Anda di halaman 1dari 66

FARMAKOLOGI SISTEM URONEFROLOGI

dr.Nur Fadhillah Khalid,M.Biomed

BAGIAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UMI
MAKASSAR
2021
CAPAIAN PEMBELAJARAN:
1. MENGETAHUI DAN MEMAHAMI GOLONGAN OBAT PADA
PENGGUNAAN KLINIS DI SISTEM URONEFROLOGI
2. MENGETAHUI FARMAKOKINETIKA & FARMAKODINAMIK OBAT-
OBAT TERSEBUT
3. MENGETAHUI SEDIAAN DAN DOSIS OBAT-OBAT TERSEBUT
4. MENGETAHUI KONTRAINDIKASI DAN EFEK SAMPING OBAT-OBAT
TERSEBUT
Kompetensi 4A:
1.Infeksi saluran kemih
2.Gonore
3.Pielonefritis tanpa komplikasi

Standar Kompetensi Dokter Indonesia, 2012


TERAPI FARMAKOLOGI PADA
INFEKSI SALURAN KEMIH
(ISK):
TERAPI FARMAKOLOGI PADA ISK:
HAL PERLU DIPERHATIKAN PADA PEMBERIAN TERAPI PADA PASIEN ISK ADALAH:
1.Infeksi sesuai dengan lokasi anatomi sal.Kemih
2.Tingkat keparahan infeksi
3.Faktor resiko yang mendasari 🡪 terapi profilaksis, infeksi berulang
4.Hasil pemeriksaan mikrobiologi

TUJUAN TERAPI:
5.Mengobati causa/penyebab
6.Mengurangi keluhan penyerta
7.Terapi profilaksis
Sumber Pustaka:
Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline Penatalaksanaan infeksi saluran kemih, 2021
Bersifat akut, sporadik atau berulang (bagian bawah) (sistitis non komplikata) dan / atau pielonefritis (bagian) atas
ISK Non Komplikata (tidak rumit), terbatas pada wanita tidak hamil tanpa kelainan anatomi dan fungsional yang diketahui dan relevan
dengan saluran kemih atau komorbiditas.

Semua ISK yang tidak termasuk dalam definisi non komplikata. Dalam arti yang lebih sempit, ISK pada pasien
dengan kemungkinan peningkatan keadaan klinis yang rumit: yaitu semua pria, wanita hamil, pasien dengan
ISK Komplikata
kelainan anatomis atau fungsional yang relevan pada saluran kemih, pemasangan kateter menetap, penyakit ginjal,
dan / atau dengan penyerta lainnya. penyakit penyerta yang melemahkan daya tahan tubuh misalnya, diabetes.

Kekambuhan ISK non komplikata dan / atau komplikata, dengan frekuensi setidaknya tiga ISK / tahun atau dua
ISK Rekuren
ISK dalam enam bulan terakhir.

Infeksi saluran kemih berhubungan dengan kateter (CA-UTI) merujuk pada ISK yang terjadi pada orang yang
ISK terkait Kateter
saluran kemihnya saat ini dipasang kateter, atau telah dipasang kateter dalam 48 jam terakhir.

Urosepsis didefinisikan sebagai keadaan yang mengancam fungsi organ dan jiwa yang disebabkan oleh respon host
Urosepsis
yang tidak sewajarnya terhadap infeksi yang berasal dari saluran kemih dan / atau organ genital pria

Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih, 2021
ANTIBIOTIK
• Antibiotik adalah suatu substansi antimikroba yang diperoleh dari zat yang berasal dari
suatu mikroorganisme atau suatu zat sintetik yang dapat menghambat kerja dari suatu
mikroorganisme lain.
• Antibiotik ada yang memiliki spektrum luas dan efektif terhadap jenis bakteri tertentu, uji
sensitivitas antibiotik digunakan untuk menguji sensitivitas antibiotik terhadap suatu
bakteri dengan tujuan untuk mengetahui daya kerja/ efektivitas dari suatu antibiotik
dalam membunuh bakteri.
• Mekanisme kerja : bakterisidal atau bakteriostatika

Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih, 2021
Gambar 1. Mekanisme Kerja Antibiotik Secara Umum
PILIHAN ANTIBIOTIK UNTUK TERAPI SEBAIKNYA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN HAL
BERIKUT:
• Pola resistensi kuman dan uji sensitivitas antibiotik rumah sakit atau klinik setempat
• Kemanjuran terapi untuk indikasi tertentu pada praktik klinis
• Tolerabilitas obat dan reaksi, berlawanan obat.
• Efek berlawanan terhadap ekologi
• Biaya, dan
• Ketersediaan obat.

Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih, 2021
ISK NON KOMPLIKATA

Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline


Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih,
2021
ISK KOMPLIKATA
1.Pilihan antibiotik
Pasien dengan ISK dengan gejala sistemik perlu rawat inap di rumah sakit diikuti dengan pemberian
terapi intra vena golongan aminoglikosida dengan atau tanpa amoxicillin, atau sefalosporin generasi
dua atau generasi tiga, atau penicillin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. Pemilihan jenis
antimicrobial didasarkan pada pola resistensi dan disesuaikan dengan hasil tes kepekaan. Prinsip ini
berlaku untuk terapi ISK komplikata.
2. Durasi terapi antibiotik
Direkomendasikan terapi selama tujuh hingga empat belas hari

Ikatan Ahli Urologi Indonesia; Guideline Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih, 2021
1. SULFONAMID

Sulfonamide adalah kemo terapeutik yg


pertama digunakan secara sistemik untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit
infeksi pada manusia. Penggunaan
sulfonamid kemudian terdesak oleh
antibiotic.

Pertengahan 1970, penemuan kegunaan


sediaan kombinasi trimethoprim dan
sulfametoksazole meningkatkan kembali
penggunaan sulfonamide untuk
pengobatan penyakit infeksi tertentu.

Sumber Pustaka: Gambar 2. Struktur kimia sulfonamide


Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
FARMAKOKINETIK SULFONAMID:

• ABSORPSI: di saluran cerna (70-100%), terutama pada usus halus dan beberapa
di lambung
• DISTRIBUSI: terikat pada protein plasma terutama albumin dan tersebar luas di
seluruh tubuh. Dalam cairan tubuh sekitar 50-80% (darah), cairan serebrospinal
sekitar 10-80%
• METABOLISME: mengalami asetilasi dan oksidasi. Sukar larut dalam air 🡪
kristaluria
• EKSKRESI: melalui ginjal berupa urin, tinja, empedu dan air susu ibu

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
KLASIFIKASI SULFONAMID, BERDASARKAN
KECEPATAN ABSORBSI DAN EKSKRESINYA:
Absorbsi dan ekskresi
cepat: Masa kerja panjang:
Sulfametoxazol, Sulfadoksin (absosrbsi
sulfadiazin dan cepat,ekskresi lambat)
Sulfisoxazol

Absorbsi sedikit bila Pemberian topikal:


diberikan oral: Sulfasetamid, Mafenid
Sulfasalazin dan Ag-sulfadiazin

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
2.COTRIMOXAZOLE
• Terdiri dari 2 zat aktif (trimetoprim dan sulfametoksazol)
• Bekerja dengan menghambat reaksi enzimatik bakteri pada dua tahap yang berurutan,
sehingga pemberian kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi.

Sumber Pustaka: Gambar 3. Struktur kimia trimetoprim


Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Gambar 4. Mekanisme kerja
sulfonamid dan trimetoprime

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
FARMAKOKINETIK
• Rasio kadar sulfametoksazole dan trimetoprime yang ingin dicapai dalam darah adalah sekitar 20: 1, karena
sifatnya yang lipofilik, trimetoprim mempunyai volume yang lebih besar daripada sulfametoksazol. Dengan
memberikan sulfametoksazol 800 mg dan trimethoprim 160 mg per oral (rasio 5:1) dapat diperoleh rasio kadar
keduanya dalam darah kurang lebih 20:1

• Trimetoprim didistribusikan ke dalam jaringan dan sekitar 40% terikat protein plasma dengan adanya
sulfametoksazol.

• Obat dapat masuk ke css dan saliva. Selain itu, kadarnya juga tinggi dalam empedu
• Metabolitnya ditemukan di urin. Pada pasien uremia, kecepatan ekskresi dan kadar urin kedua obat jelas
menurun
SEDIAAN COTRIMOXAZOLE:
SEDIAAN TABLET ORAL:

▪ Dewasa:
240mg (200mg sulfamethazole & 40 mg trimetoprim)
480mg (400mg sulfamethazole & 80 mg trimetoprim)
960mg (800mg sulfamethazole & 160 mg trimetoprim)

▪ Anak: suspensi 🡪 200mg sulfamethazole dan 40 mg trimetoprim


▪ Tablet pediatri 🡪 100mg sulfamethazole dan 20 mg trimetoprim
SEDIAAN INTRAVENOUS:

