Anda di halaman 1dari 25

Kontribusi Farmakoepidemiologi

• Farmakoepidemiologi Adalah Ilmu


yangmempelajaritentangpenggunaanobatdan
efeknyapadasejumlahbesarmanusia
• Definisi Farmakoepidemiologi
Kontribusi Farmakoepidemiologi
• Memberikan informasi yang medukung data
yang telah didapat pada studi pramarketing
– Hasil studi farmakoepidemiologi mempunyai presisi
lebih tinggi
– Hasil studi farmakoepidemiologi dapat
menunjukkan data pada pasien yang tidak menjadi
objek strudi pra-marketing (anak, geriatri, ibu hamil,
dan lain-lain)
Kontribusi Farmakoepidemiologi
• Memberikan informasi yang medukung data
yang telah didapat pada studi pramarketing
– Studi farmakoepidemiologi dapat menunjukkan
hasil modifikasi karena pemakaian obat lain
(interaksiobat) atau adanya penyakit lain.
– Studi farmakoepidemiologi dapat menunjukkan
keamanan relatif terhadap obat lain dengan
indikasi sama
Lanjutan …
• Memberikan informasi baru yang belum
didapat dari studi pra marketing
– Penemuan efek samping dan efek menguntungkan
yang tidak terdeteksi sebelumnya (efek tidak biasa
dan efek tertunda)
– Informasi pola pemakaian obat
– Informasi efek overdosis obat
– Implikasi ekonomis dari pemakaian obat
Lanjutan …
• Kontribusi umum farmakoepideniologi
– Reasuransi keamanan obat
– Pemenuhan kewajiban etik dan ilegal
Kontribusi Farmakoepidemiologi Dalam
Penggunaan Obat
• Kontribusi farmakoepidemiologi dapat
memberikan jasa pengobatan yang tepat bagi
pasien
• Membantu pengawasan regulasi dalam
efisiensi dan efikasi serta profil keamanan
obat
• Membantu industri farmasi untuk
mengidentifikasi kebutuhan konsumen
Kontribusi Farmakoepidemiologi terhadap
  Penanganan Efek Samping Obat
Masing-Masing kontribusi utama ini diwakili kepada
bidang pharmacoepidemiology
• Di Amerika FDA mulai mengumpulkan laporan kasus
semua kejadian Adverse Drug Reaction (ADR) pada
tahun 1960.
• Atas tragedi thalidomide dan sesudahnya atas
penemuan bahwa kontrasepsiora lmeningkatkan
resiko penyakit thromboembolic, maka dibuatlah
Committeeon Safetyof Medicine (CSM) di UK dan
sistem-sistem pelaporan spontan yang serupa di
Eropa.
Kontribusi Farmakoepidemiologi terhadap
  Penanganan Efek Samping Obat
Masing-Masing kontribusi utama ini diwakilikepada
bidang pharmacoepidemiology
• Tahun 1979 terlihatpembentukan Komisi pengawas
pad apenggunaan Obat Resep, suatu panitia ahli
interdisciplinary yang meninjau ulang patokan
pharmacoepidemiology
• Sistem Pengawasan Dan Analisa Medicaid Online
yang terkomputerisasi adalah yang pertama
dikembangkan tahun1977, menggunakan Data
Penagihan Medicaid untuk melaksanakan studi
pharmacoepidemiologi
Peran Farmakoepidemiologi Dalam Pelayanan  
Kesehatan
• Pencegahan & pengendalian penyakit (metoda
mencaris ebab)
• Perubahan perawatan
• Merencanakan kegiatan
• Menganalisis status demografi, statistik rutin
(morbiditas & mortalitas)
• Menentukan kecenderungan epidemiologi
Kegunaan farmakoepidemiologi

• Dapat menerangkan penyebab suatu masalah


kesehatan
• Dapat menerangkan perkembangan alamiah
suatu penyakit
• Dapat menerangkan keadaan suatu masalah
kesehatan
Peranan farmakoepidemiologi dalam
bidang kesehatan

• Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan


terjadinya penyakit atau masalah kesehatan
masyarakat.
• Menyediakan data yang diperlukan untuk
perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan.
Peranan farmakoepidemiologi dalam
bidang kesehatan

• Membantu melakukan evaluasi terhadap


program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan
• Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk
menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan
Masalah Kesehatan
DEATH

DESTITUTION
DISEASE

MELIPUTI
6D

DISSATISFACTION DISABILITY

DISCCOMFORT
B. Peranan Farmakoepidemiologi Dalam
Kesehatan Masyarakat
Tujuan utama dari farmakoepidemiologi adalah
mendapatkan informasi terbaru untuk
melindungi kesehatan masyarakat serta
meningkatkan penggunaan obat yang aman dan
efektif. Untuk menunjang tujuan utama dari
farmakoepidemiologi ini perlu dilakukan
beberapa tahap pengujian obat untuk mencapai
efektivitas dan efikasinya.
Tahap pengujian tersebut antara lain :
1.Uji Klinik tahap 1
Uji ini dilakukan setelah obat memenuhi persyaratan pada uji
farmakodinamik, farmakokinetik dan toksikologi baik in vivo
maupun in vitro yang biasanya dilakukan pada hewan. Tahap
ini dilakukan pada subjek yang sehat. Kecuali pada obat
tertentu, misalnya kanker, uji tahap 1 dilakukan pada penderita
kanker.
2.Uji Klinik tahap 2
Uji ini dilakukan pada subjek sehat atau pasien,
tergantung pada indikasi obat. Tujuan dari uji ini
adalah untuk mencari profil farmakokinetik,
farmakodinamik dan dosis untuk diujikan pada tahap
selanjutnya.
3.Uji Klinik tahap 3
Uji ini dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari
obat dibandingkan dengan obat lain atau plasebo.
Pada tahap ini, rancangan penelitian yang dianjurkan
adalah uji klinik acak (random) untuk menghindari
munculnya variabel atau faktor yang bisa
mengganggu proses penelitian. Setelah ketiga uji
klinik tersebut dilakukan dan hasilnya baik, maka
tahap berikutnya adalah :
a. Registrasi obat oleh pabrik pembuat obat.
Informasi yang diperoleh dari uji klinik tahap 1 – 3 adalah
informasi efikasi obat, yaitu efek obat yang muncul pada
kondisi uji klinik atau kondisi yang
sudah ditentukan selama penelitian. Namun informasi mengenai
efektivitas obat, yaitu efek obat yang muncul pada kondisi
sesungguhnya di lapangan, sangat terbatas. Sehingga ilmu
farmakoepidemiologi diperlukan untuk mendapatkan informasi
mengenai efektivitas obat. Kondisi ketika obat dipasarkan dengan
kondisi ketika dilakukan uji klinik sangat berbeda.
b. Dilakukan pola peresepan oleh dokter dan penggunaan
obat secara rasional dalam usaha memonitor
penggunaan obat di pasaran. Jika rasionalisasi penggunan
obat kurang baik, efeknya muncul biaya obat yang lebih
besar akibat kurang efektifnya obat yang diresepkan.
c. Melakukan penelitian penggunaan obat yang meliputi
pemasaran, distribusi, peresepan, dan penggunaan obat
di komunitas dengan luaran pada kondisi fisik dan sosial
pasien serta faktor biaya.
d. Melakukan penelitian efek obat yang menguntungkan.
Setelah obat diminum oleh pasien, sedikitnya ada 4 efek obat yang
dapat muncul :
1)Efek yang tidak menguntungkan dan tidak dapat
diantisipasi (katagori ROTD tipe B). Contohnya efek
penggunaan Kloramfenikol yang menimbulkan anemia
aplastika.
2) Efek tidak menyenangkan yang dapat diantisipasi
(kategori ROTD tipe A dan tipe B). Contohnya efek
emetik akibat mengkonsumsi Metoprolol.
3) Efek menguntungkan yang tidak dapat diantisipasi.
Contohnya penggunaan Asetosal dalam
mengurangi kejadian miokard infark.
4) Efek menguntungkan yang dapat diantisipasi. Efek
yang diinginkan dengan mengkonsumsi obat
termasuk dalam kategori ini.
Beberapa contoh penelitian farmakoepidemiologi
mengenai efek obat antara lain :
1. Perlunya penurunan dosis Gentamisin pada kasus gagal
ginjal.
2. Ampisilin bukan merupakan obat pilihan untuk otitis
media karena munculnya resistensi di berbagai wilayah.
3. Dosis harian Ibuprofen yang tidak optimal pada kasus
rematoid arthritis dan osteoarthritis.
4. Perlunya penyesuaian dosis Diazepam pada pasien
anak-anak.
Dari berbagai keterbatasan uji klinik inilah maka perlu dilakukan
studi Farmakoepidemiologi untuk mengetahui efektivitas obat
pada kondisi yang ada di masyarakat, antara lain :
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi timbulnya
gangguan kesehatan/penyakit dalam suatu masyarakat
tertentu dalam usaha mencari data utk penanggulangan
serta pencegahannya.
2. Menyiapkan data/informasi untuk keperluan program
kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam
masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok
penduduk yang terancam.
3. Membantu menilai beberapa hasil program kesehatan.
4. Mengembangkan metodologi dlm menganalisa
penyakit serta cara mengatasinya, baik penyakit
perorangan (tetapi dianalisis dalam kelompok) maupun
Kejadian Luar Biasa (KLB) / wabah dalam masyarakat.
5. Mempelajari tentang penelusuran ROTD, tindakan
untuk mengatasi ROTD, mempelajari dan mencegah
ROTD serta permasalahan lain yang berhubungan
dengan obat, yang tujuannya adalah :
a. Meningkatkan pelayanan dan keselamatan pasien
b. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan
masyarakat terutama yang berhubungan dengan
penggunaan obat.
c. Memberikan kontribusi terhadap analisis
keuntungan, risiko, efektivitas penggunaan obat.
d. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional dan
efektif ditinjau dari segi biaya (costeffectiveness).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai