Anda di halaman 1dari 17

SPESIALIT OBAT KARDIOVASKULER

(Golongan Hipertensi)

Disusun Oleh:

1. Fika Rahma Atika/ 3E/ AKF18152


2. Firly Rochmania/ 3E/ AKF 18153
3. Hermin Rosinta/ 3E/ AKF 18155
4. Rizky Masrofiati/ 3E/ AKF 18173
5. Rizqyatull Azizah/ 3E/ AKF18174
6. Rizqy Ainindya/3E/ AKF 18175

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi & memperbaiki


sistemkardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara langsung ataupun tidak
langsung. Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur peredaran
darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan
baik. Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur
darah ke jaringan.

Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA,
nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem
saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem
tersebut akan mengakibatkan kelainan pada system kardiovaskuler. Obat kardiovaskuler:
adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan pembuluh darah. Obat
Kardiovaskuler terbagi menjadi Obat Antiangina, Obat Antiaritmiac, Obat Glikosidad,
Obat Antihipertensi.

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yaitu dibawa oleh darah terlambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya dimana tekanan darah persisten diatas
140/90mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya
160mmHg dan tekanan diastoliknya 90mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja golongan obat antihipertensi ?
2. Apa saja spesialit golongan obat antihipertensi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui golongan obat antihipertensi.
2. Untuk mengetahui spesialit obat antihipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Antihipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang
(Kemenkes RI, 2014). Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan diastolik ≥90 mmHg (Mansjoer et al., 2001). Hipertensi didefinisikan oleh
JNC 7 sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Chobanian et al., 2003).
Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistol),
adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor
kembali (diastol) (Chin & Badri, 2012). Ada beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan hipertensi diantaranya yaitu riwayat keluarga, individu dengan riwayat
keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Adapun tujuan
pemberian antihipertensi yakni:

1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat gagal
jantung.

2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah dan
mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.

3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang sudah
terkena serangan serebrovaskular.

4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi


maternal
2.2. Klasifikasi Obat golongan Antihipertensi

Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih mekanisme pengaturan
tekanan darah. Kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-
blocker), penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat
reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium
(Calcium Channel Blocker), dan Vasodilator.

 Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam
yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :
(1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung yang menyebabkan
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
(2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah
perifer juga berkurang.
Jenis-jenis obat diuretic
- Diuretik Loop (Furosemid)
Mekanisme kerja golongan diuretik kuat adalah bekerja di antara Henle asenden
bagian epitel tebal dengan menghambat transport Na+ , K+ ,Cl - dan meghambat
resorbsi air dan elektrolit. Diuretik kuat dipilih untuk hipertensi dengan gangguan
ginjal yang berat atau gagal ginjal.
Nama paten : farsix (pratapa), Lasix (sanofi) , uresix.(sanbe)

Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi

Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke


dalam intersitium pada ascending limb of henle.

Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung


kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui


Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.

Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit


meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh
diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila
diberikan bersamaan.

Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 - 6 mg/kgBB/hr

- Diuretik thiazide (Hydrochlorotihiazide, Indapamide)

Mekanisme kerja golongan tiazid adalah menghambat transport bersama (symport)


Na-Cl di tubulus distal ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl di tubulus merupkan obat
utama hipertensi, paling efektif dalam menurunkan resiko kardiovaskuler. HCT
(Hydrochlorothiaside)

Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga


volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun.

Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi


keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.

Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis


hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.

Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada


kehamilan. Dosis : Dewasa 25 - 50 mg/hr Anak 0,5 -1,0 mg/kgBB/12 -24 jam

- Diuretik hemat kalium (Spironolacton, Amiloride)


Diuretik hemat kalium dapat menimbulkan hiperkalemia, bila diberikan pada
pasien dengan gagal ginjal atau bila dikombinasi dengan penghambat ACE, ARB,
Beta-bloker, AINS dengan atau suplemen kalium. Diuretik hemat kalium dihindari
bila pasien dengan kreatinin serum lebih dari 2,5 mg / dl (Gunawan et al., 2007).

Nama dagang / paten : aldactone (simex), letonal(otto), spirola(kalbe farma)

Indikasi: edema dan asitas pada sirosis hati, asites malignan, sindroma nefrotik, gagal
jantung kongestif; hiperaldosteronism primer.
Peringatan: produk-produk metabolik berpotensi karsinogenik pada hewan mengerat; usia
lanjut; gangguan hati; gangguan ginjal (hindari bila sedang sampai berat); pantau elektrolit
(hentikan bila terjadi hiperkalemia, hiponatremia; penyakit Addison).

Efek Samping:

gangguan saluran cerna; impotensi, ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi, sakit
kepala, bingung; ruam kulit; hiperkalemia; hiponatremia; hepatotoksisitas, osteomalasia,
dan gangguan darah dilaporkan.

Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; Anak. dosis awal 3
mg/kg bb dalam dosis terbagi.

 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)


Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blocker dapat
dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain :
(1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan curah jantung;
(2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
Angiotensin II;
(3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan
biosentesis prostasiklin. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol,
Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol,
Labetalol
 Penghambat alfa atau alpha-blockers
Obat golongan penghambat alfa bekerja dengan menghambat hormon
norepinephrine, sehingga pembuluh darah melemas dan tetap terbuka. Akibatnya,
aliran darah menjadi lancar dan tekanan darah menurun. Obat penghambat alfa juga
melemaskan otot di kandung kemih dan kelenjar prostat, sehingga memudahkan
proses buang air kecil. Dua jenis obat penghambat alfa ialah doxazosin dan terazosin.

 Obat penghambat alfa dapat menyebabkan gangguan pada pasien yang menjalani
operasi katarak. Gangguan tersebut berupa pupil sulit melebar atau mengencang
secara tiba-tiba saat operasi.

 Obat ini dapat menyebabkan pusing dan menurunkan tekanan darah secara tiba-
tiba pada dosis pertama, terutama setelah bangkit berdiri dari posisi duduk atau
berbaring (hipotensi ortostatik).

Efek Samping Penghambat Alfa: Obat penghambat alfa umumnya jarang menimbulkan
efek samping. Akan tetapi pada beberapa orang, efek samping muncul pada 2 minggu
pertama pengobatan, lalu hilang dengan sendirinya. Efek samping tersebut meliputi
pusing, sakit kepala, mengantuk, jantung berdebar, dan berat badan bertambah.

Penghambat alfa bisa meningkatkan atau mengurangi efek obat lain, bila
dikonsumsi secara bersamaan. Oleh karena itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter bila ingin mengombinasikan penghambat alfa dengan obat lain, terutama obat
penghambat beta, antagonis kalsium, dan obat disfungsi ereksi. Selain efek samping
negatif, penghambat alfa juga memiliki efek samping positif, yaitu menurunkan kadar
kolesterol jahat atau LDL.

1. Alfuzosin
Merek dagang: Xatral XL
Bentuk obat: tablet pelepasan lambat
Pembesaran Prostat Jinak
Dewasa: 2,5 mg, 3 kali sehari, maksimal 10 mg per hari.
Lansia: 2,5 mg, 2 kali sehari.
2. Doxazosin
Merek dagang: Cardura, Tensidox
Bentuk obat: tablet

 Hipertensi
Dewasa: 1 mg sebelum tidur, dan bisa digandakan tiap 1-2 minggu, tergantung
respons tubuh. Dosis perawatan adalah hingga 4 mg, sekali sehari, maksimal 16
mg per hari.

 Pembesaran prostat Jinak


Dewasa: 1 mg sebelum tidur, dan bisa digandakan tiap 1-2 minggu, tergantung
respons tubuh. Dosis perawatan adalah 2-4 mg per hari, maksimal 8 mg per
hari.
3. Indoramin
Merek dagang: Indoramin
Bentuk obat: tablet
 Hipertensi
Dewasa: 25 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat ditambah 25-50 mg secara bertahap
tiap 2 minggu, maksimal 200 mg per hari.

 Pembesaran prostat Jinak


Dewasa: 20 mg, 2 kali sehari. Dosis dapat dinaikkan 20 mg tiap 2 minggu,
maksimal 100 mg per hari.
4. Tamsulosin
Merek dagang Tamsulosin: Harnal, Prostam
Bentuk obat: tablet
Pembesaran prostat Jinak
Dewasa: 400 mcg, sekali sehari, setelah makan
5. Terazosin
Merek dagang: Hytrin
Bentuk obat: tablet

 Hipertensi
Dewasa: 1 mg sebelum tidur malam. Dosis dapat dinaikkan tiap 7 hari,
tergantung respons tubuh.Dosis perawatan adalah 2-10 mg, sekali sehari,
maksimal 20 mg per hari yang dibagi menjadi 1-2 dosis.

 Pembesaran prostat jinak


Dewasa: 1 mg sebelum tidur malam. Dosis dapat dinaikkan tiap 7 hari,
tergantung respons tubuh. Dosis perawatan adalah 5-10 mg, sekali sehari.

 Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)


Obat penghambat enzim pengubah angiotensin atau angiotensin-converting
enzyme (ACE) inhibitor adalah obat yang berfungsi untuk melemaskan pembuluh
darah. Di sisi lain, obat ini dapat membantu mengurangi jumlah cairan yang dapat
diserap kembali oleh ginjal. Dengan kedua khasiat tersebut, ACE inhibitor banyak
digunakan untuk mengatasi penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi), gagal jantung,
serangan jantung, sebagian penyakit yang terkait dengan diabetes, serta penyakit ginjal
kronis.
ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam tubuh untuk
memproduksi hormon angiotensin II atau zat yang dapat menyempitkan pembuluh
darah dan meningkatkan kerja jantung. Dengan obat ini, pembuluh darah menjadi
melebar, sehingga tekanan pada pembuluh darah berkurang, begitu pun jumlah cairan
yang mengalir dalam pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu menurunkan
tekanan darah dan meringankan kerja jantung.
Peringatan: Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen dan naproxen, dapat
menurunkan efektivitas ACE inhibitor jika dikonsumsi secara bersamaan.
Efek Samping ACE Inhibitor :
Batuk kering yang terus-menerus,efek samping yang jarang terjadi penurunan fungsi
ginjal, angioedema, hiperkalemia, kelelahan, pusing, serta kehilangan daya pengecap.
1. Ramipril
Merek dagang Ramipril: Cardace, Decapril, Triatec
 Hipertensi: Dewasa: 2,5-10 mg, sekali sehari.
 Gagal jantung
Dewasa: 1,25 mg sebagai dosis awal. Dosis maksimal adalah 10 mg per 1-2
kali sehari.
 Pasca serangan jantung
Dewasa: 2,5 mg, bisa ditingkatkan hingga 5 mg per hari, 2 kali sehari.
 Pencegahan aterosklerosis bagi pasien berisiko tinggi
Dewasa: 2,5 mg sekali sehari sebagai dosis awal. Dosis maksimal adalah 10
mg per hari.
2. Lisinopril
 Merek dagang Lisinopril: Odace, Tensinop
 Hipertensi: Dewasa: 2,5-80 mg per hari.
 Nefropati Diabetik: Dewasa: 10-20 mg sekali sehari.
3. Perindopril
 Merek dagang Perindopril: Bioprexum
 Hipertensi: Dewasa: 5-10 mg per hari.
 Gagal jantung : Dewasa:5-5 mg setiap pagi, sekali sehari.
 Serangan jantung
Dewasa: 4 mg sekali sehari.
Lansia: 2-2,5 mg sekali sehari.
4. Enalapril
 Merek dagang Enalapril: Tenaten
 Hipertensi
Anak dengan berat badan 20-50 kg:5-20 mg per hari.
Anak dengan berat badan lebih dari 50 kg: 5-40 mg per hari.
Dewasa: 2.5-40 mg per hari, 1-2 kali sehari.
 Gagal jantung
Dewasa: 2,5-40 mg per hari, 1-2 kali sehari.
5. Captopril
 Merek dagang Captopril: Farmoten, Tensicap, Tensobon
 Nefropati Diabetik: Dewasa: 75-100 mg per hari.
 Pasca serangan jantung
Dewasa: dosis awal 6,25 mg per hari, dilanjutkan hingga 12,5 mg selama 2
hari, lalu 25 -100 mg selanjutnya.
 Hipertensi
Dewasa: 12,5-50 mg yang dikonsumsi ketika akan tidur, 2-3 kali sehari.
Bayi dan anak-anak: 0,15-0,3 mg/kgBB yang dibagi menjadi 2-3 jadwal
konsumsi. Dosis maksimal adalah 6 mg/kgBB.
 Gagal jantung
Dewasa: 6,25-50 mg per hari, 2-3 kali sehari.
Anak-anak: 0,25-5 mg/kg BB per hari
6. Trandolapril
 Merek dagang Trandolapril: Tarka
 Hipertensi
Dewasa: 5-4 mg per hari, 1-2 kali sehari.
 Pasca serangan jantung
Dewasa: 5-4 mg sekali sehari, dimulai 3 hari setelah serangan.
 Mekanisme kerja Penghambat Reseptor Angiotensin : inhibitor kompetitif dari resptor
Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan
mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan,
Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.
 Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
Bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memperlambat pergerakan
kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri (pembuluh darah yang membawa
darah dari jantung ke jaringan), sehingga arteri menjadi relax dan menurunkan tekanan
dan aliran darah ke jantung. Obat yang termasuk dalam golongan CCB ini adalah
amlodipin, nifedipin, verapamil, diltiazem (Depkes RI, 2006).
a. Amlodipin (slow calcium blocker)

Nama paten : Divask, Norvask, Hexavask, Stamoten, Tensivask,

Amlodipine merupakan suatu penghambat influx ion kalsium (slow channel blocker
atau antagonis ion kalsium) dan menghambat influx transmembran dari ion-ion
kalsium ke dalam jantung dan otot halus vaskular. Mekanisme kerja antihipertensi dari
amlodipine didasarkan pada efek relaksan langsung pada otot-otot halus vaskular.

Kontraindikasi : pasien kerusakan hati, pasien gagal ginjal, kehamilan dan menyusui.

Efek samping : yang paling umum terobservasi adalah sakit kepala, edema, fatigue,
mengantuk, mual, nyeri perut, kemerahan, palpitation, dan pusing.

Dosis : untuk awal diberikan amlodipine 5 mg sekali sehari dan dapat ditingkatkan
maksimum 10 mg

b. Diltiazem (kalsium antagonis)

Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.Sediaan obat : Tablet, kapsul

Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow
cannel calcium.

Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.

Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan salurancerna

Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker.

Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan
digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.

Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

c. Nifedipin (antagonis kalsium)

Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.

Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri


coroner.

Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung


refrakter.

Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil danmenyusui.

Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.

Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau
eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah.Meningkatkan waktu
protombin bila diberikan bersama antikoagulan.Simetidin meningkatkan kadarnya
dalam plasma.Dosis : 3 x 10 mg/hr

d. Verapamil (Antagonis kalsium)

Nama paten : Isoptil

Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan
vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi artericoroner, dan menurunkan
resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen

Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.

Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung


tingkat II dan III, hipersensivitas.Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit
kepala, edema, lesu,dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.

Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efeknegative pada
denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam
darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat.
Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan
efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan
penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital
meningkatkan kebersihan obat ini.

Dosis : 3 x 80 mg

 Vasodilator adalah golongan obat yang digunakan untuk melebarkan pembuluh darah
agar aliran darah dapat mengalir dengan lebih lancar, sehingga tidak membebani
jantung dalam memompa darah. Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi otot-otot
pada dinding pembuluh darah arteri maupun vena. Vasodilator akan mengurangi
ketegangan dinding otot pembuluh darah, sehingga ruang dalam pembuluh darah tidak
menyempit. Hal tersebut akan memudahkan tubuh untuk mengalirkan darah berisikan
oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke otot jantung, dan menekan potensi aliran darah
kembali ke ruang jantung.
a.Beraprost Na
Nama dagang : dorner

Indikasi: merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, tukak, dan
rasa dingin yang disebabkan oleh oklusi arteri kronis dan hipertensi paru primer.
Beraprost yaitu obat vasodilator yang dapat menurunkan curah jantung, mengurangi
beban ventrikel kanan, memperbaiki toleransi olah raga dan memperpanjang harapan
hidup. Selain sebagai vasodilator, juga sebagai pleiotropik, menghambat agregasi
platelet, mencegah cedera sel endotel, dan memperbaiki cedera sel endotel.

Dosis: tukak: 120 mcg/hr dalam 3 dosis terbagi, hipertensi: 60 mcg/hr dalam 3
dosis terbagi
Efek Samping: sakit kepala, rasa hangat dan kemerahan pada wajah, gangguan
gastrointestinal, pusing
2. HIDRALAZIN HIDROKLORIDA
Nama dagang : SER-AP-ES
Pabrik :Novartis
Indikasi: Hipertensi sedang hingga berat (sebagai terapi tambahan); gagal jantung
(dengan nitrat kerja panjang, tapi kombinasi ini sering tidak dapat ditoleransi); krisis
hipertensi (sebagai terapi alternatif pada kehamilan).
Kontraindikasi: lupus eritematosus sistemik idiopatik, takikardia berat, gagal jantung
curah tinggi, insufisiensi miokard akibat obstruksi mekanik, cor pulmonale, aneurism
aorta, porfiria.
Efek Samping: takikardi, palpitasi, wajah memerah, hipotensi, retensi cairan,
gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing, sindroma seperti lupus eritematosus
sistemik setelah penggunaan jangka panjang dengan dosis lebih dari 100 mg per hari
(atau dengan dosis yang lebih rendah pada wanita dan individu dengan asetilator
lambat)
Dosis:
Oral, hipertensi, 25 mg dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga maksimal 50 mg
dua kali sehari; gagal jantung (dosis awal dilakukan di rumah sakit) 25 mg 3-4 kali
sehari, jika diperlukan dosis dapat ditingkatkan setiap 2 hari; dosis penunjang lazim
50-75 mg empat kali sehari.
c. ILOPROST
Nama dagang : Ventavis
Indikasi: Iloprost umum digunakan untuk mengobati jenis tekanan darah tinggi di
paru-paru yang dikenal sebagai hipertensi arteri paru. Iloprost membantu
meningkatkan kemampuan Anda untuk berolahraga dan meringankan gejala,
seperti sesak napas dan kelelahan. Obat ini bekerja mengendurkan dan melebarkan
pembuluh darah (arteri) di paru-paru dan bagian lain dari tubuh untuk
memudahkan aliran darah. Obat ini merupakan bentuk prostacyclin (bentuk
prostaglandin yang menyebabkan vasodilatasi) yang tergolong dalam kelas obat
kardiovaskular.
Interaksi: heparin, kumarin, asam asetilsalisilat, AINS, tiklodipin, klopidogrel dan
glikoprotein IIb/IIIa antagonis (absiksimab, eftifibatid dan tirofiban).
Kontraindikasi:
kehamilan dan menyusui, kondisi yang akan meningkatkan resiko pendarahan
(tukak lambung aktif, trauma, perdarahan intrakranial), angina tidak stabil atau
penyakit jantung koroner berat, infark miokard dalam 6 bulan terakhir, gagal
jantung dekompensasi (kecuali jika di bawah pengawasan dokter), aritmia berat,
kongesti paru, kejadian serebrovaskular dalam 3 bulan terakhir (serangan iskemik
transien atau stroke), hipertensi paru akibat penyakit oklusif vena, kelainan katup
jantung kongenital atau yang didapat dengan gejala klinis fungsi miokard yang
relevan namun tidak terkait dengan hipertensi paru, hipersensitif.
Efek Samping: sangat umum: sakit kepala, vasodilatasi, peningkatan batuk, mual,
nyeri rahang/trismus; umum: pusing, hipotensi, sinkop, dispnea, diare, muntah,
iritasi mulut dan lidah, ruam kulit, nyeri punggung; frekuensi tidak diketahui:
hipersensitivitas, bronkospasme/wheezing, disgeusia.
Dosis: melalui inhalasi: 2,5–5 mcg, 6–9 kali sehari, dapat ditambah tergantung
respon dan tolerabilitas.
d. Minoksidil
Adalah obat vasodilator, yaitu obat yang mampu memperlancar aliran darah
dengan cara memperbesar pembuluh darah.
Kontraindikasi: feokromositoma.
Efek Samping : retensi cairan dan natrium, berat badan meningkat, edema perifer,
takikardi, hipertrikosis, peningkatan kreatinin yang reversibel; kadang-kadang,
gangguan saluran cerna, payudara menegang, kulit kemerahan.
Dosis: Dosis awal 5 mg (lansia, 2,5 mg), dalam 1-2 dosis, ditingkatkan menjadi 5-
10 mg setiap 3 hari atau lebih; maksimal 50 mg sehari.
Nama dagang : Regrou (Surya dermaco medica lab), Eminox (Pharmacore),
Aloxid (interbat)
e. NATRIUM NITROPRUSID
Nama dagang : Nipride, Nitropress
Indikasi: krisis hipertensi, untuk mendapatkan penurunan tekanan darah yang
terkontrol pada anestesi; gagal jantung kronik atau akut.
Peringatan: hipotiroidism, hiponatremia, penyakit jantung iskemik, sirkulasi
serebral yang terganggu, lansia, hipotermia, monitor tekanan darah dan kadar
sianida dalam darah, jika terapi berlangsung lebih dari 3 hari, juga perlu dimonitor
kadar tiosianat dalam darah; hindari penghentian secara mendadak
Kontraindikasi: defisiensi vitamin B12 berat, atropi optik Leber; hipertensi
sekunder.
Efek Samping: disebabkan oleh pengurangan tekanan darah yang terjadi secara
cepat, sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, nyeri lambung, berkeringat,
palpitasi, rasa was-was, rasa tidak nyaman pada bagian retrosternal; jarang terjadi:
penurunan jumlah platelet, flebitis transien akut.
Dosis:
Krisis hipertensi, secara infus intravena, dosis awal 0,5-1,5 mcg/kg bb/menit,
kemudian ditingkatkan bertahap 500 nanogram/kg bb/menit setiap 5 menit dalam
kisaran 0,5-8 mcg/kg bb/menit (dosis lebih rendah jika sudah mendapat
antihipertensi lain); penggunaan dihentikan jika dalam 10 menit, respons tidak
memuaskan dengan dosis maksimal. Telah digunakan dosis awal lebih rendah 300
nanogram/kg bb/menit; menjaga tekanan darah diastolik 30-40% lebih rendah dari
sebelum terapi, 20-400 mcg/menit (dosis lebih rendah untuk pasien yang sudah
mendapat antihipertensi lain); mengontrol hipotensi saat pembedahan, dengan
infus intravena, maksimal 1,5 mcg/kg bb/menit; gagal jantung, dengan infus
intravena, dosis awal 10-15 mcg/menit, ditingkatkan setiap 5-10 menit sesuai
kebutuhan; dosis lazim 10-200 mcg/menit, maksimal 3 hari.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada
satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi
mekanisme normal regulasi TD. Pengobatan Farmakologis :

1. Diuretik

2. Antagonis Reseptor- Beta

3. Antagonis Reseptor-Alfa

4. Kalsium Antagonis

5. ACE inhibitor

6. Vasodilator

Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum guna menghindari


penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula obat sebaiknya diminumsetelah
makan agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak mencapai puncaktinggi (dengan
akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun tidak boleh secaramendadak, melainkan
berangsur-angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TDdengan kuat (rebound effect)
Khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Chobanian, A. V., George, L. B., Henry, L. B., William, C. C., Lee, A. G., Hoseph, L. I et
al., 2004, The Seventh Report of the Join National Committe on Prevention Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Presseure, U.S, Departement of Health and
Human Services.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pharmaceutical Care untuk Penyakit


Hipertensi, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Jakarta.

Gormer B., 2008, Farmakologi Hipertensi Golongan obat, Terjemahan., Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), Jakarta, Indonesia

Gunawan, S. G. & Nafrialdi, R. S., 2008, Farmakologi dan Terapi, Cetakan Kelima, 361-
360, Jakarta, departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2001, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi pertama, PT. Elex media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai