DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) tahun
2013 menunjukkan ada 35.9 % dari penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun dengan
kadar kolesterol abnormal (berdasarkan NCEP ATP III, dengan kadar kolesterol ≥ 200
mg/dl) dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di
pedesaan. Data RISKEDAS juga menunjukkan 15.9 % populasi yang berusia ≥ 15 tahun
mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥ 190 mg/dl), 22.9 % mempunyai kadar
HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11.9% dengan kadar trigliserid yang sangat tinggi (≥
500 mg/dl).
KLASIFIKASI
a. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat kelainan genetik. Pasien dislipidemia
sedang disebabkan oleh hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi familial.
Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial, dislipidemia remnan, dan
hipertrigliseridemia primer.
b. Dyslipidemia Sekunder
Pengertian sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat suatu penyakit lain misalnya
hipotiroidisme, sindroma nefrotik, diabetes melitus, dan sindroma metabolik (tabel2).
Pengelolaan penyakit primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Dalam hal ini
pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan tetapi pada pasien diabetes mellitus
pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan, sebab risiko koroner pasien tersebut
sangat tinggi. Pasien diabetes melitus dianggap mempunyai risiko yang sama
(ekivalen)dengan pasien penyakit jantung koroner. Pankreatitis akut merupakan menifestasi
umum hipertrigliseridemia yang berat.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks lipid dan
protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan
jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan
dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam
usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik
lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut
lemak eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati
mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis
kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan lipoprotein yang
mengandung kolesterol paling banyak (60-70%). Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6
kategori yaitu :
a) Kilomikron
b) LDL
c) LDL+very-low-density lipoprotein [VLDL]
d) Intermediate density lipoprotein
e) VLDL
f) VLDL+kilomikron
Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung dari kadar kolesterol yang terkandung
di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti meningkatnya jumlah
LDL seperti pada sindrom metabolik dan kadar kolesterol HDL, makin tinggi kadar HDL
maka HDL bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.
DIAGNOSIS
Untuk gejalanya sebagian besar dislipidemia tidak memunculkan gejala yang berarti.
Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah
dan kondisi lainnya. Dislipidemia yang berat menimbulkan komplikasi yang serius
mengarah kepada penyakit jantung koroner dan stroke. Beberapa gejala umum yang muncul
yaitu pusing, Nyeri kepala hingga ke leher dan pundak, rasa kesemutan pada ujung jari
tangan dan kaki, keringat dingin, mual dan muntah, nyeri pada kaki, nyeri dada, dan mudah
lelah.
Anamnesis perlu dicari factor resiko aterosklerotik, yaitu kebiasaan merokok, riwayat
hipertensi, riwayat pemeriksaan kadar (konsentrasi) lipid sebelumnya yang menunjukkan
kadar plasma kolestrol HDL rendah, riwayat penyakit jantung dini pada keluarga
Pada pemeriksaan fisik dilakukan evaluasi tekanan darah, serta kelainan fisik lain yang
ditemui yang berkaitan dengan disiplidemia, misalnya bruit pada arteri karotis atau
gambaran klinis penyakit arteri perifer. Pada disiplidemia sekunder, dapat ditemui tanda-
tanda penyakit dasar seperti pada kasus syndrome cushing,syndrome nefrotik,
hipotiroidisme, hepatitis dsb.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaaan ini merupakan modal utama dalam mendiagnosis dyslipidemia. Pemeriksaan
profil lipid meliputi kolestrol total, LDL, HDL, dan Trigliserida. Kolesterol LDL
setidaknya dihitung dengan formula Friedewald (kecuali bila TG > 400 mg/dL atau dalam
keadaan tidak puasa) karena sebagian besar studi klinis menggunakan formula Friedewald.
Dengan formula Friedewald dapat diperhitungkan bahwa kolesterol LDL (dalam mg/dL) =
kolesterol total kolesterol HDL ̶ TG/5. Jika memungkinkan, sampel darah diambil setelah
puasa 12 jam. Hal ini hanya diperlukan untuk pemeriksaan TG yang juga dipakai untuk
penghitungan konsentrasi kolesterol LDL memakai formula Friedewald. Kolesterol total
dan HDL dapat diperiksa dalam keadaan tidak puasa. Pada keadaan di mana formula
Friedewald tidak dapat digunakan (konsentrasi TG > 400 mg/dL atau dalam keadaan tidak
puasa) maka dapat digunakan metoda direk (langsung) atau penghitungan kolesterol non-
HDL atau apoB. Pemeriksaan kolesterol LDL dengan metoda direk mempunyai keunggulan
berupa spesifisitas tinggi dan tidak dipengaruhi oleh variasi TG sehingga dapat
direkomendasikan untuk digunakan apabila tersedia. Kolesterol non-HDL dihitung
berdasarkan pengurangan kolesterol HDL terhadap kolesterol total.
b) Skrining
Sesuai ATP III terdapat beberapa kelompok populasi beresiko dengan target terapi yang
berbeda-beda. Skrining pemeriksaan profil lipid dianjurkan untuk individu berusia >20
tahun, yang meliputi pemeriksaan kadar kolestrol total, LDL, HDL, dan trigliserida.
Apabila hasil yang didapat normal, maka pemeriksaan ulangan dianjurkan setiap 5 tahun.
Untuk kelompok B dan C dengan kolestrol sudah mencapai sasaran., skrining dilakukan
setiap 1-2 tahun. Apabila kolestrol belum mencapai sasaran, skrining dilakukan setiap 3
bulan. Untuk kelompok A dengan kolestrol sudah mencapai sasaran, skrning dilakukan
setiap 6-12 bulan.
Untuk pemeriksaan kolestrol total, LDL dan HDL pasien tidak perlu dipuasakan,
sementara untuk pemeriksaan trigliserida, pasien diharuskan berpuasa 10-14 jam, agar
mendapatkan kadar trigliserida endogen. Sehingga untuk skrining, dianjurkan pasien puasa
12-16 jam semalam sebelumnya.
PENATALAKSANAAN
A. TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
1) Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet asam lemak tidak
jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling berpengaruh terhadap
peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol
LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet MUFA atau
diet rendah karbohidrat. Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati dengan cara
hidrogenasi, dan dapat ditemukan secara alami di dalam lemak hewani. Asam lemak trans
meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol HDL. Sumber asam lemak trans
di dalam diet biasanya berasal dari produk yang terbuat dari minyak terhidrogenasi parsial
seperti biskuit asin (crackers), kue kering manis (cookies), donat, roti dan makanan lain
seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai minyak nabati yang
dihidrogenasi.
Diet kaya karbohidrat (>60% kalori total) berhubungan dengan penurunan konsentrasi
kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi TG. Oleh karena itu, asupan karbohidrat
dianjurkan kurang dari 60% kalori total. Asupan lebih rendah dianjurkan bagi pasien
dengan peningkatan konsentrasi TG dan konsentrasi kolesterol HDL rendah seperti yang
ditemukan pada pasien sindrom metabolik. Diet karbohidrat yang kaya serat dianggap diet
optimal pengganti lemak jenuh yang tujuannya meningkatkan efek diet pada konsentrasi
kolesterol LDL dan mengurangi efek yang tidak dikehendaki dari diet kaya karbohidrat
pada lipoprotein lain. Diet makanan tinggi serat seperti kacang-kacangan, buah, sayur dan
sereal memiliki efek hipokolesterolemik langsung.
2) Aktivitas Fisik
Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat badan ideal,
mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan mengontrol faktor risiko PJK.
Pengaruh aktivitas fisik terhadap parameter lipid terutama berupa penurunan TG dan
peningkatan kolesterol HDL. Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai
20% dan meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sampai 10%. Sementara itu, olahraga
resisten hanya menurunkan TG sebesar 5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi HDL.
Efek penurunan TG dari aktivitas fisik sangat tergantung pada konsentrasi TG awal, tingkat
aktivitas fisik, dan penurunan berat badan. Tanpa disertai diet dan penurunan berat badan,
aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kolesterol total dan LDL.
3) Diet Suplemen
a. Fitosterol
Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi kolesterol di usus sehingga dapat menurunkan
konsentrasi kolesterol total. Secara alami, fitosterol banyak didapat dalam minyak nabati
dan, dalam jumlah lebih sedikit, dalam buah segar, kacang kenari, dan kacang polong.
Fitosterol sering ditemukan sebagai bahan tambahan pada minyak goreng dan mentega.
Konsumsi fitosterol sebagai diet suplemen menurunkan kolesterol LDL sampai 15%.
Asupan sebesar 2 gram/hari dianggap sebagai pilihan terapi untuk menurunkan kolesterol
LDL. Asupan lebih dari 3 gram per hari tidak menurunkan konsentrasi kolesterol lebih
lanjut. Sampai saat ini belum ada bukti penurunan risiko kardiovaskular akibat konsumsi
fitosterol. Fitosterol tidak atau sedikit berpengaruh terhadap kolesterol HDL dan TG.
b. Protein kedelai
Protein kedelai berhubungan dengan penurunan 3-5% kolesterol LDL. Sebagian besar
studi menggunakan asupan protein kedelai lebih dari 40 mg/hari. Sebuah studi
menunjukkan asupan 25 mg/hari berhubungan dengan penurunan kolesterol LDL sebesar 5
mg/dL.
c. Makanan kaya serat
Diet serat yang larut dalam air seperti kacang polong, sayuran, buah, dan sereal mempunyai
efek hipokolesterolemik. Diet serat yang larut dalam air sebanyak 5-10 gram/hari dapat
menurunkan kolesterol LDL sebesar 5%. Anjuran diet serat yang larut dalam air untuk
menurunkan kolesterol LDL adalah 5-15 gram/hari.
d. PUFA Omega-3
Polyunsaturated fatty acid omega-3 adalah komponen yang ada dalam minyak ikan atau
diet mediterania. Asupan PUFA omega-3 yang berasal dari produk laut (seperti minyak
ikan) sebesar 4 gram sehari dilaporkan menurunkan konsentrasi TG 25-30%, menurunkan
konsentrasi kolesterol LDL 5-10%, dan menaikkan konsentrasi kolesterol HDL sebesar 1-
3%. Produk laut mengandung banyak PUFA omega-3 rantai panjang seperti EPA dan
DHA. Polyunsaturated fatty acid omega-3 yang berasal dari tanaman seperti kedelai dan
kenari mengandung asam linolenik alfa (PUFA rantai moderat) yang tidak menurunkan
konsentrasi TG secara konsisten. Dosis farmakologis untuk menurunkan konsentrasi TG
adalah >2 gram/ hari. Suplementasi PUFA omega-3 rantai panjang dosis rendah (400
mg/hari) dalam margarin tidak menurunkan konsentrasi TG secara bermakna. Faedah
PUFA omega-3 terhadap mortalitas kardiovaskular berdasarkan berbagai studi tidak
konsisten walau satu studi di Jepang melaporkan terapi EPA berhubungan dengan
penurunan 19% kejadian kardiovaskular.
B. TERAPI FARMAKOLOGIS
Referensi:
1. Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 2. jakarta: media aesculapius.
2. PERKI., 2013. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jakarta: Centra Communications.
3. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.
Indonesia:PERKENI; 2015.