Anda di halaman 1dari 27

DIABETES MELITUS

 Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik dengan


insiden yang semakin meningkat di seluruh dunia.
 Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi
juga pada anak.
 Diabetes melitus merupakan kondisi hiperglikemia
persisten yang disebabkan oleh defek pada sekresi insulin,
aksi insulin atau keduanya.
Diabetes Pada Anak

 90% kasus adalah Diabetes Tipe-1


 Defisinsi insulin relatif atau absolut
 Proses autoimun
 Destruksi sel beta pankreas
 Masalah utama DM tipe-1 di Indonesia adalah kesadaran
masyarakat dan tenaga kesehatan yang kurang sehingga
banyak pasien tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan
tata laksana adekuat.
Epidemiologi
 Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
pada tahun 2018, tercatat 1220 anak penyandang DM tipe-1
di Indonesia.
 Insiden DM tipe-1 pada anak dan remaja meningkat sekitar
tujuh kali lipat dari 3,88 menjadi 28,19 per 100 juta
penduduk pada tahun 2000 dan 2010.
 Pada tahun 2017, 71% anak dengan DM tipe-1 pertama kali
terdiagnosis dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD),
meningkat dari tahun 2016 dan 2015, yaitu 63%.2.
 Diduga masih banyak pasien DM tipe-1 yang tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis saat pertama kali berobat
ke rumah sakit.
Klasifikasi

1. DM Tipe 1/ Insulin Dependent Diabetes Melitus (destruksi sel bet, biasanya


mengakibatkan defisiensi insulin absolut): Immune mediated & idiopatik
2. DM Tipe 2/Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus (dapat terentang antara predoinan
resistensi insulin dengan relatif defisiensi insulin sampai predominan defek sekresi
dengan resistensi insulin)
3. Tipe spesifik yang lain:
 Defek genetik fungsi del beta (MODY: Maturity Onset Diabetes of Young People)
 Defek genetik kerja insulin (diabetik lipoatropik)
 Endookrinopati (sindrom cushing)
 Induksi oleh obat/bahan kimia
 Infeksi (Rubell Kongenital)
 Bentuk-bentuk jarang Diabetes Immune-mediated
 Sindroma genetik ain yang kadang-kadang terkit Diabetes (indroma Prader-Will)
4. Diabetes Melitus Gestasional
Patofisiologi

Secara klinik gangguan


metabolik DM berhubungan
dengan 3 prubahan, yaitu:

Perubahan metabolisme
Pengurangan masukan Sel menggunakan substrat karbohidrat meliputi
glukosa ke dalam sel sehingga pngganti yaitu asam lemak akumulasi di glukosa dalam
karbohidrat tidak tersedia yang berasal dari cadanagn darah, pe↑ glikogenolisis,
sebagai substrat untuk lemak dan asam amino yang peguranagn sintesis glikogen
kebutuhan energi berasal dari protein tubuh hepar dan pe↑ glukonogenesis
dari asam amino
Gejala Klinis

Pada permulaan gejala meliputi:


Polifagia, Polidipsia, Poliuria

Bila keadaan tersebut tidak diobati:


Nafsu makan mulai ↓ kadang-kadang disusul mual, bila kadar
glukosa darah > 500mg/dl, dengan gejala-gejala: polidipsi,
poliuria BB ↓, mudah lelah. Bila tidak lekas diobati → koma
diabetik (glukos darah > 600mg/dl)
Kesemutan
Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk
jarum

Gejala kronis Rasa tebal di kulit

Kram

Lelah

Mudah mengantuk
Mata kabu, bisanya sering ganti
kacamata

Gatal disekitar kemaluan wanita

Gigi mudah goyah dan lepas


Perjalanan Klinis DM
1. Fase inisial atau pradabetes : ditandai oleh munculnya
pertanda imunologik : Islet Cell Autoantibodies (ICA),
Insulin Autoantibodies (IAA), HLA (Human Leucocyte
Antigen), Autoantibodi asam glutamat dekaboxylase,
autoantibodei di ICA-512
2. Fase preentase: gejala klasik (3P) → bertahan sampai
beberpa bulan, sebagian anak berkembang menjadi
ketoasidosis. Penandanya: dipstik urine
3. Fase remisi partial atau honeymoon: biasa terjadi
beberapa minggu setelah insulin diberikan. DM menjadi
terkontrol.
4. Fase kronik: kebutuhan insulin kembali meningkat.
Derajat Berat Penyakit Dapat Dibagi Atas:

1 Hiperglikemi dan glukosuria, dengan gejala-gejala:


poliuri, polidipsi, polifagi, pe↓ BB, mudah lelah

2 Hiperglikemi dan glukosuria, dengan gejala tambahan


yaitu nyeri perut, anoreksi, vomiting, dehidrasi

3 Gejala-geja asidosis, penderita akan memperlihatkan


gejala sipnoe, kelelahan dan hiperventiasi

4 Hiperglikemi, ketosis, asidosis dan gangguan


kesadaran
Diagnosis
Diagnosis DM tipe-2 ditegakkan melalui dua tahap: Menegakkan diagnosis DM, dan
Menentukan tipe DM. Diagnosis diabetes melitus ditegakkan dengan kriteria American
Diabetes Association (ADA)
DM tipe-2 tidak selalu dapat dibedakan dengan mudah dari DM tipe lain pada anak dan
remaja. Tabel 1 menunjukkan beberapa karakteristik DM tipe-2 dibandingkan DM tipe-
1 dan diabetes monogenik
 Pra-Diabetes
 Sebelum terjadi DM tipe-2, penderita sering mengalami
kondisi yang disebut PRA-DIABETES. Pada remaja obes,
kondisi pradiabetes bisa bersifat transien, namun bila berat
badan sulit dikendalikan, sangat berisiko mengalami
progresivitas menjadi DM tipe-2.
 Kriteria Diagnosis untuk Pra-Diabetes:
 Glukosa Puasa Terganggu/ Impaired Fasting Glycemia (IFG):
Glukosa plasma puasa 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L) ATAU
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)/ Impaired Glucose
Tolerance (IGT): Glukosa plasma post-prandial 140-199 mg/dl
(7,8-11,1 mmol/L)
 DM Tipe-2 Autoimun
 Kondisi yang juga sering disebut sebagai DM tipe-1,5
atau DM tipe-3 atau double diabetes ini sebenarnya adalah
DM tipe-1 pada individu overweight atau obes sehingga
telah mengalami resistensi insulin. Yang mungkin juga
bisa dipertimbangkan masuk ke dalam kelompok ini
adalah LADC (Latent Autoimmune Diabetes in Children)
suatu penyakit yang secara klinis mungkin mirip dengan
DM tipe-2 tetapi autoantibodi terhadap sel beta dapat
dideteksi.
Penatalaksanaan
Tujuan khusus dalm penatalaksanaan DM, yaitu supaya anak-anak:
 Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
 Mengalami perkembangan emosional yang normal
 Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa
darah serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipogikemia.
 Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu
berpartisipasi dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada.
 Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penderita, keluarga maupun
oleh lingkungan.
 Mampu memberikan tanggungjawab kepada penderita untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan tingka usia dan
intelengsinya.
Tatalaksanan DM Tipe-1
 Tujuan dari terapi pada DM tipe-1 adalah mencapai kontrol metabolik yang
optimal, mencegah komplikasi akut, mencegah komplikasi jangka panjang
mikrovaskular dan makrovaskular, serta membantu psikologis anak dan
keluarga. Lima pilar tata laksana DM tipe-1 pada anak adalah injeksi
insulin, pemantauan gula darah, nutrisi, aktivitas fisik, serta edukasi
Tatalaksanan DM Tipe-2
 Tujuannya adalah:
 Edukasi manajemen diabetes mandiri
 Kadar glukosa darah normal
 Menurunkan berat badan (karena penderita DM tipe-2
biasanya obes)
 Menurunkan asupan karbohidrat dan kalori
 Meningkatkan kapasitas aktivitas fisik
 Mengendalikan penyakit ko-morbid seperti hipertensi,
dislipdemia, nefropati, gangguan tidur, perlemakan hati
dll.
DM Tipe-2
Terapi Inisial
Terapi inisial DM tipe-2 meliputi metformin dan/ atau insulin, tergantung gejala, beratnya
hiperglikemia, dan ada tidaknya ketosis/ ketoasidosis.
 Pada pasien yang secara metabolik stabil (tanpa ketosis/ ketoasidosis), HbA1c < 9% (atau
gula darah sewaktu < 250mg/dL)
Metformin dimulai dengan dosis 500 mg/ 24 jam, yang dapat diberikan dengan dosis terbagi 250
mg/ 12 jam, selama 7 hari. Bila tidak ada efek samping, dosis bisa dinaikkan 500 mg per minggu
selama 3-4 minggu sampai mencapai dosis 1000 mg/ 12 jam, atau menggunakan metformin lepas
lambat 2000 mg/ 24 jam. Meningkatkan dosis lebih dari 2000 mg per hari tidak meningkatkan
manfaat.

 Pada pasien yang secara metabolik tidak stabil (dengan ketosis/ ketoasidosis), HbA1c ≥
9% (atau gula darah sewaktu ≥ 250 mg/dL)
Insulin basal diberikan mulai dengan dosis 0,25 -0,5 unit/ kg/ 24 jam. Pada saat ini metformin juga
bisa dimulai kecuali bila ada asidosis. Perpindahan dari kombinasi insulin dan metformin ke
metformin saja dapat dilakukan dalam waktu 2-6 minggu, dengan menurunkan bertahap dosis
insulin 30-50% sambil menaikkan dosis metformin. Catatan: insulin juga harus diberikan bila
belum jelas apakah DM tipe-1 atau tipe-2.
Terapi Inisial
 Tujuan terapi inisial adalah mencapai HbA1c <6,5%.
 Bila hal ini tidak dapat dicapai dengan metformin atau kombinasi metformin dan
insulin, diagnosis DM tipe-2 perlu dipertimbangkan lagi, atau manajemen perlu
ditingkatkan sesuai pedoman terapi lanjut.
 Efek samping metformin, seperti nyeri abdomen, kembung dan diare biasanya
hanya terjadi pada awal pemberian metformin, bersifat transien, dan dapat hilang
dengan sempurna bila pengobatan dihentikan. Setelah gejala efek samping
membaik, metformin dapat dicoba lagi mulai dengan dosis yang lebih rendah. Efek
samping lebih sering terjadi bila memulai dengan dosis metformin yang terlalu
tinggi atau metformin diminum pada saat perut dalam keadaan kosong. Penggunaan
metformin lepas lambat juga dapat menurunkan risiko komplikasi.
Terapi Lanjut
 Bila setelah penggunaan monoterapi dengan metformin selama 3-4 bulan gagal
mencapai target HbA1c < 6,5%, penambahan insulin basal sangat dianjurkan.
 Bila setelah penggunaan metformin dan insulin basal sampai dosis 1,2 unit/ kg
belum mencapai target HbA1c, maka bolus insulin kerja pendek sebelum makan
bisa ditambahkan dengan dosis titrasi sampai mencapai target HbA1c.
 Cara penghitungan dosis insulin kerja pendek pada regimen insulin basal-bolus
serupa dengan cara penghitungan pada DM tipe-1.
 Penggunaan obat anti diabetes oral lain seperti sulfonylurea,
meglitinidelrepaglinide, thiazolidinedione (TZD), α-glucosidase inhibitors,
incretin mimetics atau glucagon-like peptide-1 (GLP-1) receptor agonist, DPP-
IV inhibitors, sodium-glucose co-transporter-2 (SGLT-2) inhibitors mungkin
bermanfaat meskipun demikian penelitian mengenai hal ini masih sangat terbatas
sehingga penggunaan pada usia < 18 tahun masih belum disetujui secara umum.
Tindakan Pembedahan Gaster
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tindakan pembedahan
pada gaster, seperti bariatric surgery, merupakan tindakan yang
berpotensi memberikan hasil yang lebih baik daripada terapi
medikamentosa. Penelitian di Amerika Serikat melaporkan remisi
DM tipe-2 dan komorbiditas lain dengan pencapaian target
HbA1c yang jauh lebih baik daripada terapi medikamentosa.
Komplikasi
Akut
 Hipoglikemia
 Hiperglikemia
 Ketoasidosis Diabetik

Kronik
 Retinopati
 Nefropati
 Neuropati
 Gangguan pertumbuhan/perkembangan
 Kekakun sendi
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai