Anda di halaman 1dari 6

1.

Definisi
Hiperlipidemia adalah peningkatan kolesterol total, LDL-C, atau kadar trigliserida, konsentrasi
HDL-C rendah, atau kombinasi dari ketidaknormalan (Dipiro et.al.2008).
Hiperlipidemia adalah peningkatan satu atau lebih kolesterol, ester kolesterol, fosfolipid,atau
trigliserida (Dipiro et.al.2005).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (TDS) mencapai lebih dari 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik (TDD) lebih besar dari 90 mmHg (Dipiro ,2008).
2. Klasifikasi
menurut,Dipiro 2005

3. Etiologi
a. Hiperlipidemia
Peningkatan konsentrasi lipoprotein makromolekul yang mengangkut lipid dalam plasma.
Kepadatan plasma lipoprotein ditentukan oleh kandungan relatifnya protein dan lipid.konsentrasi HDL-
C rendah, atau kombinasi dari ketidaknormalan ini. Lipid, yang tidak larut dalam air,terbentuk dalam
plasma tetapi lebih bersirkulasi sebagai lipoprotein. Hiperlipoproteinemia mengacu pada peningkatan
konsentrasi lipoprotein makromolekul yang mengangkut lipid dalam plasma (Dipiro et.al.2008).
b. Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian besar pasien itu hasil dari etiologi
patofisiologi yang tidak diketahui (esensial atau primer hipertensi). Sementara hipertensi ini tidak
dapat disembuhkan dan dapat dikendalikan. Sebagian kecil pasien memiliki penyebab spesifik
hipertensi mereka (hipertensi sekunder) (Dipiro,2008).
4. Patofisiologi
a. Hiperlipidemia
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks lipid dan protein
(lipoprotein). Total kolesterol LDL dan kolesterol tinggi dan berkurang Kolesterol HDL dikaitkan
dengan pengembangan penyakit jantung koroner (PJK). kelebihan produksi VLDL oleh hati sebagai
akibat dari kenaikan asam lemak bebas yang melewati hati. Mekanisme kedua adalah adanya
gangguan pada pemecahan VLDL dan kilomikron oleh lipoprotein lipase. Ketika aktifitas lipoprotein
lipase menurun, trigliserida gagal dihidrolisa, diubah, atau dihancurkan, dan metabolism kilomikron
serta VLDL remnan tertunda (Dipiro et.al.2008).
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik
(hipertensi skunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi
primer atau esesial). Hipertensi skunder bernilai kurang dari 10% kasus hipertensi, pada umunya kasus
tersebut disebabkan oleh penyakit ginjal kronik atau renovascular. Kondisi lain yang dapat
menyebabkan hipertensi sekunder antara lain pheocrhromocytoma, sindrom Cushing. Hipertiroid,
hiperparatiroid, aldosteron primer, kahamilan obstruktif sleep apnea, dan kerusakan, aorta. Beberapa
obat yang dapat meningkatkan tekanan darah adalah kortokosteroid, estrogen, AINS (Anti Inflamasi
Non Steroid), amphetamine, sibutramin, siklosporin, tacrolimus, erythropoietin, dan venlafaxine (ISO
Farmakoterapi).
5. Faktor risiko
a. Hiperlipidemia
Faktor risiko seperti LDL teroksidasi, cedera mekanik hingga endotelium, dan berlebihan
homocysteine dapat menyebabkan disfungsi endotel dan interaksi seluler yang memuncak pada
aterosklerosis .Obesitas,usia,gangguan genetik dan pola makanan. (Dipiro et.al 2005).
b. Hipertensi
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara lain umur, status gizi,
genetic, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, pola
makan, obesitas, kebiasaan minum minuman beralkohol,dan stress (Dipiro,2008).

6. Penggolongan obat
A. Hiperlipidemia (Dipiro 2008 & iso farmakoterapi,2005)
a. Niasin
Contohnya :asam nikotinat,piridilmetanol,asipimoks
b. Fibrat-klofibrat dan gemfibrozil
Contohnya :bezafibrat,fenofibrat,klofibrat
c. Resin pengikat asam empedu
Contohnya :kolestiramin,kolestipol,sitosterol
d. Probukol
Contohnya :probucol
e. Inhibitor HMG-CoA reduktase
Contohnya : lovastatin,pravastatin,simvastatin

B. Antihipertesi (Dipiro 2008)


a. Diuretik
- Thiazide ,contohnya : Hidrochlortiazide,kortilidone,indapamide
- Hemat kalium, contohnya :Amilorid,spironolaktan
- Look diuretik , contohnya : Furosemi,tiosemid
b. Inhibitor ACE,contohnya :Captopril,lisopril
c. Penghambat ARB,contohnya : Lorastan, valsartan,irbesartan
d. Penghambat alfa 1 blocker, contohnya : prasozin
e. Beta blocker, contohnya : atenolol,nodolol
f. CCB, contohnya : felodipin,nisoldipin

7. Mekanisme kerja obat


A. Antihiperlipidemia (Dipiro,2008 dan ISO Farmakoterapi)
a. Niasin
Menghambat sistem lipase intraseluler dari jaringan adiposa,yang dapat menurunkan produksi
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dengan menurunkan aliran asam lemak bebas ke hati.
b. Fibrat-klofibrat dan gemfibrozil
Meningkatkan lipolisis,asupan asam lemak hati,asupan LDL dari reseptor dan menstimulasi transpor
kolestrol balik sehingga meningkatkan HDL
c. Resin pengikat empedu
Mengikat asam empedu di usus dan meningkatkan pembuangan LDL dari aliran darah
d. Probukol
Menghambat ateroskloresis,tidak mengganggu kadar triasilgliserol dalam plasma
e. Inhibitor HMG-CoA reduktase
Menghambat tahap pertama aktivitas enzim dalam sintesis kolestrol,penghambatan ini akan
menyebabkan pengurangan simpanan kolesterol intraseluler.
B. Antihipertensi (F & T,2005)
a. Diuretik
- Thiazid , menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan asupan NA dan ekskesi air. Hal ini
menyebabkan penurunan curah jantung dan aliran darah ginjal.
- Hemat kalium, menghambat pengangkutan NA epitel pada tubulus distal dan tubulus
koligen,menurunkan kehilangan kalium dalam urin.
- Look diuretik,menyebabkan penurunan resistensi vaskular ginjal dam peningkatan cairan
darah,meningkatkan kandungan CO2.
b. Inhibitor ACE
Menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim ACE sehingga angiotensin II tidak
terbentuk. Dimana ACE akan memicu perombakan dan Bradykinin yang menyebabkan batuk kering.
c. Penghambat ARB
Menghalangi angiotensin II tidak berikatan dengan reseptornya sehingga tidak menyebabkan
tekanan darah.
d. Penghambat alfa 1 blocker
Ketika terjadi rangsangan dari sistem simpatis, akan memicu pengeluaran adrenalin dan non
adrenalin dan akan berikatan dengan reseptornya sehingga terjadi vasokontriksi. Jika diblok akan
terjadi vasodilatasi.
e. Beta blocker
Menurunkan kontraksi jantung,menghambat pelepasan nonepineprin perifer dan mengurangi
pelepasan renin dari ginjal.
f. CCB
Mengurangi kalsium yang masuk ke otot polos yang menyebabkan koroner dan perifer vasodilatasi
dan menurunkan tekanan darah.

8. Terapi non farmakologi


- Diet, pengurangan berat dan peningkatan aktivitas fisik.
- Terapi diet yang objektif adalah dengan menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh,
dan kolesterol untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai.
- Meningkatkan konsumsi lemak tak jenuh dan serat larut dalam bentuk oat, pectin, gum, dan psyllium.
- Mengurangi atau menghentikan konsumsi rokok (Dipiro,2008).

9. Penyelesaian kasus
Seorang pasien dengan inisial Tn. W umur 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan palpitasi,
dispnea, polineuropati perifer pada lutut. Setelah diukur tekanan darah menunjukkan 145/90 mmHg.
Keluhan yang dialami pasien telah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu. Berat badan pasien 78kg dengan
tinggi badan 155cm. Hasil lab menunjukkan, pasien memiliki kadar kolesterol darah sebagai berikut:
VLDL : 190 mg/dL
HDL : 30 mg/dL
LDL : 170 mg/dL
TG : 125 mg/dL
Setelah melihat data lab dan gejala yang dikeluhkan oleh pasien, maka dokter meresepkan :
- Atorvastatin 16 mg 0-1-0 p.c
- Gemfibrozil 600 mg 2x1 tab a.c
- Amlodipin 15 mg 1x1 tab p.c
Berdasarkan keluhan pasien dan gejala yang ditimbulkan hasil lab menunjukkan pasien terkena penyakit
hiperlipidemia tipe IIb kombinasi hipertensi karena kadar HDL dan LDL pasien melebihi batas normal.
Ditinjau dari resep obat yang diberikan oleh dokter, maka adapun DRP yaitu :
Obat tanpa indikasi yaitu tidak ada, indikasi tanpa obat juga tidak ada, untuk dosis yang berlebih
yaitu obat amlodipin dengan dosis 15 mg sedangkan dosis harian untuk obat ini yaitu 5-10 mg.Tidak ada
interaksi obat dan tidak ada reaksi yang tidak diinginkan serta Ketidakpatuhan pasien tidak ada karena
sebelumnya pasien belum pernah mengomsumsi obat-obatan atau perawatan.
Dari hasil lab pasien ,HDL dan LDL mengalami kenaikan dimana batas normal dari LDL=<100 dan
VLDL=<150 (Dipiro,2008).

Berdasarkan algoritma pengobatan untuk pasien hiperlipidemia komplikasi hipertensi maka dokter
kembali meresepkan :
R/ Atorvastatin 40 mg
1x sehari pada malam hari
Amlodipine 5 mg
1x sehari pada malam hari
Dari resep diatas, obat yang digunakan untuk hiperlipidemia yaitu golongan statin yang berfungsi
menghambat pembentukan HMG CoA agar tidak terjadi pembentukan kolesterol sedangkan untuk obat
hipertensi digunakan obat golongan calcium canal bloker (CCB) yang berfungsi menghalangi kalsium
masuk ke dalam sel otot polos dan melebarkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah juga
dapat ikut turun karena volume cairan yang ada pada pembukuh darah juga berkurang. Atorvastatin 40
mg diminum satu kali sehari pada malam hari untuk terapi awal, dimana atorvastatin merupakan
golongan statin yang berfungsi menghambat pembentukan HMG CoA dan amlodipine 5 mg diminum pada
malam hari juga dengan dosis satu kali sehari, dimana amlodipin merupakan golongan calcium canal
blocker yang berfungsi untuk menghalangi kalsium yang masuk ke dalam sel otot polos dan menurunkan
tekanan darah (Dipiro,2008 dan F & T,2005).
10. KIE
a. Komunikasi
Pasien mengalami jantung terasa berdebar dan berdetak lebih cepat dari biasanya,sesak nafas
dan gangguan saraf perifer pada lutut. Pada pemeriksaan lab angka LDL dan VLDL mengalami
peningkatan dari batas normal
b. Informasi
Secara farmakologi obat untuk pasien yaitu atorvastatin sebagai obat hiperlipidemia golongan
statin yang berfungsi menghambat pembentukan HMG CoA agar tidak terjadi pembentukan
kolestrol,amlodipin sebagai obat hipertensi golongan canal calsium blocker yang berfungsi
menghalangi kalsium yang masuk ke dalam sel otot polos dan menurunkan tekanan darah.
Dosis untuk atorvastatin 40 mg satu kali sehari setelah makan pada malam hari dan amlodipin 5
mg satu kali sehari setelah makan pada malam hari.
c. Edukasi
Untuk membantu proses penyembuhan dan menghindari gejala hiperlipidemia kombinasi
hipertensi maka pasien disarankan untuk melakukan diet,menurunkan komsumsi lemak
total,lemak jenuh,dan mengurangi atau mengkomsumsi rokok.

11. Kesimpulan
Berdasarkan kasus diatas ,obat yang digunakan yaitu atorvastatin golongan statin dengan dosis 40
mg satu kali sehari setelah makan pada malam hari dan amlodipin golongan canal calsium blocker
dengan dosis 5 mg satu kali sehari setelah makan pada malam hari. Untuk mendukung pengobatan
pasien disarankan untuk melakukan diet, pengurangan berat dan peningkatan aktivitas fisik.Terapi
diet yang objektif adalah dengan menurunkan langsung konsumsi lemak total, lemak jenuh, dan
kolesterol untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai.Meningkatkan konsumsi lemak tak jenuh dan
serat larut dalam bentuk oat, pectin, gum, dan psyllium.Mengurangi atau menghentikan konsumsi
rokok
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI

Penerbitan: Jakarta

Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) Volume 47, 2012, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Joseph T. Dipiro.2008. “Pharmacotherapy sevent editiont” The McGraw-Hill Companies.

Joseph T. Dipiro.2005. “Pharmacotherapy six editiont” The McGraw-Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai