Anda di halaman 1dari 11

D.

    Pengobatan Farmakologis
1.  Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air (Katzung G. Bertram,
2001).

2.  Antagonis Reseptor- Beta


Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan denyut
dan curah jantung (Katzung G. Bertram, 2001)

3.  Antagonis Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal
berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi (Katzung G.
Bertram, 2001)

4.  Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Penghambat
kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan denyut
jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer (Katzung G. Bertram, 2001)

5.  ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini
menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer.
Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan
meningkatkan pengeluaran netrium melalui  urine sehingga volume plasma dan
curah jantung menurun (Katzung G. Bertram, 2001)

6.      Vasodilator
Klasifikasi OAH (obat anti hipertensi) didasarkan pada tempat regulasi utama atau
titik tangkap kerjanya :

1.      DIURETIK
1.      Furosemide
         Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix,
salurix, uresix.
         Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
         Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen
tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of
henle.
         Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan
penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik
sindrom, hipertensi.
         Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
         Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
         Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek
ototoksit meningkat bila diberikan bersama
aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama
asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila
diberikan bersamaan.
         Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr (Ganiswarna SG, 2004).

2.      HCT (Hydrochlorothiaside)
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan
vaskuler perifer menurun.
         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya
ditimbun dalam jaringan ginjal.
         Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal
jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis,
hipertensi.
         Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan.
         Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam (Ganiswarna
SG, 2004).

2.      ANTAGONIS RESEPTOR BETA


1.      Asebutol (Beta bloker)
         Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
         Sediaan obat : tablet, kapsul.
         Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan
aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik
perifer.
         Indikasi : hipertensi, angina pectoris,
aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif
hipertropi, tirotoksitosis.
         Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes
mellitus, bradikardia, depresi.
         Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk,
lesu
         Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi
bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan
kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa
alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA
meningkat bila diberikan bersama dengan
penghambat kalsium
         Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr)
(Ganiswarna SG, 2004).
2.      Atenolol (Beta bloker)
         Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor di ginjal.
         Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
         Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria,
asma, diabetes.
         Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan
tidur, kulit kemerahan, impotensi.
         Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan
bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar
trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila
diberi bersama alkaloid ergot.
         Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

3.      Metoprolol (Beta bloker)


         Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di
SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor beta 1 di ginjal.
         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali
sehari.
         Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan
denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta
dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk
ke ASI.
         Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
         Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III,
syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
         Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk, diare
         Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
         Dosis : 50 – 100 mg/kg (Ganiswarna SG, 2004).

4.      Propranolol (Beta bloker)


         Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan
curah jantung, menghambat pelepasan renin di
ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat
vasomotor otak.
         Farmakokinetik : diabsorbsi dengan  baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali
sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan
akan bersaing dengan obat – obat lain yang juga
sangat mudah berikatan dengan protein.
         Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan
denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta
dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk
ke ASI.
         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung,
migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard
infark, feokromositoma
         Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan
blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung
kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita
biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.
         Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah,
bronkospasme, agranulositosis, depresi.
         Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine
karena menambah berat hipotensi dan kalsium
antagonis karena menimbulkan penekanan
kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi
bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin,
fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat
ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol.
Etanolol menurukan absorbsinya.
         Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis
pemeliharaan (Ganiswarna SG, 2004).

3.      ANTAGONIS RESEPTOR ALFA


Klonidin (alfa antagonis)
         Nama paten : Catapres, dixarit
         Sediaan obat : Tablet, injeksi.
         Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di
SSP.
         Indikasi : hipertensi, migren
         Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
         Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
         Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek
antihipertensinya.
         Dosis : 150 – 300 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

4.      ANTAGONIS KALSIUM
1.      Diltiazem (kalsium antagonis)
         Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
         Sediaan obat : Tablet, kapsul
         Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit
vaskuler perifer.
         Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
         Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan
saluran cerna.
         Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama
beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung
dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan
digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
         Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan (Ganiswarna SG,
2004).

2.      Nifedipin (antagonis kalsium)


         Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat,
Nifecard, Vasdalat.
         Sediaan obat : Tablet, kaplet
         Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer,
menurunkan spasme arteri coroner.
         Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme
coroner, gagal jantung refrakter.
         Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil
dan menyusui.
         Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
         Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan
hipotensi berat atau eksaserbasi angina.
Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan
waktu protombin bila diberikan bersama
antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya
dalam plasma.
         Dosis : 3 x 10 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

3.      Verapamil (Antagonis kalsium)


         Nama paten : Isoptil
         Sediaan obat : Tablet, injeksi
         Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot
jantung dan vaskuler sistemik sehingga
menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan
menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan
penggunaan oksigen.
         Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung,
migren.
         Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik,
fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III,
hipersensivitas.
         Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema,
lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
         Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan
efek negative pada denyut, kondiksi dan
kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin
dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain
menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan
kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin
menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas
jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan
tekanan darah yang berate bila diberi bersama
kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan
obat ini.
         Dosis : 3 x 80 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).
5.      ACE INHIBITOR (penghambat enzim konversi angiotensin)
1.      Kaptopril
         Nama paten : Capoten
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat
menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.
         Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
         Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan
riwayat angioedema dan wanita menyusui.
         Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
         Interaksi obat :  hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan
vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat
lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan
efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
         Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

2.      Lisinopril
         Nama paten : Zestril
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas
vasopressor dan sekresi aldosterone.
         Indikasi : hipertensi
         Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita
hamil, hipersensivitas.
         Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung,
insomnia, pusing.
         Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretic. Indomitasin meningkatkan efektivitasnya.
Intoksikasi litium meningkat bila diberikan bersama.
         Dosis : awal 10 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

3.      Ramipril
         Nama paten : Triatec
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas
vasopressor dan sekresi aldosterone.
         Indikasi : hipertensi
         Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada wanita
hamil dan menyusui.
         Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut,
bingung, susah tidur.
         Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya.
Intoksitosis litiumm meningkat.
         Dosis : awal 2,5 mg/hr (Ganiswarna SG, 2004).

6.      VASODILATOR
1.      Hidralazin
         Nama paten : Aproseline
         Sediaan obat : Tablet
         Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
         Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
         Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
         Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna,
muka merah, kulit kemerahan.
         Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama
diazodsid.
         Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis (Ganiswarna SG,
2004).

DAFTAR PUSTAKA

Katzung G. Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 1. Jakarta.


Salemba Medika.
Ganiswarna SG. 2004. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakata. FKUI.

Anda mungkin juga menyukai