Anda di halaman 1dari 10

HIPERLIPIDEMIA

I.

DEFINISI

Hiperlipidemia (hiperlipoproteinemia/ dislipidemia) adalah suatu keadaanyang ditandai


oleh peningkatan kadar lipid / lemak dalam darah melewati batasnormal.Berdasarkan
jenisnya, hiperlipidemia dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Hiperlipidemia Primer Banyak disebabkan oleh karena kelainan genetik. Biasanya


kelainan iniditemukan pada waktu pemeriksaan laboratorium secara kebetulan.
Padaumumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan yang agak berat tampak
adanya Xantoma (penumpukan lemak di bawah jaringan kulit).
2. Hiperlipidemia Sekunder Pada jenis ini, peningkatan kadar lipid darah disebabkan
oleh suatu penyakit tertentu, misal : diabetes mellitus, gangguan tiroid, penyakit
hepar,dan penyakit ginjal. Hiperlipidemia sekunder bersifat reversible ( berulang).

Ada juga obat-obatan yang menyebabkan gangguan metabolisme lemak, Seperti Bloker ,
diuretik, kontrasepsi oral (estrogen, gestagen).
II.

ETIOLOGI

Penyebab primer, yaitu faktor keturunan (genetik)Penyebab sekunder, seperti :

1. Usia → kadar lipoprotein, terutama LDL, meningkat sejalan dengan bertambahnya


usia
2. Jenis kelamin pria →memiliki kadar LDL lebih tinggi dalam keadaannormal, tetapi
menopause kadarnya pada wanita
3. mulai meningkat.
4. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
5. Obesitas
6. Menu makanan yang mengandung asam lemak jenuh, seperti : mentega,margarin,
whole milk, es krim, keju, daging
7. Kurang melakukan olahraga
8. Penggunaan alkohol
9. Merokok
10. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
11. Gagal ginjal
12. Kelenjar tiroid yang kurang aktif
13. Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak sepertiestrogen, pil
KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan tertentu)

METABOLISME LIPID DAN PATOFISIOLOGI


Lipid plasma utama terdiri atas kolesterol

trigliserida,

phosfolipid dan

free fatty

acid.

Namun karena lipid ini bersifat hidrofobik maka sirkulasinya dalamdarah adalah dalam bentuk
kompleks lipid-protein atau lipoprotein. Plasmalipoprotein sendiri, berdasarkan densitasnya, terdiri
atas: kilomikron

VLDL

LDL

dan

HDL.

Komposisi dan fungsi dari tiap lipoprotein ini berbeda-beda.Kandungan terbanyak dari

LDL

, misalnya, adalah kolesterol (50%) dan phospolipid (25%), sedangkan kandungan terbanyak dari HDL
adalah protein(50%).

Metabolisme lipid dan lipoprotein pada dasarnya terbagi atas:

1.

Extrahepatic pathway

Kolesterol dan
free fatty acid

yang masuk kedalam tubuh lewat asupanakan diserap di intestinal mikrovili dimana mereka akan
dirubah menjadikolesterol ester dan trigliserida. Kedua zat ini kemudian dikemas dalam bentuk
kilomikron dan disekresi kedalam sistem limfatik dan memasukisirkulasi sistemik. Dikapiler jaringan
lemak dan otot, trigliseridamengalami hidrolisis menjadi mono dan diglyserida. Akibatnya,
ukurankilomikron menjadi berkurang dan karenanya ditransfer menjadi HDL.Kilomikron yang tersisa,
meskipun mengalami penurunan volume, masihtetap mengandung kolesterol dan trigliserida yang
berpotensimenimbulkan hiperlipidemia. Kilomikron ini kemudian dikeluarkan darisistem sirkulasi
oleh hepar, meskipun sebagian kolesterol disekresi sebagaiasam empedu kedalam kantung empedu.

2.

Endogenous pathway

Jalan ini dimulai dengan hidrolisis

VLDL

oleh lipoprotein lipase yangkemudian disirkulasikan ke jaringan lemak dan otot. Trigliserida yang ada
pada zat ini kemudian diambil oleh lemak dan otot sekitar, sedangkankomponen permukaannya
ditransfer kebentuk HDL. Sekitar 50% dari

VLDL dikeluarkan oleh hepar melalui LDL reseptor. Selain itu, hepar jugadapat mengeluarkan LDL
(suatu lipoprotein yang mengandung cholesterolester dan

apoprotein B-100

). HDL sendiri merupakan suatu lipoproteinyang disintesa di hepar dan intestinum dan terdiri atas
50% protein dan20% kolesterol. HDL ini bersifat protektif terhadap aterosklerosis.

Sesaat setelah terjadinya peningkatan kadar LDL dan atau kolesterol,sejumlah monosit akan melekat
pada permukaan endotel arteri dan selanjutnyamelakukan migrasi kedalam ruangan subendotel.
Setelah berbulan-bulan akanterjadi penumpukan kolesterol dan makrofag dalam ruangan
subendotel ini dandisebut

foam cell.

Foam sell

yang bertumpuk kemudian akan menimbulkan

fatty streak

. Sejalan dengan peningkatan kadar kolesterol, sejumlah sel otot halusmuncul pada permukaan
subendotel. Sel otot halus ini kemudian secara progresif memproduksi kolagen dan membentuk
fibrous cap

di atas inti lemak dari lesi.Kolagen yang terbentuk secara terus menerus kemudian menimbulkan
bentuk athresclerotik yang disebut fibrous plaque.

GEJALA

Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang, jika
kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu pertumbuhan yang disebut
Xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalamkulit.Kadar trigliserida yang sangat tinggi
(sampai 800 mg/dL atau lebih) bisamenyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala -
gejala dari pankreatitis(misalnya nyeri perut yang hebat).

Hiperlipidemia biasanya tidak terdeteksi dini sehingga baru ditemukan ketika evaluasi
atau pemeriksaan penyakit aterosklerosis atau penyakit kardiovaskuler. Tanda dan gejalanya
yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada, nyeri perut, hepatosplenomegali, kadar kolesterol
atau trigliserida tinggi, serangan jantung, obesitas, intoleransi glukosa, lesi menyerupai
jerawat pada sekujur tubuh, plak ateromatosus pada pembuluh darah arteri, arkus senilis, dan
xantomata (Harikumar, dkk., 2013).

Secara umum, hiperlipidemia terjadi berdasarkan beberapa mekanisme. (1) Penurunan


ekskresi trigliserida kaya lipoprotein dan inhibisi lipoprotein lipase dan trigliserida lipase. (2)
Faktor-faktor lainnya seperti resistensi insulin, defisiensi carnitine, dan hipertiroidisme yang
dapat menyebabkan kelainan metabolisme lemak. (3) Pada sindrom nefrotik, penurunan
kadar protein albumin dalam sirkulasi menyebabkan kenaikan sintesis lipoprotein untuk
mempertahankan tekanan onkotik plasma (Majid, 2013).

1. Patofisiologi hiperkolesterolemia
Kolesterol LDL normalnya bersirkulasi di dalam tubuh sekitar dua setengah hari,
kemudian berikatan dengan reseptor LDL di sel-sel hati, untuk kemudian di
endositosis. LDL dalam tubuh hilang, dan sintesis kolesterol oleh liver di supresi
oleh mekanisme HMG-CoA reduktase. Pada kondisi hiperkolesterolemia familial,
fungsi reseptor LDL terganggu atau bahkan hilang, sehingga LDL bersirkulasi di
darah lebih lama yaitu empat setengah hari. Hal ini menyebabkan kenaikan kadar
LDL darah, namun lipoprotein lainnya tetap normal. Pada mutasi dari ApoB,
terjadi penurunan ikatan partikel LDL dengan reseptor, sehingga terjadi kenaikan
kadar LDL (Harikumar, dkk., 2013).
2. Patofisiologi hiperlipidemia
Hipertrigliseridemia dapat terjadi karena dua mekanisme. Mekanisme pertama
adalah kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai akibat dari kenaikan asam
lemak bebas yang melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya gangguan pada
pemecahan VLDL dan kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas
lipoprotein lipase menurun, trigliserida gagal dihidrolisa, diubah, atau
dihancurkan, dan metabolism kilomikron serta VLDL remnan tertunda
(Harikumar, dkk., 2013).

Pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologis yang berupa diet,


latihan jasmani, serta pengelolaan berat badan. Tujuan terapi diet adalah
menurunkan resiko penyakit jantung koroner dengan mengurangi asupan lemak
jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori. Perbaikan
keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi
melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan kalori. Terapi untuk penderita
kolestrol tinggi yaitu
1. Terapi Non Farmakologi
a. Terapi Nutrisi Medis
Pasien dengan penyakit dislipidemia dianjurkan untuk mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak trans tidak jenuh sampai < 7-10% total
energi. Penggantian makanan sumber kolesterol dan lemak jenuh dengan
makanan alternative lainnya misal produk susu rendah lemak. Pasien
disarankan mengonsumsi makanan padat gizi (sayuran, kacang-kacangan,
dan buah) serta dianjurkan untuk menghindari makanan tinggi kalori
(makanan berminyak dan soft drink) konsumsi makanan suplemen
contohnya asam lemak omega 3, makanan tinggi serat dan sterol.
Meskipun begitu, upaya perubahan pola diet harus dilakukan secara
bertahap (Sugiarto, 2015).
b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan program latihan yang
mencakup setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang
(menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan
pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang disarankan meliputi
jalan cepat, bersepeda, dan berenang. Tujuan aktivitas fisik harian dapat
dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi sepanjang rangkaian dalam
sehari (minimal 10 menit). Bagi beberapa pasien, beristirahat selama
beberapa saat disela aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal
2 hari seminggu (Sugiarto, 2015).
2. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu terapi dalam
jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari terapi farmakologi
dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk mengontrol kadar LDL dan
HDL dalam darah. Tujuan jangka panjang untuk mencegah terjadinya jantung
koroner. Cara penanganannya dengan menormalkan kadar kolesterol LDL dan
kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).

Diagnosis dislipidemia didapatkan dengan pemeriksaan laboraturium


profil lipid plasma. Pemeriksaan ini dianjurkan pada setiap orang dewasa
berusia lebih dari 20 tahun. Kadar lipid plasma yang diperiksa meliputi
kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila
ditemukan hasil yang normal, maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap
lima tahun. NCEP ATP III pada tahun 2011 membuat suatu batasan kadar
lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan.

Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang


berhubungan dengan intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang
berhubungan dengan intervensi farmakologis. Pentingnya konseling intervensi
gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif terhadap perilaku
untuk mengontrol profil lipid.47 Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk
mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG, dan meningkatkan
kolesterol HDL. Intervensi gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan
atau tanpa tambahan obat penurun lipid, kecuali pada pasien risiko rendah
dengan kolesterol LDL awal <100 mg/dL. Pasien risiko rendah ini hanya perlu
diyakinkan agar tetap dalam keadaan risiko rendah. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan
asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan
aktivitas fisik sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih dan menghentikan
kebiasaan merokok.

a. Fibrat
Derivat asam fibrat seperti gemfibrozil, benzafibrat dan fenofibrat adalah pilihan
terapi untuk trigliseridemia. Fibrat dapat menurunkan trigliserida plasma hingga 50%,
dan meningkatkan kadar HDL-C plasma hingga 20%.Mekanisme kerja fibrat adalah
memodulasi aktivitas reseptor aktivasi peroksisom proliferator di hati, sehingga
menurunkan sekresi VLDL oleh hati dan meningkatkan lipolysis trigliserida di
plasma. Fibrat juga mereduksi jumlah LDL dan meningkatkan HDL-C (Yuan, dkk.,
2007).
b. Statin
Statin adalah inhibitor koenzim 3-hidroksi-metilglutaril. Statin bukan pilihan terapi
lini pertama apabila kadar trigliserida plasma lebih dari 5 mmol/liter. Sama seperti
fibrat, statin pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan jarang sekali
menimbulkan miopati atau toksik pada hati. Penggunaan kombinasi statin dan fibrat
direkomendasikan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan efektif untuk mengontrol
resiko kardiovaskular (Yuan, dkk., 2007).
c. Niacin
Penggunaan niacin secara rutin dapat menurunkan kadar trigliserida plasma hingga
45%, meningkatkan HDL-C plasma hingga 25% dan menurunkan LDL-C hingga
20%. Namun, penggunaan niacin sering menimbulkan efek samping yaitu gatal-gatal,
cutaneous flushing, dan light headedness. Efek samping ini dapat diminimalkan
dengan cara memulai terapi dari dosis rendah kemudian ditingkatkan secara bertahap
ke dosis target. Efek samping lain mungkin muncul tetapi jarang seperti
meningkatnya enzim hati, meningkatnya asam urat, gastrointestinal distress dan
intoleransi glukosa (Yuan, dkk.,2007).
Sebagai perawat harus mengetahui etika dan hukum dalam profesi keperawatan sebagai
landasan untuk bekerja memberikan layanan keperawatan kepada masyarakat sehingga
dijauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib
diketahui oleh perawat dalam memberikan layanan keperawatan kepada individu,
kelompok/keluarga, dan masyarakat.

1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu


mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu
contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa
keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang pola makannya untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan
jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak dianjurkan melaksanakan diet dan
ketika itu penyakit kolesterol membuat keadaan klien semakin memburuk. akhirnya
program diet tidak dilaksanakan karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini
juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran
pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan
harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji
dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda
tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame
teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Nursing Advocacy adalah proses dimana perawat secara objektif memberikan klien
informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun
keputusan yang dibuat. Perawat sebagai advokat merupakan penghubung antara klien tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien,membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim
kesehatan dengan pedekatan tradisional maupun profesional,narasumber dan fasilitator dalam
tahap pengembalian keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien.

Peran Advokat Keperawatan

1. Melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum


2. Membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan
3. Memberikan bantuan mengandung dua peran yaitu peran aksi dan peran nonaksi

Tanggung jawab perawat Secara Umum yaitu Mempunyai tanggung jawab dalam
memberikan aspek,meningkatkan ilmu pengetahuan dan menigkatkan diri sebagai profesi.
Sedangkan Secara khusus yaitu Memberikan aspek kepada klien mencakup asapek bio-
spiko-sosio-kultural-spiritual yang kompehansif dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasarnya.

Dalam menjalankan tugasnya perawat dilindungi oleh Undang-Undang no. 6 tahun


1960 UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga perawat
termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau tenaga kesehatan dengan pendidikan
rendah,termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas di bawah
pengawasan dokter,dokter gigi,dan apotek. Permenkes No. 363/Menkes/Per/XX/1980
tahun 1980, Pemerintahan membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawatan dan bidang.Bidang seperti halnya dokter,diijinkan mengadakan praktik
swasta,sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 Maret 2019 di bangsal mawar B11, Rumah Sakit
Kasih Jakarta. Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan medik. Nama Tn. H, Umur
60 tahun, jenis kelamin laki – laki. Alamat Pancuran, 01/07, Jakarta Barat. Status perkawinan
sudah menikah, agama Islam, suku jawa, pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani, No. RM
068309, Diagnosa medik Hipertensi.

Keluhan utama Pasien mengeluh kepalanya pusing. Riwayat kesehatan sekarang


sebelum dibawa ke Rumah Sakit pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing, perut terasa
mual,muntah bercampur darah, dan tangan terasa kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H
langsung di bawa ke Rumah Sakit Kasih Jakarta agar segera mendapatkan penanganan lebih
lanjut. Tekanan darah 170/110 mmHg, Nadi; 92 x/mennit, pernapasan; 24 x/menit, suhu
36,8˚ C.

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas masalah yang dapat

ditegakkan ;

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan

intrakranial

2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat

4. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi yang
disusun sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa 1 tindakan keperawatan yang telah
dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan menanyakan keluhan pasien, melakukan
pemeriksaan tanda – tanda vital, mengajarkan teknik napas dalam, memberikan tindakan
nonfarmakologis yaitu memberikan pijatan pada pundak, memberikan obat oral analsik 2 x 2
mg dalam 24 jam, memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui selang
infus.

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi yang
disusun sebelumnya, untuk diagnosa 2 tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
mengobservasi keadaan umum pasien, menanyakan keluhan pasien, memberikan makanan
ringan tambahan pada pasien sesuai dengan diit hipertensi. memberikan injeksi
dexametazone 5 mg/8 jam obat masuk melalui selang infus, carnevit 1 vial/24 jam,
ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan brain act 250 mg/12 jam obat masuk melalui selang infus,
mengobservasi keadaan umum pasien.

Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk diagnosa ke 3 adalah melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital dan menanya
keluhan pasien, memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1
gr/12 jam, obat masuk melalui selang infus, memberikan mengajarkan pasien untuk
menggerakkan tangannya dan menekukkan kaki, membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhannya membantu pasien untuk duduk, menganjurkan keluarga untuk selalu
membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal
yaitu ( 130/90 mmHg - 140/95 mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala
masih pusing, masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg, sehingga masalah keperawatan
teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning yaitu dengan memberikan ruangan dan
suasana yang tenang dan nyaman dengan cara membatasi pengunjung, tidak membiarkan
semua keluarga untuk menungguhi pasien. Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis
harapkan nafsu makan dapat meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi,
pasien mengatakan nafsu makan sudah bertambah,mampu menghabiskan makanan sebanyak
2/3 porsi, tenggorokan sudah tidak sakit saat menelan, sehingga masalah keperawatan
teratasi, penulis menambahkan rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi hangat
dan akan mempertahankan rencana tersebut.

Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik kriteria hasil
yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara optimal. Pasien
bisa berganti posisi tidur dengan cara miring ekstremitas atas dan bawah sudah bisa
digerakkan. Sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian, maka penulis masih akan

mempertahankan rencana keperawatan yaitu dengan mendekatkan semua barang yang


dibutuhkan didekat pasien agar pasien tidak tergantung dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai