FARMAKOLOGI
ASMA
KASUS (1)
Ny. MM datang ke IGD RS dengan keluhan nafas sesak ± 2 hari sebelum
MRS disertai batuk berdahak. Pasien sering mengeluh sesak hilang
timbul ketika kelelahan atau pada cuaca dingin.
Dokter mendiagnosis pasien dengan Asma bronkiale persisten sedang
+ eksaserbasi akut sedang
DATA KLINIK (1)
1. TD 120/80mmHg
2. Suhu 36,50C
3. GCS 456
4. RR (Respiration Rate) 39bpm (beat per minute)
5. Nadi 120 bpm
6. Saturasi 02 95%, 02 nasal 2 lpm
7. Ronchi (mengi) –
8. wheezing +
9. APE 70%
TERAPI IGD TERAPI MRS
Pada saat terapi IGD dan MRS Dipilih bentuk sediaan nebulizer karena terjadi
serangan akut yang menyebabkan pernapasan pasien tidak terkoordinasi dengan
baik.
MDI
CARA PENGGUNAAN :
1. Buka tutup MDI. Cek dan hilangkan debu atau benda asing disekitar MDI. Kemudian
kocok.
2. Posisikan diri senyaman mungkin dengan duduk tegak atau berdiri.
3. Tarik nafas panjang
4. Masukkan MDI ke dalam mulut, letakkan diantara gigi dan segel (tutup rapat) dengan
bibir.
5. Bernafas perlahan, tekan MDI, Terus bernafas dalam sampai paru-paru benar-benar
penuh.
6. Tahan nafas selama 10 detik, jika tidak bisa maka tahan nafas sesuai kemampuan
7. Jika diperlukan pemberian dosis MDI kembali, tutup dahulu MDI. Tunggu 1 menit.
Setelah 1 menit, ulangi langkah 2-6.
8. Cuci mulut (kumur) setelah mengambil embusan terakhir obat. Pastikan Anda
meludah air keluar; tidak menelannya
Kekurangan :
9. Tutup MDI dan simpan ditempat yang aman.
Perlu koordinasi inhalasi
Kelebihan :
Ukuran kecil, mudah dibawa, nyaman,
dosis tepat, serangan dapat diatasi
dgn cepat dan relatif tidak mahal.
Salbutamol + Ipatropium Br
Salbutamol (Short-Acting β2-agonis selektif)
Ipatropium Br (Antikolinergik / Antimuskarinik)
Kombinasi Salbutamol-ipatropium Br diberikan pada saat terjadi
serangan asma akut berat karena penambahan antimuskarinik dapat
meningkatkan efek bronkodilatasi yang dihasilkan dari agonis 𝛽2
selektif
Kelebihan :
tidak perlu koordinasi inhalasi
Kekurangan :
Variabilitas dosis signifikan; mahal dan memakan
waktu; kurang efisien daripada MDI;
memungkinkan adanya kontaminasi; umur
simpan pendek.
Salbutamol + Ipatropium Br
CARA PENGGUNAAN
1. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir untuk mencegah kuman ikut
masuk ke paru-paru melalui nebulizer.
2. Siapkan obat yang akan digunakan. Jika obat sudah dicampur, tuang langsung
ke dalam wadah obat nebulizer. Jika belum, masukkan satu per satu dengan
menggunakan pipet atau alat suntik.
3. Tambahkan cairan saline jika diperlukan dan diresepkan dokter.
4. Hubungkan wadah obat ke mesin dan juga masker ke bagian atas wadah.
5. Letakkan masker hingga menutupi hidung dan mulut.
6. Hidupkan mesin kemudian tarik napas dengan hidung dan keluarkan perlahan
melalui mulut.
7. Anda bisa mengakhirinya saat tidak ada lagi uap yang keluar, menandakan obat
sudah habis.
SALMETEROL
Salmeterol/Fluticasone diskus 50/250μg 2x2 puff
Digunakan ketika dosis rendah ICS tunggal gagal mencapai kontrol asma yang baik,
penambahan LABA pada ICS dapat meningkatkan fungsi paru-paru dan mengurangi
eksaserbasi pada banyak pasien. Efek ini lebih cepat daripada menggandakan dosis ICS.
Efek samping : komponen LABA dapat menyebabkan takikardia, sakit kepala atau kram.
Rekomendasi saat ini adalah bahwa LABA dan ICS aman untuk asma ketika digunakan
dalam kombinasi. LABA tidak boleh digunakan tanpa ICS pada asma karena peningkatan
risiko hasil buruk yang serius.
Sumber : GINA 2019. Pocket Guide For Asthma Management and Prevention. Page 33.
Salmeterol/Fluticasone diskus 50/250μg 2x2 puff
Nama dagang :
SERETIDE, ADVAIR
Fluticasone/Salmeterol
diskus :
Terdapat dose counter
Eksipien : Pengisi laktosa
Kerugian : membutuhkan
aliran inspirasi 30-60
L/menit
Sumber : Joseph T. DiPiro et al. 2011.
Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach Eight edition. United States:
The McGraw-Hill Companies. Page 449.
Salmeterol/Fluticasone diskus 50/250μg 2x2 puff
CARA PENGGUNAAN :
1. Buka diskus. Pegang pada bagian telapak tangan, menempatkan ibu jari tangan yang lain pada
thumb grip dan dorong hingga bunyi klik.
2. Menggeser tuas sejauh mungkin untuk mempersiapkan obat.
3. Menghembuskan atau membuang nafas.
4. Meletakkan diskus diantara mulut dan katupkan bibir.
5. Bernafaslah sedalam-dalamnya.
6. Lepaskan diskus dari mulut.
7. Tahan nafas hingga sekitar 10 detik kemudian kembalilah bernafas seperti biasa. Bernafas segera
setelah menghirup obat dari diskus akan menyebabkan obat hilang. Bila tidak sengaja terjadi, maka
ulangi penggunaan diskus.
8. Periksalah secara rutin sisa dosis dari diskus setiap selesai menggunakan.
NASAL O2
Terapi Oksigen
• Pasien dengan asma akut berat atau keadaan yang mengancam jiwa harus
mempertahankan saturasi oksigen pada 94-98% untuk mengobati hipoksia.
(Whittlesea, Cate and Karen Hodson (ed). 2019. Clinical Pharmacy and Therapeutics Sixth Edition. Elsevier Limited.
Page 448)
• Saturasi oksigen harus dipertahankan diatas 90% atau lebih dari 95% pada wanita hamil
dan pasien dengan penyakit jantung.
(Joseph T. DiPiro et al. 2011. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Eight edition. United States: The
McGraw-Hill Companies. Page 451, 452)
• Pasien-pasien ini harus diberikan oksigen melalui masker wajah, masker Venturi atau
kanula hidung sebagai hal yang mendesak.
• Oksimetri nadi harus digunakan untuk mengukur saturasi oksigen jika memungkinkan
• Saturasi oksigen oleh oksimetri nadi dan aliran puncak harus diukur pada semua pasien
yang tidak sepenuhnya menanggapi terapi inhalasi β2-agonis intensif awal.
KORTIKOSTEROID
Budenosid dan Metilprednisolon
Mekanisme Aksi
• Kortikosteroid memiliki peran dalam penghambatan produksi
mediator inflamasi dan menghambat infiltrasi limfosit, eosinofil, sel
mast. Kontribusinya dalam mengurangi reaktivitas bronkus sehingga
tidak merelaksasi otot halus pada saluran udara secara langsung.
Efeknya pada obstruksi saluran nafas optimal dengan tambahan efek
dari β-receptor agonists.
• Digunakan sebagai pengendali eksasebarsi jangka panjang dengan
tingkat asma sedang hingga berat
Penggunaan klinis
• Pengobatan diawali dengan dosis oral 30–60 mg prednison setiap hari
atau IV dengan dosis 1 mg/kg metilprednisolon setiap 6–12 jam, dosis
harian dapat berkurang setelah adanya perubahan pada obstruksi
saluran nafas (7 – 10 hari)
• Pemakaian sediaan aerosol dipilih karena mengurangi efek pada
sistemik. Aerosol kortikosteroid seperti beclomethasone, budesonide,
ciclesonide (paling minimum), flunisolide, fluticasone, mometasone,
and triamcinolone. Dosis harian rata-rata empat puffs dua kali sehari
beclomethasone (400 mcg/d) setara dengan 10–15 mg per hari dari
prednison oral
• Pemakaian kortikosteroid sistemik pada asma akut digunakan setelah
penggunaan β2-agonis (setiap 20 menit 3 – 4 dosis) digunakan
Prednison, 1 – 2 mg/kg setiap hari hingga 40 – 60mg/ setiap hari
digunakan dalam 2 dosis terbagi untuk 3 – 10.
• Contoh pengobatan asma untuk mengurangi risiko jangka panjang
penggunaan kortikosteroid :
a. Inhalasi tunggal kortikosteroid dengan β-agonist reliever kerja
pendek seperti kombinasi inhalasi beclomethasone dan albuterol
b. Penggunaan 5–10 hari dua kali sehari dosis tinggi dari budesonide
atau beclomethasone
Beberapa jurnal menyarankan
penggunaan BDP, BUD, FLU, FP
• Pengobatannya dengan pemberian antasida, antagonis H2, dan Inhibitor Pompa Proton (PPI).
• Beberapa studi melaporkan peningkatan resiko infeksi pernapasan dan pneumonia nosokomial pada pasien
yang diberi inhibitor pompa proton.
• Antagonis H2 intravena lebih efikasi dan lebih murah dibanding PPI IV.
• Infus kontinu antagonis H2 menghasilkan peningkatan pH intralambung yang konsisten dan menetap.
• Simetidin memiliki ESO lebih banyak, spesifik, dan mempengaruhi beberapa jalur metabolisme
obat sitokrom P450 sehingga waktu paruhnya dapat memanjang.
• Famotidin telah dilaporkan berinteraksi dengan penyerapan fosfat, mengarah pada perkembangan
hipofosfatemia. Fosfat penting untuk sintesis ATP dan DPG, dimana keduanya penting untuk
fungsi paru.
• Ranitidine menghambat sekresi asam lambung akibat dari perangsangan obat muskarinik, stimulasi
vagus, atau gastrin.
Penggunaan berdasarkan skenario
• Ranitidin hanya diberikan saat MRS dengan tujuan agar penanganan
lebih cepat dan optimal. Saat KRS, tidak perlu diberikan ranitidin
karena tidak ada obat yang berpengaruh pada dapat meningkatkan
asam lambung. Tetapi apabila pasien memiliki riwayat sering
mengalami maag hingga sesak, maka ranitidin dapat diberikan kepada
pasien saat KRS.
N-Asetilsistein
N-asetilsistein
• Sebagai terapi adjuvan mukolitik dan antioksidan (pada stress
oksidatif)
• Golongan mukolitik (penghancur mukus) dengan cara mengubah
struktur mukus agar mudah dikeluarkan dengan silia/ekspektorasi
• Asetilsistein memiliki gugus thiol yang dapat disubstitusi oleh
ikatan disulfida pada mukus sehingga dapat memecah rantai mukus
• Dosis 3-4x1 3-5 mL larutan 20% nebul atau 3x1 200mg peroral
• ES bronkospasme, angioedema, mual, muntah, demam,
berkeringat, artralgia, penglihatan kabur, gangguan fungsi hati,
asidosis, kejang, dan henti jantung atau pernapasan
• Hati-hati! pasien asma dan pasien dengan riwayat penyakit tukak
lambung karena mukolitik dapat merusak barrier mukosa lambung
• Absorbsi GIT cepat
• Bioavailabilitas oral rendah (4-10%)
• pH optimum 7-9
• OOA 0,5 – 1 jam
• t1/2 6,25 jam
Ny. MM N-asetilsistein 3x200mg peroral
saat MRS dan KRS
• N-asetilsistein?
Punya efek mukolitik dan antioksidan
Pada eksaserbasi stress oksidatif ↑ aktivasi sel
inflamasi ↑
• Peroral?
1. Kemudahan penggunaan bentuk sediaan
2. IV dan inhalasi bronkospasme
Zavirlucast
MEKANISME
Mencegah sintesis leukotrien; dan penghambatan pengikatan LTD4 pada
reseptornya pada jaringan target, sehingga mencegah aksinya.
Efektif pada asma jika digunakan tunggal atau dengan inhalasi kortikosteroid
CARA EFEK
DOSIS PENGGUNAAN SAMPING
• DISTRIBUSI
Distribusi zafirlukast ke jaringan tubuh dan cairan belum sepenuhnya
ditandai. Zafirlukast sekitar 99% terikat dengan protein plasma,
terutama albumin, pada kisaran konsentrasi 0,25-10 mcg / mL.
• METABOLISME
Zafirlukast dimetabolisme oleh hati. Hidroksilasi oleh sitokrom P450
CYP2C9 adalah yang utama jalur biotransformasi.
• ELIMINASI
Waktu paruh eliminasi zafirlukast berkisar 8-16 jam. Konsentrasi plasma
zafirlukast tampaknya menurun secara biphasic setelah pemberian obat
secara oral. Pembersihan zafirlukast oral pada orang dewasa atau anak-anak
usia 7-11 tahun masing-masing sekitar 20 atau 11,4 L / jam.
ALASAN MEMILIH ZAVIRLUCAST DAN
DIGUNAKAN SAAT KRS
1. PDE Inhibitor
2. Antagonis adenosine
Reseptor
3. Aktivator deasetilasi
histon
1. PDE Inhibitor (PDE4)
PDE4 berfungsi menghidrolisis nukelotida siklik, shg inhibisinya →
↑ cAMP → Relaksasi otot polos saluran nafas, mengurangi rilis kemokin dan sitokin.
*Per-Liter mengandung :
Na = 131 mmol
K = 5mmol
Ca = 2 mmol
HCO3 (sebagai laktat) = 29 mmol
Cl = 111mmol
• Dikeluarkan lebih cepat dibandingkan NS sehingga menghindari fluid
overload
• Adanya sodium laktat dapat menetralisasi keadaan asam dalam tubuh
(ex : hipoksia)
Kandungan klorida lebih sedikit sehingga tidak terlalu berpengaruh
pada vasokonstriksi renal, aliran darah menuju renal
Saat MRS, Ny. MM diberikan INFUSI RL + 1 Ampul
Aminofilin 21tpm
Mengapa?
Aminofilin ditambahkan dalam terapi apabila asma tidak membaik dengan pemberian ICS atau LABA.
KURKUMA
• Curcuma adalah suplemen makanan dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
untuk menambah atau meningkatkan nafsu makan serta memperbaiki fungsi hati. Obat ini
dapat dibeli tanpa resep dokter untuk membantu mengatasi masalah anoreksia (penurunan
nafsu makan) dan ikterus (penyakit kuning)