Anda di halaman 1dari 5

Definisi

 Anti hipertensi adalah obat untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah suatu
keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal.Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg.
Untuk mempermudah pembelajaran dan penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingginya tekanan darah dan etiologinya
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-100
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003)
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi sekunder:
 Hipertensi esensial/hipertensi primer/hipertensi idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.
Penyebabnya meliputi faktor genetik (kepekaan terhadap natrium, stress, dll) dan faktor
lingkungan (gaya hidup, stress emosi, dll)
 Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus. Dapat berupa hipertensi kardiovaskuler
(peningkatan resistensi perifer akibat aterosklerosis), hipertensi ginjal (oklusi arteri
renalis atau penyakit jaringan ginjal), hipertensi endokrin (feokromositoma dan sindrom
Conn) dan hipertensi neurogenik (akibat lesi saraf, menyebabkan gangguan di pusat
kontrol, baroreseptor atau penurunan aliran darah ke otak).
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat
TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal,
otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor resiko kardio
vascular lainnya.
Manfaat terapi hipertensi yaitu menurunkan TD dengan antihipertensi (AH) telah terbukti
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardio vascular, yaitu stroke, iskemia jantung, gagal jantung
kongestif, dan memberatnya hipertensi.
2  Obat Antihipertensi
Obat antihipertensi dikelompokkan menjadi
1.   Diuretik : Diuretik tiazid, Loop Diuretik, dll
2.   Antiadrenergik : antiadrenergik sentral, antriadrenergik perifer, bloker alfa dan beta.
3.   Vasodilator : penghambat ACE, Bloker pintu masuk kalsium, dan Vasodilator langsung.
Mekanisme kerja
Obat hipertensi  dan cara kerjanya dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:
Ø  Meningkatkan pengeluaran air dalam tubuh : Diuretika
Ø  Memperlambat kerja jantung :Beta-blokers)
Ø  Memperlebar pembuluh : Vaso dialtor langsung(di/hidralazim,minoxidil),antagonis
kalsium,penghambat ACE dan AT II-blocker
Ø  Menstimulasi SSP : alfa-2 agonis sentral seperti kronidin dan moxonidin,metil-dopa,guanfanin dan
resepin.
Ø  Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh, yakni
§  Alfa-1-blockers:derivate quinazolin
(prazosin, doxasosin, terazosin, alfuzosin, tamsulozin), ketanserin (ketansin), dan urapidil (ebrantil).
§  Alfa-1 dan 2-blockers : fentolamin,
§  Beta blockers : propranolol, atenolol, metoprolol, pindolol, bisoprolol,timolol, dll.
§  Alfa/beta-blockers: labetolol dan carvedilol (Eu-cardic).

