Anda di halaman 1dari 7

Program Studi : Program Pendidikan Profesi Apoteker, Jurusan Farmasi FMIPA

UNUD
Mata Kuliah : Farmakoterapi Terapan
Kode MK.SKS : FAPT1112/2SKS
Diskusi Kelompok : 5
Judul Makalah : Penatalaksanaan Obat Pada Osteoporosis
Anggota Kelompok : 1. Hanum El Sara (1408525014)
2. Dewa Ayu Adelia Viviandari (1408525005)

Hari/Tgl/Waktu : Senin/9 Maret 2015/13.00

Nama Anggota Kelompok Kecil Diskusi Kelas (Case Study):


No Nama Mahasiswa NIM
1 Gusti Ayu Oviani 1408525003
2 I Made Arya Sasmitha 1408525004

Koordinator Kelompok Kecil: Gusti Ayu Oviani (1408525003)

PEMBAHASAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. X
Ruang : -
Umur : 75 tahun
Diagnosa : Osteoporosis, Hipertensi, Hiperlipidemia, COPD

II. SUBYEKTIF
Keluhan Utama : Nyeri pada punggung yang timbul saat aktivitas jalan
jauh. Nyeri bertambah berat saat terpapar udara dingin dan
berkurang dengan istirahat. Nyeri terasa menusuk dan
dialami sejak 3 hari lalu
Keluhan : -
Tambahan
III. OBYEKTIF
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi sejak usia 50 tahun, Hipertiroidism
(Levotiroksin), Hiperlipidemia (Kolestiramin), COPD
sejak usia 60 tahun (Prednisone) dan Osteoporosis sejak 2
tahun yang lalu
Riwayat pengobatan : Kalsium 500 mg, Prednisone, Ramipril 10 mg, Salbutamol
inhalasi, Aspirin 80 mg, Lipitor 10 mg, Propanolol, Kolestiramine,
Levotiroksin
Data klinik dan lab awal:
Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
Tekanan darah 150/94 120/80 mmHg1 Menunjukkan
pasien mengalami
hipertensi
Tekanan Nadi dan 64 x/m Tekanan nadi normal : 60- Dalam batas
RR dbn 18 x/m 100 x/menit RR normal : normal
16-25 hembusan/menit
Serum kreatinin 1 Pada wanita : 0,7-1,25 Berada pada
mg/dL4 rentang normal
Kalium 4,2 3,6-4,8 mEq/L4 Berada pada
rentang normal
Klorida 104 97 – 106 mEq/L4 Berada pada
rentang normal
Karbon Dioksida 25 22 – 32 mEq/L4 Berada pada
rentang normal

BUN 17 10-30 mg/dL4 Berada pada


rentang normal
Pemeriksaan hati :
AST 32 5 – 35 U/L4 Berada pada
ALT 27 5 – 35 U/L4 rentang normal
Pemeriksaan
hiperlipedemia :
HDL 32 30 – 70 mg/dL4 Berada pada
LDL 102 <130 mg/dL4 rentang normal

Trigliserida 215 35 – 135 mg/dL4 Berada diatas


<200mg/dL4 rentang normal

T chol 177 Berada pada


rentang normal
Pemeriksaan tiroid
Berada pada
TSH 3,492 0,25 – 6,7 mIU/L4 rentang normal
Pemeriksaan
osteoporosis :
 DXA lumbar T score-3,2
spinal SD Berada dibawah
T score <-2.0 SD2 rentang normal
 DXA femoral T score-3,1
SD

IV. ASSESMENT
44.1 Terapi Pasien
Ramipril 10 mg
Salbutamol inhalasi
Propranolol p.o
Aspirin 80 mg
Lipitor 10 mg
Calcium 500 mg

4.2 Problem medik dan DRP pasien


Problem Subyektif dan Terapi DRP
Medik Obyektif
Osteoporosis Subyektif: Calcium 500 Terapi kurang, dosis kurang
Nyeri pada punggung mg tepat
saat beraktivitas jalan
jauh. Nyeri bertambah
berat bila terpapar
udara dingin

Obyektif
Fraktur kompresi pada
ruas 1.3 dengan T
score -3.2 SD
Hipertensi Obyektif Propranolol Pemilihan obat kurang tepat
 TD= 150/94 mmHg
 N= 64 x/m
 RR= 18x/m Ramipril 10
mg

Hiperlipidemia Obyektif Lipitor 10 mg ADR


 HDL= 32 mg/dL
 LDL= 102 mg/dL
 Trig= 215 mg/dL
 T.chol= 177 mg/dL
COPD Salbutamol Dosis belum diketahui
inhalasi
4.3 Pertimbangan pengatasan DRP
Adapun beberapa pertimbangan untuk mengatasi DRP pada kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Asupan suplemen kalsium sangat dianjurkan kepada pasien osteoporosis. Dosis yang
dianjurkan adalah 1.200 mg/hari dan untuk meningkatkan absorpsi kalsium dapat
diberikan vitamin D dengan dosis untuk umur diatas 50 tahun 800-1.000 IU/ hari.
Alendronat termasuk golongan bifosfonat untuk 1st terapi osteoporosis yang dapat
meningkatkan BMD tulang dan menurunkan resorpsi osteoklas tulang. Alendronat dapat
mengurangi kejadian fraktur vertebral 37-48% bagi pasien yang telah mengalami fraktur.
Berdasarkan perbandingan Efek samping alendronate terhadap terjadinya hipertensi
pravelensi belum diketahui dibandingkan risedronat (bifosfonat) yang menyebabkan
terjadinya hipertensi dengan pravelensi sebesar 11%. Oleh karena itu penggunaan
alendronat dapat dilanjutkan dengan melakukan monitoring terhadap tekanan darah
pasien.
b. Pada kasus ini terdapat dua jenis obat untuk penanganan hipertensi yaitu ramipril dan
propranolol. Berdasarkan guidline JNC 8 penggunaan propranolol tidak
direkomendasikan sebagai 1st terapi hipertensi karena meningkatkan kejadian infark
miokard dan stroke dan dapat menyebabkan bronkospasme pada riwayat COPD. Sehingga
penggunaan propranolol dihentikan penggunaannya pada kasus ini.
Untuk penggunaan ramipril yang sudah berjalan 2 tahun, tekanan darah pasien tidak
mencapai goal SBP/DBP <150/99mmHg, berdasarkan guidline JNC 7, jika tidak terjadi
penurunan tekanan darah hingga dosis maksimal maka dikombinasi dengan golongan
diuretik Thiazid. Penggunaan ramipril pada kasus ini tetap digunakan dan dikombinasi
dengan Thiazid (Klortaridon). Dosis klortaridon 6,25-25 mg/hari 1 kali sehari diberikan
pad apagi hari dan dosis Ramipril di turunkan 50% pada pasien yang menggunakan obat
diuretik thiazid.
c. Penelitian yang dilakukan Jamani (2010) menyatakan bahwa penggunaan Lipitor
(atorvastatin, golongan HMG CoA reductase inhibitors) memberikan gejala myalgia,
myopathy, dan rhabdomyolisis. Sehingga penggunaan kolestiramin dianjurkan, diikuti
dengan modifikasi lifestyle (diet).
d. Penggunaan Salbutamol inhalasi tidak mencantumkan dosis, sehingga dosis yang
digunakan untuk terapi adalah dosis minimum sebesar 2,5-5 mg 3 – 4 kali sehari selama
24-48 jam atau hingga pasien menjadi stabil.
V. PLAN
5.1 Care plan
a. Terapi Farmakologi
1. . Alendronat yang diberikan dengan dosis 70 mg sekali seminggu memiliki efikasi dan
keamanan yang sama dengan alendronat yang diberikan dengan dosis 10 mg sehari sekali.
Oleh karena itu dosis yang lebih rendah yaitu alendronat 70 mg sekali seminggu
merupakan dosis optimal.
2. Ramipril diberikan dengan dosis 10 mg/hari dan dikombinasi dengan klortalidone
25mg/hari sebagai dosis efektif maksimum.
3. Kolestiramin 4 g diberikan 2 kali sehari dengan interval waktu setiap 12 jam.
Kolestiramin berbentuk suspensi sehingga bisa dikonsumsi dengan air atau makanan.
4. Aspirin diminum 2 kali sehari sebagai terapi pencegahan stroke pada pasien.
5. Salbutamol inhalasi hanya digunakan bila pasien mengalami eksaserbasi akut
b. Terapi Non Farmakologi
1. Menjaga pola makan dan memperbanyak asupan kalsium dan vitamin D.
2. Modifikasi gaya hidup pasien
3. Olah raga ringan
4. Pencegahan jatuh
5.2 Implementasi Care Plan
a. Terapi Farmakologi
1. Kalsium diberikan dengan dosis 1.200 mg/hari dan vitamin D 800-1.000 IU/hari.
Alendronat 70 mg diberikan 1 tablet setiap minggu pada pagi hari, 30 menit sebelum
makan. Obat ini dikonsumsi pada posisi tegak dengan segelas air putih (non-mineral).
Pasien dilarang berbaring setelah 30 menit mengkonsumsi obat untuk meminimalisir
kemungkinan timbulnya efek samping pada saluran pencernaan.
2. Ramipril diberikan 10 mg 1x1 pada pagi hari 1 jam atau 2 jam setelah makan. Klortalidon
diberikan 25 mg 1x1 pada pagi hari 1 jam atau 2 jam setelah makan. Pemberian
klortalidon pada pagi hari diberikan untuk menghindari diuresis dimalam hari(2,8).
3. Kolestiramin 4 g diberikan 2 kali sehari dengan interval waktu setiap 12 jam.
Kolestiramin berbentuk suspensi sehingga bisa dikonsumsi dengan air atau makanan.
Interaksi kolestiramin dengan obat lainnya dapat dihindari dengan pemberian setelah 6
jam mengkonsumsi obat lainnya.
4. Aspirin diminum 2 kali sehari sebagai terapi pencegahan stroke pada pasien
5. Salbutamol inhalasi digunakan bila pasien mengalami eksaserbasi akut dan digunakan
dengan dosis 2,5-5 mg 3 – 4 kali sehari selama 24-48 jam atau hingga pasien menjadi
stabil.
b. Terapi Non Farmakologi
1. Konsumsi susu, yoghurt, jus jeruk, dan telur untuk mendapatkan vitam in D. Perhatikan
kandungan gizi pada makanan, seperti vitamin A, vitamin C, vitamin K, dan protein serta
konsumsi kafein dan alkohol harus dibatasi.
2. Latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan cara duduk dikursi serta
melengkungkan punggung kebelakang. Rutin melakukan olah raga jogging / jalan kaki
kurang lebih 50 menit 5 kali seminggu.
3. Tidak menghindari diri dari paparan sinar matahari pagi dan sore, karena sinar matahari
pagi dan sore dapat memacu pembentukan vitamin D3.
4. Diet rendah garam tidak lebih dari 6 g garam/hari
5. Konsumsi makanan berlemak dapat dibatasi 25% - 30% dari total kalori. Asupan
karbohidrat dapat diperoleh dari buah dan sayur sebanyak 50% - 60% dari total kalori
Perlu dilakukan monitoring selama 3 bulan untuk terapi diet pada pasien.

Anda mungkin juga menyukai