Nama
: Helma Nadya
NIM
: 201310410311008
Jurusan
: Farmasi (A)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Kelarutan
Berasal dari kata dasar larut yang memiliki beragam definisi baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun, ringkasan dari berbagai
sumber, definisi larut sangatlah sederhana, yaitu dispersi molekuler dari
suatu zat dalam sutu medium. Dengan demikian, larutan terdiri dari dua
komponen utama, yaitu zat yang terlarut (solut) dan medium (solven).
Sedangkan ukuran suatu zat dapat melarut dalam suatu medium
dinamakan kelarutan.
Mengapa seorang farmasis harus mempelajari kelarutan? Seberapa
besarkah pengaruh kelarutan di bidang farmasi?
Mempelajari kelarutan bukan sekedar mengamati hilangnya gula
pasir ketika ibu membuatkan secangkir teh manis untuk ayah. Pertanyaan
yg mestinya muncul adalah mengapa airnya harus panas (tanpa
mempedulikan memang teh lebih sedap dihidangkan panas-panas) dan
mengapa juga harus repot-repot mengaduknya? Apakah memang ada
hubungan antara suhu dan pengadukan terhadap kelarutan?
Kelarutan juga sangat berpengaruh terhadap perjalanan obat di
dalam tubuh. Jika obat tidak dapat larut dalam air maka akan sangat sulit
baginya untuk terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika tidak mampu
melarut dalam lipid makaakan terhambat proses absorbsinya. Dengan
demikian obat seharusnya memiliki keduasifat baik lipofil maupun hidrofil.
Teori kelarutan dalam Farmasi, berkaitan dengan:
1) Pembuatan sediaan farmasi; injeksi, tetes mata, potio dan aerosol
2) Proses pemurnian
3) Memberikan informasi ttg sifat fisika kimia obat, adanya interaksi
antar komponen obat, lipofilisitas, rancangan obat (Log P)
4) Proses disolusi dan absorbsi obat
5) Gambaran profil farmakokinetika obat
II. 2 Disolusi Obat
2. Faktor formulasi
Berbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada
sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan
mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut
dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan
bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob
seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka
obat dengan medium disolusi. Beberapa bahan tambahan lain dapat
membentuk kompleks dengan bahanobat, misalnya kalsium
karbonat dan kalsium sulfat yang membentuk kompleks tidak larut
dengan tetrasiklin. Hal ini menyebabkan jumlah obat terdisolusi
menjadi lebih sedikit dan berpengaruh pula terhadap jumlah obat
yang diabsorpsi (Shargel dan Yu,1999)
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Pada proses disolusi obat terdapat banyak kaitan terhadap ilmu
fisika,terutama kelarutan suatu zat. Kelarutan suatu zat dalam pelarut
tertentu merupakan sifat fisika. Dimana pengertian kelarutan itu sendiri
adalah dispersi molekuler dari suatu zat dalam satu medium. Sedangkan
pada disolusi obat, peranan dan pengaruh kelarutan sangat penting
karena sangat berpengaruh terhadap perjalanan obat di dalam tubuh.
Jika obat tidak dapat larut dalam air maka akan sangat sulit baginya
untuk terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika tidak mampu melarut
dalam lipid maka akan terhambat proses absorbsinya. Dengan demikian
obat seharusnya memiliki kedua sifat baik lipofil maupun hidrofil. Hal ini
menunjukkan bahwa ilmu fisika memiliki kaitan yang besar dengan dunia
farmasi, baik dalam pembuatan sediaan ataupun alat yang digunakan
serta tehnik pembuatan sediaan. Kaitan disolusi obat dengan kelarutan
hanya satu dari sekian banyak contoh kaitan ilmu fisika dalam dunia
farmasi.
III. 2 Saran
Saya sangat mengharapkan agar ibu dosen akan membahas lebih
jauh penerapan serta kaitan ilmu fisika dalam dunia farmasi sehingga kami
semakin mengerti konsep dasar farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
http://lhdisolusi.blogspot.com/
http://enald-boyz.blogspot.com/2011/03/disolusi-obat.html
http://khahyun.wordpress.com/2010/12/03/disolusi-obat/