Anda di halaman 1dari 21

BRONKIEKTASIS

Presented by:
Vinil Kiran Kalaichelvan, S. Ked 04084882225004

Pembimbing:
dr. Rouly Pola Pasaribu, SpPD, K-P

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2023
OUTLINE

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KESIMPULAN


BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Prevalensi
Bronkiektasis
suatu penyakit yang ditandai dengan adanya 1 dari 3 penyakit paling umum radang saluran napas
dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal kronis bersama PPOK dan Asma
yang bersifat patologis dan berlangsung
kronik, persisten atau ireversibel. 67 hingga 566 kasus per 100.000 penduduk di Eropa
dan Amerika Utara.
1200 per 100.000 penduduk di pada kelompok usia 40
tahun atau lebih di Cina.
Manifestasi Klinis
• Batuk kronis produktif Menurut Riskesdas, kasus PPOK di Indonesia rentang
• Dispnea usia 30 tahun sebesar 3,70%, dengan angka tertinggi di
• Hemoptisis Provinsi Nusa Timur Tenggara (10%) dan terendah di
Lampung (1,40%). Usia rata-rata pasien PPOK adalah
56 (+11.30), 55,8% pasien adalah perempuan, dan
22,90% adalah perokok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Saluran napas bagian bawah :
1. Trakea
2. Bronkus
1. Bronkus lobaris
2. Bronkus segmentalis
3. Bronkiolus
1. Bronkiolus terminalis
2. Bronkiolus Respiratori
4. Duktus Alveolus
5. Alveoli
Struktur dan fungsi saluran napas normal
1. Sel epitel permukaan
1. Sel silia
2. Sel sekretori ( sel clara, sel goblet, serous)
2. Kelenjar Submukosa
Bekerja dalam sekresi musin berupa proteoglikan dan protein
antimikroba volume kelenjar mukosa dapat meningkat
dalam keadaan patologis
3. Lapisan mukosa
Bekerja untuk sekresi mucus (97% air dan 3% berisi musin,
protein, garam, lemak, sel debris)
FISIOLOGI
Terdapat 2 mekanisme klirens saluran napas :
1. Mukus didorong ke proksimal oleh silia untuk
membersihkan partikel inhalasi, pathogen, bahan kimia yang
merusak paru  kecepatan sintesis mucus meningkat pada
keadaan hidrasi tinggi
2. Mukus dikeluarkan dengan refleks batuk  batuk
disebabkan refleks aferen vagal pada intrapulmoner atau
laring dan faring Mukus yang menyumbat  sesak
napas/dispnea gangguan mucociliary clearance  pada
pemfis ditemukan batuk, suara napas bronkial, ronkhi, mengi
Etiologi
Lokasi paru yang
Etiologi Pemeriksaan
terkena
Fokal Obstruksi (aspirasi benda asing, massa tumor) X-ray dada, CT dada, bronkoskopi
Difus Infeksi (bakterial, bukan bakteri Tuberkulosis) Pemeriksaan gram sputum, dan kultur sputum untuk bakteri tahan asam dan
jamur. Jika tidak ditemukan, maka dengan bronchoalveolar washing

Defisiensi imun (hipo gammaglobulinemia, HIV Hitung darah lengkap dengan diferensial; immunoglobulin pengukuran; tes
infeksi, bronkiolitis obliterans setelah paru-paru HIV
transplantasi)
Penyebab genetik (fibrosis kistik, sindrom Kartagener, Pengukuran klorida kadar keringat (untuk kistik fibrosis), α1 tingkat
α1 defisiensi antitripsin) antitripsin; saluran hidung atau pernapasan sikat/ biopsi (untuk diskinetik/
sindrom silia imotil); pengujian genetik
Penyebab autoimun atau rheu matologic (rheu matoid Pemeriksaan klinis dengan pemeriksaan sendi hati-hati, pengujian serologis
arthritis, Sjögren’s sindrom, peradangan penyakit (contohnya faktor rheumatoid). Pertibangkan pemeriksaan untuk alergi
usus); penyakit yang dimediasi imun (alergi Aspergilosis bronkopulmoner, terutama di pasien dengan refrakter asma.
bronkopulmoner aspergilosis)

Aspirasi rekuren Tes fungsi menelan dan kekuatan neuromuskuler umum

Lain-lain (kuku kuning sindrom, traksi bron chiectasis Berdasarkan kondisi klinis
dari fibrosis postradiasi atau idiopatik fibrosis paru)

Idiopatik Ekslusi dari penyebab lainnya


PATOFISIOLOGI

Didahului oleh Infeksi bakterial Didahului oleh obstruksi bronkus

Peradangan  destruksi otot, jaringan elastic, tulang Obstruksi bronkus akibat tuberculosis kelenjar limfe
rawan dinding bronkus oleh mukopus yang terinfeksi pada anak, karsinoma bronkus, korpus alienum 
 Mukopus mengandung produk-produk neutrofil infeksi dan destruksi bronkus pada bagian distal dari
merusak jaringan paru (protease serin, elastase, obstruksi  bronkiektasis
kolagenase), oksida nitrit, sitokin inflamasi (IL8) dan
substansi yang menghambat gerakan silia dan
mucociliary clearance.  Dilatasi bronkus  inflamasi
lebih lanjut menyebabkan fibrosis brronkus 
penarikan dinding bronkus  distorsi bronkus
DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK PENUNJANG
• Batuk Inspeksi : • Hematologi : polisitemia sekunder,
• Hemoptisis • Retraksi dinding dada leukositosis (infeksi supuratif
• Demam berulang • clubbing finger • Foto polos thoraks : Ring shadow
• Dispnea Auskultasi (honey comb appearance atau
• Nyeri dada pleuritik • Ronkhi basah lobus bawah paru bounches of grapes), Tramline
• Wheezing shadow
• CT-Scan thoraks : Dilatasi bronkus,
penebalan dinding bronkus, mucous
plugging, air trapping.
FOTO POLOS THORAKS FOTO POLOS THORAKS

Tampak Ring Shadow pada bagian bawah paru yang menandakan


Tramline shadow terlihat diantara
adanya dilatasi bronkus.
bayangan jantung

CT-SCAN THORAKS
Tampak bronkiektasis dengan penebalan dan dilatasi
dinding bronkus (tanda panah merah) dan Mucous
plugging (tanda panah hitam) di lobus medius paru
kanan.
KLASIFIKASI
Bronkiektasis Batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi
sekunder), produksi sputum terjadi dengan perubahan posisi tubuh, biasanya
Ringan terdapat hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat, fungsi paru normal dan
foto dada normal.

Batuk-batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat (umumnya
Bronkiektasis hijau dan jarang mukoid, serta bau mulut busuk), sering ada hemoptisis. Pada
pemeriksaan fisik paru sering ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru
Sedang yang terkena, gambaran foto dada boleh dikatakan masih normal.

Batuk-batuk produktif dengan sputum banyak berwarna kotor dan berbau.


Sering ditemukan adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura, jari
tabuh. Jika obstruksi saluran napas ditemukan adanya dispnea, sianosis atau
Bronkiektasis tanda kegagalan paru. Infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata dan sebagainya
juga ditemui. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ronki basah kasar pada
Berat daerah terkena. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan : 1). Penambahan
bronkovaskular marking, 2). Multiple cysts containing fluid levels (honey comb
appearance)
DIAGNOSIS BANDING
BRONKITIS KRONIK
TUBERKULOSIS PARU
ABSES PARU
PENYAKIT PARU PENYEBAB
HEMOPTISIS : KARSINOMA PARU,
ADENOMA PARU
FISTULA BRONKOPLEURAL DENGAN
EMPYEMA
TATALAKSANA
1. Pengobatan Konservatif 2. Pengobatan Simtomatik
Umum Khusus
• Obstruksi bronkus  bronkodilator
• Kemoterapi • Hipoksia  terapi oksigen
Antibiotik sesuai • Hemoptisis  transfusi darah
Menciptakan lingkungan yang baik
hasil kultur • Demam  antipiretik dan antibiotik
bagi pasien
• Drainase secret
• Ruangan hangat dan tidak kering,
dengan
• Mencegah paparan asap rokok
bronkoskop
• Menghindari debu dan asap 3. Pembedahan
Memperbaiki drainase secret bronkus
 Melakukan drainase postural • Menghilangkan tumor obstruktif
 Mencairkan sputum yang kental atau residu benda asing
 Mengatur posisi tempat tidur • Pengangkatan segmen atau lobus
pasien. yang paling rusak dan diduga
 Mengontrol infeksi saluran napas berkontribusi terhadap eksaserbasi
akut Sekret yang sangat kental
• Impaksi lendir.
PROGNOSIS
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada etiologi, frekuensi eksaserbasi, berat ringannya penyakit, serta
luasnya penyakit saat pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif ataupun
pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya buruk,
survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah
jantung kanan, hemoptisis dan lain-lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya
disabilitasnya ringan
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan
berlangsung kronik. Saat ini, bronkiektasis adalah salah satu dari tiga penyakit radang saluran napas kronis yang
paling umum bersama dengan PPOK dan asma. Prevalensi tertinggi banyak ditemukan pada jenis perempuan
dibandingkan laki-laki, resiko meningkat pada orang-orang berusia >40 tahun. Penyebab pasti penyakit ini sulit
ditentukan dan paling banyak bersifat idiopatik. Manifestasi klinis bronkiektasis antara lain batuk kronis, peningkatan
produksi sputum, sesak napas atau dispnea, dan dapat disertai dengan hemoptisis. Dari hasil pemeriksaan fisik, dapat
ditemukan retraksi dinding dada dan jari tabuh pada saat inspeksi, serta ditemukan bunyi ronkhi basah dan wheezing
saat pemeriksaan auskultasi. Dari hasil pemeriksaan penunjang dapat ditemukan leukositosis pada pemeriksaan
hematologi, honeycomb appearance pada pemeriksaan foto polos thoraks, serta dilatasi bronkus dan mucous plugging
pada pemeriksaan CT-Scan thoraks. Penatalaksanaan bronkiektasis meliputi tatalaksana konservatif dan pengobatan
simtomatik. Prognosis pasien bergantung pada kondisi klinis saat pasien datang berobat pertama kali, namun survival
rate menurun pada kasus berat dan tidak diobati.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai