Anda di halaman 1dari 2

Patofisologi Demam

Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar hipotalamus terkena pirogen eksogen
tertentu (seperti bakteri) atau pirogen endogen (Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor)
sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan dari endotel sel jaringan
pembuluh darah. Metabolit seperti prostaglandin E2, akan melintasi barrier darah-otak dan
menyebar ke dalam pusat pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon
dengan meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan, hipotalamus akan
mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer. Pembuluh darah perifer akan berespon
dengan melakukan vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan heat loss melalui kulit.
Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkan piloerection. Jika penyesuaian ini tidak
cukup menyelamatkan panas dengan mencocokkan titik suhu yang baru, maka akan timbul
menggigil yang dipicu melalui spinal dan supraspinal motor system, yang bertujuan agar tubuh
mencapai titik suhu yang baru.
Ketika demam terjadi, banyak rekasi fisiologis berlangsung, termasuk konsumsi oksigen meningkat
sebagai respon terhadap metabolisme sel meningkat, peningkatan denyut jantung, peningkatan
cardiac output, jumlah leukosit meningkat, dan peningkatan level C-reactive protein. Konsumsi
oksigen meningkat sebesar 13% untuk setiap kenaikan 1C suhu tubuh, asalkan menggigil tidak
terjadi. Jika menggigil ada, konsumsi oksigen dapat meningkat 100% sampai 200%. Beberapa
sitokin dilepaskan selama keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres (tegang). Sitokin
ini dapat memicu percepatan katabolisme otot dengan menyebabkan penurunan berat badan,
kehilangan kekuatan, dan keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres diwujudkan
dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang lebih sering terjadi pada
anak-anak.
Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke suhu normal, maka akan
ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh akan merasa hangat.
Hasil penelitian dengan model berbagai hewan menunjukkan bahwa demam memiliki beberapa
efek respons tubuh menguntungkan terhadap infeksi. Heat shock proteins (HSP) adalah salah satu
penelitian fever-responsive proteins yang baru-baru dipelajari. Protein ini diproduksi selama
keadaan demam dan sangat penting untuk kelangsungan hidup sel selama stres. Studi menunjukkan
bahwa protein ini mungkin memiliki efek anti-inflamasi dengan menurunkan kadar sitokin pro
inflamasi. Demam juga memicu efek menguntungkan lainnya, termasuk peningkatan aktivitas
fagositik dan bacteriocidal neutrofil serta meningkatkan efek sitotoksik limfosit. Beberapa bakteri
menjadi kurang ganas dan tumbuh lebih lambat pada suhu lebih tinggi yang berhubungan dengan

demam. Peningkatan kadar C-reactive protein mendorong fagosit lebih patuh untuk menyerang
organisme, memodulasi radang, dan mendorong perbaikan jaringan.
Itulah sekilas gambaran tentang arti atau pengertian demam dan bagaimana patofisiologi demam
yang terjadi pada tubuh dengan tanda panas dan menggigil. Dengan mengetahui mekanisme demam
dan penyebab yang mendasarinya, Anda tentu tidak perlu berpikiran buruk terhadap demam, karena
itulah salah satu tanda kompensasi tubuh untuk mengatasi dan melindungi agar kesehatan Anda
tetap stabil.

DAFTAR PUSAKA
https://www.jevuska.com/2012/11/23/demam-arti-patofisiologi-demam-tubuh-panas-menggigil/

Anda mungkin juga menyukai