Anda di halaman 1dari 24

KASUS I

DIABETES MELITUS DENGAN HIPERGLIKEMI


DAN HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH

1. LALU MUH. RIADHUL FIKRI (SBF131440296)

2. AGNES JANURITA SIMPURU ( SBF131440292)

3. ARI DWIYANTI (SBF131440294)


KASUS 1

I. IDENTITAS PASIEN
• Nama Pasien : Tn. H

• Umur : 59 tahun
• BB : 50 kg
• TB : 163 cm
I. SUBYEKTIF
2.1 Keluhan utama
DM Hiperglikemi, luka kaki kotor.

2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


DM Hiperglikemi, luka kaki kotor dan Hipertensi
terkontrol.

2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


DM Hiperglikemi dan Hipertensi terkontrol.
2.4 Riwayat Pengobatan
a. Obat DM :
- Glucodex (1-1-0)
- Metformin (3x850mg)
b. Obat Hipertensi :
- Diltiazem (3x30mg)
- Captopril (3x25mg)
- Aspirin (1x100mg)
OBYEKTIF
Pemeriksaan Penunjang

Parameter Satuan Hasil

TD mmHg 170/110

GDA mg/dl 529


Assesment

Obat Dosis Rute

Glucodex 1-1-0 p.o

Metformin 3 x 850 mg p.o

Diltiazem 3 x 30 mg p.o

Captopril 3 x 25 mg p.o

Aspirin 1 x 100 mg p.o


4. 2 Drug Related Problem

Problem Subjektive Terapi DRP Rekomendasi dan
Medik / Objective Monitoring

DM GDA Glucodex (1-1-0) Kadar gula Rekomendasi :


Hiperglikemi 529mg/dl, Metformin darah belum Ganti Glucodex
(3x850mg) normal, dengan Akarbose
Monitoring :
Gangguan saluran
pencernaan dan
flatulensi
Luka kaki Luka kaki - Ada indikasi
kotor tidak diterapi

Hipertensi BP Diltiazem - -
170/110m (3x30mg)
mHg Captopril
(3x25mg)
Aspirin (1x100mg)
SOAP I
DM (Diabetes Melitus) Hiperglikemi

S/O Terapi DRP

S : Diabetes  Glucodex -Sudah minum


Melitus dengan (Gliclazide 80mg) obat DM tapi
Hiperglikemi (1-1-0) kadar gula
darahnya belum
O : GDA  Metformin normal.
529mg/dl (3x850mg)
- Over dose

Rekomendasi : 1. Penggantian Sulfonilurea dengan Akarbosa


2. pengurangan frekuensi pemberian Metformin (2x850mg)
Analisa

 Terapi Glucodex
(Gliclazide)/(Sulfonilurea) dan Metformin
(Biguanid).
- Sulfonilurea diperlukan untuk merangsang sekresi insulin di
kelenjar pankreas. Pemberian Gliclazide untuk menurunkan
kadar glukosa darah (Soegondo, 1995). Gliclazide
diindikasikan untuk DM tipe 2 (NIDDM) pada orang dewasa
bila pengaturan pola makan, olahraga dan penurunan berat
badan belum mencukupi untuk mengontrol kadar gula darah.
- Metformin bekerja menurunkan kadar glukosa
darah dengan memperbaiki transport glukosa ke
dalam sel-sel otot. Metformin digunakan untuk
menurunkan glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa di jaringan. Kombinasi dengan
Sulfonilurea, belum diketahui pasti laporan
peningkatan risiko bahaya penggunaan kombinasi
ini.
Rekomendasi

 Pada kasus ini dapat direkomendasikan


penggunakan kombinasi Metformin dengan
Akarbosa. Akarbosa bekerja menghambat alpha-
glukosidase sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat, mempunyai
efek kecil tapi bermakna dalam menurunkan glukosa
darah. Diindikasikan untuk DM yang tidak dapat
diatur dengan diet atau dengan obat antidiabetik
oral. (IONI, 2008).
SOAP II
Luka Kaki Kotor
S/O Terapi DRP

Luka kaki kotor - Indikasi tidak diterapi

Rekomendasi : pemberian Cephalosporin (Cephalexin), dosis awal 250mg tiap 6


jam atau 500mg tiap 8-12 jam, dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g tiap 6-8 jam untuk
infeksi berat. Disertai dengan perawatan luka yang baik.
Analisa

Kaki diabetes dengan infeksi seperti


selulitis, ulkus yang terinfeksi, jelas
memerlukan pengelolaan dengan pemberian
antibiotik yang adekuat. Terapi yang
dianjurkan untuk penyambuhan luka kaki
adalah menggunakan Antibiotik golongan
Cephalosporins (Cephalexin) (Boulton,
2002).
SOAP III
Hipertensi
S/O Terapi DRP
BP 170/110 mmHg - Diltiazem (3x30mg) Obat Hipertensi sudah
- Captopril (3x25mg) diminum tapi target
- Aspirin (1x100mg) tekanan darah belum
tercapai.

Rekomendasi : penggantian ACEI (Captopril) dengan ARB (Losartan:


50mg sekali sehari)
Analisa Terapi

 CCB (Diltiazem)
- Antagonis kalsium merupakan obat
antihipertensi yang efektif, bekerja
dengan menghambat influx kalsium
sepanjang membran sel, diindikasikan
khusus untukyang beresiko tinggi
penyakit koroner dan diabetes.
Diltiazem digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi dan untuk
mengontrol angina (nyeri dada),
bekerja dengan relaksasi pembuluh
darah sehingga jantung tidak harus
memompa lebih keras juga
meningkatkan suplai darah dan oksigen
ke jantung.
 ACEI (Captopril)
Terapi dengan ACEI (Captopril) untuk
menurunkan tekanan darahnya, bekerja dengan
cara menghambat konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II, diindikasikan untuk hipertensi pada
pasien DM yang tergantung pada Insulin dengan
nefropati. ACEI dapat di toleransi dengan baik oleh
kebanyakan pasien tetapi tetap mempunyai efek
samping.
Bila ACEI diindikasikan untuk indikasi khusus
gagal jantung, diabetes, atau penyakit ginjal kronis;
pada pasien-pasien dengan batuk kering, ACEI
diganti dengan ARB.
 Dapat digunakan ARB (Losartan) dalam kasus ini
untuk mengganti terapi ACEI (Captopril). Alasan
pemilihan ARB karena :
• ARB tidak memblok reseptor angiotensinogen tipe 2
(AT2) sehingga efek yang menguntungkan dari
stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan
jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap
utuh dengan penggunaan ARB. Studi menunjukkan
kalau ARB mengurangi berlanjutnya kerusakan organ
target jangka panjang pada pasien-pasien dengan
hipertensi dan indikasi khusus lainnya.
• ARB mempunyai kurva dosis-respon yang datar,
berarti menaikkan dosis diatas dosis rendah atau
sedang tidak akan menurunkan tekanan darah yang
drastis.
• ARB mempunyai efek samping paling rendah
dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya.
• Karena tidak mempengaruhi bradikinin, ARB tidak
menyebabkan batuk kering seperti ACEI.
• Aspirin dimaksudkan untuk menurunkan risiko
kardiovaskuler dan infark miokard akibat tekanan
darah yang terlalu tinggi. Sebagai antiplatelet
bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet,
sehingga dapat menghambat pembentukan trombus
pada sirkulasi arteri. Penggunaan asetosal jangka
panjang untuk pasien dengan diabetes yang
menerima pengobatan antihipertensi adalah 75 mg
sekali sehari.
• Aspirin tidak direkomendasikan untuk pencegahan CVD
untuk orang dewasa dengan diabetes berisiko rendah CVD (pria di
bawah usia 50 tahun

• dan wanita di bawah 60 tahun tanpa kemungkinan besar Faktor risiko


CVD selain mengharapkan potensi manfaat aspirin juga harus
mempertimbangkan efek samping potensial dari perdarahan. (ACCF /
AHA Kelas III, Tingkat Bukti: C), (ADA Tingkat Bukti: C).

• Pada dosis rendah (75-162 mg / d) penggunaan aspirin untuk


pencegahan mungkin dipertimbangkan bagi mereka dengan diabetes
beresiko CVD menengah (pasien yang lebih muda dengan 1 atau
lebih faktor risiko, atau pasien yang lebih tua tanpa faktor risiko, atau
pasien dengan risiko CVD 10 tahun 5-10%) sampai penelitian lebih
lanjut tersedia. (ACCF / AHA Kelas
IIb, Tingkat Bukti: C) (ADA Tingkat Bukti: E)
Aspirin
mbotic events may in part be due fa Lhc fact that the aJbumiouria. (ACCF/AHAClcss Ilp Level ofE›'idence:
idhib‹tory effects of aspirin ar file platelet are permanent. (ADA Level of Evidence: C)
Thus, e ’en low doses wi)l achieve a full effect after
* .@ :
‹everâl days of dosiog. Addiliatu3ly. Ake effects of aspirin
begio ia

primzg/ prevention bial comparing aspirin TtXI mg daily la


no aspirin amony adults o›’er age years 'ith diabetes who aze
Neo lakizg sim vastatin.*® The planned enrollment is 5170,
and the investigatun »'iJT examine several prespccified sub-
groups in dr Act d‹ffercrces in effect at aspirin, including
ID II YgTgg5 H'DIl1eO ud oklcr versus younger «ge, as well
as baseline lipid levels M use of StnttJl5. A 5flCond trial,
A Sttxly of Cardiovascular Events in Diabcms I
ASCEN
being conducted in the U.K. and will also examine tire effects
of 100 mg aspirin daily venus piacebo among men and
women over age 40 years wbo ha're eiNr type J or gpc 2
MATUR NUWUN

Anda mungkin juga menyukai