Anda di halaman 1dari 5

Makalah Dislipidemia

1. Definisi
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta
penurunan kolesterol HDL (K-HDL). Kolesterol adalah fat-like substance (lipid) yang terdapat
pada membrane sel dan merupakan prekusor dari asam empedu dan hormone steroid.
Kolesterol beredar dan larut dalam darah dalam bentuk partikel yang mengandung lipid dan
protein [Lipoprotein]
Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai peran yang penting,
dan erat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin dibicarakan tersendiri.
Atherosklerosis dapat menyebabkan penyempitan liang oembuluh darah, aliran darah
berkurang, insufisiensi oksigen dan kerusakan organ. Agar lipid dapat larut dalam darah,
molekul lipid harus terikat pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang
sering disingkat dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal sebagai
lipoprotein. Tergantung dari kandungan lipid dan jenis apoprotein yang terkandung maka
dikenal lima jenis liporotein yaitu kilomikron, very low density lipo protein (VLDL),
intermediate density lipo protein (IDL), low-density lipoprotein (LDL), dan high density
lipoprotein (HDL) (tabel 1).
Dari total serum kolesterol, K-LDL berkontribusi 60-70 %, mempunyai apolipoprotein
yang dinamakan apo B-100 (apo B). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein aterogenik utama,
dan dijadikan target utama untuk penatalaksanaan dislipidemia. Kolesterol HDL berkontribusi
pada 20-30% dari total kolesterol serum. Apolipoprotein utamanya adalah apo A-1 dan apo
A-II. Bukti bukti menyebutkan bahwa HDL memghambat proses aterosklerosis.
Tabel 1. Jenis Lipoprotein, apoprotein, dan kandungan lipid
Jenis Jenis Kandungan Lipid (%)
Lipoprotein Apoprotein Trigliserida Kolesterol Fosfolipid
Kilomikron Apo – B48 80-95 2-7 3-9
VLDL Apo – B100 55-80 5-15 10-20
IDL Apo – B100 20-50 20-40 15-25
LDL Apo – B100 5-15 40-50 20-25
HDL Apo-AI dan 5-10 15-25 20-30
Apo - AII

2. Klasifikasi
Berbagai klasifikasi dapat ditemukan dalam kepustakaan, tetapi yang mudah
digunakan adalah pembagian dislipidemia dalam bentuk dislipidemia primer
dan dislipidemia sekunder. Dislipidemia sekunder diartikan dislipidemia yang
terjadi sebagai akibat suatu penyakit lain. Pembagian ini penting dalam
menentukan pola pengobatan yang akan diterapkan.
A. Dislipidemia primer
Dislipidemia primer adalah dislipidemia akibat
kelainan genetik. Pasien dislipidemia sedang disebabkan oleh
hiperkolesterolemia poligenik dan dislipidemia kombinasi familial.
Dislipidemia berat umumnya karena hiperkolesterolemia familial,
dislipidemia remnan, dan hipertrigliseridemia
B. Dislipidemia sekunder
Pengertian sekunder adalah dislipidemia yang terjadi akibat
suatu penyakit lain misalnya hipotiroidisme, sindroma nefrotik,
diabetes melitus, dan sindroma metabolik. Pengelolaan penyakit
primer akan memperbaiki dislipidemia yang ada. Dalam hal ini
pengobatan penyakit primer yang diutamakan. Akan tetapi pada pasien
diabetes mellitus pemakaian obat hipolipidemik sangat dianjurkan,
sebab risiko koroner pasien tersebut sangat tinggi. Pasien diabetes
melitus dianggap mempunyai risiko yang sama (ekivalen)dengan
pasien penyakit jantung koroner. Pankreatitis akut merupakan
menifestasi umum hipertrigliseridemia yang berat.
Tabel 2. Penyebab dislipidemia sekunder
 Diabetes melitus
 Hipotiroidisme
 Penyakit hati obstruktif
 Sindroma nefrotik
 Obat-obat yang dapat meningkatkan kolesterol LDL dan
menurunkan kolesterol HDL (progestin, steroid
anabolik,kortikosteroid, beta-blocker)

3. Faktor Resiko Dislipidemia


Faktor resiko dislipidemia dibagi menjadi dua yaitu Tidak dapat diterapi dan
Dapat diterapi. Factor resiko tidak dapat diterapi adalah usia, dimana usia laki-
laki > 45 tahun dan Wanita > 55 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi
mengalami dislipidemia. Selain itu, Riwayat keluarga yang memiliki penyakit
jantung coroner atau infark miokard memiliki resiko yang sama mengalami
hal tersebut. Sedangkan untuk factor resiko yang dapat diterapi antara lain
rokok, hipertensim dan kolesterol HDL <40 mg/dl.
4. Indikator Dislipidemia
Pengelolaan pasien dislipidemia dimulai dengan melakukan penapisan,
anamnesis, dan pemeriksaan laboratorium. Berikut ini anamnesis dan
pemeriksaan fisik dislipidemia :
 Usia (laki-laki ≥ 45 tahun, wanita ≥ 55 tahun)
 Riwayat keluarga dengan PJK dini (Infark miokard atau sudden
death < 55 tahun pada ayah atau < 65 tahun pada ibu
 Perokok aktif
 Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau dengan pengobatan
antihipertensi)
 Kadar kolesterol HDL yang rendah (< 40 mg/dl)
 Sedangkan pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan
adalah( Total kolesterol , Kolesterol LDL , Kolesterol HDL dan
Trigliserida berdasarkan NCEP ATP III Tahun 2001 \

Gambar 2. Indikator dislipidemia


5. Patofisiologi

Gambar 3. Patofisiologi Dislipidemia


6. Tatalaksana Gizi
Tujuan diet dislipidemia adalah untuk menurunkan berat badan bila
kegemukan, mengubah jenis dan asupan lemak makanan, menurunkan asupan
kolesterol makanan, meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan
menurunkan asupan karbohidrat sederhana. Ada dua jenis Diet Dislipidemia
yaitu Diet Dislipidemia Tahap I dan Diet Dislipidemia Tahap II. Diet
Dislipidemia Tahap I mengandung kolesterol dan lemak jenuh lebih tinggi
daripada Diet Dislipidemia Tahap II.
Syarat diet pada penderita dislipidemia adalah sebagai berikut :
a. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan
aktivitas fisik. Bila kegemukan, penurunan berat badan dapat dicapai
dengan asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas fisik.
b. Lemak diberikan sedang yaitu < 30% dari kebutuhan energi total.
Lemak jenuh untuk Diet Dislipidemia I diberikan sebesar < 10% dari
kebutuhan energi total dan untuk Diet Dislipidemia II diberikan < 7%
dari kebutuhan energi total. Lemak tak jenuh ganda dan tunggal untuk
Diet Dislipidemia I dan II adalah 10 – 15% dari kebutuhan energi total.
Kolesterol < 300 mg untuk Diet Dislipidemia I dan < 200 mg untuk
Diet Dislipidemia II.
c. Protein diberikan 10 – 20% dari kebutuhan energi total. Sumber
protein hewani yang berasal dari ikan dan protein nabati lebih
dianjurkan.
d. Karbohidrat sedang, yaitu 50 – 60 % dari kebutuhan energi total.
e. Serat tinggi, terutama serat larut air yang terdapat dalam apel, beras
tumbuk atau beras merah, havermout dan kacang-kacangan.
f. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan
untuk pasien yang mengkonsumsi < 1200 kkal energi sehari.

Anda mungkin juga menyukai