Efek samping
Umum.Praktis semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum, seperti hidung mampat
(akibat Vasodilatasi mukosa) dan mulut kering, bradykardia (kecuali fasodilator langsung : justru
tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, dan lambung-usus (mual, diare), ada kalanya
impotensi (terutama obat-obat sentral).Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang hilang dalam
waktu 1-2 minggu. Dapat dikurangi atau dihindarkan dengan cara pentakaran “menyelinap”, artinya
dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan. Dengan demikin, penurunan TD
mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat
dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian
terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsur-angsur untuk mencegah bahaya
meningkatnya TD dengan kuat (rebound effect)
Khusus. Lebih serius adalah sejumlah besar efek samping khusus, antara lain:
·         Hipotensi ortostatis, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak (= ortho, Lat.) daripada dalam
keadaan berbaring, dapat terjadi pada terutama simpatolitika.
·         Depresi, terutama pada obat-obat yang bekerja sentral, khususnya reserpin dan metildopa, juga
pada beta-blockers yang bersifat lipofil, antara lain propra-nolol, alprenolol, dan metoprolol.
·         Retensi garam dan air, dengan bertambahnya berat badan atau terjadinya udema, anatra lain
antagonis Ca, reserpin, metildopa dan hidralazin. Efek samping ini dapat diatasi degan kombinasi
bersama suatu deuretikum.
·         Penurunan ratio HDL: LDL. Sejumlah obat mempengaruhi metabolisme lipida secara buruk,
yakni menurunkan kadar kolesterol-HDL plasma yang dianggap sebagai faktor-pelindung terhadap
penyakit jantung-pembuluh. Atau, juga meningkatkan kolesterol-LDL yang dianggap sebagai faktor
risiko bagi PJP. Sifat ini telah dipastikan pada diuretika (kelompok thiazida dan klortalidon) dan
pada beta-blockers, khususnya obat-obat yang tak kardioselektif atau tak memiliki ISA.
2.1 Diuretik
Obat ini menghasilkan peningkatan aliran urine (diuresis) dengan menghambat reabsorpsi natrium
dan air dari tubulus ginjal. Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan
air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volum cairan dan merendahkan tekanan
darah.
Diuretik yang meningkatkan ekskresi kalium di golongkan sebagai diuretik yang tidak menahan
kalium dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik hemat kalium. Enam kategori diuretik
yang efektif untuk menghilangkan air dan natrium adalah
1.      Tiazid dan seperti-tiazid
2.      Diuretik kuat
3.      Diuretik hemat kalium
4.      Penghambat anhidrase karbonik
5.      Diuretik osmotik
6.      Diuretik mercurial
Penjelasan masing-masing obat di atas adalah ssebagai berikut :
·         Diuretik Tiazid : menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa Henle tebal,
yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang
boros kalium.
Macam-macam obat diuretik Tiazid :

1.      Hidroklorotiazid (misal Hydrodiuril)
Mekanisme kerja : Berfungsi untuk menghambat reabsorbsi natrium dan klorida dalam pars
asenden ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl-  menyebabkan
peningkatan pengeluaran urine 3kali. Hilangnya natrium menyebabkan penurunanan GFR.
Indikasi : obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsiuria idiopatik digunakan
untuk menurunkan pengeluaran urine pada diabetes insipidus (GFR rendah menyebabkan
peningkatan reabsorbsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah-garam).
Kontraindikasi : wanita hamil (kecuali jelas diindikasikan untuk edema patologi). Anuria.
Dosis : Awal: 12,5.
Maksimal: 25.
Frekuensi pemberian: 1x.
Sediaan : tablet 25mg; 50mg
Efek samping : hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemia, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria,
anuria, kelemahan penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
·         Loop diuretik : lebih poten dibanding tiazid dan harus digunakan dengan hati-hati untuk
menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat menyebabkan hipoglikemia, sehingga kadar kalium harus
dipantau ketat.
Macam-macam obat Loop diuretik :

1.      Furosemid (lasix)
Mekanisme Kerja : Berfungsi untuk menghambat reabsorbsi klorida dalam pars asenden ansa henle
tebal. K+ banyak hilang ke dalam urine.
Indikasi : diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga
edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar
kalium serum.
Kontraindikasi : anuria, kekurangan elektrolit biasa.
Dosis : - biasa: Awal: 20 (1x)
Maksimal: 80
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : tablet 40mg
-    Lepas lambat : Awal: 30 (1x)
Maksimal: 60.
Frekuensi pemberian: 2x.
Sediaan : kapsul 30mg
Efek samping : hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi, hiperglikemia, hiperurisemia,
hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis, hipokloremik,
hipovolemia.

2.      Asam Etakrinat (ethacrynat)


Mekanisme kerja : -
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Kontraindikasi : -
Efek samping : paling ototoksi, lebih banyak gangguan saluran cerna, kecil kemungkinan
menyebabkan alkalosisseperti furosemid.
Dosis : -

3.      Bumetanit (bumex)
Mekanisme Kerja : Paling poten.
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Kontraindikasi : -
Efek Samping : serupa dengan furosemid. Ototoksisitas belum pernah dilaporkan. Dosis besar dapat
menyebabkan mialgia berat.
Dosis : -

·         Diuretik Hemat Kalium : meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil mennekan kalium. Obat-
obat ini dipasarkan dalam gabungan diuretik boros-kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan
kalium.
Macam-macam obat diuretik Hemat Kalium :

Anda mungkin juga menyukai