Kasus 2
Dislipidemia
b Patomekanisme
2. Dislipidemia
a. Fenotipik :
EAS :
o Hiperkolesterolemia
o Dislipidemia campuran
o Hipertrigliseridemia
NCEP :
o Ideal : kolesterol total < 200 mg/dl
o Batas tinggi : kolesterol total 200 – 239 mg/dl
o Tinggi : kolesterol total ≥ 240 mg/dl
7
WHO :
Klasifikasi Klasifikasi Lipoprotein
Generik Terapeutik meningkat
Dislipidemia Hipertrigliseridemia
I Kilomikron
eksogen eksogen
Hiperkolesterolemia
endogen
Dislipidemia
IIb + LDL +VLDL
kombinasi
dislipidemia
Partikel-partikel
Dislipidemia
III Hipertrigliseridemia remnant (β
remnant
VLDL)
Dislipidemia
IV Endogen VLDL
endogen
VLDL
Dislipidemia Hipertrigliseridemia
V +
campuran endogen
kilomikron
b. Patogenik :
Primer : yang tidak jelas sebabnya
Sekunder : yang mempunyai penyakit dasaer, missal:
o Sindrom nefrotik
o Diabetes militus
o hipotiroidisme
8
membesar dan dilain pihak adanya thrombus tersebut akan berpotensi untuk
lepas yang selanjutnya akan berjalan didalam aliran darah yang disebut
sebagai embolus. (Sudoyo,2009)
Embolus adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat
dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah, dan
berasal dari suatu tempat lain daripada susunan sirkulasi darah. Embolus (95
%) berasal dari trombus. Adanya embolus ini baru menimbulkan masalah
apabila diameter pembuluh darah yang dilalui oleh embolus tersebut
berdiameter lebih kecil daripada embolusnya sendiri sehingga terjadilah
penutupan pembuluh darah secara mendadak. Penyebab utama terbentuknya
trombus adalah karena adanya penumpukan lemak pada pembuluh darah
arteri. Pada keadaan ini darah yang melewati pembuluh darahakan terhambat
dan trombus akan terbentuk, trombus akan menempel pada bagian endotel
pembuluh darah arteri. Lama kelamaan penumpukan tersebut akan terdorong
oleh darah yang melalui pembuluh darah tersebut, dan partikel kecil yang
berasal dari trombus akan terbawa aliran darah menuju pembuluh darah
selanjutnya hingga ke jantung. Pembentukan trombus dimulai dengan
melekatnya trombosit-trombosit pada permukaan endotel pembuluh darah
atau jantung. Darah yang mengalir menyebabkan makin banyak trombosit
tertimbun pada daerah tersebut. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis
dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam
lumen. Pada saat tertentu,terutama jika aliran darah cepat seperti dalam arteri,
massa yang terbentuk dari trombosit akan terlepas dari dinding pembuluh,
tetapi kemudian diganti lagi oleh trombosit lain. (Sudoyo,2009)
a. Tahap dini.
Pada tahap paling awal ini, secara makroskopik, belum terlihat perubahan
pada dinding sel arteri, tapi secara mikroskopik pada sub intima ditemukan
11
Pada tahap ini, di samping sel busa terlihat pula tumpukan lemak ekstrasel
yang terjadi karena nekrosis sel busa. Di dalam sub intima juga dijumpai
limfosit, sel-sel otot polos dan serat kolagen. Keberadaan serat kolagen ini
menimbulkan nama fibrous plaque (bercak berserat). Walaupun dalam
keadaan terdesak, sel-sel endotelium masih terlihat utuh. Secara
makroskopis terlihat sebagai dungkul yang menonjol ke dalam lumen.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium memegang peranan penting dalam
menegakkan diagnosa. Parameter yang diperiksa: kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, kolesterol HDL dan trigliserid. (Wijaya, 2010)
a. Persiapan
Sebaiknya subjek dalam keadaan metabolik stabil, tidak ada
perubahan berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, olahraga,
minum kopi atau alkohol dalam 2 minggu terahir sebelum diperiksa, tidak
ada sakit berat atau operasi dalam 2 bulan terakhir.
Tidak mendapat obat yang mempengaruhi kadar lipid dalam 2
minggu terakhir. Bila hal tersebut tidak memungkinkan, pemeriksaan
tetap dilakukan tetapi, dengan disertai catatan. (Wijaya, 2010)
b. Pengambilan bahan pemeriksaan
Pengambilan bahan dilakukan setelah puasa 12-16 jam ( boleh
minum air putih) . Sebelum bahan diambil subjek duduk selama 5 menit.
Pengambilan bahan dilakukan dengan melakukan bendungan vena
seminimal mungkin. Bahan yang diambil adalah serum. (Wijaya, 2010)
c. Analis
Analis kolesterol total dan trigliserida dilakukan dengan metode
ensimatik. Analis kolesterol HDL dan Kol-LDL dilakukan dengan
metode presipitasi dan ensimatik Kadar kolesterol LDL sebaiknya
diukur secara langsung, atau dapat juga dihitung menggunakan rumus
Friedewaid kalau kadar trigliserida < 400 mg/d, sebagai berikut :
Rasio Kolesterol
Sampel darah
a. Kolestiramin
Kolestiramin adalah suatu anion ammonium kuartener penukar
resin dengan inti stiren. Gugus klorida kolestiramin dapat ditukar
dengan anion lainnya, seperti garam empedu dan lain-lain.
b. Kolestipol
Obat ini juga merupakan suatu anion penukar resin, sehingga
efikasi, mekanisme kerja, dan toksisitasnya sama dengan kolestiramin.
Hanya menurunkan kadar kolesterol. Dosis perhari dapat diberikan
antara 12-25 g peroral dibagi dalam 4 dosis. (Katzung, 2010)
23
Farmakokinetik
Mekanisme kerja
3. Niasin
a. Klofibrat
Adalah suatu derivat asam isobutirat, yang oleh esterase serum
menjadi asam klofibrat. Mekanisme kerja : Obat ini dapat merangsang
enzim LPL sehingga bersihan VLDL meningkat yang berarti
menurunkan kadar TO. Selain itu karena menghambat sintesa kolesterol
26
b.Gemfibrozil
Obat ini juga merupakan derivat asam fibrat dengan mekanisme
kerja yang mirip klofibrat. Peningkatan bersihan VLDL dan
penghambatan sintesa VLDL dalam hepar dapat menurunkan kadarTG
sampai 50%. Efek ini timbul karena menurunnya kadar asam lemak
bebas dan meningkatnya aktifitas enzim LPL. Pembentukan LDL
dicegah dan bersihannya ditingkatkan. Selain itu gemfibrozil juga dapat
meningkatkan HDL yang penting pada proteksi timbulnya PJK. Obat
ini mudah diserap oleh saluran cerna dan diekskresikan ke dalam urin
27
secara utuh. Masa paruhnya sekitar 1,5 jam. Dosis yang dianjurkan
sekitar 1200 mg/hari dibagi dalam 2 dosis. Indikasi klinis : Sebaiknya
obat ini diberikan bila ditemui hipertrigliseridemia berat, peninggian
VLDL seperti untuk tipe III, IV dan V hiperlipoproteinemia. Obat ini
dapat juga menurunkan LDL kolesterol pada hiperkolesterolemia.
Efek samping : sama dengan klofibrat. (Katzung, 2010)
c.Fenofibrat
Fenofibrat merupakan prodrug dan tidak mempunyai efek
antilipemik hingga dihidrolosis oleh jaringan dan plasma esterase
sehingga menjadi bentuk aktif yaitu asam fenofibrat. Fenofibrat
mempunyai efek menurunkan kolesterol total, LDL, VLDL, trigliserida
dan Apo B, serta menaikkan kadar HDL , Apo A-I dan Apo A-II.
Mekanisme kerja Fenofibrat belum diketahui secara pasti tetapi diduga
memiliki aktivitas :
•Meningkatkan pengeluaran partikel yang kaya akan trigeliserida.
•Aktivasi lipoprotein lipase, menurunkan produksi Apo C-III yang
merupakan inhibitor lipoprotein lipase. seta meningkatkan lipolysis.
•Aktivasi reseptor (peroxisome proliferator actvated receptor α) yang
menginduksi sintesis HDL, Apo A-I dan Apo A-II. (Katzung, 2010)
Penggunaan Terapi dan Dosis :Fenofibrat memiliki dua bentuk
sedian yaitu fenofibrat micronized dan nonmicronized. 67 mg fenofibrat
micronized bioekivalen dengan 100 mg fenofibrat nonmicronized.
Dosis fenofibrat micronized adalah 1 kali sehari 200 mg sedangkan
fenofibrat nonmicronized adalah 3 kali sehari 100 mg. (Katzung, 2010)
Fenofibrat juga dapat menurunkan kadar asam urat, pada orang
sehat dan penderita hiperurikemia fenofibrat bekerja dengan
meningkatkan ekskresi asam urat. Fenofibrat kontraindikasi untuk
penderita dengan kerusakan dan kelainan pada fungsi ginjal, serta
penderita yang hipersensitif terhadap obat ini. (Katzung, 2010)
Efek samping penggunaan fenofibrat antara lain :
• kelainan fungsi hati ( meningkatkan AST/SGOT dan ALT/SGPT )
28
2. Aktivitas fisik
Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas
fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Semua jenis aktivitas fisik
bermanfaat, seperti jalan kaki, naik sepeda, berenang, dll. Penting sekali
agar jenis olahraga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan pasien,
selain itu agar berlangsung terus menerus. (Sudoyo, 2009)
31
namun terutama terdapat di hati, dan sering digunakan sebagai salah satu
parameter diagnosa dalam bidang kedokteran. Aplikasi yang paling sering
digunakan adalah untuk mendiagnosa penyakit pada hati atau saluran
empedu, dan penanda utama pada gejala diabetes mellitus tipe 2. Aktivitas
paling tinggi dari GGT ditemukan pada ginjal, usus kecil, pankreas, hati dan
organ lain yang mempunyai fungsi absorbsi dan sekresi. Kadar GGT
dihubungkan dengan beberapa faktor resiko kardiovaskuler, dan ditemukan
juga sebagai prediktor pada hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung.
Ada O Enzim ini ditemukan pada berbagai jaringan pada permukaan
hubungan yang kuat antara peningkatan kadar GGT dan insiden diabetes.
Walaupun GGT digunakan secara luas sebagai marker untuk konsumsi
alkohol. (Ristoff E,2003)
Gamma glutamyltransferase memicu katabolisme GSH, menyediakan
pasokan sistein untuk sel dan memelihara rasio GSH intraselular,
metabolisme leukotriena C4 dan xenobiotik. Ekspresi GGT merupakan salah
32
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC.
Jakarta. 575-588 Hal
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Kedokteran Edisi ketiga Jilid I. Media Aesculapius
FKUI. Jakarta. 588-596 Hal