0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan51 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi dan pengobatan hipertensi. Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder, serta ringan, sedang dan berat. Pengobatan hipertensi meliputi obat diuretik, beta blocker, antagonis kalsium, vasodilator, penghambat ACE, dan adrenolitik. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah dan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi dan pengobatan hipertensi. Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder, serta ringan, sedang dan berat. Pengobatan hipertensi meliputi obat diuretik, beta blocker, antagonis kalsium, vasodilator, penghambat ACE, dan adrenolitik. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah dan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Dokumen tersebut membahas tentang hipertensi dan pengobatan hipertensi. Hipertensi dibedakan menjadi primer dan sekunder, serta ringan, sedang dan berat. Pengobatan hipertensi meliputi obat diuretik, beta blocker, antagonis kalsium, vasodilator, penghambat ACE, dan adrenolitik. Tujuan pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah dan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
semakin meningkat aiat pola makan yang berlemak yang berarti juga meningkatnya penderita penyakit jantung. Berdasarkan tinjauan klinis, hipertensi dibedakan atas hipertensi primer dengan penyebab yang tidak jelas (ecausa incognita) dan hipertensi sekunder yang disebabkan perubahan pada organ tubuh secara patologik. Berdasarkan tingkat keparahannya, hipertensi dibedakan atas Hipertensi berat : diastolik > 110 mm Hg dan/atau sistolik ≥ 180 mm Hg Hipertensi sedang : diastolik 100-109 mm Hg dan/atau sistolik 160-179 mm Hg Hipertensi ringan : diastolik 90 – 99 mm Hg dan/atau sistolik 140-159 mm Hg Hal – Hal Pokok yang Harus Di Ketahui
Jantung adalah pompa, yang memompa darah
melalui sistem pembuluh darah.
Setiap kali berdenyut, sama dengan setiap kali
memompa, menghasilkan kapasitas volume (stroke volume) yang terbatas (normal pada orang dewasa : 70 – 75 cc), volume dalam satu menit disebut kardiak output (75 cc kali lebih kurang 80 x berdenyut = 6000cc / 6 ltr pada orang dewasa) Prinsip pengobatan hipertensi : Mengurangi besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding arteri, dengan cara : 1. Mengurangi besarnya volume isi pembuluh darah 2. Membuat pembuluh darah lebih relaks, tidak spasme/kejang 3. Melebarkan pembuluh darah (vasodilator) Batas abnormal tekanan darah tidak jelas, berbagai pedoman penentuan sistolis normal adalah usia ditambah 100 (mmHg). Nilai diastolis mempunyai makna klinis lebih dari nilai sistolis, batas normal paling tinggi 90 mmHg.
Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi :
a. Hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi b. Penebalan dinding pembuluh darah karena usaha menahan naiknya tekanan pada dinding pembuluh darah c.Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentan terjadi ruptur dan perdarahan pada otak maupun organ lain. Obat hipotensive (antihipertensi) diarahkan pada : 1. Menekan SSP misl : sedativa 2. Menghambat kerja simpatis dengan cara : a.Merintangi ganglion simpatis, sehingga jalur impuls hipotalamus ke pembuluh darah terhalang dan terjadi vasodilatasi. b.Simpatolitika dengan menghambat produksi adrenalin dan noradrenalin pada ujung arteriole, sehingga efek simpatis berupa vasokonstriksi dapat dihambat. c.Diuretika untuk mencegah retensi natrium dan air dalam pembuluh darah dan mengeluarkan bersama urine. Dengan demikian volume intravaskuler berkurang dan tekanan pada dinding arteri menurun. Tujuan Terapi Hipertensi
Tujuan terapi hipertensi adalah mengurangi
morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi dengan cara mengendalikan faktor resiko penyakit kardiovaskuler Terapi atau Pengobatan hypertensi dapat dilakukan dengan farmakoterapi dan non farmakoterapi Pengobatan non farmakoterapi antara lain dengan mengndalikan BB, pembatasan asupan Sodium, lemak jenuh dan alkohol, olah raga dan tidak merokok Tekanan darah yang tinggi menyebabkan jantung bekerja lebih keras dan apabila tekanan diastole berkecenderungan menetap tinggi maka dapat dipastikan akan terjadi kegagalan fungsi jantung ( heart failure ) Faktor-faktor yang menyebabkan hypertensi a.l. Perubahan cardiac output, viskositas darah, elastisitas pembuluh darah , hormon thtyroid dan adrenalin, sekresi renin di ginjal . Untuk mengatasi hipertensi : Jangan merokok
Sistem pengaturan tekanan darah dalam tubuh sudah ada yang
disebut Renin-Angitensin-Aldosteron System ( RAAS). Bila tekanan darah di glomeruli turun, sel ginjal otomatis membentuk renin yang dilepas kedalam plasma darah dan setelah bertemu dengan protein tertentu menjadi angitensin 1 . Angiotensin 1 oleh enzym ACE diubah menjadi Angiotensin 2 yang lebih bersifat aktif Angiotensin 2 menimbulkan rangsangan sekresi hormon aldosteron yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Obat antihipertensi antara lain : Captopril , enapapril yang menghambat enzym ACE Saralasi yang berfungsi menghambat reseptor Angiotensin 2 Beta blocker dan Diuretika yang berfungsi mempengaruhi sekresi renin Obat Antisklerotik
Atherosklerosis merupakan penyakit gangguan
metabolisme lipoprotein yakni kolesterol, trigliserid,fospolipid dan asam lemak ( HDL/LDL) Etiologi atherosklerosis antara lain faktor keturunan, banyak makan-kurang gerak, obesitas, gangguan hormonal, asap rokok, polusi, emosi negatif da alkohol Sediaan obat atherosklerosis antara lain Clofibrate, Suplemen Omega 3, Simvastatin, Kolestiramin, Probukol dls Obat Diuretik
Pasien dengan tekanan diastol di atas 100
mmHg berisiko terkena komplikasi gagal jantung, perdarah serebral, atau hipertensi maligna. Diuretik : bendrofluazid ( 2,5 atau 5 mg dua kali sehari ),hidroklorotiazid ( 25 atau 50 mg sekali sehari ), klortalidon ( 12,5 atau 25 mg sekali sehari atau selang sehari Farmakokinetik : Tiazid diabsorpsi dengan baik pada pemberian per oral, terdistribusi luas, dan mengalami metabolisme oleh hati. Durasi efek antihipertensi panjang (>24 jam ) yang memungkinkan pemberian dosis sekali sehari. Efek samping : hipokalemia, hiperlipidemia hiperkalemia, impotensi dan menurunnya aktivitas seksual pria. Diuretik tiazid saja atau dengan penyekat beta dipakai secara luas sebagai antihipertensi ringan, sedang dan berat. Kombinasi tiazid dengan diuretik hemat kalium dipakai secara luas, spironolakton tidak boleh dipakai pada hipertensi ringan atau sedang. Obat penyekat beta : sebagai lini pertama pada hipertensi ringan atau sedang. Dapat diberikan sekali atau paling banyak dua kali sehari dengan pengendalian tekanan darah yang adekuat. Farmakokinetik : Diberikan secara oral, kecuali pengendalian cepat aritmia. Metabolisme dihati merupakan lintas pertama yang besar. Eliminasi ginjal dalam bentuk yang hampir seluruhnya tidak berubah. Dosis : atenolol 50 – 100 mg sekali sehari, Metoprolol 100 – 300 mg sekali atau dua kali sehari, propranolol 40 – 320 mg sekali atau dua kali sehari. Antagonis Kalisum : banyak dipakai untuk angina pektoris, kini juga untuk hipertensi, mekanisme kerjanya adalah memblok masuknya ion kalsium ke dalam sel, akibatnya terjadi dilatasi koroner dan penurunan tahanan perifer dan koroner. Dosis : Nifedipin 10 – 60 mg dua kali sehari, verapamil 80 – 480 mg sekali atau dua kali sehari dalam dosis terbagi, diltiazem 60 – 180 mg dua kali sehari dalam dosis terbagi. Efek samping : nyeri kepala, palpitasi, konstipasi, edema pada kaki dan tangan pemakaian jangka panjang. Inhibitor ACE ( angiotensin converting enzyme ) diduga menghambat sistem renin-angiotensi-aldesteron, sehingga tekanan darah turun. Inhibitor ACE menghambat enzim untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensi II melalui penghambatan kompetitifenzim pengubahnya dalam darah dan jaringan lain. Dosis : Kaptopril 12,5 – 50 mg dua atau tiga kali sehari, enapril 5 – 20 mg sekali atau dua kali sehari, lisinopril 5 – 20 mg sekali sehari. Dianjurkan untuk menurunkan dosis bila memulai pengobatan pada gagal jantung atau orang lanjut usia. Efek samping : hipotensi berat, batuk kering, gangguan pengecapan. Farmakokinetik : pengikatan protein jaringan dan plasma dengan eliminasi lambat yang bertahan lama. Kaptopril diabsorpsi dengan cepat, memiliki masa kerja singkat. Ketiga obat itu sebagian besar di eliminasi tanpa perubahan melalui ekskresi ginjal. Pada lanjut usia dan gagal ginjal dosis atau frekuensi pemberian obat harus dikurangi. Obat Penurun Lipid Darah
Tujuan keseluruhan adalah mencegah
terjadinya aterosklerosis atau penyakit jantung. Tujuan utama pengobatan adalah menurunkan kolesterol LDL melalui diet dan atau obat serta meningkatkan kolesterol HDL dengan diet dan latihan fisik. Strategi terapi obat untuk menurunkan LDL yang tersedia sekarang ini adalah : Resin, Fibrat, asam nikotinat, probukol dan minyak ikan,. Kolestioramin dan kolestipol : karena rasanya tidak enak sebaiknya diminum dengan jus buah, dan diminum sesudah makan. Klofibrat : reaksi merugikan adalah mual, diare,kram otot, lemah, penurunan libido, kulit kering dan alopesia. Kontraindikasi pasien gagal ginjal dan sindrom nefrotik. Probukol : digunakan pada pasien yang gagal menurunkan kadar kolesterol dengan diet dan terapi kolestiramin. Obat baru golongan ini adalah gemfibrozil, lovastatin, bezafibrate, fluvastatin. Implikasi perawatan : Evaluasi, karena kadar kolesterol dan trigliserida plasma meningkat sesudah makan, maka sebaiknya harus pada darah puasa. Kemajuan dan efektifnya pengobatan di pantau dari perubahan dalam kolesterol dan trigliserida. Pendidikan pasien : pengobatan dilakukan sebelum timbul gejala, taat minum obat dan dietnya, terapi ini jangka panjang. HIPERTENSI PADA KEHAMILAN
Terdiri dari hipertensi esensial kronik,
preeklampsia – eklampsia, hipertensi kronik dengan preeklampsia dan hipertensi selintas. Hipertensi esensial kronik, hipertensi telah ada sebelum hamil atau telah terdiagnosis sebelum kehamilan minggu ke – 20. Definisi hipertensi pada kehamilan : tekanan diastolik 15 mmHg di atas hasil pengukuran sebelumnya, tekanan sistolik 30 mmHg diatas hasil pengukuran sebelumnya, tekanan diastolik diatas 90 mmHg pd dua kali pengukuran interval 4 jam atau lebih Tujuan terapi adalah mengurangi kejadian komplikasi akibat TD tinggi pada ibu sambil menghindari terapi yang merugikan fetusnya. Diuretik atau antihepertensi lain kecuali penghambat ACE boleh diteruskan bila telah digunakan sebelum hamil. Penghambat ACE menyababkan fetus mengalami gaga ginjal dan kematian jika obat digunakan ibu selama 2 trimester terakhir. Antihipertensi hanya dapat diberikan bila TDD ≥ 100 mmHg. Penurunan TD harus perlahan – lahan agar aliran darah uteroplasenta yang cukup dapat dipertahankan. Obat antihipertensi yang digunakan adalah metildopa dan beta-bloker yang aman bila digunakan pada akhir kehamilan, tetapi penggunaan pada awal kehamilan mengganggu pertumbuhan fetus. Pre-eklampsia adalah suatu kondisi khas kehamilan, yg terjadi setelah 20 minggu hamil. Kondisi ini ditandai dengan perfusi yang buruk pada banyak organ, yang mengakibatkan peningkatan TD disertai proteinuria dan/atau edema, serta kadang – kadang gangguan koagulasi dan gangguan fungsi hati. TDS meningkat ≥ 30 mmHg dan TDD meningkat ≥ 15 mm Hg dibandingkan nilai rata – rata selama 20 minggu pertama kehamilan. Bila TD sebelumnya tidak diketahui, nilai 140/90 mm Hg atau lebih dianggap tidak normal. Pre-eklampsia dapat berkembang dgn cepat menjadi fase konvulsif yg disebut eklampsia. Pre-eklampsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Untuk pemberian antihipertensi harus di dasarkan keselamatan ibunya, karena tidak jelas apakah penurunan TD akan menguntungkan fetus, sedangkan pengobatan ini tidak menyembuhkan pre-eklampsia. Terapi dengan antihipertensi dimulai bila TDD ≥ 100 mm Hg. Bila kelahiran tidak diharapkan 24 jam, diberikan obat oral yakni metildopa, hidralazin, antagonis kalsium, beta – bloker, dan labetalol. Diuretik akan makin memperburuk perfusi organ sehingga tidak diberikan pada pre- eklampsia. Bila kelahiran akan segera terjadi, diberikan anihipertensi parenteral. Hidralazin IV efektif dan telah digunakan dengan aman pada kehamilan. Penggunaan aspirin dosis rendah (60 mg sehari) sebagai antiplatelet ternyata tdk dapat mencegah atau mengobati pre-eklampsia. Tekanan Darah pada kehamilan
Normalnya TD sistolik dan diastolik turun
sebanyak 10 – 15 mmHg selama pertengahan masa kehamilan. Keadaan ini akan terbalik pada kehamilan yg menyebabkan TD mencapai puncaknya 3 - 4 hari postpartum. Bidan harus menjelaskan bahwa observasi dan setiap tindakan akan dilanjutka selama periode ini. Bagi ibu hamil yang menderita hipertensi, pemantauan terhadap proteinuria dan hipertensi harus dilanjutkan selama 6 - 12 minggu sesudah melahirkan. Pre-Eklampsia dan Eklampsia
Tidak ada literatur yg memberikan konsensus
tentang definisi pre-eklampsia. Sebagian menggunakan definisi kombinasi TD yang diatas 140/90 mmHg dengan proteinuria yang melebihi 300 mmHg dalam 24 jam atau TD yg lebih besar dari 90 mmHg pd dua kali pengukuran yg terpisah setelah kehamilan 20 minggu plus proteinuria yg signifikan, tanpa adanya hipertensi pra-kehamilan. Pre-eklampsia dan eklampsia dapat terjadi setiap saat antara kehamilan 20 mg – 6 minggu postpartum. Ada 15 % primigravida yg terkena oleh keadaan ini. Vasokonstriksi akan mengurangi volume intravaskuler sehingga dapat terjadi kelebihan beban cairan maupun dehidrasi. Akhirnya menimbulkan kerusakan endoran, khususnya ginjal. PENATALAKSANAAN
Tirah baring pada pre-eklampsia ringan atau
sedang untuk memperbaiki perfusi darah plasenta, ginjal, jantung, otak serta hati dan menghilangkan keadaan iskemia. Pengendalian TD Pemanatuan ketat terhadap haluaran urine dan TTV Suplemen diet dan aspirin Obat – obat golongan sedatif, opioid dan proklorperazin harus dihindari karena dapat terjadi efek depresan pada sistem saraf pusat ibu dan janin yg mengganggu pemantauan. Hati – hati pemberian diuretik karena dapat membahayakan pasokan darah yang sudah terganggu pada plasenta. Terapi profilaksis antikonvulsan yang belum mengalami kejang Pengendalian konvulsi dengan magnesium sulfat atau diazepam. Magnesium sulfat menjadi obat pilihan untuk mencegah serangan kejang yg lebih lanjut pada keadaan eklampsia. Magnesium sulfat dapat diberikan lewat IM atau IV dengan efek yang cepat. Pasien dalam pemulihan serangan kejang dapat dihentikan dengan pemberian magnesiun secara bolus yg disuntikkan secara perlahan – lahan, misl : 4 atau 16 mmol larutan magnesium sulfat disuntikkan selama 5 hingga 10 menit. Kemudian cairan infus dilanjutkan selama 24 jam sejak serangan kejang yang terakhir dengan kecepatan pemberian 1 g setiap jamnya, namun dapat diberikan 2 g/jam. Pemberian bolus 2 g dapat dilakukan dengan perlahan – lahan selama sedikitnya 5 menit begitu serangan konvulsi kembali. Takaran magnesium dapat dikurangi secara bertahap dalam periode dua hingga tiga jam. Distribusi magnesium akan melintas plasenta dan mengenai janin dengancara serupa orang dewasa. Konsentrasi magnesium tetap tinggi selama 24 – 48 jam sesudah kelahiran. Pada eklampsia sawar darah/otak mungkin sudah tidak utuh lagi sehingga magnesium mengalir masuk dengan cepat ke dalam SSP. Eliminasi magnesium : ginjal merupakan organ yang bertanggung jawab atas proses eliminasi magnesium. Waktu paruh eliminasi magnesium adalah 4 jam pada kehamilan, tetapi waktu tersebut akan lebih lama lagi jika laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan. Karena itu kecepatan pemberian infus harus disesuaikan dengan faal ginjal yg dapat berubah dengan cepat selama perjalanan penyakitnya. Efek samping atau masalah potensial yang dapat terjadi dan penatalaksanaan
pemberian ASI dianggap aman jika
dilakukan 24 jam sesudah pemberian magnesium yang terakhir. Pengambilan keputusan dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran kadar magnesium postpartum dan pemeriksaan faal ginjal Hipotensi : periksa TTV setiap 15 menit, pantau haluaran urine Kelemahan otot : periksa reflkes patella setiap 15 menit dan sebelum setiap pemberian magnesium Depresi dan apnea : pantau frekuensi pernapasan setiap 15 menit, frekuensi minimal 16 x/mnt, periksa nadi, sediakan oksigen lewat masker dan intubasi, sediakan kalsium glukonas, pantau apneu. Distritmia dan henti jantung : pantau mll EKG, sediakan kalsium glukonas dan intubasi, pantau frekuensi jantung Edema paru : catat keseimbangan cairan, pantau frekeunsi jantung, ekskresi protein dlm urine, perhatikan sesak napas. Depresi SSP : nilai tingkat kesadaran Penurunan aktifitas uterus : pantau aktifitas uterus dan fasilitasi untuk SC Penumpukan magnesium : pantau haluaran urine setiap jam sekali, jumlah minimal haluaran urine 25 ml perjam Mual dan muntah : menjaga balans cairan, memantau protein plasma Ileus paralitik ; pantau selesra makan dan asupan makanan postpartum, pantau ekskresi tinja Hipotermia : pantau suhu dan tanda infeksi Kontraindikasi : Blok jantung, penyakit jantung atau miastenia gravis yang sudah diderita sebelumnya cenderung bertambah parah pada pemberian magnesium. Tindakan yang berhati – hati perlu dianjurkan dalam menghadapi ibu hamil dengan penyakit renal, hepar atau pernapasan