Anda di halaman 1dari 13

FLUOR ALBUS

Oleh: M.Wawan K Saifullah


2019086016409

Pembimbing: dr. Josef Wattimury, Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOK II JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA – PAPUA
2020
Definisi
• Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah
bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan
yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan
dan bukan merupakan darah.
• Pada keadaan normal, cairan yang keluar berupa mukus
atau lendir yang jernih, tidak berbau mencolok, dan agak
lengket.
• Pada keadaan patologis terjadi perubahan cairan genital
dalam jumlah, konsistensi, warna, dan bau. Menimbulkan
bercak – bercak pada celana berwarna kuning atau Hijau,
gatal pada vulva.
Asal flour
• Vulva : sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar –
kelenjar bartolini dan skene. Sekret ini bertambah pada
perangsangan, misalnya sewaktu coitus.
• Vagina : vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi
oleh cairan transudat dan oleh lendir dari cervix.
Asal flour
• Cervix : sekret cervix yang normal bersifat jernih liat dan
alkalis
• Corpus uteri : hanya menghasilkan sekret pada fase post
ovulator.
Etiologi

• Menarche karena mulai


terdapat pengaruh estrogen
• Wanita dewasa apabila
dirangsang sebelum dan pada
waktu koitus
Fisiologis • Ovulasi
• Kehamilan
• Pemakaian Kontrasepsi
Hormonal
• Infeksi
• Tumor atau
jaringan abnormal
Patologis lain
• Benda asing
• Fistula
patogenesis
Lingkungan vagina yang normal

Hubungan yang dinamis : Lactobacillus acidophilus
dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina
dan hasil metabolit lain

pH vagina 3,8-4,5

menghambat pertumbuhan bakteri lain
patogenesis
Penggunaan antibiotik yang berspektrum luas
Penggunaan kontrasepsi
Kadar estrogen yang tinggi
Kehamilan
Diabetes yang tidak terkontrol
Pemakaian pakaian ketat
Pasangan seksual baru
Frekuensi seksual yang tinggi

Lingkungan vagina berubah

Mempermudah pertumbuhan bakteri patogen
  Kandidosis Trichomoniasis Vaginosis Bakterial
Vulvovaginalis
TERAPI - Klotrimazol 500 mg - Metronidazole 2 gr - Metronidazole 2
intravagina, dosis peroral, dosis gr peroral, dosis
tunggal atau tunggal atau tunggal atau
- Klotrimazol 200 mg / - Metronidazole - Metronidazole
intravagina selama 3 2x500 mg peroral, 2x500 mg
hari atau selama 7 hari peroral, 2 kali
- Nistatin 100.000 unit / selama 2 hari
intravagina selama 14 atau
hari atau - Ampisilin 500 mg
- Flukonazole 150 mg / peroral 4xsehari
peroral dosis tunggal selama 7 hari
atau - Krim klindamisin
- Ketokonazole 200 mg vagina 2%,
2x1 tablet selama 5 intravagina
hari atau selama 7 hari
- Itrakonazole 200 mg atau
2x1 tablet selama 1 - Gel
hari metronidazole
0,75% intravagina
2xsehari selama
5 hari
Daftar Pustaka
• Hakimi M. 2017. Ilmu kandungan. Jakarta : yayasan bina
pustaka Sarwono prawiharjo.
• Sastrawinata S. 2010. ginekologi.edisi 2. Bandung : bagian
Obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran universitas
padjadjaran Bandung.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai