Anda di halaman 1dari 41

FITOTERAPI PADA PENYAKIT HIPERLIPIDEMIA

Dosen: Indah Yulia Ningsih, S.Farm.,M.Farm.,Apt.

Anggota:

Prana Wijayanti 152210101147

Melinda Sriwulandari 162210101097

Ferina Nadya Pratama 162210101098

Rachman Adji Prakoso 162210101100

Ragil Putri Mega Pratiwi 162210101101

Dian Islami 162210101102

Silka Annisa Shania 162210101103

Amirun Nisaul Maghfiroh 162210101104

Besty Mutiara Ramadhany 162210101106

Ghea Audina Dhistira 162210101107

Tri Ananda Agustin 162210101110

Fadhilah Rachman 162210101111

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Hiperlipidemia ............................................................................................................................... 3
2.2 Fitoterapi Hiperlipidemia .............................................................................................................. 5
2.2.1 Daun Bayam (Amaranthus tricolor L.) ................................................................................... 5
2.2.2 Pepaya (Carica papaya) ........................................................................................................ 8
2.2.3 Teh Hijau (Camelia Sinensis) ................................................................................................. 9
2.2.4 Rosella (Hibiscus sabdariffa L. )........................................................................................... 14
2.2.5 Daun Kelor (Moringa oleifera) ............................................................................................ 17
2.2.6 Bawang Putih (Allium sativum) ........................................................................................... 20
2.2.7 Kunyit (Curcuma domestica Val) ......................................................................................... 23
2.2.8 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ......................................................................... 25
2.2.9 Alpukat (Persea americana) ................................................................................................ 28
2.2.10 Daun Dewa (Gynura procumbens) ...................................................................................... 31
2.2.11 Mengkudu (Morinda citrifolia) ............................................................................................ 33
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 37

i
BAB I
PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi pun semakin berkembang
pesat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi
tidak sehat. Pola makan tinggi lemak seperti itulah yang menyebabkan penumpukan lemak
berlebih di dalam tubuh, dimana akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal
dengan istilah dislipidemia

Dislipidemia adalah kondisi dimana kadar lipid darah di luar batas kadar normal.
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, dan
di dunia prevalensinya cenderung meningkat terutama di kalangan usia lanjut dan perempuan
pasca menopause. Dislipidemia dapat dibagi atas 4 klasifikasi berdasarkan tinggi rendahnya nilai
lipoprotein dan serum lipid, yakni (1) hiperkolesterolemia, dimana LDL dan kolesterol total
tinggi; (2) hiperlipidemia, dimana LDL, VLDL, TC dan trigliserida tinggi; (3)
hipertrigliseridemia, dimana VLDL, TG tinggi, dan HDL-kolesterol rendah atau normal; (4)
HDL-kolesterol rendah, dimana HDL rendah, TC normal, dan TG normal atau tinggi

Hiperlipidemia ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar lipid darah (lemak atau
senyawa sejenis lemak), utamanya kolesterol dan trigliserida. Hiperlipidemia umumnya tidak
menunjukkan gejala klinis yang spesifik, namun hiperlipidemia berat dan kronis pada beberapa
kasus ditandai dengan munculnya xanthoma, yaitu deposit lemak berupa benjolan atau nodul
berwarna kekuningan pada kulit, di daerah mata, atau daerah muskuloskeletal (misalnya di siku
lengan)

Penatalaksanaan hiperlipidemia dilakukan terutama melalui modifikasi perilaku/gaya hidup


antara lain dengan menerapkan pola makan (diet) rendah lemak, melakukan aktivitas fisik seperti
olah raga yang cukup, berhenti merokok, dan menghentikan konsumsi alkohol. Namun apabila
penanganan non farmakologi ini dianggap tidak memadai, dapat diberikan obat
antidislipidemia/antihiperlipidemia yang dapat menurunkan kadar lipid darah menjadi normal.
Dewasa ini obat antihiperlipidemia yang popular digunakan terutama adalah penghambat enzim
hiroksi metil-glutaril ko-enzim A reduktase (HMG-CoA reductase inhibitor) yakni obat golongan

1
statin; selain itu sebagai anti hiperlipidemia juga digunakan obat-obat golongan fibrat dengan
mekanisme kerja yang berbeda.

Namun tak kalah penting, selain penggunaan obat konvensional, di dalam masyarakat juga
berkembang penggunaan obat bahan alam dan obat tradisional untuk mengatasi hiperlipidemia.
Banyak tumbuhan yang memiliki aktivitas antidislipidemia seperti contohnya bawang putih, teh
hijau, temulawak, mengkudu, dan masih banyak lainnya. Oleh karena itu tujuan pembuatan
makalah tersebut untuk mengetahui gambaran penggunaan tanaman untuk fitoterapi pada pasien
dengan keluhan dan diagnosa dislipidemia/hiperlipidemia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan lipid atau lipoprotein
dalam plasma. Hiperlipidemia disebut juga dengan hiperkolesterolemia atau
hiperproteinemia. Hiperlipidemia ditandai oleh adanya elevasi lipid pada aliran darah. Lipid
meliputi trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan kolesterol ester (Nouh, 2019). Kolesterol
berada dalam sirkulasi darah dan terlibat dalam struktur dan fungsi sel. Sedangkan
trigliserida dapat digunakan segera mapun dapat disimpan dalam sel-sel lemak (Onwe., et al,
2015). Hiperlipidemia merupakan faktor resiko terbesar terjadinya aterosklerosis, yang
nantinya dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, iskemia
dan pankreatitis. Aterosklerosis merupakan proses patologis yang ditandai dengan akumulasi
lipid,kolesterol dan kalsium dan berkembangnya plak fibrosa pada dinding arteri (Gupta,
Amit., et al, 2011).
Hiperlipidemia digolongkan menjadi dua jenis, yaitu hiperlipidemia primer dan
hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia primer merupakan hiperlipidemia turunan yang
terjadi karena faktor genetik. Sedangkan hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit yang
diperoleh, yang disebabkan karena adanya penyakit lain seperti diabetes, sindrom nefritis,
hipertioridisme, konsumsi alkohol yang berlebihan maupun karena penggunaan obat-obatan
(kortikosteroid,β-blockers dan kontrasepsi oral) (Shattat, Ghassan F, 2014). Penyebab utama
dislipidemia adalah perubahan kebiasaan gaya hidup meliputi pola makan yang buruk yaitu
asupan lemak lebih dari 40%, lemak jenuh lebih dari 10% dihitung dari total kalori, juga
asupan kolesterol melebihi 300 mg perhari. Faktor gaya hidup lainnya yang dapat menjadi
faktor resiko hiperlipidemia adalah kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, dan

3
kurangnya aktivitas harian. Selain itu jenis kelamin dan usia juga dapat menjadi faktor resiko
terjadinya hiperlipidemia (Onwe., et al, 2015).
Patofisiologi hiperlipidemia dapat diamati dari dua penggologan hiperlipidemia.
Hiperlipidemia primer melibatkan hiperkilomikronemia idiopatik karena kecacatan dalam
metabolisme lipid. Pada hiperlipidemia sekunder, absorpsi kilomikron dari saluran cerna
terjadi sekitar 30 – 60 menit setelah mengonsumsi makanan berlemak, yang dapat
meningkatkan serum trigliserida. Pasien diabetes mellitus diteliti adanya rendahnya aktivitas
lipoprotein lipase yang menyebabkan tingginya sintesis kolesterol very low-density
lipoprotein (VLDL) oleh hati. Pada pasien hipertiroidisme, aktivitas lipoprotein lipase yang
rendah dan aktivitas lipolitik dapat menyebabkan berkurangnya degradasi hepatik dari
kolesterol menjadi asam empedu (Onwe., et al, 2015).
Hiperlipidemia berhubungan dengan meningkatnya stess oksidatif yang menyebabkan
produksi oksigen radikal bebas yang signifikan. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
modifikasi oksidatif pada LDL sehingga menimbulkan inisiasi perkembangan dari
aterosklerosis. Pada umumnya, hiperlipidemia tidak memiliki gejala yang jelas. Pada pasien
hiperlipidemia dapat terjadi perkembangan xanthoma yang merupakan endapan kolesterol di
bawah kulit maupun lesi di bagian tubuh tertentu. Selain itu pada pasien hiperlipidemia dapat
terjadi dyspnea, paresthesia maupun kebingungan (Shattat, Ghassan F, 2014).
Diagnosis hiperlipdemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan nilai serum lipid meliputi
kadar kolesterol dan trigliserida. Pasien dengan resiko tinggi hiperlipidemia jika nilai LDL >
160 mg/dL, HDL < 35 mg/dL, kolesterol total > 240 mg/dL dan serum trigliserida > 500
mg/dL (Nouh, 2019).

4
2.2 Fitoterapi Hiperlipidemia
2.2.1 Daun Bayam (Amaranthus tricolor L.)

a. Deskripsi
Daun bahan tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.) yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil budidaya di daerah Cangkringan, Sleman-
Yogyakarta (latitude -7° 39’ 37.48” dan longitude 110° 26’ 21.44”) dengan usia ± 20
– 25 hari dan hewan uji yang digunakan adalah tikus Wistar jantan yang berumur 2-
2,5 bulan, bobot badan 150-200 gram.
b. Bagian yang digunakan
Daun
c. Pembuatan ekstrak etanolik daun bayam merah
Daun bayam merah yang masih segar dicuci, diiris tipis, diangin-anginkan dan
kemudian dikeringkan dengan proses penjemuran. Daun bayam merah yang telah
kering diblender hingga berbentuk serbuk kemudian ditimbang sebanyak 50 gram,
dimasukkan kedalam alat soxhlet dengan menggunakan etanol 70 % sebagai solvent,
dengan perbandingan herbal : etanol 70 % (1 : 10) sebanyak 7 sirkulasi. Hasil residu
ekstrak dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 70 °C, ekstrak
kental yang didapatkan ditimbang kemudian dikemas dalam botol tahan air dan
disimpan pada suhu 4°C sampai digunakan.

d. Penetapan Standardisasi Ekstrak Etanolik Daun

5
Bayam Merah dalam penelitian ini dilakukan proses standardisasi ekstrak dengan
pengujian pada parameter spesifik yang meliputi uji organoleptis, uji kandungan
senyawa aktif, pola kromatogram, pengukuran kadar senyawa kimia ekstrak dan juga
parameter non spesifik seperti kadar air, bobot jenis, kadar senyawa larut air, kadar
senyawa larut etanol, sisa pelarut, residu pestisida, cemaran logam berat, cemaran
kapang kamir.
e. Uji Antihiperlipidemia
Hewan uji yang digunakan adalah tikus Wistar jantan yang sesuai dengan kriteria uji.
Setelah dilakukan pengukuran kadar LDL awal, 5 tikus ditetapkan sebagai kontrol
normal dan 25 tikus dijadikan 5 kelompok uji secara acak dengan pengelompokkan
sebagai berikut:
 Kelompok I (Normal) : Tikus diberi pakan BRII dan air ad libitum.
 Kelompok II (Kontrol negatif) : Tikus diinduksi poloxamer dosis 200 mg/200
gram BB tikus sebanyak 2 ml pada hari ke-1. Pada hari ke-5 sampai hari ke-
18 diberi pakan BR-II dan air ad libitum serta PTU 0,01%.
 Kelompok III (Kontrol positif) : Tikus diinduksi poloxamer dosis 200 mg/200
gram BB tikus sebanyak 2 ml pada hari ke-1. Pada hari ke-5 sampai hari ke-
18 diberi pakan BRII, air ad libitum serta PTU 0,01%, serta terapi simvastatin
dosis 0,18mg/200 gram BB tikus.
 Kelompok IV (Dosis ekstrak 200 mg/kgBB) : Tikus diinduksi poloxamer
dosis 200 mg/200 gram BB tikus sebanyak 2 ml pada hari ke-1. Pada hari ke-5
sampai hari ke-18 diberi pakan BR-II, air ad libitum serta PTU 0,01%, serta
ekstrak etanolik daun bayam merah terstandar dosis 200 mg/kgBB tikus.
 Kelompok V (Dosis 400 mg/kgBB) : Tikus diinduksi poloxamer dosis 200
mg/200 gram BB tikus sebanyak 2 ml pada hari ke-1. Pada hari ke-5 sampai
hari ke-18 diberi pakan BR-II, air ad libitum serta PTU 0,01%, serta ekstrak
etanolik daun bayam merah terstandar dosis 400 mg/kgBB tikus.
 Kelompok VI (Dosis 800 mg/kgBB) : Tikus diinduksi poloxamer dosis 200
mg/200 gram BB tikus sebanyak 2 ml pada hari ke-1. Pada hari ke-5 sampai
hari ke-18 diberi pakan BR-II, air ad libitum serta PTU 0,01%, serta ekstrak
etanolik daun bayam merah terstandar dosis 800 mg/kgBB tikus.

6
Agen penginduksi hiperlipidemia utama yang dipergunakan adalah poloxamer dan
yang sebagai co-inducer untuk mempertahankan kadar lipid digunakan PTU (propil
tiourasil)
f. Hasil dan Pembahasan

Menunjukkan bahwa induksi hiperlipidemia dengan poloxamer dapat meningkatkan


kadar LDL tikus secara signifikan pada seluruh kelompok kecuali kelompok kontrol
normal jika dibandingkan dengan nilai baseline (kadar hari ke-0). Apabila kadar LDL
pada hari ke-4 dibandingkan dengan kadar referensi normal LDL pada tikus yang
berkisar antara 2-27 mg/dl, maka peningkatan kadar LDL pada seluruh kelompok
kecuali kelompok kontrol normal dapat dikatakan mengalami kondisi hyperlipidemia.
g. Mekanisme flavonoid
Flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh. Selain mereduksi LDL
dengan mekanisme, Flavonoid juga bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam
darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3- metilglutaril koenzim A
reduktase (HMG Co-A reduktase). Selain itu, menurunkan aktivitas enzim Acyl-CoA
cholesterol acyltransferase (ACAT), serta menurunkan absorbsi kolesterol di saluran
pencernaan.

7
2.2.2 Pepaya (Carica papaya)

a. Deskripsi
Menurut Dirjen Hortikultura (2005), klasifikasi tanaman pepaya termasuk dalam
famili Caricaceae. Famili ini memiliki empat genus, yaitu Carica, Jarilla, Jaracanta,
dan Cylicomorpha. Namun yang banyak dibudidayakan adalah genus Carica.
(Suprapti,2005) Jus biji pepaya dapat dijadikan pilihan terapi non-farmakologi
dislipidemia karena kandungan flavonoid, saponin, dan tannin yang dapat memberi
efek hipolipidemik.
Taksonomi tanaman pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya
Tanaman pepaya merupakan tanaman yang tumbuh di daerah yang banyak hujan,
curah hujan 1000 2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Tanaman pepaya
ditanam di tanah yang subur, gembur, mengandung humus dan banyak menahan air,
pH tanah yang ideal adalah pH 6-7. Tanaman ini lebih menyukai daerah terbuka dan
tidak tergenang air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah
terserang penyakit. (Suprapti,2005)

8
b. Bagian yang digunakan
Biji pepaya
c. Kandungan
Hampir semua bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan, mulai dari buah, daun,
batang, maupun akar. Manfaat biji pepaya yang berpotensi menimbulkan efek
hipokolesterolemik adalah flavonoid, saponin, dan tanin. Flavonoid adalah
antioksidan sehingga dapat mengurangi oksidasi kolesterol LDL yang diduga terlibat
dalam perkembangan penyakit atherosklerosis. Saponin dapat menurunkan kolesterol
hati, menurunkan kadar trigliserida, serta meningkatkan eksresi fekal dari kolesterol.
Sedangkan tanin dalam biji pepaya dapat mengurangi absorbsi kolesterol di usus
halus dan meningkatkan ekskresi asam empedu. (Meirinasari, 2013)
d. Mekanisme
Flavonoid dapat meningkatkan ekskresi getah empedu melalui pengaktifan enzim
sitokrom P-450. Enzim sitokrom P-450 mengikat beberapa komponen dalam getah
empedu sehingga mengurangi kadar kolesterol di dalam tubuh. (Meirinasari, 2013)
e. Cara Penggunaan
Berdasarkan penelitian Meirindasari dkk tentang potensi hipolipidemik jus biji
pepaya pada tikus, cara penggunaannya adalah dengan pemberian jus biji pepaya
pada dosis tertentu dilakukan dengan penyondean. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemberian jus biji pepaya selama 30 hari efektif menurunkan
kadar kolesterol total pada tikus dislipidemia. (Meirinasari, 2013)
2.2.3 Teh Hijau (Camelia Sinensis)

a. Deskripsi

9
Teh hijau merupakan teh yang didapatkan dari daun spesies tanaman Camelia
sinensis diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Habitat hidup tanaman ini
berada pada ketinggian 1500-2000 mdpl dan pada udara yang sejuk, Sehingga
sebagian besar perkebunan teh terletak pada dataran tinggi (pegunungan).
Berikut ini adalah taksonomi dari tanaman teh :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Ericales
Famili : Theaseae
Genus : Camelia
Spesies : Camelia sinensis
Proses pengolahan teh hijau adalah daun yang dipetik dan ditunggu hingga layu,
digulung, dikeringkan, dan dikemas. Pucuk teh yang dipanen langsung diuapkan
menggunakan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim
sehingga warna hijau tetap tertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi.
Berikut ini adalah skema proses pengolahan the hijau :

b. Bagian yang digunakan


Daun teh
c. Kandungan
Ada beberapa macam metabolit sekunder yang terkandung di dalam teh hijau dan
diperkirakan berperan dalam mekanisme antidislipidemia, antara lain:
 Katekin
 Flavonoid
 Fenol
 Tanin

10
 Saponin
Lampiran hasil skrining kandungan fitokimia :

a) Mekanisme Kerja
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adeline tahun 2016, menyatakan bahwa
mekanisme kerja teh hijau sebagai antidislipidemia diklasifikasikan berdasarkan
Kandungan metabolit sekunder, diantaranya :
 Flavonoid
Flavonoid dalam teh hijau terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan
memiliki efek vasoprektif (Shipp dan Abdel-Aal, 2010). Flavonoid memiliki
kemampuan kemampuan untuk menghibisi CETP (cholisteryl ester transfer
protein), sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan
kadar kolesterol LDL (Qin et al., 2009).
 Katekin
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roy et al tahun 2017, kandungan
katekin mampu mengurangi volume lemak tubuh dengan mekanisme
menginhibisi absorbsi kolesterol dan trigliserida.
 Tanin
Tanin mampu meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus
(Hayashi et al, 2002). Tanin dapat menurunkan proliferasi adiposit hingga 62-
64% (Liu et al., 2001; Hayashi et al., 2002).
 Saponin
Saponin dapat menghambat kerja 3-Hidroxy-3-methylglutaryl coA reductase
(HMGCR) yaitu enzim yang meregulasi biosintesis kolesterol dalam tubuh.
Dengan menekan kerja dari enzim ini dapat menghambat sintesis kolesterol dalam
hati dan menurunkan kadar kolesterol dalam serum (Jurevics et al, 2000). Saponin
juga memiliki mekanisme kerja menghambat kerja enzim Acyl-CoA: Cholesterol
O-acyltransferae 2 (ACAT 2) yaitu enzim yang mengkonversi kolesterol bebas
menjadi kolesterol ester sebagai respon terhadap biosintesis kolesterol yang
berlebihan. Selain itu, saponin dapat meningkatkan enzim cholesterol 7-alpha-

11
hydroxylase (CYP7A 1) yaitu enzim yang terlibat dalam jalur biosintesis asam
empedu. Peningkatan kadar enzim ini mampu meningkatkan jalur katabolik
kolesterol dan menyebabkan jalur katabolik kolesterol dan menyebabkan
penurunan kadar kolesterol total dalam serum dan hati.
Secara umum, teh hijau sebagai antidislipidemia memiliki mekanisme kerja mirip
dengan obat golongan statin dengan menghibisi squalene epoxidase .
d. Bentuk Sediaan Jadi

e. Dosis dan Aturan Pakai


 Dosis ekstrak pada uji pra-klinik : 7,2 mg ekstrak/ 200 g tikus
 Dosis sediaan : sehari 1-2 sachet/ hari
f. Cara penggunaan
Setiap sachet diseduh dengan air panas ± 200 m l, didiamkan 2-3 menit sambil
diaduk. Kemudian teh sudah siap diminum.
g. Kontraindikasi
Sediaan ini memilik kontraindikasi terhadap pasien yang menderita penyakit
komorbid diabetes melitus. Selain itu terhadap pasien dengan riwayat osteoporosis
dan sedang terapi suplemen Fe dan kalsium.
h. Efek samping dan interaksi
Efek samping dari penggunaan teh hijau antara lain :
- Sakit kepala (karena kandungan kafein)
- Insomnia
- Defisiensi zat besi (mengikat zat besi, sehingga mengurangi aborbsi besi dalam
tubuh)

12
- Diare
- Gangguan fungsi insulin
- Defisiensi kalsium
Interaksi yang mungkin terjadi antara lain dengan:
- Suplemen yang mengandung kalsium dan zat besi.
- Obat anti platelet : warfarin, aspirin
- Pil KB : lithium, clozapine
- Antihipertensi : nadolol
- Antibiotik : sebagian besar antibiotik (contoh : tetrasiklin)
i. Uji pra-klinik
 Subjek uji
Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar; usia 2-3 bulan; berat 180-200
gram; kadar kolesterol total >200 mg/dl (Hardini et al., 2007).
 Prosedur penelitian
1. Diberi perlakuan diet tinggi lemak dengan memberi makanan sebanyak 12-20
gram/ hari seelama 28 hari.
2. Tikus dipuasakan selama 18 jam, kemudian diambil sampel darah dan dicek
profil lipid lengkap .
3. Tikus diberi perlakuan diberikan ekstrak dengan dosis 7,2mg/ 200 gram tikus
dalam volume 1 ml larutan ekstrak sebanyak 3 kali sehari.
4. Pada hari ke-51 , tikus dipuasakan selama 18 jam dan diambil sampel darah
untuk dicek profil lipid darah.
5. Dilakukan analisis data pengaruh pemberian ekstrak terhadap kadar kolesterol
total, LDL, HDL, trigliserida, berat badan.

13
2.2.4 Rosella (Hibiscus sabdariffa L. )

a. Nama Lokal
Nama daerah tanaman ini adalah gamet walanda, kasturi roriha, merambos ijo, kesew
jawe, asam rejang, asam jarot.
b. Deskripsi
Tanaman rosella merupakan tanaman semak tegak tinggi berakar tunggang yang
mampu tumbuh mencapai 3-5 m baik di daerah tropis maupun subtropis. Rosella
memiliki batang berkayu bulat dan tegak dengan percabangan simpodial dan
berwarna kemerahan. Daunnya tunggal berseling berbentuk bulat telur dengan ujung
yang runcing, tepi beringgit, pangkal berlekuk dengan pertulangan daun menjari.
Daun rosella memiliki lebar 5-8 cm, panjang 5-15 cm dengan tangkai berukuran 4-7
cm, penampang bulat dan berwarna hijau. Bagian yang digunakan adalah kelopak
bunga. Taksonomi tanaman Rosella (Hibiscus sabdarifa Linn.) adalah sebagai
berikut:
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Malvaceales
Famili Malvaceae
Genus Hibiscus
Spesies Hibiscus sabdariffa L.

14
c. Bagian yang digunakan
Kelopak bunga.
d. Kandungan kimia
Kelopak bunga mengandung senyawa antosianin, pektin, β-sitosterol, vitamin
C, dan B. Kandungan lainnya adalah kalsium, beta karoten serta asam amino esensial.
Rosella memiliki banyak unsur kimia yang menunjukkan ektivitas farmakologis.15-
20% merupakan asam-asam tumbuhan yang meliputi asam sitrat, asam malat, asam
tartar dan asam (+)-allo-hidroksisitrat.
Menurut Dinayanti (2010) efek hipokolesterolemik pada H. sabdariffa
terutama dipengaruhi oleh pektin dan antosianin. Pektin merupakan serat yang dapat
bertindak sebagai absorban di dalam saluran cerna. Kemudian asam empedu yang
berada di salurna cerna dicegah untuk diabsorpsi usus dan tidak kembali ke hepar
melalui siklus enterohepatik. Sehingga hepar akan memproduksi kembali asam
empedu yang akan menggunakan kolesterol sebagai bahan bakunya sehingga kadar
kolesterol total dalam darah akan menurun. Selain itu, pektin memiliki efek inhibisi
terhadap enzim HMG CoA reductase.
Senyawa yang berperan untuk meningkatkan kadar HDL-C adalah antosianin.
Anthosianin menghambat enzim CETP (Cholesterol ester transfer protein) sehingga
berpotensi meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL.
Selama berada dalam sirkulasi darah, HDL-C akan membantu transfer kolesterol
yang berlebihan dari sel perifer ke dalam hepar untuk reaksi katabolisme melalui jalur
yang dinamakan reverse cholesterol transport.
e. Data Keamanan
LD50: di atas 5000 mg/kg BB per oral pada tikus. Pada dosis 15 mg/kg BB terlihat
ada perubahan kadar albumin, namun pada gambaran histologi tak ada perubahan.
Pada pria sehat, dapat menurunkan kadar kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalsium,
natrium, kalium, dan fosfat pada urin.
f. Data Manfaat
1. Uji Praklinik:
Pemberian ekstrak kering kelopak bunga Hibiscus sabdarifa (rosela) 500 dan 100
mg/kg BB pada tikus dengan diet kolesterol tinggi selama 6 minggu dapat

15
menurunkan kadar kolesterol 22 dan 26%, sedangkan trigliserida turun sebesar 33
dan 28%. Sementara kadar high-density lipoprotein (HDL) tidak terjadi
perubahan nyata.
2. Uji klinik:
Esktrak kering kelopak bunga H.sabdarifa 100 mg/hari selama 1 bulan dapat
menurunkan secara nyata kadar kolesterol total dan trigliserida, meningkatkan
kadar HDL. Sediaan kapsul diberikan peroral pada 42 sukarelawan dengan umur
18-75 tahun dengan kadar kolesterol 175-327 mg/dL selama 4 minggu.
Sukarelawan dibagi 3 kelompok masing-masing memperoleh 1, 2 dan 3 kapsul.
Pada minggu ke-2 terjadi penurunan kadar kolesterol pada ketiga kelompok
sekitar 7,08-8,2 % dibandingkan dengan baseline, sedangkan pada minggu ke-4
penurunan terjadi sekitar 8,3-14,4%. Penurunan nyata terlihat pada kelompok 2
yaitu 12% pada 71% sukarelawan.
g. Indikasi
Indikasi dari sediaan ini adalah untuk penyakit hyperlipidemia.
j. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada anak-anak. Selain itu, rosela seharusnya dihindari oleh pasien
yang mempunyai riwayat alergi atau hipersensitif terhadap rosela atau kandungannya.
k. Peringatan
Gastritis erosif berdasarkan laporan kasus, karena bersifat sangat asam. Pemberian
pada dosis tinggi harus hati-hati.
l. Efek Samping
Menimbulkan gangguan pencernaan hingga diare, merangsang menstruasi,
menurunkan tekanan darah, menimbulkan halusinasi, dan memicu alergi.
m. Interaksi
Menurunkan kadar klorokuinolon sehingga tidak berefek. Asetaminofen ditambah
dengan pemberian rosela dapat mengubah waktu paruh obat asetaminofen pada
sukarelawan. Rosela memiliki aktivitas estrogen meskipun belum ada perubahan
klinis yang jelas. Interaksi dapat terjadi dengan senyawa estrogen lain. Pada pria sehat
dapat menyebabkan penurunan konsentrasi kreatinin, asam urat, sitrat, tartrat, kalium,
kalsium, natrium dan fosfat pada urin.

16
n. Dosis
 Dosis infusa herbal (dibuat dari teh dengan menyeduh herbal dalam air panas)
dipersiapkan dari 10 g simplisia kering (setara dengan 9,6 mg kandungan
antosianin) setiap hari sebelum makan pagi selama 4 minggu.
 2 x 1 tea bag (6 g serbuk)/hari, seduh dalam 1 cangkir air.
 1 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari.
o. Contoh Sediaan di Pasaran
Kapsul Rosella HS Teh Rosella

2.2.5 Daun Kelor (Moringa oleifera)

a. Nama Lokal
Beberapa nama sebutan di daerah-daerah tertentu seperti Kelor (Jawa, Sunda, Bali,
Lampung), Kerol (Buru), Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo),
Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima) dan Hao fo (Timor).
b. Deskripsi
Daun kelor memilki nama latin Moringa Oliefera Lam. Kelor termasuk jenis
tumbuhan perdu dengan tinggi pohon dapat mencapai 8 m. Pohon kelor tidak terlalu
besar, batang kayunya getas dan cabangnya jarang. Daun kelor berbentuk bulat,

17
berukuran 2-6 cm dan bersusun majemuk dalam satu tangkai. Taksonomi kelor
(Moringa Oliefera Lam) adalah sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliosida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam
c. Bagian yang digunakan
Daun kelor.
d. Kandungan
Kandungan yang dimiliki oleh daun kelor antara lain: asam amino, makro elemen (
potasium, sodium, fosfor), mikro elemen (mangan, seng, dan besi), provitamin A,
vitamin B, vitamin C, saponin, tanin, fenol, flavonol, flavonoid, glikosida,fitosterol.
e. Mekanisme Kerja
 β – sitosterol
β – sitosterol merupakan golongan sterol yang terkandung dalam ekstrak
hidroalkohol daun kelor. β – sitosterol dapat menurunkan kadar kolesterol dengan
cara menurnkan konsentrasi LDL dalam plasma dan dengan menghambat
reabsorpsi kolesterol dari dari sumber endogen dengan peningkatan ekskresi ke
dalam tinja dalam bentuk steroid netral.
 Vitamin C
Vitamin C yang terkandung dalam daun kelor mempunyai efek mampu
menghambat absorbsi kolesterol dan asam empedu pada usus halus. Dengan
dihambatnya absorbsi kolesterol pada saluran pencernaan, maka jumlah kolesterol
yang masuk ke pembuluh darah jadi berkurang dan akan dikeluarkan bersama
feses.

18
 Flavonoid
Flavonoid dapat mengontrol kolesterol di liver dan di plasma dengan cara
mempengaruhi sintesis serta proses katabolisme. Flavonoid pada daun kelor dapat
mengurangi biosintesis kolesterol melalui penghambatan enzim 3- hydroxy-3-
methyl-glutaryl-CoA (HMG-CoA) reduktase sehingga menghambat terjadinya
pembentukan kolesterol dalam tubuh. Dalam proses katabolisme kolesterol
diperlukan peran enzim CYP7A1 sedangkan flavonoid terbukti dapat
meningkatkan aktivitas enzim tersebut sehingga terjadi peningkatan katabolisme
kolesterol. Flavonoid dikatakan mampu menurunkan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) plasma dangan cara menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver
yang bertanggungjawab untuk uptake LDL ke liver dan mengikat dan
meningkatkan kadar HDL . Flavonoid berperan sebagai inhibitor kompetitif
berikatan dengan HMG-CoA reduktase yang membuat asam mevalonat (senyawa
biosintesis kolesterol) tidak akan terbentuk sehingga pembentukan kolesterol
dalam hati menjadi terhambat.
f. Bentuk sediaan

 Bentuk sediaan : kapsul sari daun kelor


 Dosis : 300mg/kapsul
 Aturan Pakai : diminum 2x Sehari @1 kapsul sesudah makan
 Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
g. Uji praklinik
 Subjek uji : tikus jantan wistar putih dengan berat badan 120-150 g
 Prosedur penelitian:

19
1. Meninduksitikus dengan memberi makanan atherogenic yang terdiri dari 2
gram kolesterol, 8 gram minyak jenuh, 100 g kalsium dan 90 g serbuk pelet.
Pemberian makanan dilakukan selama 28 hari.
2. Pemberian 200mg/kg ekstrak hidroalkohol daun kelor selama 28 hari. Selain
itu ada kelompok kontrol dan kelompok yang diberi atorvastatin100 mh/kg
3. Dilakukan analisis data pengaruh pemberian ekstrak daun kelor terhadap
kadar kolesterorol, LDL, antioksidan dll.
2.2.6 Bawang Putih (Allium sativum)

a. Deskripsi
Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan berumbi lapis atau siung yang bersusun.
Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak sampai setinggi 30-75 cm,
mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya
mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang.
Kedudukan bawang putih secara botani (Hutapea, 2000)
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum Linn.
b. Bagian yang digunakan
Umbi lapis bawang putih.
c. Kandungan

20
Bawang putih mengandung lebih dari 200 senyawa kimia. Beberapa diantaranya
sangat penting, salah satunya termasuk : volatile oil (0,1-0,36 %) yang mengandung
sulfur, termasuk didalamnya adalah alliin; ajoene dan vinyldithiines (produk
sampingan alliin yang dihasilkan secara non enzimatik dari allicin); S-
allylmercaptocysteine (ASSC) dan S-methylmercaptocysteine (MSSC); terpenes
(citral, geraniol, linalool, α-phellandrene, dan β-phellandrene). Komponen bioaktif
bawang putih dapat menurunkan kadar kolesterol serum, yang dapat melindungi
terhadap penyakit jantung dan aterosklerosis. Efek menurunkan lemak telah diteliti di
berbagai laboratorium. Mekanisme kerjanya antara lain adalah menghambat
ketergantungan konsentrasi biosintesis kolesterol pada beberapa tahapan enzim yang
berbeda (14-alpha-demethilase, HMG CoA reduktase) (Handayani, 2006). Selain itu,
Diallil-disulfida (DADS) mempunyai rantai allil yang dengan mudah akan tereduksi
menjadi rantai propyl yang jenuh, sehingga akan menurunkan kadar NADH dan
NADPH yang penting untuk sintesa trigliserida dan kolesterol. (Sunarto & Susetyo,
1995). Allicin juga mempunyai sifat mengikat SH group yaitu suatu bagian
fungsional dari Ko-A yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol (Sunarto &
Susetyo, 1995).
d. Dosis dan Cara Penggunaan
Dosis yang disarankan yaitu 2 hingga 5 g bawang putih mentah segar; 0,4 hingga 1,2
g bubuk bawang putih kering; 2 hingga 5 mg minyak bawang putih; 300 hingga 1.000
mg ekstrak bawang putih (sebagai bahan padat); 2.400 mg / hari ekstrak bawang putih
(cair). Ambil dengan makanan. Dosis bubuk bawang putih yang digunakan dalam uji
antihipertensi berkisar antara 300 hingga 2.400 mg / hari hingga 24 minggu.
e. Uji Praklinis (Mustika,2012)
Uji praklinis dilakukan menggunakan tikus sebanyak 25 ekor yang terbagi menjadi 5
kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus Kelompok 1: diberi pakan
standar dan tanpa pemberian ekstrak bawang putih, Kelompok 2diberi diet
hiperkolesterolemia, tanpa pemberian ekstrak bawang putih. Kelompok 3 diberi diet
hiperkolesterolemia dan pemberian ekstrak bawang putih 0,05g/ekor/hari selama 21-
28 hari, Kelompok 4 diberi diet hiperkolesterolemia dan pemberian ekstrak bawang
putih 0,10g/ekor/hari selama 21-28 hari. Kelompok 5 diberi diet hiperkolesterolemia

21
dan pemberian ekstrak bawang putih 0,20g/ekor/hari selama 21-28 hari. Hasilnya
Peningkatan dosis ekstrak bawang putih mampu menurunkan kadar kolesterol total,
trigliserida, kolesterol LDL, rasio LDL/HDL dan rasio KT/HDL, serta meningkatkan
kadar HDL secara bermakna.
f. Uji Klinis ( Adesh, 1993)
Pada uji ini dilakukan dengan menggunakan subjek sejumlah 42 orang dengan level
TC lebih besar atau sama dengan 220 mg/ dL diberi tablet serbuk bawang putih 300
mg atau plasebo secara acak 3 kali sehari. Hasilnya treatment dengan tablet bawang
putih mengalami penurunan TC dan LDL-C yang signifikan daripada yang diberi
plasebo.
g. Contoh Produk

Suplemen herbal yang terbuat dari ekstrak bawang putih yang bermanfaat untuk
mengurangi lemak darah dan menjaga kesehatan jantung.
 Komposisi
Ekstrak Alii sativi Bulbus 400 mg terstandarisasi 3,2% Aliin atau setara dengan
3.500 mg garlic segar.
 Manfaat
- Membantu mengurangi lemak darah
- Membantu menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah
- Membantu menurunkan tekanan darah, Mencegah penggumpalan darah
- Memperlancar peredaran darah, Menghambat pembekuan darah
 Aturan minum
Diminum 1-2 x sehari @ 1 kapsul sebelum makan atau sesuai petunjuk dokter.
 Interaksi

22
 Mengakibatkan pendarahan jika dikonsumsi bersama dengan warfarin.
Kontraindikasi
Tidak dianjurkan bagi yang sensitif terhadap bawang putih, tekanan darah rendah,
gastritis (sakit maag).
2.2.7 Kunyit (Curcuma domestica Val)

a. Nama Lokal
Rimpang kunyit, koneng, kunir, konyet, kunir bentis, temu koneng, temu kuning,
guraci.
b. Deskripsi
Semak tinggi ±70 cm, batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna
hijau kekuningan. Daun tunggal membentuk lanset memanjang. Helai daun 3-8,
ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12 cm.
Pertulangan daun menyirip, daun berwarna hijau pucat. Bunga majemuk berambut
bersisik. Panjang tangkai 16-40 cm. panjang mahkota 3 cm, lebar 1 cm, berwarna
kuning. Kelopak silindris, bercangap 3, tipis dan berwarna ungu. Pangkal daun
pelindung putih. Akar serabut berwarna coklat muda. Rimpang warna kuning jingga,
kuning jingga kemerahan sampai kuning jingga kecoklatan.
c. Bagian yang digunakan
Rimpang kunyit.
d. Kandungan
Kurkuminoid yaitu campuran dari kurkumin (diferuloilmetan),
monodeksmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Struktur fenolnya
memungkinkan untuk menghilangkan radikal bebas. Minyak atsiri 5,8% terdiri dari a-
felandren 1%, sabinen 0,6%, sineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%, dan

23
seskuiterpen 53%. Mono- dan seskuiterpen termasuk zingiberen, kurkumen, α- dan
βturmeron.
e. Data Keamanan
LD50 ekstrak etanol pada mencit per oral: > 15 g/kg BB. Monyet diberi 0,8 mg/kg
BB kurkumin/hari dan tikus 1,8 mg/kg BB/hari selama 90 hari tidak menunjukkan
efek samping. In vitro tidak bersifat mutagenik. Per oral pada tikus dan mencit tidak
teratogenik. FDA mengklasifikasikan sebagai GRAS (Generally Recognized as Safe).
Tidak ada efek samping pada pasien artritis rematoid yang diberi 1200 mg/hari
kurkumin selama 2 minggu. Tidak ada efek toksik setelah pemberian oral 2,2 g kunyit
(setara 180 mg kurkumin)/hari selama 4 bulan.
f. Data Manfaat
1) Uji praklinik
Pemberian ekstrak Curcuma longa (kunyit) 200 mg/kg BB pada tikus
menunjukkan aktivitas antihiperkolesterolemia, menurunkan LDL tanpa
mempengaruhi HDL. Ekstrak etanol rimpang kering dosis 30 mg/kg BB diberikan
intragastrik pada tikus setiap 6 jam selama 48 jam, memperlihatkan aktivitas
antihiperkolesterolemia. Kelinci yang dibuat aterosklerosis yang diberi diet tinggi
kolesterol dan ekstrak C. longa menunjukkan efek antioksidan yang positif
dibanding kelompok kontrol. Kurkumin memobilisasi α-tokoferol dari jaringan
lemak, sehingga melindungi dari kerusakan oksidatif yang diproduksi selama
pembentukan aterosklerosis.Kurkumin meningkatkan transpor kolesterol LDL &
VLDL dalam plasma, sehingga meningkatkan kadar αtokoferol.
- Mekanisme kerja
Kandungan kurkumin meningkatkan aktivitas kolesterol7α-hidroksilase dan
meningkatkan katabolisme kolesterol. Pada jaringan dan mikrosom hati tikus,
kandungan demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin, dan acetylcurcumin
menghambat lipid peroksidase.
2) Uji klinik
Uji acak terkontrol terhadap subyek DM tipe-2 menunjukkan pemberian kapsul
yang mengandung kombinasi ekstrak C. longa (200 mg/kapsul) dan bawang putih
(200 mg/kapsul) dengan dosis 2,4 g per hari selama 12 minggu menunjukkan

24
perbaikan profil lipid (penurunan kolesterol total, LDL, trigliserid), penurunan
glukosa darah puasa dan penurunan kadar HbA1C. Sebanyak 10 sukarelawan
sehat yang diberi 500 mg curcumin selama 7 hari menghasilkan penurunan
bermakna kadar lipid peroksida serum (33%) dan peningkatan HDL kolesterol
(29%) serta penurunan kadar serum kolesterol total (12%).
g. Indikasi
Dislipidemia, hiperkolesterolemia (Grade C)
h. Kontraindikasi
Obstruksi saluran empedu, kolesistitis. Hipersensitivitas terhadap komponen kunyit,
gagal ginjal akut, anak < 12 tahun.
i. Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan batu empedu, sebaiknya konsul ke dokter ahli penyakit
dalam. Hati-hati penggunaan pada kehamilan dan masa menyusui karena belum ada
data keamanannya.
j. Efek Samping
Mual
k. Interaksi
Dapat meningkatkan aktivitas obat antikoagulan, antiplatelet, trombolitik, sehingga
meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi kurkumin dengan herbal yang lain: orang
sehat diberi 2 g kurkumin dikombinasi dengan 20 mg piperin, bioavailabilitas
kurkumin meningkat 20 kali.
l. Posologi
2x 1 tablet (200 mg ekstrak)/hari ac.
2.2.8 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

25
a. Nama Lokal
Temulawak, koneng gede, temu labak
b. Bagian yang digunakan
Rimpang temulawak.
c. Deskripsi
Perawakan terna berbatang semu, tinggi dapat mencapai 2 m, berwarna hijau atau
coklat gelap, rimpang berkembang sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau
gelap, bagian dalam berwarna jingga, rasanya agak pahit. Setiap individu tanaman
mempunyai 2-9 daun, berbentuk lonjong sampai lanset, berwarna hijau atau coklat
keunguan terang sampai gelap, panjang 31-84 cm, lebar 10-18 cm, panjang tangkai
daun (termasuk helaian) 43-80 cm. Perbungaan berupa bunga majemuk bulir, muncul
di antara 2 ruas rimpang (lateralis), bertangkai ramping, 10-37 cm berambut, daun-
daun pelindung menyerupai sisik berbentuk garus, berambut halus, panjang 4-12 cm,
lebar 2-3 cm. Bentuk bulir lonjong, panjang 9-23 cm, lebar 4-6 cm, berdaun
pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga,
berbentuk bulat telur sungsang (terbalik) sampai bulat memanjang, berwarna merah,
ungu atau putih dengan sebagian dari ujungnya berwarna ungu, bagian bawah
berwarna hijau muda atau keputihan, panjang 3-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm.
d. Kandungan
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid (0,8-2%) terdiri dari kurkumin dan
demetoksikurkumin, minyak atsiri (3-12%) dengan komponen α-kurkumen,
xanthorizol, βkurkumen, germakren, furanodien, furanodienon, arturmeron, β-
atlantanton, d-kamfor. Pati (30-40 %) (periksa kandungan kimia, karena ini mungkin
tertukar dengan kunyit)
e. Data keamanan
LD50 ekstrak etanol per oral pada mencit: > 5 g/kg BB. LD50 kurkumin per oral
pada tikus dan guinea pig: > 5 g/kg BB. Uji klinik fase I dengan 28 orang sehat
dengan dosis sampai 8000 mg/hari selama 3 bulan tidak menunjukkan efek toksik.
Dari lima penelitian pada manusia dengan dosis 1125-2500 mg kurkumin per hari
tidak menunjukkan adanya toksisitas.

26
f. Data manfaat
1) Uji praklinik
Penelitian efek C. xanthorrhiza terhadap lipid serum dan hepar, HDL-kolesterol
dan apolipoprotein (apo) A-I, dan enzim lipogenik hati pada tikus dilakukan
dengan memberikan diet bebas kolesterol. C. xanthorrhiza menurunkan kadar
trigliserida serum, fosfolipid, kolesterol hati, dan meningkatkan kadar HDL-
kolesterol dan apo A-I serum, dan menurunkan aktivitas fatty acid synthase hati.
Pada tikus yang diberi diet tinggi-kolesterol, C. xanthorrhiza tidak menekan
peningkatan kolesterol serum, walaupun menurunkan kolesterol hati.
Kurkuminoid dari C. xanthorrhiza tidak mempunyai efek bermakna pada lipid
serum hati. Efikasi C. xanthorrhiza dalam menurunkan lipid darah dievaluasi
pada 40 kelinci yang dibagi menjadi 4 kelompok dan mendapat diet
isoaterogenik tanpa curcuma, rendah curcuma (2 g/kg BB), medium curcuma (3
g/ kg BB) dan tinggi curcuma (4 g/kg BB) selama 120 hari. C. Xanthorrhiza
tidak mempengaruhi makan, konsumsi protein dan lemak dan ekskresi protein (P
> 0,05), tetapi secara bermakna (P < 0,05) meningkatkan ekskresi lemak. Kadar
kolesterol menurun 46,6 ; 56,4 dan 63,2% dan kadar HDL meningkat 9,9; 14,5
dan 21,9% pada pemberian 2, 3 and 4 g/kg BB curcuma. C. xanthorrhiza
menurunkan secara bermakna (P < 0.05) kadar LDL dan (P < 0.01) kadar
trigliserida 20,4 ; 28,5 dan 29,5% pada pemberian 2, 3 dan 4 g/kg BB curcuma.
Inhibitor reduktase HMG-CoA meningkat secara bermakna (P < 0.05) dengan
curcuma. Peroksidasi lipid dicegah pada pemberian 3 dan 4 g/kg BB curcuma.
Peningkatan ekskresi lemak dimediasi melalui akselerasi metabolisme lipid dari
jaringan ekstrahepatik ke hepar, sehingga meningkatkan ekskresi kolesterol
melalui empedu ke dalam feses. C. xanthorrhiza potential sebagai fitoterapi
untuk aterosklerosis dan gangguan kardiovaskuler.
g. Mekanisme kerja
Menghambat oksidasi LDL dan akumulasi kolesterol ester pada makrofag.
kurkumin dalam temulawak untuk menurunkan kolesterol adalah karena fungsinya
sebagai kolagoga (perangsang empedu). Aktivitas kolagoga rimpang temulawak

27
ditandai dengan meningkatnyaproduksi dan sekresi empedu, dengan meningkatnya
pengeluaran cairan empedu maka akan menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
h. Indikasi
Dislipidemia, penurun kolesterol.
i. Kontraindikasi
Obstruksi saluran empedu.
j. Peringatan
Hati-hati pada penderita gastritis dan nefrolithiasis.
k. Efek Samping
Hingga saat ini belum ditemukan efek samping yang berarti. Tidak dapat digunakan
pada penderita radang saluran empedu akut.
l. Interaksi
Hati-hati menggunakan temulawak bersama dengan antikoagulan.
m. Posologi
2 x 1 kapsul (500 mg ekstrak)/hari.
2.2.9 Alpukat (Persea americana)

a. Nama Lokal
Avokat, apokat, alpuket
b. Bagian yang digunakan
Daun dan biji alpukat
c. Deskripsi
Pohon tinggi + 10 m, berkayu, bulat, bercabang berwarna coklat kotor. Daun tunggal
bulat telur, berwarna hijau, bertangkai letak tersebar, ujung dan pangkal runcing,

28
berbulu, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm. Bunga majemuk, bentuk malai, tumbuh
diujung ranting, mahkota berambut, putih kekuningan. Buah buni bulat telur, 5-20
cm, berbintikbintik atau gundul, daging buah bila sudah masak lunak, keping biji
coklat kemerahan. Akar tunggang bulat berwarna coklat.
d. Kandungan
Daun mengandung minyak atsiri 0.5%, dengan methylchavicol, d-d-pinene dan
paraffin, isorhamnetin, luteolin, rutin, quercetin dan apigenin. Biji mengandung
saponin, tannin, flavonoid dan alkaloid.
e. Data Keamanan
LD50 per oral ekstrak air biji Persea americana (alpukat): > 10 g/kg BB pada tikus.
LD50 per oral serbuk biji P. americana: 1767 mg/kg BB pada mencit.
f. Data Manfaat
1) Uji Praklinik
Efek hipolipidemia P. americana dilakukan pada tikus hiperkolestrolemia dengan
berbagai dosis ekstrak metanol-air biji P. americana menurunkan kadar TC, TG,
LDLC and VLDLC dan meningkatkan HDLC secara bermakna. Efek ini
tergantung dosis dan perubahan diamati pada dosis ekstrak 300 mg/kg BB.
Disimpulkan biji P. americana menunjukkan efek hipolipemia dan merupakan
terapi alternatif untuk hiperlipemia dan hipertensi. Tigapuluh lima (35) tikus
diinduksi hiperkolesterolemia dengan 30 mg/0,3 mL kolesterol per oral.
Kelompok 1 adalah kontrol normal yang diberi akuades, kelompok 2, tikus tanpa
hiperkolesterolemia yang diberi akuades. Kelompok 3-6 diberi kolesterol per oral
dan ekstrak metanol biji P. americana dosis 50, 100, 200 dan 300 mg/kg BB
selama 10 hari. Hasil menunjukkan ada penurunan kadar TC, TG, VLDLC dan
LDLC dan peningkatan HDLC secara bermakna (P < 0.05) pada kelompok
berbagai dosis P. americana. Studi eksperimental Pre dan Post Randomized
Controlled Group Design dilakukan pada 32 tikus hiperlipidemia yang dibagi
menjadi 4 kelompok. Kelompok kontrol, mendapat diet standar, dan 3 kelompok
terapi, I mendapat diet jus P. americana 2 mL/hari, kelompok II, 3 mL/hari, dan
terapi III, 4 mL /hari selama 15 hari. Didapat hasil bahwa ke -3 dosis jus P.

29
americana menurunkan serum kolesterol total secara bermakna dibanding kontrol
(p=0.000). Dosis yang paling efektif adalah 4 mL/hari.
2) Uji klinik
Pada suatu studi, 2 kelompok perempuan dialokasi secara random untuk mendapat
diet P. americana, yang lain diet tinggi karbohidrat kompleks. Setelah 3 minggu,
diet P. americana menurunkan kadar kolesterol total 8.2% dari baseline,
sedangkan penurunan pada karbohidrat kompleks yaitu 4.9% (tidak bermakna).
Kadar LDL kolesterol dan apolipoprotein B menurun hanya pada kelompok P.
americana. Untuk menentukan efek diet high monounsaturated fatty acids (MFA)
terhadap lipid serum, diteliti 30 normolipidemia dan 37 pasien dengan
hiperkolesterolemia ringan (5.4-9.3 mmol/L), di mana 15 dari padanya
hipertrigliseridemia (2.3-4.8 mmol/L). Sejumlah 15 normolipidemia dan 30
hiperkolesterolemia (15 dengan NIDDM) menerima diet P. americana (2000
KKal, lipids 53%, MFA 49 g, saturated/unsaturated ratio 0.54), dan 7
hiperkolesterolemia non-DM mendapat diet kontrol isokalori (MFA 34 g,
saturated/unsaturated ratio 0.7). Setelah 7 hari, pada normolipidemia, serum
kolesterol total menurun 16% diikuti diet tinggi MFA, dan meningkat pada
kontrol (p < 0.001). Pada subjek hiperkolesterolemia yang mendapat P.
americana, serum kolesterol total menurun 17%, LDL-kolesterol menurun 22%
dan trigliserida menurun 22%, serta peningkatan HDL-kolesterol 11% secara
bermakna (p < 0.01). Diet tinggi MFA- P. americana dapat memperbaiki profil
lipid pada orang sehat dan pasien hiperkolesterolemia dan pasien yang juga
disertai hipertrigliseridemia.
g. Indikasi
Hiperkolesterolemia (Grade B)
h. Kontra Indikasi
Belum diketahui
i. Peringatan
Belum diketahui
j. Efek Samping
Alergi lateks, pisang, melon, dan pir mungkin sensitif silang dengan alpukat

30
k. Interaksi
Penurunan efek warfarin dilaporkan pada 2 pasien
l. Posologi
2 x 2 kapsul (250 mg ekstrak daun)/hari
2.2.10 Daun Dewa (Gynura procumbens)

a. Nama Lokal
Beluntas cina, samsit, tigel kio.
b. Bagian yang digunakan
Daun dewa.
c. Deskripsi
Tumbuhan merambat atau menjalar, tinggi sampai 2 m. Helai daun berbentuk oval,
bulat telur memanjang atau lanset panjang dengan pangkal menyempit panjang dan
ujung meruncing. Tepi daun berlekuk tajam atau tumpul dan bergerigi kasar, kadang-
kadang terpilin menyerupai kail. Permukaan berambut halus dengan panjang daun
bervariasi dari 3,5-12,5 cm dan panjang tangkai daun 0,5-3,5 cm. Bunga berbentuk
bonggol, yang bergantung 2-7 bonggol membentuk perbungaan malai rata atau malai
cawan. Bunga berbau menusuk dengan mahkota berwarna jingga muda, kuning-
jingga sering menjadi coklat kemerahan. Batang berkotak-kotak atau beralur, lunak,
berbintik-bintik ungu dan berambut halus.
d. Kandungan
Daun mengandung 4 senyawa flavonoid (3’4’- dihidroksiflavon; 4’hidroksiflavonol
tersubstitusi pada posisi 4’;3’,4’-dihiroksiflavonol tersubstitusi pada posisi 3; 3,7-
dihidroksiflavon), tanin galat, saponin dan steroid/triterpenoid. Metabolit yang

31
terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat,
asam kafeat, asam vanilat, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat. Sterol (β-
sitosterol dan stigmasterol), glikosida sterol (3-O-β-D-glukopiranosil β-sitosterol, 3-
O-β-D-glukopiranosil stigmasterol), nonadekana, phytyl valearat, adenosine
kaempferol-3-O-neohesperidosida, metalheksadekanoat, metal 9-oktadekenoat, 4-
hidroksi-4-metil-2-pentanon, stigmasterol asetat, kuersetin, kaempferol-3-glukosida,
kuersetin-3-Oramnosil (1-6) galaktosida, kuersetin-3-O-ramnosil (1,6) glukosida,
3,5-di-O-asam kafeoilkuinat, 4,5-di-O-asam kafeoilkuinat, 1,2-bisdodekanoil-3-α-O-
D-glukopiranosil-Sngliserol.
e. Data Keamanan
LD50 ekstrak oral pada mencit: 5,56 g/kg BB. Fraksi kloroform dari ekstrak etanol
bersifat mutagenik.
f. Data Manfaat
1) Uji praklinik
Pengujian ekstrak etanol pada tikus normal dan tikus diabetes yang diinduksi
streptozotocin, selama 7 hari dengan kontrol metformin dan glibenklamid, selain
menurunkan kadar gula darah juga menghasilkan dosis efektif optimum untuk
menurunkan kolesterol dan trigliserida adalah 150 mg/kg BB. Fraksi butanol
dosis 30, 100, dan 300 mg/kg BB selama 21 hari pada mencit menurunkan total
kolesterol dan trigliserida serta meningkatkan HDL. Penelitian ekstrak Gynura
procumbens (daun dewa) terhadap enzim lipase yang dikultur dari Bacillus
subtilis mendapatkan hasil bahwa konsentrasi ekstrak kasar daun dewa
menghambat enzim lipase secara optimum pada 60 mg/10 mL (aq) dengan
aktivitas 1.25 µmol/mL/menit.
g. Indikasi
Dislipidemia, penurun kolesterol.
h. Kontraindikasi
Belum diketahui
i. Peringatan
Menghambat aktivitas angiotensin converting enzyme (ACE), menimbulkan
hipotensi.

32
j. Efek Samping
Gangguan hati
k. Interaksi
Belum diketahui
l. Posologi
2 x 1 kapsul (600 mg ekstrak)/hari
2.2.11 Mengkudu (Morinda citrifolia)

a. Nama daerah
Pace, kemudu, cengkudu, kodhuk, wengkudu, noni
b. Bagian yang digunakan
Buah mengkudu
c. Deskripsi
Pohon tinggi 4-8 m, batang berkayu bulat, kulit kasar, penampang batang muda segi
empat, coklat kekuningan. Daun tunggal bulat telur, ujung dan pangkal runcing, tepi
rata, panjang 10-40 cm, lebar 5-17 cm, tangkai pendek berwarna hijau. Bunga
majemuk berbentuk bonggol, bertangkai di ketiak daun. Buah bonggol, permukaan
tidak teratur, berdaging panjang 5-10 cm, hijau kekuningan. Biji keras, segitiga,
coklat kemerahan. Simplisia berupa irisan buah, warna cokelat, bau khas, rasa sedikit
pahit, dengan ketebalan ± 1 cm, diameter 3-5 cm, dengan tonjolan-tonjolan biji.
d. Kandungan
Alkaloid seronin, plant steroid, alisarin, lisin, sodium, asam kaprilat, arginin,
prokseronin, antrakuinin, trace elements, fenilalanin, magnesium, terpenoid, dll.
e. Data keamanan
LD50 ekstrak air etanol buah, daun, akar pada mencit: > 10 g/kg BB. LD50 ekstrak
etanol daun per oral pada tikus: > 2000 mg/kg BB. NOEL (no observe effect level):
tidak teramati ES sampai dosis 6.86 g/kg BB (sebanding dengan 90 mL/kgBB jus
33
buah) pada tikus. Pemberian jus buah pada 96 sukarelawan sehat sampai dosis 750
mL/orang/hari selama 28 hari dinyatakan aman terhadap parameter biokimia darah,
urin dan tandatanda vital.
f. Data Manfaat
1) Uji praklinik
Pemberian ekstrak etanol 50% campuran buah dan daun dapat menurunkan kadar
gula darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun dan akar
ketiganyamenimbulkan penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida. Pada
tikus dislipidemia yang diinduksi diet tinggi lemak, ekstrak buah, daun dan akar
ketiganya menyebabkan penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL
kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol total/HDL, secara bermakna.
Ekstrak akar menimbulkan peningkatan HDL.
- Mekanismse
Antidislipidemi Morinda citrifolia melalui beberapa cara antara lain inhibisi
biosintesis, absorpsi dan sekresi lipid. Diduga karena adanya multiple
antioxidant yang poten dalam mengkudu.
2) Uji klinik
Sejumlah 38 perokok mendapat 2 kali 2 ons jus M. citrifolia (mengkudu)/hari
selama 30 hari dibanding plasebo, hasil menunjukkan jus M. citrifolia
menurunkan kadar kolesterol total 7-22%, LDL 6-10%, trigliserida 10- 54%,
homosistein 21%, dan meningkatkan HDL kolesterol 10-16%, sedangkan pada
plasebo tidak ada perubahan. Hasil penelitian lainnya dari Badan POM
menyimpulkan bahwa M. citrifolia dapat menurunkan kadar trigliserida.
g. Indikasi
Dislipidemia
h. Kontraindikasi
Kehamilan, laktasi, anak, hiperkalemia, alergi.
i. Peringatan
Hati-hati terhadap penderita gastritis karena mengkudu bersifat asam. Dengan obat
antidiabetes dapat terjadi hipoglikemia dan hipotensi, karena dapat menurunkan

34
kadar glukosa dan kalium darah. Warna urin dapat menjadi merah muda sampai
merah kecoklatan.
j. Efek Samping
Sedasi, mual, muntah, dan alergi.
k. Interaksi
Dapat berinteraksi dengan obat ACE inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II,
diuretik hemat kalium. Dapat mengurangi efek obat imunosupresan.
l. Posologi
2 x 1 kapsul (600 mg ekstrak)/hari selama 30 hari

35
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

 Hiperlipidemia merupakan kondisi dimana terjadi peningkatan lipid atau lipoprotein


dalam plasma yang ditandai dengan adanya elevasi lipid pada aliran darah. Nilai LDL >
160 mg/dL, HDL < 35 mg/dL, kolesterol total > 240 mg/dL dan serum trigliserida > 500
mg/dL
 Hiperlipidemia berhubungan dengan meningkatnya stess oksidatif yang menyebabkan
produksi oksigen radikal bebas yang signifikan sehingga menyebabkan terjadinya
modifikasi oksidatif pada LDL yang dapat menimbulkan inisiasi perkembangan dari
aterosklerosis.
 Terdapat beberapa fitoterapi hiperlipidemia diantaranya daun bayam, papaya, teh hijau,
rosella, daun kelor, bawang putih, kunyit, temulawak, alpukat, daun dewa, dan
meengkudu
 Beberapa metabolit sekunder yang dimiliki oleh beberapa tanaman memiliki mekanisme
dalam antidislipedemia diantaranya yaitu flavonoid, saponin, tanin, katekin, pektin,
antosianin, kurkumin, dan alkaloid
 Beberapa contoh produk telah beredar dipasaran untuk fitoterapi hyperlipidemia
diantaranya teh hijau, kapsul rosella, the rosella, kapsul sari kelor, dan suplemen garlic.

36
DAFTAR PUSTAKA

Gupta, Amit., et al. (2011). HYPERLIPIDEMIA: An Updated Review. INTERNATIONAL


JOURNAL OF BIOPHARMACEUTICAL & TOXICOLOGICAL RESEARCH.

Nouh, F. M. (2019). Risk Factors and Management of Hyperlipidemia (Review). Asian Journal
of Cardiology Research, 1-10.

Onwe., et al. (2015). Hyperlipidemia: Etiology and Possible Control. IOSR Journal of Dental
and Medical Sciences (IOSR-JDMS), 93-100.

Shattat, Ghassan F. (2014). A Review Article on Hyperlipidemia: Types, Treatments and New
Drug Targets. Biomedical & Pharmacology Journal, 399-409.

Meirindasari N, Murwani H, Tjahjono K. Pengaruh pemberian jus biji pepaya (Carica papaya
linn) terhadap kadar kolesterol total tikus sprague dawly dislipidemia.2013;2(3):330-8.

Hayashi, T., Maruyama, H., Kasai, R., Hattori, K., Takasuga, S., Hazeki, O.,
Yamasaki, K., Tanaka, T. 2002. Ellagitannins From Lagerstroemia
Speciosa as Activators of Glucose Transport in Fat Cells. Planta Med.
68(2):173-5.

Jurevics, H., Hostettler, J., Barrett, C., Morell, P., Toews, A. D. 2000. Diurnal and
Dietary-Induced Changes in Cholesterol Synthesis Correlate with Levels
of mRNA for HMG-CoA Reductase. Journal of Lipid Research 41: 1048–
1053.

Liu Di, Jia-Ying, X., Yang, J. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and
Green Tea Polyphenols on The Expression of Longevity Related Gene
CETP. Chinese Journal of Gerontology 2012(02)

37
Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y. T., Liu, J., Mou, H. Y., Cao, L., Ling, W. H.
2009. Anthocyanin Supplementation Improves Serum LDL- and HDL
Cholesterol Concentrations Associated with The Inhibition of Cholesteryl
Ester Transfer Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of
Clinical Nutrition, 90(3):485-492.

Shipp, J., Abdel-Aal. 2010. Food Applications and Physiological Effects of


Anthocyanins as Functional Food Ingredients. In: The Open Food Science
Journal, 4: p. 7-22.

Pankaj G. Jain. 2010. Hypolipidemic Activity of Moringa oleifera Lam., Moringaceae on High
Fat Diet Induced Hyperlipidemia in Albino Rats. Brazilian Journal of Pharmacognosy,
Vol.20 (6): 969-973

Yasmin, AK. Rafeeq, S. Afroz et al. 2010. Evaluation of Hypolipidemic Effect of Citrus Lemon.
Journal of Basic AND Applied Sciences Vol.6, No.1, 39-43

Honda K, Saneyasu, Hasegawa et al. 2013. Effect of Licorice Flavonoid Oil on Cholesterol
Metabolism in High Fat Diet Rats. Journal of Departements Boiresource Science, Kobe
University, Japan, Vol.77.(6), 1326-1328

Sekhon, S. 2013. Antioxidant, Anti-Inflammatory and Hypolipidemic Propertiesof Apple


Flavonols, Thesis, Nova Scotia Agricultural College Dalhousie University

Handayani, A. I. 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor ( M . Oleifera ) TERHADAP


KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT ( Mus Musculus ) HIPERGLIKEMIA

Rajanandh, M. G., M. N. Satishkumar, K. Elango, dan B. Suresh. 2012. Moringa oleifera lam. a
herbal medicine for hyperlipidemia: a pre-clinical report. Asian Pacific Journal of
Tropical Disease. 2(SUPPL2):S790–S795.

38
Handayani, L., 2001. Pemanfaatan obat tradisional dalam menangani masalah kesehatan.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.51, No.4. Hal: 139

Hutapea, J.R.,2000. Allium sativum Linn. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid I
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Hal: 15- 16

Jain.1993. Can Garlic Reduce Levels of Serum Lipid? A Controlled Clinical Study. The
American Journal of Medicine : Vol 94

Karen, Baxter.2010. Stockley's Drug Interactions. London : Pharmaceutical Press

Mustika.2012. Prngaruh Ekstrak Bawang Putih(Allium Sativum L) terhadap Perbaikan Profil


Lipid pada Rattus norvegicus strain wistar Hiperkolestrolemia. Vol 8,No.2

Sunarto, P. dan Susetyo, B., 1995. Pengaruh garlic terhadap penyakit jantung koroner. Cermin
Dunia Kedokteran. No: 102. hal: 28-31

39

Anda mungkin juga menyukai