▪ 400mg sulfamethazole & 80mg trimetoprim (480mg/5ml)

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
DOSIS COTRIMOXAZOLE: (SELAMA 10-14 HARI)
• Dosis dewasa: 2 X 960 mg/hari
Infeksi akut 🡪 dosis tunggal 480 mg/hari selama 3 hari

• Dosis anak: pemberian terbagi dalam 2 dosis/hari


Sulfametoksazol 🡪 40 mg/kgbb/hari
Trimetropim 🡪 8 mg/kgbb/hari

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
• Indikasi: Infeksi Sal.Cerna, Infeksi Genitalia dan Infeksi Sal.Nafas

• Kontraindikasi:
✔Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat

✔Anemia megaloblastik / def.Asam folat


✔Pasien hamil/menyusui 🡪 kern icterus

• Efek samping:
🔾Gangguan GI

🔾Reaksi alergi ringan, sindrom steven-jhonson


🔾Gangguan hati dan ginjal
🔾Gangguan SSP
🔾Gangguan darah

• Interaksi obat: pemberian dengan diuretik pada pasien lansia, dapat menyebabkan trombositopenia
Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
ANTISEPTIK SALURAN KEMIH
• Berbagai antimikroba tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi sistemik yang
berasal dari saluran kemih karena bioavailabilitasnya dalam plasma tidak mencukupi.

• Namun ada beberapa antimikroba yang apabila berada di tubulis renalis obat-obat ini
akan mengalami pemekatan dan berdifusi kembali ke parenkim ginjal sehingga
bermanfaat untuk pengobatan ISK.Oleh karena kadarnya yang cukup tinggi pada
saluran kemih saja, maka antimikroba seperti ini sering dianggap sebagai antiseptik
lokal.

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
1. Metenamin
2. Asam nalidiksat
3. Nitrofurantoin
4. Fosfomin trometamin

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
• Untuk ISK akut yg disertai tanda-tanda sistemik seperti demam, menggigil, hipotensi
dan lainnya, obat antiseptic saluran kemih tidak dapat digunakan, karena pada keadaan
ini dibutuhkan obat dengan kadar plasma yang efektif.
• Pengobatan yang rasional pada keadaan ini harus berdasarkan hasil biakan dan uji
kepekaan kuman. Sementara menunggu hasil lab, dapat diberikan terapi secara empiris
golongan aminoglikosida misalnya gentamisin, sefalosporin, fluorokuinolon dan lain-lain,
dengan pemberian 5-10 hari biasanya infeksi akut dapat diredakan dan selanjutnya
diberikan antiseptic saluran kemih sebagai terapi profilaksis atau supresif.

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
3. NITROFURANTOIN
• Merupakan antibakteri yang kadarnya mencapai puncak tinggi pada di parenkim ginjal 🡪bekerja
lokal (antiseptik saluran kemih) 🡪 efektif untuk ISK

• Diserap melalui sal.cerna, lalu akan terikat dengan protein plasma dan cepat diekskresi melalui
ginjal

• Kontraindikasi 🡪 pada pasien dengan gagal ginjal, ibu hamil, bayi < 3 bln
• Efek samping 🡪 gangguan sal.Cerna, reaksi hipersensitivitas, gangguan hematologi, gangguan
hati, gangguan SSP, polineuropati

• Sediaan dan dosis:


Dewasa 🡪 3-4 x 50mg atau 100 mg
Anak 🡪 5-7mg/kgbb/hari

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
GOLONGAN KUINOLON & FLUOROKUINOLON

• Prototipe lama: asam nalidiksat dan asam pipemidat


• Golongan awal : ciprofloxacin, pefloxacin,ofloxacin, norfloxacin, enoxacin,dsb
• Golongan baru: moxifloxacin,levofloxacin dan gemifloxacin

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
MEKANISME KERJA
• Menghambat kerja enzim
DNA gyrase pada kuman
dan bersifat bakterisidal
FARMAKOKINETIKA
• Absorpsi:Golongan kuinolon baik diserap melalui saluran cerna, terhambat bila
digunakan bersama antasida, sedikit terikat protein.
• Distribusi: pada berbagai organ tubuh berlangsung baik, dapat mencapai kadar tinggi
pada prostat dan menings, karena eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan
2 kali sehari.
• Metabolisme: di hati
• Ekskresi:melalui ginjal dalam bentuk urin

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
PARAMETER FARMAKOKINETIKA FLUOROKUINOLON ORAL

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
INDIKASI EFEK SAMPING
• Sal.Cerna(mual, muntah dan rasa tidak enak
• Infeksi saluran kemih di perut)

• SSP: sakit kepala dan pusing,


• Infeksi saluran cerna jarang(halusinasi, kejang, delirium)

• Infeksi tulang dan sendi • Hepatotoksik


• Infeksi kulit dan jaringan lunak • Kardiotoksik
• Fototoksik

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
TERAPI FARMAKOLOGI
PADA GO & SIFILIS:
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman
Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
Kementerian Kesehatan, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2016.
KANAMISIN
• Merupakan golongan aminoglikosid
• Sangat efektif pada bakteri basil gram negatif yang aerob. Sedangkan untuk gram positif
dan anaerob sangat rendah aktivitasnya.
• Bersifat bakterisidal
• Mekanisme kerja: obat ini berikatan dengan ribosom 30S dan menghambat sintesis
protein🡪 terjadi percepatan transpor dalam sel 🡪 kerusakan sitoplasma🡪 kematian sel.

Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2016
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Farmakokinetika:
Aminoglikosida bersifat sangat polar
sehingga sangat sulit dicerna oleh
saluran cerna, kurang dari 1% dosis
diberikan diabsorbsi lewat saluran
cerna. Pemberian per oral hanya
dimaksudkan untuk kerja lokal
seperti persiapan prabedah usus,
untuk mendapatkan efek sistemik
perlu pemberian secara parenteral.

Rosdiana, Aminoglikosida, dalam: Farmakologi dan Terapi FK UI, edisi VI, 2016
• Absorpsi: dalam bentuk asam sulfat secara I.M sangat baik diserap.Kadar puncak
dicapai sekitar ½-2 jam
• Distribusi:hampir seluruhnya terdapat dalam plasma dan sangat terbatas pada css
• Metabolisme: tertinggi pada korteks renal
• Ekskreksi: melalui ginjal dengan filtrasi glomerulus

Rosdiana, Aminoglikosida, dalam: Farmakologi dan Terapi FK UI, edisi VI, 2016
• Kontraindikasi:

Hipersensitif
Kehamilan
Miastenia gravis
• Efek samping:

Gangguan vestibuler & pendengaran

Nefrotoksisitas
Hipomagnesemia pd pemberian jangka panjang
Kolitis
• Interaksi obat

Kombinasi dengan anestesi atau pelumpuh otot dapat menyebabkan depresi pernafasan.
Penggunaan bersama diuretik dapat memperburuk ototoksisitas/nefrotoksisitas

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
• Sediaan:
Vial 1 g
Vial 2 g
• Dosis dewasa:
● Injeksi IM 🡪 250mg/6jam atau 500mg/12jam
● Injeksi IV 🡪 15-30mg/kgbb/hr dalam dosis terbagi
tiap 8 – 12 jam

Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
CEFTRIAXONE
• merupakan golongan
cefalosporin generasi ke-3
• Aktif terhadap kuman gram positif
• Waktu paruh mencapai 8 jam
• Terikat pd protein plasma 88-96%

Dept.Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Dept.Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Sediaan:
• Vial 1 g (I.M atau I.V)
Dosis:
• Dewasa dan anak >12 thn : 1 – 2 g/hr dosis maksimal 4 g/hr
• Tanpa komplikasi = 250mg I.M dosis tunggal
• Neonatus: 20-50mg/kgbb/hr (I.V)
• Bayi dan anak<12 thn: 20-80mg/kgbb/hr (I.V)

Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Dept.Farmakologi dan Terapeutik FK UI,
Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Kontraindikasi:

• Hipersensitif

Efek samping:

• Gangguan saluran cerna

• Reaksi hipersensitivitas

• Gangguan fungsi hati

• Gangguan SSP

• Gangguan hematologi

Interaksi obat:

• Antibakteri 🡪 adanya peningkatan resiko nefrotoksisitas bila diberikan


bersamaan gol.Aminoglikosida

• Antikoagulan 🡪 meningkatkan efek anti koagulan

• Vaksin 🡪 mampu menginaktivasi vaksin tifoid oral

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
CEFIXIME
• Merupakan golongan antibakteri cefalosporin generasi ke-3 yang diberikan
secara peroral
• Sangat efektif terhadap bakteri coccus gram negatif
• Farmakodinamik: menghambat sintesis dinding sel bakteri, reaksi
transpeptidase tahap ketiga dalam reaksi pembentukan dinding sel.

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Sediaan:
• Kapsul 100mg, 200mg, 400mg
• Sirup 100mg/5ml
Dosis:
• Dewasa dan anak >12 thn atau berat ≥30kg: 2 x50 -100mg/hari (inf.Berat
= 2 x 200mg/hari)
• Anak < 30 kg 🡪 2 x 1,5-3mg/kgbb/hari

Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
Kontraindikasi:

• Hipersensitif

Efek samping:

• Gangguan saluran cerna

• Reaksi hipersensitivitas

• Gangguan fungsi hati

• Gangguan SSP

• Gangguan hematologi

Interaksi obat:

• Antibakteri 🡪 adanya peningkatan resiko nefrotoksisitas bila diberikan bersamaan gol.Aminoglikosida

• Antikoagulan 🡪 meningkatkan efek anti koagulan

• Vaksin 🡪 mampu menginaktivasi vaksin tifoid oral

Sumber Pustaka:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
ERITROMISIN
• Golongan makrolid
• Menghambat sintesis protein dengan cara berikatan secara reversibel
dengan ribosom subunit 50S
• Umumnya bersifat bakteriostatika, walaupun terkadang dapat bersifat
bakterisidal bagi kuman yang sangat peka
• Peka terhadap kuman kokus gram positif dan batang gram positif
• Sedikit diekskresi di ginjal namun hampir sebagian besar di hati
Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
• Absorpsi: Diserap baik oleh usus halus kecil bagian atas,
aktivitasnya menurun oleh karena asam lambung maka diberikan
selaput tahan asam atau bentuk ester stearate.
• Distribusi: Baik ke berbagai tubuh kecuali otak dan CSS
• Metabolisme: memiliki masa paruh eliminasi 1,5 jam
• Ekskreksi: terutama oleh hati, selebihnya lewat urin

Rosdiana, Aminoglikosida, dalam: Farmakologi dan Terapi FK UI, edisi VI, 2016
Dosis:
Dewasa: 1 – 2 gram/hari dalam 4 dosis
Anak-anak 30 – 50 gram/hari dalam 4 dosis

Sediaan:
Kapsul/tablet : 250 mg dan 500 mg
Syrup: 250 m/5ml , 200mg/5ml, 100mg/2,5ml
AZITROMISIN
• Golongan makrolid, menghambat sintesa protein
• Waktu paruh sangat panjang (waktu eliminasi obat= 3 hari) absorbsi sangat cepat, apabila
tidak diberikan bersamaan dengan makanan
• Dosis:
• Dewasa: 1 g (dosis tunggal)
• Anak > 6 bln: 10 mg/kgbb/hari (1 kali sehari) selama 3 hari
• Sediaan:
• Tablet 250 mg dan 500 mg
• Syrup 200 mg/5 ml
• Vial 500 mg
Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
DOXYCYCLINE
• Merupakan golongan tetracyclin yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein di
ribosom 30S
• Absorbsi terjadi 90% di SC, metabolisme terjadi di hati, ekskresi di ginjal sekitar 20 -50%
• Masa paruh 17 – 20 jam
• Dosis:
• 2 x 100 mg/hari selama 7 hari
• Sediaan:
• Kapsul / tablet : 50 mg dan 100 mg

Sumber Pustaka:
Kementrian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual; 2015
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Farmakologi dan Terapi edisi VI; 2016
METRONIDAZOLE
• Merupakan amubisid luminal dan jaringan, serta trikomoniasid, berbentuk kristal kuning
muda dan sedikit larut dalam air atau alcohol.
• Diabsorbsi baik secara oral
• Waktu paruh : 8-10 jam
• Diekskresikan melalui urin , selain itu pada air liur, ASI, cairan vagina dan cairan seminal
dalam kadar rendah
• E.S: sakit kepala, mual, muntah,mulut kering, rasa kecap logam.

Farmakologi dan Terapi FK UI, edisi VI, 2016


INDIKASI:
• Amobiasis

• Trikomoniasis

• Infeksi bakteri anaerob

SEDIAAN:

• Tablet 250 mg dan 500 mg

• Suspensi 125 mg/5ml

• Suppositoria 500 mg dan 1 g

DOSIS
Farmakologi
• Dewasa : 3 x 750 mg/hr selama 5-10 hari dan Terapi FK UI, edisi VI, 2016

• Anak: 35-50 mg/kgBB/hr terbagi dalam 3 dosis

• Khusus wanita dengan trikomoniasis 3 x 250 mg/hr selama 7-10 hr,

• Untuk infeksi campuran trikomoniasis dan candida : Tablet vagina 500 mg metronidazole ditambah 100.000 IU nistatin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai