUP

Diagnosis yang diberikan pada pasien ini ascariasis neonatal. Pada kasus
ini pasien didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascariasis Lumbricoides.


Diagnosis ditegakan berdasarkan anamesis terhadap ibu pasien bahwa selama
kehamilan ibu mengalami gejala berupa diare cair, demam, batuk dan penurunan
badan namun pada ibunya tidak pernah dilakukakn pemeriksaan feses lengkap.
Pemeriksaan penunjang pada pasien dimana pada pemeriksaan feses lengkap
ditemukan bentukan telur Ascaris lumbricoides.

Terapi dengan pirantel pamoat 10mg/kgBB single dose mampu memberikan


hasil yang efektif. Edukasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat untuk
pencegahan infeksi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikadatan Dokter Anak Indonesia. Buku ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeks
dan Penyakit Tropis; Edisi Pertama. Jakarta: FKUI. 2022; 407
2. Ariwati, Ni Luh. Tinjauan Pustaka Infeksi Ascaris Lumbricoides.
Universitas Udayana. 2017; 3-6
3. Chu, Genn Wen MD, dkk. The Journal of Pediatric :Neonatal Ascariasis.
Taiwan. 1972

19

Anda mungkin juga menyukai