Anda di halaman 1dari 51

OBAT ANTIHIPERTENSI

Hipertensi

 Jumlah penderita hipertensi di Indonesia


semakin meningkat aiat pola makan yang
berlemak yang berarti juga meningkatnya
penderita penyakit jantung.
 Berdasarkan tinjauan klinis, hipertensi
dibedakan atas hipertensi primer dengan
penyebab yang tidak jelas (ecausa
incognita) dan hipertensi sekunder yang
disebabkan perubahan pada organ tubuh
secara patologik.
 Berdasarkan tingkat keparahannya,
hipertensi dibedakan atas
Hipertensi berat : diastolik > 110 mm Hg
dan/atau sistolik ≥ 180 mm Hg
Hipertensi sedang : diastolik 100-109
mm Hg dan/atau sistolik 160-179 mm Hg
Hipertensi ringan : diastolik 90 – 99 mm
Hg dan/atau sistolik 140-159 mm Hg
Hal – Hal Pokok yang Harus Di Ketahui

 Jantung adalah pompa, yang memompa darah


melalui sistem pembuluh darah.

 Setiap kali berdenyut, sama dengan setiap kali


memompa, menghasilkan kapasitas volume
(stroke volume) yang terbatas (normal pada
orang dewasa : 70 – 75 cc), volume dalam satu
menit disebut kardiak output (75 cc kali lebih
kurang 80 x berdenyut = 6000cc / 6 ltr pada
orang dewasa)
 Prinsip pengobatan hipertensi :
Mengurangi besarnya desakan isi pembuluh
terhadap dinding arteri, dengan cara :
1. Mengurangi besarnya volume isi pembuluh
darah
2. Membuat pembuluh darah lebih relaks, tidak
spasme/kejang
3. Melebarkan pembuluh darah (vasodilator)
 Batas abnormal tekanan darah tidak jelas, berbagai
pedoman penentuan sistolis normal adalah usia
ditambah 100 (mmHg). Nilai diastolis mempunyai
makna klinis lebih dari nilai sistolis, batas normal
paling tinggi 90 mmHg.

 Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi :


a. Hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
b. Penebalan dinding pembuluh darah karena usaha
menahan naiknya tekanan pada dinding
pembuluh darah
c.Meningkatnya fragilitas pembuluh darah,
sehingga rentan terjadi ruptur dan perdarahan
pada otak maupun organ lain.
Obat hipotensive (antihipertensi) diarahkan
pada :
1. Menekan SSP misl : sedativa
2. Menghambat kerja simpatis dengan cara :
a.Merintangi ganglion simpatis, sehingga jalur
impuls hipotalamus ke pembuluh darah
terhalang dan terjadi vasodilatasi.
b.Simpatolitika dengan menghambat produksi
adrenalin dan noradrenalin pada ujung
arteriole, sehingga efek simpatis berupa
vasokonstriksi dapat dihambat.
c.Diuretika untuk mencegah retensi natrium
dan air dalam pembuluh darah dan
mengeluarkan bersama urine. Dengan
demikian volume intravaskuler berkurang
dan tekanan pada dinding arteri menurun.
Tujuan Terapi Hipertensi

 Tujuan terapi hipertensi adalah mengurangi


morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler
akibat hipertensi dengan cara mengendalikan faktor
resiko penyakit kardiovaskuler
 Terapi atau Pengobatan hypertensi dapat dilakukan
dengan farmakoterapi dan non farmakoterapi
 Pengobatan non farmakoterapi antara lain dengan
mengndalikan BB, pembatasan asupan Sodium,
lemak jenuh dan alkohol, olah raga dan tidak
merokok
 Tekanan darah yang tinggi menyebabkan jantung bekerja lebih
keras dan apabila tekanan diastole berkecenderungan
menetap tinggi maka dapat dipastikan akan terjadi kegagalan
fungsi jantung ( heart failure )
Faktor-faktor yang menyebabkan hypertensi a.l.
 Perubahan cardiac output, viskositas darah, elastisitas
pembuluh darah , hormon thtyroid dan adrenalin, sekresi
renin di ginjal .
Untuk mengatasi hipertensi :
 Jangan merokok

 Kurangi berat badan

 Olah raga

 Atasi stress

 Minum obat anti hipertensi


Farmakoterapi Hipertensi

 Obat Diuretik
 β Blocker
 Antagonis Kalsium
 Vasodilator
 Penghambat ACE
 Adrenolitik
Obat antihipertensi

 Sistem pengaturan tekanan darah dalam tubuh sudah ada yang


disebut Renin-Angitensin-Aldosteron System ( RAAS).
 Bila tekanan darah di glomeruli turun, sel ginjal otomatis
membentuk renin yang dilepas kedalam plasma darah dan
setelah bertemu dengan protein tertentu menjadi angitensin 1 .
 Angiotensin 1 oleh enzym ACE diubah menjadi Angiotensin 2
yang lebih bersifat aktif
 Angiotensin 2 menimbulkan rangsangan sekresi hormon
aldosteron yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.
 Obat antihipertensi antara lain :
 Captopril , enapapril yang menghambat enzym ACE
 Saralasi yang berfungsi menghambat reseptor Angiotensin 2
 Beta blocker dan Diuretika yang berfungsi mempengaruhi
sekresi renin
Obat Antisklerotik

 Atherosklerosis merupakan penyakit gangguan


metabolisme lipoprotein yakni kolesterol,
trigliserid,fospolipid dan asam lemak ( HDL/LDL)
 Etiologi atherosklerosis antara lain faktor
keturunan, banyak makan-kurang gerak, obesitas,
gangguan hormonal, asap rokok, polusi, emosi
negatif da alkohol
 Sediaan obat atherosklerosis antara lain Clofibrate,
Suplemen Omega 3, Simvastatin, Kolestiramin,
Probukol dls
Obat Diuretik

 Pasien dengan tekanan diastol di atas 100


mmHg berisiko terkena komplikasi gagal
jantung, perdarah serebral, atau hipertensi
maligna.
 Diuretik : bendrofluazid ( 2,5 atau 5 mg dua
kali sehari ),hidroklorotiazid ( 25 atau 50
mg sekali sehari ), klortalidon ( 12,5 atau
25 mg sekali sehari atau selang sehari
 Farmakokinetik : Tiazid diabsorpsi dengan
baik pada pemberian per oral, terdistribusi
luas, dan mengalami metabolisme oleh
hati. Durasi efek antihipertensi panjang
(>24 jam ) yang memungkinkan pemberian
dosis sekali sehari.
 Efek samping : hipokalemia, hiperlipidemia
hiperkalemia, impotensi dan menurunnya
aktivitas seksual pria.
 Diuretik tiazid saja atau dengan
penyekat beta dipakai secara luas
sebagai antihipertensi ringan, sedang
dan berat. Kombinasi tiazid dengan
diuretik hemat kalium dipakai secara
luas, spironolakton tidak boleh dipakai
pada hipertensi ringan atau sedang.
 Obat penyekat beta : sebagai lini pertama
pada hipertensi ringan atau sedang. Dapat
diberikan sekali atau paling banyak dua
kali sehari dengan pengendalian tekanan
darah yang adekuat.
 Farmakokinetik : Diberikan secara oral,
kecuali pengendalian cepat aritmia.
Metabolisme dihati merupakan lintas
pertama yang besar. Eliminasi ginjal dalam
bentuk yang hampir seluruhnya tidak
berubah.
 Dosis : atenolol 50 – 100 mg sekali sehari,
Metoprolol 100 – 300 mg sekali atau dua
kali sehari, propranolol 40 – 320 mg sekali
atau dua kali sehari.
 Antagonis Kalisum : banyak dipakai untuk
angina pektoris, kini juga untuk hipertensi,
mekanisme kerjanya adalah memblok
masuknya ion kalsium ke dalam sel,
akibatnya terjadi dilatasi koroner dan
penurunan tahanan perifer dan koroner.
 Dosis : Nifedipin 10 – 60 mg dua kali
sehari, verapamil 80 – 480 mg sekali
atau dua kali sehari dalam dosis
terbagi, diltiazem 60 – 180 mg dua kali
sehari dalam dosis terbagi.
 Efek samping : nyeri kepala, palpitasi,
konstipasi, edema pada kaki dan
tangan pemakaian jangka panjang.
 Inhibitor ACE ( angiotensin converting
enzyme ) diduga menghambat sistem
renin-angiotensi-aldesteron, sehingga
tekanan darah turun. Inhibitor ACE
menghambat enzim untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensi II
melalui penghambatan kompetitifenzim
pengubahnya dalam darah dan jaringan
lain.
 Dosis : Kaptopril 12,5 – 50 mg dua atau
tiga kali sehari, enapril 5 – 20 mg sekali
atau dua kali sehari, lisinopril 5 – 20 mg
sekali sehari. Dianjurkan untuk
menurunkan dosis bila memulai
pengobatan pada gagal jantung atau
orang lanjut usia.
 Efek samping : hipotensi berat, batuk
kering, gangguan pengecapan.
 Farmakokinetik : pengikatan protein
jaringan dan plasma dengan eliminasi
lambat yang bertahan lama. Kaptopril
diabsorpsi dengan cepat, memiliki masa
kerja singkat. Ketiga obat itu sebagian
besar di eliminasi tanpa perubahan
melalui ekskresi ginjal. Pada lanjut usia
dan gagal ginjal dosis atau frekuensi
pemberian obat harus dikurangi.
Obat Penurun Lipid Darah

 Tujuan keseluruhan adalah mencegah


terjadinya aterosklerosis atau penyakit
jantung. Tujuan utama pengobatan
adalah menurunkan kolesterol LDL
melalui diet dan atau obat serta
meningkatkan kolesterol HDL dengan
diet dan latihan fisik.
 Strategi terapi obat untuk menurunkan
LDL yang tersedia sekarang ini adalah :
Resin, Fibrat, asam nikotinat, probukol
dan minyak ikan,.
 Kolestioramin dan kolestipol : karena
rasanya tidak enak sebaiknya diminum
dengan jus buah, dan diminum sesudah
makan.
 Klofibrat : reaksi merugikan adalah mual,
diare,kram otot, lemah, penurunan libido,
kulit kering dan alopesia. Kontraindikasi
pasien gagal ginjal dan sindrom nefrotik.
 Probukol : digunakan pada pasien yang
gagal menurunkan kadar kolesterol
dengan diet dan terapi kolestiramin. Obat
baru golongan ini adalah gemfibrozil,
lovastatin, bezafibrate, fluvastatin.
 Implikasi perawatan : Evaluasi, karena kadar
kolesterol dan trigliserida plasma meningkat
sesudah makan, maka sebaiknya harus
pada darah puasa. Kemajuan dan efektifnya
pengobatan di pantau dari perubahan dalam
kolesterol dan trigliserida.
 Pendidikan pasien : pengobatan dilakukan
sebelum timbul gejala, taat minum obat dan
dietnya, terapi ini jangka panjang.
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

 Terdiri dari hipertensi esensial kronik,


preeklampsia – eklampsia, hipertensi
kronik dengan preeklampsia dan
hipertensi selintas.
 Hipertensi esensial kronik, hipertensi
telah ada sebelum hamil atau telah
terdiagnosis sebelum kehamilan
minggu ke – 20.
 Definisi hipertensi pada kehamilan :
tekanan diastolik 15 mmHg di atas
hasil pengukuran sebelumnya,
tekanan sistolik 30 mmHg diatas hasil
pengukuran sebelumnya, tekanan
diastolik diatas 90 mmHg pd dua kali
pengukuran interval 4 jam atau lebih
 Tujuan terapi adalah mengurangi kejadian
komplikasi akibat TD tinggi pada ibu sambil
menghindari terapi yang merugikan fetusnya.
Diuretik atau antihepertensi lain kecuali
penghambat ACE boleh diteruskan bila telah
digunakan sebelum hamil.
 Penghambat ACE menyababkan fetus
mengalami gaga ginjal dan kematian jika obat
digunakan ibu selama 2 trimester terakhir.
 Antihipertensi hanya dapat diberikan bila
TDD ≥ 100 mmHg. Penurunan TD harus
perlahan – lahan agar aliran darah
uteroplasenta yang cukup dapat
dipertahankan.
 Obat antihipertensi yang digunakan adalah
metildopa dan beta-bloker yang aman bila
digunakan pada akhir kehamilan, tetapi
penggunaan pada awal kehamilan
mengganggu pertumbuhan fetus.
 Pre-eklampsia adalah suatu kondisi
khas kehamilan, yg terjadi setelah 20
minggu hamil. Kondisi ini ditandai
dengan perfusi yang buruk pada
banyak organ, yang mengakibatkan
peningkatan TD disertai proteinuria
dan/atau edema, serta kadang –
kadang gangguan koagulasi dan
gangguan fungsi hati.
 TDS meningkat ≥ 30 mmHg dan TDD
meningkat ≥ 15 mm Hg dibandingkan nilai
rata – rata selama 20 minggu pertama
kehamilan. Bila TD sebelumnya tidak
diketahui, nilai 140/90 mm Hg atau lebih
dianggap tidak normal.
 Pre-eklampsia dapat berkembang dgn cepat
menjadi fase konvulsif yg disebut eklampsia.
 Pre-eklampsia biasanya terjadi pada
kehamilan pertama. Untuk pemberian
antihipertensi harus di dasarkan
keselamatan ibunya, karena tidak
jelas apakah penurunan TD akan
menguntungkan fetus, sedangkan
pengobatan ini tidak menyembuhkan
pre-eklampsia.
 Terapi dengan antihipertensi dimulai
bila TDD ≥ 100 mm Hg. Bila
kelahiran tidak diharapkan 24 jam,
diberikan obat oral yakni metildopa,
hidralazin, antagonis kalsium, beta –
bloker, dan labetalol.
 Diuretik akan makin memperburuk perfusi
organ sehingga tidak diberikan pada pre-
eklampsia.
 Bila kelahiran akan segera terjadi, diberikan
anihipertensi parenteral. Hidralazin IV efektif
dan telah digunakan dengan aman pada
kehamilan.
 Penggunaan aspirin dosis rendah (60 mg
sehari) sebagai antiplatelet ternyata tdk dapat
mencegah atau mengobati pre-eklampsia.
Tekanan Darah pada kehamilan

 Normalnya TD sistolik dan diastolik turun


sebanyak 10 – 15 mmHg selama
pertengahan masa kehamilan. Keadaan ini
akan terbalik pada kehamilan yg
menyebabkan TD mencapai puncaknya 3 - 4
hari postpartum. Bidan harus menjelaskan
bahwa observasi dan setiap tindakan akan
dilanjutka selama periode ini.
 Bagi ibu hamil yang menderita
hipertensi, pemantauan terhadap
proteinuria dan hipertensi harus
dilanjutkan selama 6 - 12 minggu
sesudah melahirkan.
Pre-Eklampsia dan Eklampsia

 Tidak ada literatur yg memberikan konsensus


tentang definisi pre-eklampsia. Sebagian
menggunakan definisi kombinasi TD yang
diatas 140/90 mmHg dengan proteinuria yang
melebihi 300 mmHg dalam 24 jam atau TD yg
lebih besar dari 90 mmHg pd dua kali
pengukuran yg terpisah setelah kehamilan 20
minggu plus proteinuria yg signifikan, tanpa
adanya hipertensi pra-kehamilan.
 Pre-eklampsia dan eklampsia dapat terjadi
setiap saat antara kehamilan 20 mg – 6
minggu postpartum. Ada 15 % primigravida
yg terkena oleh keadaan ini.
 Vasokonstriksi akan mengurangi volume
intravaskuler sehingga dapat terjadi
kelebihan beban cairan maupun dehidrasi.
Akhirnya menimbulkan kerusakan endoran,
khususnya ginjal.
PENATALAKSANAAN

 Tirah baring pada pre-eklampsia ringan atau


sedang untuk memperbaiki perfusi darah
plasenta, ginjal, jantung, otak serta hati dan
menghilangkan keadaan iskemia.
 Pengendalian TD
 Pemanatuan ketat terhadap haluaran urine
dan TTV
 Suplemen diet dan aspirin
 Obat – obat golongan sedatif, opioid dan
proklorperazin harus dihindari karena dapat
terjadi efek depresan pada sistem saraf
pusat ibu dan janin yg mengganggu
pemantauan.
 Hati – hati pemberian diuretik karena dapat
membahayakan pasokan darah yang
sudah terganggu pada plasenta.
 Terapi profilaksis antikonvulsan yang belum
mengalami kejang
 Pengendalian konvulsi dengan magnesium
sulfat atau diazepam.
 Magnesium sulfat menjadi obat pilihan
untuk mencegah serangan kejang yg lebih
lanjut pada keadaan eklampsia.
 Magnesium sulfat dapat diberikan lewat IM
atau IV dengan efek yang cepat.
 Pasien dalam pemulihan serangan kejang
dapat dihentikan dengan pemberian
magnesiun secara bolus yg disuntikkan
secara perlahan – lahan, misl : 4 atau 16
mmol larutan magnesium sulfat disuntikkan
selama 5 hingga 10 menit.
 Kemudian cairan infus dilanjutkan selama
24 jam sejak serangan kejang yang
terakhir dengan kecepatan pemberian 1 g
setiap jamnya, namun dapat diberikan 2
g/jam.
 Pemberian bolus 2 g dapat dilakukan
dengan perlahan – lahan selama
sedikitnya 5 menit begitu serangan
konvulsi kembali.
 Takaran magnesium dapat dikurangi secara
bertahap dalam periode dua hingga tiga jam.
 Distribusi magnesium akan melintas plasenta
dan mengenai janin dengancara serupa orang
dewasa. Konsentrasi magnesium tetap tinggi
selama 24 – 48 jam sesudah kelahiran. Pada
eklampsia sawar darah/otak mungkin sudah
tidak utuh lagi sehingga magnesium mengalir
masuk dengan cepat ke dalam SSP.
 Eliminasi magnesium : ginjal merupakan organ
yang bertanggung jawab atas proses eliminasi
magnesium. Waktu paruh eliminasi
magnesium adalah 4 jam pada kehamilan,
tetapi waktu tersebut akan lebih lama lagi jika
laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan.
Karena itu kecepatan pemberian infus harus
disesuaikan dengan faal ginjal yg dapat
berubah dengan cepat selama perjalanan
penyakitnya.
Efek samping atau masalah potensial yang
dapat terjadi dan penatalaksanaan

 pemberian ASI dianggap aman jika


dilakukan 24 jam sesudah
pemberian magnesium yang terakhir.
Pengambilan keputusan dapat
dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran kadar magnesium
postpartum dan pemeriksaan faal
ginjal
 Hipotensi : periksa TTV setiap 15 menit,
pantau haluaran urine
 Kelemahan otot : periksa reflkes patella
setiap 15 menit dan sebelum setiap
pemberian magnesium
 Depresi dan apnea : pantau frekuensi
pernapasan setiap 15 menit, frekuensi
minimal 16 x/mnt, periksa nadi, sediakan
oksigen lewat masker dan intubasi,
sediakan kalsium glukonas, pantau apneu.
 Distritmia dan henti jantung : pantau mll
EKG, sediakan kalsium glukonas dan
intubasi, pantau frekuensi jantung
 Edema paru : catat keseimbangan cairan,
pantau frekeunsi jantung, ekskresi protein
dlm urine, perhatikan sesak napas.
 Depresi SSP : nilai tingkat kesadaran
 Penurunan aktifitas uterus : pantau aktifitas
uterus dan fasilitasi untuk SC
 Penumpukan magnesium : pantau haluaran
urine setiap jam sekali, jumlah minimal
haluaran urine 25 ml perjam
 Mual dan muntah : menjaga balans cairan,
memantau protein plasma
 Ileus paralitik ; pantau selesra makan dan
asupan makanan postpartum, pantau
ekskresi tinja
 Hipotermia : pantau suhu dan tanda infeksi
 Kontraindikasi : Blok jantung, penyakit
jantung atau miastenia gravis yang
sudah diderita sebelumnya cenderung
bertambah parah pada pemberian
magnesium. Tindakan yang berhati –
hati perlu dianjurkan dalam
menghadapi ibu hamil dengan penyakit
renal, hepar atau pernapasan

Anda mungkin juga menyukai